AKTIVITAS PENGHAMBATAN Streptomyces spp. TERHADAP Sclerotium rolfsii SECARA IN VITRO ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
AKTIVITAS PENGHAMBATAN SENYAWA ANTIMIKROB Streptomyces spp. TERHADAP MIKROB PATOGEN TULAR TANAH SECARA IN VITRO DAN IN PLANTA NURMAYA PAPUANGAN

AKTIVITAS PENGHAMBATAN SENYAWA ANTIMIKROB Streptomyces spp. TERHADAP MIKROB PATOGEN TULAR TANAH SECARA IN VITRO DAN IN PLANTA NURMAYA PAPUANGAN

Tabel 1 Persentase penghambatan koloni dan filtrat isolat Streptomyces terhadap pertumbuhan S. rolfsii Isolat Streptomyces spp.

TINJAUAN PUSTAKA. Mikrob Patogen Tular Tanah

AKTIVITAS PENGHAMBATAN SENYAWA ANTIMIKROB Streptomyces spp. TERHADAP MIKROB PATOGEN TULAR TANAH SECARA IN VITRO DAN IN PLANTA NURMAYA PAPUANGAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengethuan Alam. Institut Pertanian Bogor. Jin HK, Shun SS, Chang SP Stem Rot of Strawberry Caused by

BAB I PENDAHULUAN. jumlah spesies jamur patogen tanaman telah mencapai lebih dari

HASIL DAN PEMBAHASAN

KEMAMPUAN PENGHAMBATAN

Yulin Lestari 1) Rasti Saraswati 2) Chaerani 2)

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 : Pengamatan mikroskopis S. rolfsii Sumber :

PENGARUH Trichoderma viride dan Pseudomonas fluorescens TERHADAP PERTUMBUHAN Phytophthora palmivora Butl. PADA BERBAGAI MEDIA TUMBUH.

BAHAN DAN METODE. Tabel 1 Kombinasi perlakuan yang dilakukan di lapangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit layu fusarium yang disebabkan oleh jamur patogen Fusarium sp.

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi pertanian, khususnya dalam pengendalian penyakit tanaman di

PENGHAMBATAN SERANGAN Sclerotium rolfsii PENYEBAB REBAH KECAMBAH PADA KEDELAI DENGAN BAKTERI KITINOLITIK

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Kedelai menjadi tanaman terpenting ketiga setelah padi dan jagung

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Penyakit Tumbuhan, Bidang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tomat merupakan salah satu tanaman hortikultura yang penting di dunia.

PENAPISAN AKTINOMISETES YANG BERSIFAT ANTAGONIS TERHADAP PENYAKIT LAYU BAKTERI TANAMAN CABE

POTENSI MIKROBA INDIGENUS ASAL TANAH GAMBUT DESA RIMBO PANJANG KABUPATEN KAMPAR RIAU DALAM MENGHAMBAT PERTUMBUHAN Xanthomonas oryzae pv.

BAB I PENDAHULUAN. (Mukarlina et al., 2010). Cabai merah (Capsicum annuum L.) menjadi komoditas

BAB I PENDAHULUAN. industri masakan dan industri obat-obatan atau jamu. Pada tahun 2004, produktivitas

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Peremajaan Aktinomiset dari Kultur Penyimpanan Perbanyakan Sclerotium rolfsii dari Kultur Penyimpanan

Trichoderma spp. ENDOFIT AMPUH SEBAGAI AGENS PENGENDALI HAYATI (APH)

I. PENDAHULUAN. Tanaman lada (Piper nigrum L.) adalah tanaman perkebunan yang bernilai ekonomi

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN. mengalami peningkatan. Salah satu faktor yang menyebabkan penurunan produksi

BAB 5 PENEKANAN PENYAKIT IN PLANTA

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki pasar global, persyaratan produk-produk pertanian ramah

BAB I PENDAHULUAN. Colletotrichum capsici dan Fusarium oxysporum merupakan fungi

PENDAHULUAN. Sebagian besar produk perkebunan utama diekspor ke negara-negara lain. Ekspor. teh dan kakao (Kementerian Pertanian, 2015).

PENGENDALIAN Sclerotium rolfsii Sacc. PENYEBAB PENYAKIT REBAH-SEMAI KACANG TANAH DENGAN PEMANFAATAN Streptomyces sp. SEBAGAI AGEN PENGENDALIAN HAYATI

BAHAN DAN METODE. Pembiakan P. fluorescens dari Kultur Penyimpanan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. V.1 Seleksi aktinomisetes yang memiiiki aktivitas terhadap R. Solani

Potensi Agen Hayati dalam Menghambat Pertumbuhan Phytium sp. secara In Vitro

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAHAN DAN METODE Tempat dan waktu penelitian Bahan dan Alat Isolasi dan Uji Reaksi Hipersensitif Bakteri Penghasil Siderofor

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian

Uji Antagonisme Lentinus cladopus LC4 terhadap Ganoderma boninense Penyebab Penyakit Busuk Pangkal Batang Kelapa Sawit

KEMAMPUAN PENGHAMBATAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penyiapan Tanaman Uji Pemeliharaan dan Penyiapan Suspensi Bakteri Endofit dan PGPR

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian Penyiapan tanaman uji

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA Rizobakteri Pemacu Pertumbuhan Tanaman (PGPR) Enzim ACC Deaminase dan Etilen

BAHAN DAN METODE. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat + 25

PENDAHULUAN. Latar Belakang. yang cukup penting di Indonesia, yaitu sebagai sumber protein nabati.

