BAB I PENDAHULUAN. Menurut Sivaraj (2013), kawat gigi atau dalam bahasa medisnya orthodontic

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Menurut dr. Andre Yanuar, MD, M.Med, FICS, yang diwawancarai melalui via e-

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat juga terasa kian beragam. Saat ini konsumen dalam. pengaruhi oleh beberapa faktor lainnya seperti untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan informasi yang kurang terhadap sebuah penyakit. Salah satu

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. bergaya western, asia dan Indonesia, sedangkan minuman terdiri dari jus, ice

BAB I PENDAHULUAN. Kota Jakarta mempunyai sentra industri kerajinan yang berlokasi di kecamatan

BAB I PENDAHULUAN. ini. Dapat dilihat dari pagelaran-pagelaran fashion yang kini mulai ramai. memahami bahasa atau istilah yang digunakan.

BAB I PENDAHULUAN. Hasdianah, Siyoto, dan Peristyowati (2014:69) dalam buku Gizi, Pemanfaatan

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pada umumnya banyak manusia yang takut pada ular, karena memiliki racun atau

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Dengan. berkomunikasi, manusia dapat berhubungan dengan sesamanya.

BAB I PENDAHULUAN. melalui penampilan fisik, bila keduanya bersatu maka seorang wanita dapat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Memelihara hewan peliharaan merupakan kegiatan yang semakin digemari oleh

BAB I PENDAHULUAN. cai-rebon dalam bahasa Sunda cai memiliki makna air dan rebon adalah udang

BAB I PENDAHULUAN. menyerang anak-anak. Penyakit Kawasaki adalah penyakit demam akut pada anak

BAB I PENDAHULUAN. Banyak orang tua harus bekerja penuh waktu di era kehidupan modern ini. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, merupakan negara kepulauan terbesar menyimpan kekayaan karang

I. PENDAHULUAN. Pada Pasal 28 H Ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 dinyatakan bahwa setiap

BAB I PENDAHULUAN. yang masih berada dalam kandungan. Pada UU RI no.23 Tahun 2002 Bab III

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. populasi kucing bahkan mencapai ekor ( 5 Mei 2014).

BAB I PENDAHULUAN. Rosyadi (2006) menjelaskan bahwa kebudayaan Cina banyak memberikan

BAB I PENDAHULUAN. konvensional ke media digital online. Teknologi memiliki internet sebagai media

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Diabetes Mellitus ataupun yang lebih sering dikenal dengan sebutan

BAB I PENDAHULUAN. penyedia jasa fotografi yang saat ini semakin banyak bermunculan terutama di

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan potensi bangsa dimasa depan yang sering kali terabaikan,

BAB I PENDAHULUAN. sangat signifikan. Salah satu yang telihat jelas adalah perkembangan smartphone.

BAB I PENDAHULUAN. teman manusia tertua seperti yang dikutip dalam buku Encyclopedia of Pet

BAB I PENDAHULUAN bab XIII, pasal 31 ayat (1) dan (2) bahwa: Tiap-tiap warga negara berhak

BAB I PENDAHULUAN. yang membedakan secara fisik dan non fisik terhadap perusahaan lainnya. Situs

BAB I PENDAHULUAN. Batu akik menjadi fenomena yang sangat mewabah saat ini di berbagai daerah

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Makanan cepat saji termasuk ke dalam junk food atau makanan sampah. Makanan

BAB I PENDAHULUAN. dalam 72 Persen Keluarga Indonesia Pengguna Sepeda

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) jumlah

BAB I PENDAHULUAN. bagian yang tidak dapat dilepas dari kaum wanita. Secara psikologis wanita memang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan teknologi pada era ini menjadi sebuah fenomena yang tidak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang menjadi target. (Farase, Kimbrell dan Woloszyk, 2006, hlm.19)

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan tempat tinggal. Dalam 2-3 tahun terakhir ini, isu mengenai

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan kanker serviks atau yang disebut juga sebagai kanker leher rahim

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi saat ini, persaingan bisnis dalam bidang perawatan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang diberikan kepadanya. Menurut Peraturan Pemerintah Republik

