PERENCANAAN GEDUNG BEDAH SENTRAL TERPADU (GBST) RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA

dokumen-dokumen yang mirip
PERANCANGAN STRUKTUR HOTEL AMARIS SIMPANG LIMA SEMARANG

PERANCANGAN STRUKTUR HOTEL IBIS BUDGET SEMARANG

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG POLITEKNIK KESEHATAN SEMARANG

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PARKIR SUNTER PARK VIEW APARTMENT DENGAN METODE ANALISIS STATIK EKUIVALEN

PERENCANAAN GEDUNG PERKANTORAN ARMADA II DI MAGELANG. Bakhtiar Ali Afandi, Mansyur Arifudin, Himawan Indarto *), Ilham Nurhuda

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG MENARA BRI SEMARANG. Linda Permatasari, Rahadhiyan Putra W, Parang Sabdono *), Hardi Wibowo *)

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG HOTEL PERSONA JAKARTA

PERENCANAAN GEDUNG PASCASARJANA POLTEKES SEMARANG

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KULIAH DI YOGYAKARTA

PERENCANAAN STRUKTUR APARTEMEN ALAM INDAH TEMANGGUNG


PERENCANAAN STRUKTUR KONDOTEL GRAND DARMO SUITE SURABAYA

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KULIAH UTAMA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

REDESAIN GEDUNG KANTOR JASA RAHARJA CABANG JAWA TENGAH JALAN SULTAN AGUNG - SEMARANG Muhammad Razi, Syaiful Anshari Windu Partono, Sukamta*)

PERENCANAAN STRUKTUR CITRA DREAM HOTEL SEMARANG

PERENCANAAN STRUKTUR HOTEL KUDUS BERDASARKAN SNI

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUMAH SAKIT ISLAM GIGI DAN MULUT RSI SULTAN AGUNG SEMARANG

REDESAIN STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA T-24 PARAKAN DI TEMANGGUNG

MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG ASRAMA MAHASISWA UGM KOMPLEKS KINANTI MENGGUNAKAN METODE PRACETAK (PRECAST) DENGAN SISTEM RANGKA GEDUNG (BUILDING FRAME

PERENCANAAN GEDUNG HOTEL 4 LANTAI & 1 BASEMENT DENGAN SISTEM DAKTAIL PARSIAL DI WILAYAH GEMPA 4

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG APARTEMEN TRILIUM DENGAN METODE PRACETAK (PRECAST) PADA BALOK DAN PELAT MENGGUNAKAN SISTEM RANGKA GEDUNG (BUILDING

EVALUASI DESAIN STRUKTUR GEDUNG TRAINING CENTRE II UNIVERSITAS DIPONEGORO

BAB III ESTIMASI DIMENSI ELEMEN STRUKTUR

PERENCANAAN STRUKTUR SEMARANG MEDICAL CENTER HOSPITAL JALAN KH. AHMAD DAHLAN SEMARANG

Analisis Perilaku Struktur Pelat Datar ( Flat Plate ) Sebagai Struktur Rangka Tahan Gempa BAB III STUDI KASUS

PERENCANAAN STRUKTUR HOTEL GRANDHIKA SEMARANG

fc ' = 2, MPa 2. Baja Tulangan diameter < 12 mm menggunakan BJTP (polos) fy = 240 MPa diameter > 12 mm menggunakan BJTD (deform) fy = 400 Mpa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. Dalam. harus diperhitungkan adalah sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembebanan yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. harus dilakukan berdasarkan ketentuan yang tercantum dalam Tata Cara

MODIFIKASI GEDUNG BANK CENTRAL ASIA CABANG KAYUN SURABAYA DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM GANDA

BAB II STUDI PUSTAKA

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG HOTEL FAVE SOLO BARU

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUMAHSAKIT TELUK BAYUR KOTA PADANG

PERENCANAAN STRUKTUR APARTEMEN RASUNA SOLO

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG HOTEL CEMPAKA, KRANGGAN TEMANGGUNG

BAB V PEMBAHASAN. bahan yang dipakai pada penulisan Tugas Akhir ini, untuk beton dipakai f c = 30

BAB V PENUTUP. Pada tabel tersebut dengan nilai N = 27,9 maka jenis tanah termasuk tanah sedang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang aman. Pengertian beban di sini adalah beban-beban baik secara langsung

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUMAH SUSUN SEDERHANA DAN SEWA ( RUSUNAWA ) MAUMERE DENGAN SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN KHUSUS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MODIFIKASI PERENCANAAN UPPER STRUKTUR SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN MENENGAH PADA GEDUNG PERKANTORAN DAN PERDAGANGAN JL. KERTAJAYA INDAH TIMUR SURABAYA