UJI ANTAGONISME Trichoderma sp. TERHADAP JAMUR PATOGEN Alternaria porri PENYEBAB PENYAKIT BERCAK UNGU PADA BAWANG MERAH SECARA In-VITRO

Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Indonesia ABSTRACT

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGARUH KANDUNGAN PASIR PADA MEDIA SEMAI TERHADAP PENYAKIT REBAH KECAMBAH (Sclerotium rolfsii Sacc) PADA PERSEMAIAN TANAMAN CABAI

II. TELAAH PUSTAKA. bio.unsoed.ac.id

Riset Informasi Kesehatan, Vol. 5, No. 2 Juni Isolasi dan penapisan aktinomiset penghasil senyawa antibakteri dari lingkungan ABSTRAK

IDENTIFIKASI DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT PADA BUDIDAYA CABAI MERAH

BAB I PENDAHULUAN. organisme dapat hidup didalamnya, sehingga Indonesia memiliki

TINJAUAN PUSTAKA Penyakit Layu Fusarium Pada Pisang

HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi dan Inokulasi Penyebab Busuk Lunak Karakterisasi Bakteri Penyebab Busuk Lunak Uji Gram

PENDAHULUAN. Glycine ururiencis, merupakan kedelai yang menurunkan berbagai kedelai yang

BAB I PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan tanaman sayuran yang

I. PENDAHULUAN. seluruh dunia dan tergolong spesies dengan keragaman genetis yang besar.

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Uji Antagonis Trichoderma sp. Terhadap Fusarium sp. Secara In Vitro (Metode Dual Kultur)

UPAYA PENGENDALIAN PENYEBAB PENYAKIT BUSUK HITAM PADA TANAMAN BROKOLI (Brassica oleracea var. italica) DENGAN ANTAGONISNYA

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Siklus hidup Streptomyces spp. (

I. PENDAHULUAN. serius karena peranannya cukup penting dalam perekonomian nasional. Hal ini

SEBAGAI PENGHAMBAT CENDAWAN TULAR TANAH

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan Penelitian Metode Penelitian Isolasi dan Identifikasi Cendawan Patogen

I. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman tembakau dalam sistem klasifikasi tanaman masuk dalam famili

Pengenalan Penyakit yang Menyerang Pada Tanaman Kentang

TINJAUAN PUSTAKA. Jamur Patogen Sclerotium rolfsii. inang yang sangat luas. Menurut Alexopoulus dan Mims (1979), jamur ini

EFEKTIVITAS AGENS ANTAGONIS TRICHODERMA SP PADA BERBAGAI MEDIA TUMBUH TERHADAP PENYAKIT LAYU TANAMAN TOMAT

KARAKTERISTIK PENYEBAB PENYAKIT LAYU BAKTERI PADA TANAMAN TEMBAKAU DI PROBOLINGGO

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

WASPADA PENYAKIT Rhizoctonia!!

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berpotensi sebagai komoditas agribisnis yang dibudidayakan hampir di seluruh

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Isolasi Cendawan Rizosfer

TINJAUAN PUSTAKA Pengendalian Hayati

HASIL. Pengaruh Seduhan Kompos terhadap Pertumbuhan Koloni S. rolfsii secara In Vitro A B C

UJI ANTAGONIS 5 ISOLAT TRICHODERMA DARI RIZOSFER

HASIL DAN PEMBAHASAN

aeruginosa ATCC secara in vitro Pembuatan filtrat Streptomyces sp... 25

TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai (Glycine max (L) Merill).