BAB I PENDAHULUAN. Menurut pasal 1 Undang-Undang Republik Indonesia No. 22 tahun 2009 tentang

BAB I PENDAHULUAN. bertambah. Terlebih lagi saat bulan Ramadhan tiba, angka gelandangan dan

BAB I PENDAHULUAN. menurun. Hal ini serupa dengan yang diungkapkan oleh salah satu dokter spesialis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam berinteraksi dengan lingkungannya. dan berinteraksi di dunia. Menurut Assael, gaya hidup adalah A mode of

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan pokok manusia di era yang modern ini. Perkembangan ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kala itu bernama thephotographwedding, sebuah perusahaan jasa fotografi yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. karya seni. Hal inilah yang mendasari adanya sebuah pameran seni. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. (2015) yang diakses pada 3 maret 2015, anak sudah dapat melakukan berbagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Anak usia dini merupakan generasi penerus bangsa sehingga orang tua perlu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

JUDUL PROPOSAL (MAKSIMAL 12 KATA)

poster di sosial media dan di toko-toko sepeda, dan dari mulut ke mulut dari lingkungan komunitas hingga teman kantor atau kuliah, cara ini terbukti

BAB 1 PENDAHULUAN. kebutuhan, untuk mendukung berbagai aktifitas sosialisasi di kehidupan para remaja

BAB I PENDAHULUAN. perubahan peran, hormon dan psikologi, serta kelelahan fisik yang dialami ibu

BAB I PENDAHULUAN. indonesia.org (n.d.: 8 Februari 2014), kanker adalah suatu penyakit yang muncul

BAB I PENDAHULUAN. Balon Bunga merupakan penyedia jasa dekorasi, bunga hantaran dan special effect

KARAKTERISTIK DAN MOTIVASI PEMAKAIAN PIRANTI ORTODONTI CEKAT PADA SISWA SMP DAN SMA BODHICITTA DAN HUSNI THAMRIN MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi, seperti kebutuhan untuk mengetahui berita tentang dunia fashion,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penduduk cukup beragam suku bangsanya. Suku Minahasa yang paling banyak

BAB III KONSEP PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Thalassaemia merupakan penyakit kelainan sel darah merah yang disebabkan

BAB IV OBJEK PENELITIAN Iklan Pepsodent Versi Ayah Adi dan Dika. yang mendidik dan menyenangkan bagi anak-anak dan orang tua.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang pada dasarnya mempunyai keinginan untuk memiliki kulit yang

II METODOLOGI. Metode erat kaitanya dengan bagaimana seorang peneliti menerangkan cara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dunia perhotelan di negara Indonesia diawali dengan dibukanya Hotel Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Di era digital ini, teknologi semakin berkembang. Banyak teknologi baru

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bengkulu merupakan salah satu Kota yang berada di Pulau Sumatra. Terdapat empat

BAB I PENDAHULUAN. Makanan dan minuman adalah salah satu kebutuhan mendasar manusia sebagai

STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL. pemecahan masalah dengan melakukan promosi. Salah satunya. dengan cara menggugah emosi target sasaran.

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah geografis Indonesia merupakan daerah pertemuan tiga lempeng benua

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

yang membentuk lingkungan pemsaran eksternal. komponen bauran pemasaran segmentasi tersebut dalam pemasaran. konsumen perilaku pembelian konsumen.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kemunculan usaha rumah produksi atau biasa disebut dengan production house

Memahami Proses Pemasaran Dan Perilaku Konsumen

Mencuci tangan dengan sabun adalah salah satu tindakan sanitasi dengan. membersihkan tangan dan jari jemari menggunakan air dan sabun oleh manusia

BAB I PENDAHULUAN. Segmentasi adalah usaha untuk membagi suatu populasi menjadi kelompokkelompok. yang dapat dibedakan satu sama lain.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ditanamkan kepada masyarakat, khususnya remaja. Salah satu dari budaya yang

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis properti untuk perumahan kelas menengah kebawah di Indonesia dari tahun

BAB I PENDAHULUAN. Sebagamana yang kita ketahui Fashion merupakan gaya berpakaian yang populer