BAB III ANALISA STRKTUR

STUDI PERILAKU STRUKTUR BETON BERTULANG TERHADAP KINERJA BATAS AKIBAT PENGARUH TINGGI BANGUNAN DAN DIMENSI KOLOM BERDASARKAN SNI

PERANCANGAN MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) KEPANJEN MALANG DENGAN SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN KHUSUS UNTUK DIBANGUN DI ACEH

T I N J A U A N P U S T A K A

PERENCANAAN GEDUNG DINAS KESEHATAN KOTA SEMARANG. (Structure Design of DKK Semarang Building)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG WISMA SEHATI MANOKWARI DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM GANDA

Perencanaan Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa Berlantai 4: Studi Kasus Gedung Baru Kampus I Universitas Teknologi Yogyakarta ABSTRACT

TUGAS AKHIR ANALISA PEMBESARAN MOMEN PADA KOLOM (SRPMK) TERHADAP PENGARUH DRIFT GEDUNG ASRAMA MAHASISWI UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERENCANAAN STRUKTUR BANGUNAN GEDUNG HOTEL HORISON PEKALONGAN. Andy Purwanto, M. Tri Prayogy Ilham Nurhuda * ), Parang Sabdono

BAB IV POKOK PEMBAHASAN DESAIN. Perhitungan prarencana bertujuan untuk menghitung dimensi-dimensi

PERANCANGAN GEDUNG APARTEMEN DI JALAN LAKSAMANA ADISUCIPTO YOGYAKARTA

BAB III METODOLOGI. Berikut adalah bagan flowchart metodologi yang digunakan dalam penyelesaian Tugas Akhir ini. . Gambar 3.1. Flowchart Metodologi

PERENCANAAN STRUKTUR STADION MIMIKA MENGGUNAKAN SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN MENENGAH DENGAN STRUKTUR ATAP SPACE FRAME

PENGARUH PENGGUNAAN BETON FLY SLAB PADA GEDUNG BERTINGKAT ( STUDI KASUS GEDUNG TELKOMSEL SEMARANG )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERENCANAAN GEDUNG PASAR TIGA LANTAI DENGAN SATU BASEMENT DI WILAYAH BOYOLALI (DENGAN SISTEM DAKTAIL PARSIAL)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tingkat kerawanan yang tinggi terhadap gempa. Hal ini dapat dilihat pada berbagai

BAB IV ANALISA STRUKTUR

PERENCANAAN GEDUNG BETON BERTULANG BERATURAN BERDASARKAN SNI DAN FEMA 450

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergesekan lempeng tektonik (plate tectonic) bumi yang terjadi di daerah patahan

PERENCANAAN GEDUNG PERPUSTAKAAN KOTA 4 LANTAI DENGAN PRINSIP DAKTAIL PARSIAL DI SURAKARTA (+BASEMENT 1 LANTAI)

*Koresponndensi penulis: Abstract

Kata kunci : Dinding Geser, Rangka, Sistem Ganda, Zona Gempa Kuat. Latar Belakang

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN. dilakukan setelah mendapat data dari perencanaan arsitek. Analisa dan

PERENCANAAN GEDUNG PAVILIUN GARUDA II RUMAH SAKIT DOKTER KARIADI SEMARANG. Bernard Bayu Baskoro, Daniel Erlanda Nuroji, Purwanto

BAB V DESAIN TULANGAN STRUKTUR

PERENCANAAN STRUKTUR APARTEMEN WHITE PEARL SEMARANG. David Mulyawan Prayogo, Dea Nika Alvianti Nuroji, Himawan Indarto ABSTRAK

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan

Jl. Banyumas Wonosobo

PERHITUNGAN STRUKTUR STRUKTUR BANGUNAN 2 LANTAI

BAB IV PERENCANAAN AWAL (PRELIMINARY DESIGN)

BAB V PENULANGAN STRUKTUR

REDESAIN PERENCANAAN STRUKTUR HOTEL CITY ONE JALAN VETERAN SEMARANG

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SYARIAH TOWER UNIVERSITAS AIRLANGGA MENGGUNAKAN BETON BERTULANG DAN BAJA-BETON KOMPOSIT

BAB I PENDAHULUAN. maka kegiatan pemerintahan yang berkaitan dengan hukum dan perundangundangan

PERANCANGAN HOTEL 7 LANTAI DAN 1 BASEMENT YOGYAKARTA (SNI 1726:2012 & SNI 2847:2013)

BAB I PENDAHULUAN Konsep Perencanaan Struktur Beton Suatu struktur atau elemen struktur harus memenuhi dua kriteria yaitu : Kuat ( Strength )

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah daerah rawan gempa, untuk mengurangi resiko korban