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Kentang (Solanum tuberosum L.) adalah tanaman pangan utama keempat dunia setelah

Seleksi Bakteri Antagonis Asal Rizosfer Tanaman Cabai (Capsicum sp) untuk Menekan Penyakit Layu Fusarium secara in vitro

Penyakit Layu Bakteri pada Kentang

I. PENDAHULUAN. Tembakau (Nicotiana tabacum L.) merupakan jenis tanaman yang dipanen

BAB I PENDAHULUAN. Cabai merah (Capsicum annuum L.) termasuk famili solanaceae dan

BAB I PENDAHULUAN. hortikultura yang tergolong tanaman semusiman. Tanaman berbentuk perdu

ANTAGONISME ANTARA KAPANG Trichoderma spp. TERHADAP Fusarium solani SECARA IN VITRO SERTA MEKANISME ANTAGONISMENYA

UJI POTENSI BAKTERI KITINOLITIK DALAM MENGHAMBAT PERTUMBUHAN Rhizoctonia solani PENYEBAB REBAH KECAMBAH PADA KENTANG VARIETAS GRANOLA

EKSPLORASI DAN KAJIAN KERAGAMAN JAMUR FILOPLEN PADA TANAMAN BAWANG MERAH : UPAYA PENGENDALIAN HAYATI TERHADAP PENYAKIT BERCAK UNGU (Alternaria porri)

FUSI GEN KITINASE Aeromonas caviae WS7b DENGAN PROMOTOR sigb DARI Bacillus subtilis 168 DAN EKSPRESINYA PADA Escherichia coli ADE SAPUTRA

TINJAUAN PUSTAKA Arti Penting Tanaman Tomat Penyakit Layu Bakteri pada Tomat oleh Ralstonia solanacearum

Transkripsi:

AKTIVITAS PENGHAMBATAN Streptomyces spp. TERHADAP Sclerotium rolfsii SECARA IN VITRO Nurmaya Papuangan Laboratorium PMIPA FKIP Unkhair Email :myapada_29@yahoo.co.id ABSTRAK Mikrob patogen penyebab penyakit pada tanaman merupakan salah satu kendala bagi produktivitas pertanian terutama bagi tanaman hortikultura. Salah satunya berasal dari kelompok cendawan. Sclerotium rolfsii merupakan salah satu cendawan patogen tanaman yang memiliki kisaran inang yang luas dan merupakan penyebab penyakit serius pada sayuran penting seperti tanaman cabai, tomat, bawang, dan tanaman sayuran lainnya. Memiliki struktur istirahat, sehingga penyakit yang ditimbulkannya menjadi sulit dikendalikan. Pengendalian secara kimiawi menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan. Pengendalain hayati sebagai alternatif dalam menyelesaikan permasalahan tersebut. Streptomyces spp. digunakan sebagai agen pengendali hayati karena mampu menghasilkan senyawa antimikrob. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan isolat Streptomyces spp. yang memiliki kemampuan menghambat pertumbuhan S. rolfsii melalui uji in vitro dengan menggunakan sel secara langsung. Pengujian secara in vitro 17 isolat lokal Streptomyces spp. menggunakan metode dual culture. Hasil uji 17 isolat Streptomyces spp., menunjukkan bahwa enam isolat Streptomyces spp. memiliki aktivitas penghambatan yang beragam secara in vitro terhadap S. rolfsii. Isolat LSW05 mampu menghambat dengan kuat pertumbuhan S. rolfsii dengan presentase penghambatan sebesar 84,10%, disusul oleh isolat SSW02 dengan presentase penghambatan 63,25%, LBR05 menghambat dengan presentase sebesar 57,95%. Isolat PS4-16 mempunyai daya penghambatan sedang dan PD2-9 memiliki penghambatan yang lemah. Sedangkan isolat LSW1 tidak mampu atau tidak dapat menghambat petumbuhan dari S. rolfsii. Hasil ini mengindikasikan bahwa isolat lokal Streptomyces spp. mempunyai kemampuan sebagai agen pengendali hayati untuk S. rolfsii. Kata kunci : Streptomyces spp., Sclerotium rolfsii, in vitro Cendawan patogen tanaman menimbulkan masalah pada budidaya tanaman yang memiliki nilai ekonomi penting baik di daerah tropis maupun subtropis (Crawford, 1996; Fichtner, 1999; Prapagdee, et al. 2008). S. rolfsii merupakan salah satu cendawan patogen tular tanah yang dapat menyebabkan penyakit pada tanaman hortikultura. Cendawan patogen ini memiliki jangkauan inang yang luas, setidaknya 500 spesies dalam 100 famili tanaman dilaporkan rentan antara lain adalah: alfalfa, amarilis, pisang, kacang-kacangan, kubis, wortel, kol kembang, seledri, krisan, kopi, kapas, ketimun, andewi, bawang putih, jahe, labu, mangga, melon, mustar, bawang merah, kacang tanah, nenas, kentang, lobak, kedelai, tembakau, tulip, dan ketela (Ferreira & Boley, 1992). Akan tetapi, tanaman inang yang paling umum adalah famili Leguminoceae, Cruciferaceae, dan Cucurbitaceae. Di Amerika, dilaporkan lebih dari 270 jenis tanaman merupakan tanaman inang S. rolfsii (Ferreira & Boley, 1992; Fichtner, 1999; Palaiah, et al. 2007). Sclerotium rolfsii merupakan salah satu cendawan patogen tanaman yang memiliki 185