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kemandirian penting bagi anak guna membentuk kepribadiannya di masa depan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III ANALISA DATA. 3.1 Data Dinas Kesehatan

BAB II LANDASAN TEORETIS DAN DATA PERANCANGAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Sivaraj (2013), kawat gigi atau dalam bahasa medisnya orthodontic sudah ada sejak 3000-2000 SM, yang digunakan hanya untuk mengatasi gigi yang tidak rata. Namun, penggunaan kawat gigi kini di masyarakat telah bertambah fungsinya, bukan sebatas untuk memperbaiki masalah pada gigi tetapi juga untuk kebutuhan fashion. Seperti yang dikutip oleh Oddity Central, dalam health.liputan6.com pada tanggal 20 Desember 2012, kawat gigi menjadi tren karena ada alasannya. Sama halnya ketika orang menganggap gemuk itu menarik karena menunjukkan kemakmuran. Begitu pula dengan kawat gigi. Remaja di Asia menganggapnya sebagai tanda kekayaan, status, dan gaya. Hal tersebut sejalan dengan artikel yang termuat dalam gaya.tempo.com pada 29 Oktober 2012, yakni penggunaan kawat gigi yang tidak sesuai standar medis ini terjadi di kalangan anak remaja untuk menunjukkan status sosial mereka. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, kawat gigi yang murah pun dapat mudah ditemukan, dan banyak yang menjual seperti tukang gigi, online dan dapat dipasangkan dimana saja seperti di tukang gigi maupun salon kecantikan. Menurut Drg. Susiana, Sp. Ort., melalui wawancara yang dilakukan pada tanggal 19 September 2015, menggunakan kawat gigi secara baik dan benar bisa merapikan gigi, memberikan rasa percaya diri yang lebih, memperbaiki mekanisme pengunyahan, memperbaiki pelafalan, dan memperbaiki penampilan 1

wajah. Sedangkan menurut Drg. Ratu Mirah Afifah GCClindent., MDSc., selaku Profesional Relationship Manager Oral Care PT. Unilever Indonesia Tbk dalam website female.kompas.com pada tanggal 24 Juli 2013 mengatakan bahwa pemasangan kawat gigi harus rekomendasi dari dokter spesialis yang memahami anatomi mulut dan gigi. Syarat penggunaan kawat gigi yaitu ketika semua gigi tetap telah tumbuh dan kondisi rahang masih dalam kondisi baik sebelum memasang kawat gigi dan sebaiknya dikonsultasikan terlebih dahulu dengan dokter yang ahli mengenai apakah harus memakai kawat, karena dengan menggunakan kawat gigi dan kita tidak mengetahui cara merawatnya, maka akan menimbulkan efek yang lebih negatif dan yang lebih bahaya, dibanding dengan masalah gigi yang tidak rata. Menurut Drg. Susiana, Sp. Ort., melalui wawancara yang dilakukan pada tanggal 19 September 2015, masyarakat sendiri cenderung lebih memilih ke tukang gigi karena alasan murah selain itu biasanya memasangkan kawat gigi hanya untuk gaya-gayaan dengan harga yang cukup murah yaitu sekitar dua ratus rupiah. Kerugian yang bisa didapatkan akibat memasang kawat gigi di tukang gigi yaitu pemakaiannya tidak hiegenis, pergerakan giginya tidak diperhatikan (miring, derajatnya), harga tidak jauh beda dengan yang ditawarkan dokter gigi, tetapi hasil malah jauh lebih parah (sangat merugikan), kontak antara pasien dengan tukang gigi tidak terjamin, berpotensi terkontaminasi virus ataupun bakteri sehingga terkena penyakit seperti sariawan, tiroid dapat terinfeksi (karena lapisan timbal), alergi logam, gusi pendarahan, dan gigi berlubang. 2