kisaran inang yang luas karena memiliki struktur istirahat, sehingga penyakit yang ditimbulkannya menjadi sulit dikendalikan. Penyakit rebah kecambah selain disebabkan oleh S. rolfsii, juga disebabkan oleh beberapa jenis cendawan, seperti Alternaria spp., Pythium debaryanum Hesse, dan Fusarium spp. (Semangun, 1991), serta Rizoctonia solani Khun. (Widyastuti, et al. 2003) dapat menjadi sangat merugikan karena menyerang tanaman pada masa persemaian, juga menyebabkan penyakit busuk pangkal batang dan busuk akar pada tanaman muda yang sampai saat ini belum dapat diatasi dengan baik. Sclerotium rolfsii merupakan patogen tanaman yang sangat agresif pada banyak tanaman pertanian. Hidup sebagai parasit yang mengkolonisasi bahan organik tanaman. S. rolfsii tumbuh, bertahan, dan menyerang tanaman di dekat tanah atau di atas permukaan tanah. Sebelum penetrasi pada jaringan tanaman, diproduksi massa miselium oleh patogen pada permukaan tanaman yang dapat terjadi dalam 2 sampai 10 hari. Penetrasi pada jaringan tanaman inang terjadi ketika patogen memproduksi enzim ekstraseluler yang menyebabkan lapisan luar sel menjadi rusak dan dengan cepat menghancurkan jaringan dan dinding sel, sehingga memudahkan penetrasi Sclerotium ke tanaman inang. Hal ini menyebabkan kerusakan jaringan, selanjutnya diproduksi miselium dan pembentukan sklerotia (Ferreira & Boley, 1992; Fichtner, 1999; Edmunds, et al. 2000). Pengendalian penyakit tanaman banyak dilakukan dengan menggunakan mikrobisida kimiawi. Namun demikian, penggunaannya yang berlebihan dan dalam jangka waktu yang lama dapat berdampak negatif pada kesehatan manusia dan pencemaran lingkungan karena residu yang ditinggalkan dan bahkan dapat menimbulkan resistensi patogen. Oleh karena itu diperlukan upaya penanggulangan alternatif untuk mengendalikan mikrob patogen penyebab penyakit tanaman misalnya dengan memanfaatkan agen pengendali hayati yang lebih ramah lingkungan. Penggunaan agen pengendali hayati didasarkan pada kemampuan agen pengendali untuk bersaing di dalam rizosfer dan menghasilkan zat antimikrob yang dapat menghalangi pertumbuhan mikrob patogen (Hayward, et al 1994), mikrob sebagai agen pengendali hayati dapat diperoleh secara alami atau melalui rekayasa genetik (Sigee, 1993). Pengendalian hayati lebih efektif apabila mikrob yang memiliki sifat antagonis juga mampu berkompetisi untuk jangka waktu lama dalam kondisi alaminya. Beberapa penelitian berhasil mengisolasi beberapa mikroorganisme dari kelompok cendawan dan bakteri yang memiliki sifat antagonistik terhadap S. rolfsii seprti; Trichoderma harzianum, T. viride, Bacillus subtilis, Penicillium spp., dan Gliocladium virens (Ferreira & Boley, 1992). Aplikasi kombinasi Trichoderma harzianum (ITTC-4572) dan Rhizobium berhasil menurunkan penyakit busuk batang (stem root) pada kacang tanah (Ganesan, et al. 2006). Trichoderma harzianum, dapat menekan penyakit layu Sclerotium sebesar 80,3% pada tanaman tomat (Okereke, et al. 2007). Streptomyces spp. telah diketahui mampu berperan sebagai agen pengendali hayati. Streptomyces spp. adalah bakteri Gram positif berfilamen, resisten terhadap kondisi stres lingkungan seperti kekeringan dan kekurangan makanan dengan cara membentuk spora (Zamanian, et al. 2005), penghasil berbagai macam senyawa bioaktif seperti antibiotik, enzim pendegradasi, dan inhibitor enzim (Todar, 2002; Madigan, et al. 2006). Streptomyces spp. yang diisolasi dari berbagai daerah di Indonesia, diketahui berpotensi menghasilkan senyawa bioaktif dengan beragam fungsi. Beberapa Sreptomyces spp. isolat lokal mampu menghambat bakteri patogen pada benih padi dan kedelai (Winarni, 2004), dan dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman kedelai (Ifdal, 2003; Andri, 2004). Streptomyces sp. PD14-19 memiliki aktivitas penghambatan terhadap Ralstonia solanacearum dan mampu menekan kejadian penyakit layu pada tanaman cabai mencapai 100% pada uji in planta (Muthahanas, 2004). 186