Pemerintah sudah memperhatikan tentang masalah keberadaaan tukang gigi ini dengan mengeluarkan peraturan menteri yaitu PERMENKES no.53/ DPK/I/K/1969, PERMENKES no.1871/menkes/per/ix/2011, PERMENKES no. 339/MENKES/ PER/V/1989 dan PDGI (Persatuan Dokter Gigi Indonesia) pun sudah membuat kampanye tentang masalah gigi dan mulut. Di dalam desain grafis masyarakat bisa disadarkan melalui kampanye sosial. Menurut Venus (2012) kampanye bisa digunakan untuk menggugah kesadaran dan pendapat masyarakat tertentu yang kemudian bisa digunakan untuk mengambil keputusan dalam melalukan tindakan yang diperlukan (hlm. 4-8). Melihat adanya fenomena seperti yang telah diuraikan sebelumnya, maka untuk mengatasinya yaitu melalui sebuah kampanye sosial yang dapat mencegah penggunaan kawat gigi yang tidak sesuai standar medis karena terdapat banyak bahaya yang ditimbulkannya. Kampanye sosial yang dirancang berbeda dari kampanye sosial tentang kesehatan gigi dan mulut yang dilangsungkan oleh PDGI, karena yang dibahas bukanlah kesehatan gigi secara umum dan keseluruhan namun kampanye ini mencermati secara lebih spesifik permasalahan kawat gigi yang tidak sesuai standar. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, dapat disebutkan rumusan masalah sebagai berikut: bagaimana perancangan visual kampanye sosial mengenai pencegahan pemasangan kawat gigi yang tidak sesuai standar medis? 3

1.3. Batasan Masalah Agar penulisan laporan tugas akhir ini sesuai dengan tujuan yang sebelumnya telah direncanakan, maka penulis menetapkan batasan-batasan sebagai berikut: 1.3.1. Target Audien Menurut Shimp (2003), demografis terdiri atas beberapa karakteristik seperti usia, penghasilan, jenis kelamin dan etnis. Dengan adanya demografis, dapat mengidentifikasi segmen pasar dan memilih media (hlm.121). Menurut Strydom (2004), geografis merujuk pada lokasi, seperti provinsi, kota dan provinsi (hlm. 65-66). Geodemografi menurut Shimp (2003) yaitu orang-orang yang menetap di area yang sama, misalnya bertetangga ataupun dalam satu zona area yang sama (hlm. 149). Sedangkan psikografis menurut Shimp (2003), mempelajari sikap, emosi dan gaya hidup konsumen mereka untuk melakukan segmentasi pasar (hlm. 145). Adapun penerapannya dalam batasan masalah dari perancangan kampanye yang akan dilakukan yaitu: A. Demografis Usia : Remaja, 15 tahun-21 tahun Gender : Pria dan Wanita Kebangsaan : Indonesia Etnis : Semua etnis Bahasa : Indonesia Agama : Semua agama Pendidikan : SMP - Strata Satu 4

Pekerjaan : Pelajar-Mahasiswa Status Pernikahan : Belum menikah B. Geografis Provinsi : DKI Jakarta C. Psikografis Gaya hidup : Urban Aktifitas : Ingin dipandang di masyarakat Ketertarikan : Mengikuti Tren Sikap/ attitudes : Berani, suka pamer dan gengsi D. Geodemografis Hunian : Komplek perumahan E. Behavioral Manfaat : Masyarakat dapat mengetahui bahaya dari penggunaan kawat gigi yang tidak sesuai standar tersebut. Status Pengguna : Sementara Status loyalitas : Tidak berpotensi untuk loyal Sikap : Berani untuk mencoba hal yang baru 1.3.2. Waktu Penelitian untuk perancangan kampanye sosial ini terjadi pada kurun waktu tahun 2000-an, dan tahun 2015 sebagai tahun untuk mengkampanyekan mengenai pemasangan kawat gigi yang tidak sesuai standar medis ini. Kampanye sosial ini akan dilangsungkan berbarengan dengan Bulan Kesehatan Gigi Nasional (BKGN) 5