Penggunaan agen pengendali hayati telah banyak dilakukan terhadap benih dan tanaman dengan tujuan melindungi benih dan tanaman dari serangan patogen. Beberapa usaha telah dilakukan untuk memanfaatkan Actinomycetes yang bersifat antagonistik sebagai agen pengendali hayati. Streptomyces spp. dapat dijumpai dalam jumlah cukup banyak di dalam tanah, sampah organik, dan kompos. Dari sejumlah mikroorganisme yang diisolasi dari tanah, 90% diantaranya merupakan Streptomyces spp. Streptomyces spp. termasuk dalam mikroorganisme saprofit dan dapat mendegradasi beberapa senyawa seperti lignin, kitin, pektin, keratin, senyawa aromatik, dan asam humat (Cao, et al. 2004). Streptomyces spp. dapat tumbuh pada kisaran suhu 44-45 C sehingga merupakan mikrob pengurai yang berperan penting dalam proses pengomposan dan pembuatan pupuk organik. Mikroorganisme ini juga dapat memproduksi senyawa bioaktif seperti antibiotik antara lain; eritromisin, tetrasiklin, streotimisin, nistatin, neomisin, kanamisin, sikloheksimida, sikloserin, linkomisin, aminoglikosida, aureomisin, kloramfenikol, nistatin, amphoterisin, dan amfosetin B (Todar, 2002; Purnomo, et al. 2005; Madigan, et al. 2006). Kemampuan Streptomyces spp. menghasilkan senyawa bioaktif menarik perhatian beberapa peneliti di bidang penyakit tanaman untuk memanfaatkannya sebagai agen pengendali hayati terhadap beberapa mikrob patogen tanaman. Crawford (1996) dalam laporan penelitiannya menunjukkan bahwa Streptomyces WYEC 108 dan YCED 9 mempunyai sifat antagonis yang sangat kuat dalam melawan berbagai cendawan penyebab busuk akar dan busuk benih, rebah kecambah, serta busuk putih dan cokelat pada tanaman. Selain menghasilkan antibakteri, Streptomyces spp. juga dapat menghasilkan antifungi yang berpotensi mengendalikan beberapa cendawan patogen tular tanah. Gomes, et al. (2001) berhasil mempurifikasi endokitinase yang mempunyai aktivitas antifungi dari Streptomyces RC 1071 dan telah dipromosikan untuk digunakan sebagai agen biokontrol. Berdasarkan uraian tersebut, kajian lebih lanjut perlu dilakukan untuk mengetahui potensi Streptomyces spp. lokal sebagai agen pengendali S. rolfsii. METODE PENELITIAN Peremajaan Isolat Streptomyces spp. dan S. rolfsii Streptomyces spp. diremajakan dalam media Yeast Malt Agar (YMA) dan diinkubasi selama 7-10 hari pada suhu ruang kemudian digunakan untuk uji selanjutnya. S. rolfsii diremajakan pada media Potato Dekstrosa Agar (PDA). Uji in vitro Kemampuan Penghambatan Streptomyces spp. terhadap S. rolfsii Bioesei aktivitas antimikrob dengan metode biakan ganda (dual culture). Kultur cendawan diameter 5 mm, ditumbuhkan di tengah media PDA pada cawan petri berdiameter 9 cm, kemudian kultur Streptomyces spp. diameter 5 mm diletakkan berhadapan dengan kultur S. rolfsii pada jarak 3 cm dan diinkubasi pada suhu ruangan selama 3-5 hari. Adanya penghambatan pertumbuhan dideteksi dengan adanya barier antara S. rolfsii dengan Streptomyces spp. Daya hambat merujuk pada Yuan dan Crawford (1995). Produksi Filtrat Kultur Streptomyces spp. Isolat Streptomyces spp. terpilih ditumbuhkan pada media produksi International Streptomyces Project 4 (ISP4) selama 10 hari pada suhu ruang dengan pengocokan berkecepatan 100 rpm. Pada hari ke-10 dilakukan pemanenan, filtrat kultur disentrifugasi selama 15 menit dengan kecepatan 8000 xg pada suhu 4 0 C. Filtrat kultur yang diperoleh kemudian digunakan untuk pengujian daya hambat terhadap mikrob patogen tular tanah (bakteri dan cendawan). Uji Antagonis Filtrat Kultur Streptomyces spp. terhadap Mikrob Patogen Tular Tanah Uji aktivitas antagonis terhadap cendawan Filtrat kultur Streptomyces spp. diuji aktivitas antifungi menggunakan metode difusi agar 187

dengan teknik biakan ganda (dual culture). Inokulum cendawan ditumbuhkan di tengah media PDA pada cawan petri berdiameter 9 cm. Kertas cakram steril diameter 8 mm ditetesi 15 μl filtrat kultur Streptomyces spp. dan diletakkan pada cawan yang sama pada jarak 3 cm dari posisi inokulum cendawan kemudian diinkubasi pada suhu ruangan selama 3-5 hari (R.solani dan Sclerotium rolfsii.) dan 5-7 hari (Fusarium oxisporum). Adanya aktivitas antifungi diindikasikan dengan terhambatnya pertumbuhan miselium ke arah filtrat kultur Streptomyces spp. HASIL DAN PEMBAHASAN Peremajaan Streptomyces spp. Hasil peremajaan 17 isolat Streptomyces spp. pada media YMA selama 14 hari masa inkubasi pada suhu ruangan, menunjukkan ke 17 isolat tersebut dapat tumbuh dengan baik. Gambar 1 memperlihatkan beberapa contoh hasil peremajaan isolat Streptomyces spp. yang memiliki keragaman morfologi koloni. keriput. Warna koloni ada yang krem, coklat muda, coklat kehitaman, abu-abu, dan pink. Bentuk koloni ada yang bulat dengan tepi rata atau bergelombang ataupun patahan. Kemampuan Penghambatan Streptomyces spp. terhadap S. rolfsii Pengujian antagonis isolat Streptomyces spp. terhadap S. rolfsii dengan menggunakan sel secara langsung merupakan pengujian awal untuk mendapatkan isolat yang memiliki kemampuan dalam menghambat pertumbuhan S. rolfsii. Kemampuan tersebut menunjukkan bahwa isolat lokal Streptomyces spp. yang diujikan dapat dimanfaatkan sebagai agen pengendali hayati S. rolfsii. Salah satu persyaratan agen pengendali hayati yang baik untuk digunakan dalam mengendalikan mikrob patogen yaitu memiliki spektrum yang luas (Cook & Baker, 1996). Tabel 1. Kemampuan penghambatan Streptomyces spp. terhadap pertumbuhan cendawan patogen dengan menggunakan sel secara langsung Penghambatan terhadap S. rolfsii PS4-16 LSW05 PD2-9 LSW1 LBR02 SSW02 Gambar 1. Morfologi koloni isolat Streptomyces spp. yang ditumbuhkan pada media YMA (LSW05, SSW02, LSW1, dan LBR02) dan OA (PD2-9 dan PS4-16) Pembentukan miselia aereal dan sporulasi merupakan salah satu tahap yang penting dalam siklus hidup Streptomyces (Abe, et al. 2005). Menurut Miyadoh dan Otoguro (2004), spora Actinomycetes akan tumbuh dan berkembang menjadi miselium dan koloni apabila nutrisi, kelembaban dan suhu, serta kondisi lainnya memenuhi syarat untuk kehidupan. Isolat yang tumbuh baik pada kedua media, permukaan koloninya ada yang halus seperti beludru, bertepung, kasar atau No 1. 2. 3. 4. 5. 6. Kode Isolat. SSW02 LBR02 LSW1 LSW05 PD2-9 PS4-16 γ (cm) Daya 2.85 2.55 0.2 3.7 0.5 1.5 +++ +++ Persentase Penghambatan (%) *) Daya hambat : +++, γ > 2,0 cm; ++, 2,0 cm > γ > 1,0 cm; +, 1,0 > γ > 0,5 cm; dan, γ < 0,5 cm Hasil uji ke-17 isolat Streptomyces spp. terhadap S. rolfsii menunjukkan enam isolat mampu menghambat S. rolfsii. Keenam isolat tersebut memberikan daya dan presentase penghambatan yang berbeda terhadap S. rolfsii. +++ + ++ 63.25 57.95 5.65 84.10 11.11 34.70 188