yaitu bulan September dan pada hari Kesehatan Gigi Nasional yaitu tanggal 12 September 2015. Kampanye sosial ini akan dilangsungkan dalam waktu 1 bulan. 1.4. Tujuan Tugas Akhir Merancang visual kampanye sosial mengenai pemasangan kawat gigi yang tidak sesuai standar medis untuk dapat mencegah dan memberitahu bahaya yang dapat ditimbulkan dari kawat gigi yang tidak sesuai standar medis tersebut. 1.5. Metode Pengumpulan Data Penulis mengumpulkan data-data yang nantinya akan berguna bagi penelitian ini dengan menggunakan metode kualitatif. Penulis menggunakan metode kualitatif yang berfokus pada kata, bukannya angka. Selain itu, adanya keterlibatan peneliti, sudut pandang pastisipan, melalukan riset skala kecil, berfokus pada yang holistik, fleksibel, memerlukan proses, berlatar alami, dan menggunakan pemikiran induktif, baru deduktif (Kasali, 2008). Adapun penerapannya sebagai berikut: 1. Wawancara Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan menggunakan pertanyaan yang ada lalu ditanyakan kepada responden, narasumber yang digunakan yaitu, drg. Susiana, Sp. Ort., drg. Devi Siswadi dan drg. Tuti M.J., Sp. Ort. Selain itu, penulis juga melakukan wawancara dengan korban pengguna kawat gigi yang tidak sesuai standar medis. Wawancara dilakukan untuk mendapatkan opini-opini atau jawaban mereka sebagai bahan acuan. 6

2. Observasi Observasi dilakukan untuk mengetahui situasi lapangan dan mengetahui peristiwa. Observasi juga digunakan untuk mempelajari pola perilaku masyarakat dan untuk menentukan target dari kampanye ini. Penulis melakukan observasi dengan mendatangi langsung tukang gigi dan klinik gigi medis untuk mengetahui perbedaan dari dua tempat tersebut. 1.6. Metode Perancangan Mengikuti model kampanye Ostergaard (melalui Venus, 2012), pembuatan kampanye dapat memecahkan masalah, oleh karena itu penulis menyusun beberapa tahapan-tahapan. Tahapan perancangan kampanye meliputi (hlm.14-18): 1. Tahap prakampanye Identifikasi masalah kemudian dicari hubungan sebab-akibat (cause and effect relationship) dengan fakta yang ada, dimana masalah yang ada yaitu banyaknya korban akibat memakai kawat gigi yang tidak sesuai standar medis. 2. Tahapan pengelolaan kampanye yang dimulai dari perancangan, pelaksanaan, hingga evaluasi Dalam tahap ini diperlukannya riset untuk mengidentifikasi karakteristik khalayak sasaran untuk dapat merumuskan pesan. Target audien dari kampanye sosial ini yaitu laki-laki dan perempuan, remaja umur 15-21 tahun. 7

3. Tahap pascakampanye Tahap evaluasi pada penanggulangan masalah (reduced problems). Dalam tahap ini evaluasi diarahkan pada keefektifitas kampanye dalam mengurangi atau menghilangkan masalah yang telah diidentifikasi pada tahap prakampanye. Selain itu, dalam proses perancangan desain, penulis mengikuti tahapan teori Landa (2011), yang menjelaskan bagaimana tahapan untuk memecahkan masalah melalui sebuah desain yaitu sebagai berikut: 1. Orientasi Penulis memulai dengan mengidentifikasi masalah dengan mengacu pada pertanyaan-pertanyaan berdasarkan 5W+1H, yaitu who (siapa), what (apa), when (kapan), why (mengapa), where (di mana) dan how (bagaimana). 2. Analisis Analisis dengan dilakukan dengan brainstorming. Lalu muncul ide-ide yang semakin berkembang dan memudahkan penulis untuk menentukan apa saja yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah. 3. Konseptual Desain Konsep yang ditentukan yaitu nantinya akan menjadi acuan dari perancangan kampanye sosial ini, sehingga rancangan yang akan dibuat sesuai dengan topik tugas akhir dan memiliki hasil akhir yang sesuai dengan hasil dari rumusan masalah. 8

4. Desain Penulis menuangkan konsep dalam bentuk sketsa, untuk membuat gambaran singkat yang berkaitan dengan konten dari perancangan. Setelah itu, sketsa akan dikembangkan dalam tahap digital. 5. Implementasi Setelah itu, pada tahap ini hasil desain yang telah dibuat, diterapkan kedalam media kampanye sosial yang telah ditentukan (hlm 77-99). 9

1.7. Sistematika Perancangan Gambar 1.1. Sistematika Perancangan 10