Daya dan presentase penghambatan masingmasing isolat pada Tabel 1 memperlihatkan adanya penghambatan pertumbuhan S. rolfsii dengan daya hambat yang kuat hingga lemah. Isolat LSW05 mampu menghambat dengan kuat pertumbuhan S. rolfsii dengan presentase penghambatan sebesar 84,10%, disusul oleh isolat SSW02 dengan presentase penghambatan 63,25%, LBR05 menghambat dengan presentase sebesar 57,95%. Isolat PS4-16 mempunyai daya penghambatan sedang dan PD2-9 memiliki penghambatan yang lemah. Sedangkan isolat LSW1 walaupun terlihat dapat menghambat pertumbuhan miselium S. rolfsii namun memiliki tingkat penghambatan kurang dari 0,5 cm, sehingga dikategorikan tidak mampu atau tidak dapat menghambat petumbuhan dari S. rolfsii. A C Gambar 2. Hasil uji penghambatan isolat Streptomyces spp. terhadap S. rolfsii isolat LSW05 (A), SSW02 (B), LSW1 (C), dan LBR02 (D) Pada uji dengan menggunakan sel secara langsung, S. rolfsii memberikan respon sensitif terhadap isolat-isolat Streptomyces yang berbeda dengan terbentuknya zona hambat pertumbuhan. Hasil uji juga menunjukkan adanya perbedaan daya hambat oleh masing-masing isolat Streptomyces yang menggambarkan perbedaan kemampuan isolatisolat tersebut dalam menghambat pertumbuhan S. rolfsii. B D Terjadinya perbedaan penghambatan pertumbuhan S. rolfsii dengan menggunakan sel Streptomyces spp. secara langsung disebabkan antara lain oleh jenis dan jumlah senyawa antimikrob yang dihasilkan (Mc- Manus & Stocwell, 2001), konsentrasi dan kualitas dari senyawa antimikrob yang dihasilkan oleh Streptomyces (Hwang, et al. 1996), dan adanya mekanisme penghambatan yang berbeda terhadap S. rolfsii. Streptomyces spp. mampu menghambat S. rolfsii melalui satu atau beberapa mekanisme yang diduga merupakan mekanisme pertahanan dari Streptomyces dalam berkompetisi dengan mikroorganisme lainnya untuk memperoleh nutrisi (Madigan, et al. 2006) melalui produksi senyawa antimikrob, siderofor, enzim hidrolitik, aktivitas mikoparasitisme dan kompetisi ruang (Pal & Spaden, 2006; Lichatowich, 2007). Perbedaan yang terjadi juga diduga karena adanya produksi senyawasenyawa bioaktif lain selain senyawa antimikrob yang dapat menghambat pertumbuhan S. rolfsii. Kavitha & Vijayalakhsmi (2007), melaporkan bahwa, selain memproduksi sembilan jenis enzim dan antibiotik Streptothricin yang mampu menghambat cendawan, bakteri Gram-positif dan Gram-negatif, S. rochei juga dapat memproduksi senyawa bioaktif lain yaitu senyawa H 2 S, indole dan produksi asam. Lichatowich (2007) juga melaporkan bahwa S. lidicus dapat menghambat lebih dari satu jenis cendawan patogen dengan memproduksi enzim selulase dan kitinase serta siderofor. Dari hasil uji yang telah dilakukan isolatisolat Streptomyces spp. yang diuji mempunyai aktivitas antifungi yang mampu menekan S. rolfsii secara in vitro secara in planta melalui mekanisme penghambatan yang berbeda. Setiap mikrob antagonis mempunyai mekanisme tersendiri dan dapat mempunyai lebih dari satu mekanisme penghambatan. S. lidicus WYEC 108 misalnya, menghambat pertumbuhan fungi tular tanah seperti Pythium spp., Fusarium spp., Phytophthora spp., dan Rhizoctonia spp. karena memiliki beberapa mekanisme, yaitu mampu mengkolonisasi akar 189

lebih baik daripada patogen, bersifat antibiosis, mempunyai aktivitas mikoparasitisme, dan menghasilkan selulase, kitinase dan siderofor (Lichatowich, 2007). S. hygroscopicus menghambat pertumbuhan S. rolfsii melalui produksi enzim ekstraseluler kitinase dan - 1,3-glukanase yang berturut-turut dapat melisis senyawa kitin dan glukan pada dinding sel cendawan (Prapagdee, et al., 2008). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa isolat-isolat Streptomyces spp. yang digunakan dapat menghambat pertumbuhan S. rolfsii secara in vitro dengan menggunakan sel secara langsung, dan merupakan calon agen pengendali hayati terhadap penyakit tanaman yang disebabkan oleh S. rolfsii. SIMPULAN Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa 6 isolat Streptomyces spp. memiliki aktivitas penghambatan yang beragam secara in vitro terhadap S. rolfsii. Enam isolat antara lain (SSW02, LBR02, dan LSW05) memiliki daya hambat dan presentase penghambatan yang kuat, PS4-16 dan PD2-9, memiliki daya hambat yang sedang dan lemah, dan isolat LSW1 memiliki daya hambat kurang dari 0,5 dan dikategorikan tidak dapat menghambat pertumbuhan S. rolfsii. DAFTAR PUSTAKA Abe, H., Natsume, M., and Kawaide, H. 2005. Regulating substences in plants and microorganisms. http://www.tuat.ac.jp/~chemreg/eng/bioreg chem.html [25 Agustus 2008] Andri, C. 2004. Kajian potensi Streptomyces sp. PS 1-4 sebagai penghasil senyawa bioaktif pengendali bakteri patogen tanaman kedelai [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor. Cao, L., Qiu, Z., You, J., Tan, H., and Zhou, S. 2004. isolation and characterization of endophytic Streptomyces strains from surface-sterilized tomato (Lycopersicon esculentum) roots. J Microbiology (39), p:425-430. Cook, R.J., and Baker. 1983. The natural and practice of biological control of plant pathogens. St. Paul, Minnesota. The Am Phytopathol:539. Crawford, penemu; United States Patent. Use of Streptomyces bacteria to control plant pathogen. ID 5,527,526. 18 Juni 1996. Ferreira, S.A., and Boley R.A. 1992. Plant diseases pathogen Sclerotium rolfsii. http://www.cals.ncsu.edu/course/pp728/scl erotium/srolfsii.html. [25 April 2009] Fichtner, E.J. 1999. Sclerotium rolfsii Sacc. Kudzu of the Fungal World http://www.cals.ncsu.edu/course/pp728/scl erotium/srolfsii.html. [25 April 2009] Ganesan, S., Kuppusamy, G.R., and Sekar, R. 2006. Integrated management of stem rot diseases (Sclerotium rolfsii) of groundnut (Arachis hypogaea L.) using Rhyzobium and Trichoderma harizanum (ITCC 4572). J. Agric For (31), p:103-108. Gomes, et al. 2001. Purification of a thermostable endochitinase from Streptomyces RC 1071 isolated from a cerrado soil and its antagonism against phytopathogenic fungi. J Microbiology (90), p: 653-661. Hayward, A.C., Hartman, G.L. 1994. Bacterial Wilt: The Disease and its Causative Agent, Pseudomonas solanacearum.. Cab international. Hwang, B.K., Lee, J.Y., Kim, B.S., Lim, S.W., and Moon, S.S. 2001. Isolation and in vivo and in vitro antifungal activity of phenylacetic acid and sodium phenylacetate from Streptomyces humidus. J. Appl Environ Microbial (67), p: 3739-3745. Ifdal. 2003. Interaksi antara Streptomyces sp dengan Bacillus subtilis, Xanthomonas campestris pv. glycin, Rhizobia dan Pseudomonas sp. [Skripsi]. Bogor: Fakultas 190

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor. Kavitha, Vijayalakhsmi M. 2007. Studies on cultural, physiological and antimicrobial activities of Streptomyces rochei. J. Appl Sci Res 3(12), p: 2026-2029. Lichatowich, T. 2007. The plant growth enhancing and biocontrol mechanisms of Streptomyces lidicuswyec 108 and its use in nursery and greenhouse production. http://www.rngr.net/nurseries/publications/ proceedings. (29 Des 2008). Madigan, M.T., Martinko, J.M., and Parker, J. 2006. Brock: Biology of Mikroorganims. New Jersey American: Prentice Hall. Mc-Manus, and Stocwell V.O. 2001. Antibiotic use for plant diseases management in the United States. Online. Plant Health Progress. Miyadoh, S., and Otoguro, M. 2004. Workshop on isolation methods and classification of Actinomycetes. Bogor: Biotechnology Center LIPI. Muthahanas, I. 2004. Potensi Streptomyces sp. sebagai agens pengendali biologi Ralstonia solanacearum penyebab penyakit layu pada tanaman cabai [tesis]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Okereke, V.C., and Wokocha, R.C. 2007. Effect of some tropical plant extracts, Trichoderma harzianum and captan on the damping-off diseases of tomato induced by Sclerotium rolfsii. J. Agricultural. 1(2), p: 52-54. Pal, K.K., Gardener, and B. McSpaden. 2006. Biological control of plant pathogens. The Plant Health Instructor. DOI: 10.1094/PHI-A-2006-1117-02. Palailah, P., Adiver, S.S., Kumara, O., Chandrappa D., and Jangandi S. 2007. Sensitivity of Sclerotium rolfsii Sacc. Isolates to Different Agrochemical and Cultural Filtrates of Bio-agents. J Agric. Sci. 20(2), p: (422-423). Prapagdee, B., Kuekulvong, C., and Mongkolsuk, S. 2008. Antifungal Potential of Extracellular Metabolites Produced by Streptomyces hygroscopicus against Phytopathogenic Fungi. J Biol Sci (4), p:330-337. Purnomo, A.T., Lailiana, M., dan Isnaeni. 2005. Aktivitas antibakteri sel amobil Streptomyces Sp-1 dalam matrik Caalginat dan Ba-alginat Staphylococcus aureus. Maj Farmasi Airlangga, 5 (2). Semangun. 2006. Penyakit-penyakit Tanaman Pangan di Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada Univ Press. Sigee, D.C. 1993. Bacterial Plant Pathology; Cell and Molecular Aspect. Cambridge: Great Britain Univ Pr. Taechowisan, T., Lu, C., Shen, Y., and Lumyong, S. 2005. Secondary metabolites from endophytic Streptomyces aureofaciens CMUAc 130 and their antifungal activity. Microbiology. (151), p: 1691-1695. Todar, K. 2002. Antimicrobial agents used treatment of infectious disease. http://textbookofbacteriology.net/agentsanti microbial.html.[22 Juni 2007]. Winarni, I. 2004. Kajian Potensi Streptomyces sp Sebagai Agens Pengendalian Hayati Bakteri Patogen pada Benih Padi dan Kedelai. [Tesis]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor. Yuan, W.M., and Crawford, D.L. 1995. Characterization of Streptomyces lidicus WYEC108 as potential biocontrol agent against fungal root and seed roots. Appl Environ Microbiol. (61), p:3119-3128. Zamanian, S., Bonjar, G.H., and Saadoun, I. 2005. First report of antibacterial properties of a new strain of Streptomyces plicatus (strain 101) against Erwinia carotovora subsp. carotovora from Iran. J. Biotechnol. 4(2), p: 114-120. 191