PENGARUH DOMINASI BEBAN GRAVITASI TERHADAP KONSEP STRONG COLUMN WEAK BEAM PADA STRUKTUR RANGKA PEMIKUL MOMEN KHUSUS

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG ICT UNIVERSITAS DIPONEGORO - TEMBALANG SEMARANG

ANALISIS PERILAKU STRUKTUR PELAT DATAR ( FLAT PLATE ) SEBAGAI STRUKTUR RANGKA TAHAN GEMPA TUGAS AKHIR

PERANCANGAN STRUKTUR HOTEL DI JALAN LINGKAR UTARA YOGYAKARTA

BAB IV PEMODELAN STRUKTUR

BAB III METODOLOGI Tinjauan Umum

PERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG CONDOTEL MATARAM CITY YOGYAKARTA. Oleh : KEVIN IMMANUEL KUSUMA NPM. :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Vol.17 No.2. Agustus 2015 Jurnal Momentum ISSN : X

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia baik di bidang ekonomi, politik, sosial, budaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERENCANAAN GEDUNG RESEARCH CENTER-ITS SURABAYA DENGAN METODE PRACETAK

TEKNIK PEMBESIAN PELAT BETON

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. geser membentuk struktur kerangka yang disebut juga sistem struktur portal.

PERENCANAAN GEDUNG PERKANTORAN DI KOTA PADANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada perencanaan bangunan bertingkat tinggi, komponen struktur

PERHITUNGAN STRUKTUR BETON BERTULANG GEDUNG KANTOR SEWA DELAPAN LANTAI DI PONTIANAK ABSTRAK

Transkripsi:

JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014, Halaman 1161 JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014, Halaman 1161 1169 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkts PERENCANAAN GEUNG BEAH SENTRAL TERPAU (GBST) RUMAH SAKIT BETHESA YOGYAKARTA Nisa Utami, Yayan Iswadena, Sri Tudjono *), Windu Partono *) Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas iponegoro Jl. Prof Soedarto, Tembalang, Semarang. 50239, Telp.: (024)7474770, Fax.: (024)7460060 ABSTRAK Struktur Gedung Bedah Sentral Terpadu Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta didesain menggunakan sistem Struktur Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) dimana struktur gedung sudah direncanakan sebelumnya pada tahun 2011, dan direncanakan ulang dengan analisis beban gempa menggunakan metode analisis statik ekivalen. Gaya gempa dihitung berdasarkan wilayah zona gempa 4 dimana wilayah tersebut memiliki percepatan gempa yang cukup besar, sehingga harus didesain struktur yang tahan terhadap gempa. Untuk mewujudkan struktur tahan gempa digunakan Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus. Sistem rangka berupa rangka yang tersusun dari balok dan kolom, dimana kolom dibuat lebih kuat dari balok (strong column weak beam). Menghindari terjadinya kegagalan struktur pada pertemuan balok-kolom, maka sendi plastis direncanakan terjadi di balok dan untuk kolom hanya terjadi di kolom bagian atas pondasi. Perhitungan analisis kegempaan mengacu pada SNI gempa terbaru tahun 2012. Analisis struktur menggunakan program SAP2000 v14 untuk membantu pemodelan struktur dan mengetahui gaya-gaya dalam yang bekerja pada struktur. Material yang digunakan yaitu beton f c 30 MPa, sedangkan untuk besi tulangan pelat dan sengkang f y 240 MPa serta besi tulangan utama f y 400 MPa. kata kunci : Kolom Kuat Balok Lemah ABSTRACT Integrated Surgical Operation Centre Building of Bethesda Hospital Yogyakarta designed by using Special Moment Resisting Frame System (SMRFS) while the structure was designed earlier in 2011, and re-designed with earthquake load analysis using equivalent static analysis methods. Seismic forces calculated based on area of the earthquake zone 4 as the region has a fairly large earthquake acceleration, so it must be designed earthquake-resistant structures. To realize earthquake resistant structures used Special Moment Resisting Frame System. Frame system is composed of a framework of beams and columns, where the columns are made stronger than the beam (strong column weak beam). To avoid failure of the structure at the beam-column joint, plastic form joint is planned to occur in the beams and columns only occur at the top of the column foundation. Calculation of seismic analysis refers to SNI latest earthquake in 2012. Structure analysis *) Penulis Penanggung Jawab 1161

JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014, Halaman 1162 using program SAP2000 v14 to help modeling the structure and determine the forces acting on the structure. Materials used are concrete f'c 30 MPa, where as for steel reinforcement plates and cross bar 240 MPa fy and longitudinal bar fy 400 MPa. keywords: Strong Column Weak Beam PENAHULUAN Perencanaan struktur gedung dipandang penting untuk mempunyai ketahanan terhadap gempa untuk menghindari terjadinya korban jiwa karena runtuhnya gedung akibat gempa yang kuat. Kekuatan struktur gedung sangat terkait dengan keamanan dan ketahanan struktur dalam menahan atau menampung beban yang bekerja pada struktur tersebut. Standar Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung menetapkan suatu konsep Perencanaan Kapasitas (Capacity esign), dimana struktur gedung direncanakan mempunyai tingkat daktilitas yang cukup, sehingga struktur tetap berdiri walaupun berada dalam kondisi diambang keruntuhan. Sistem struktur yang dipilih harus menghasilkan kekakuan maksimum dengan massa bangunan yang seminimal mungkin, maka akan dihasilkan sistem struktur yang ringan dan ekonomis namun kuat dalam menahan beban lateral yang bekerja pada struktur terutama beban lateral akibat gempa. PERMASALAHAN Beban gempa yang bersifat tak terprediksi menjadi faktor penting yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan struktur gedung bertingkat, sehingga perlu pemahaman akan peraturan gempa dan beton yaitu SNI 03-1726-2012 dan SNI 03-2847- 2002. Ruang lingkup perencanaan struktur Gedung Bedah Sentral Terpadu ditinjau dari segi teknis adalah disain struktur gedung direncanakan diaplikasikan di Yogyakarta yang merupakan wilayah rawan terhadap gempa, sehingga harus direncanakan bangunan yang boleh mengalami kerusakan tetapi tidak boleh runtuh ketika terjadi gempa bumi. Perencanaan dan perhitungan struktur primer, yaitu: balok induk, kolom, dan hubungan balok-kolom, perencanaan dan perhitungan struktur sekunder, yaitu: tangga, balok tangga, pelat lantai, lift, dan balok anak, perencanaan struktur menggunakan program SAP2000 v14, perencanaan tidak meninjau metode pelaksanaan konstruksi dan spesifikasi teknis, dan perencanaan tidak memperhitungkan sistem utilitas gedung, perencanaan saluran air bersih dan kotor, instalasi atau jaringan listrik, finishing, dan lain-lain. METOOLOGI Perencanaan dan analisis perhitungan struktur dilaksanakan pada seluruh struktur bangunan gedung sesuai dengan acuan-acuan maupun peraturan-peraturan yang berkaitan dengan struktur gedung. Sistematis tahapan perencanaan Gedung Bedah Sentral Terpadu ditunjukkan oleh bagan alir perencanaan yang ada pada Gambar 1. 1162

JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014, Halaman 1163 MULAI Perencanaan: Gedung 5 lantai fungsi + lantai atap Pengumpulan ata: 1. Observasi 2. Studi Pustaka Pemodelan Struktur dan Analisis Pembebanan Struktur Bangunan Tahan Gempa dengan Prinsip esain Kapasitas (Strong Column Weak Beam) Analisis Elemen Struktur dengan Program SAP2000 v14 Perhitungan imensi dan Penulangan Gambar Kerja dan Rencana Anggaran Biaya SELESAI Gambar 1. Bagan Alir Perencanaan 1163

JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014, Halaman 1164 ANALISIS AN PEMBAHASAN Evaluasi Beban Gempa Perhitungan analisis struktur gedung terhadap beban gempa mengacu pada SNI 03-1726- 2012, dimana analisis struktur gedung bertingkat dilakukan dengan Metode Statik Ekivalen. Berdasarkan parameter tanah yang diperoleh dari rata-rata nilai N-SPT sampai kedalaman tanah 30 m, struktur bangunan direncanakan berdiri di atas tanah sedang. Analisis gempa rencana (V) dipengaruhi beberapa faktor seperti ditunjukkan pada persamaan 1, diantaranya yaitu faktor keutamaan (I e ) menurut kategori resiko bangunan terhadap gempa. Bangunan rumah sakit termasuk dalam kategori resiko IV, sehingga besarnya faktor keutamaan yaitu 1,5. Faktor lain yang mempengaruhi gempa rencana yaitu koefisien respons (R) dimana sistem struktur yang dipilih yaitu Rangka Beton Bertulang Pemikul Momen Khusus, maka nilai koefisien respons diambil sebesar 8. Parameter percepatan respons (S S ) besarnya tergantung pada wilayah gempa dan jenis tanah dimana struktur tersebut direncakan, sedangkan untuk besarnya beban (W) merupakan beban mati total dari struktur gedung. S S V W R I e ari hasil analisis menggunakan program SAP2000 v14 didapatkan nilai simpangan antar lantai arah-x dan arah-y akibat beban gempa ditunjukkan pada Tabel 1 kolom 2 dan 3. Tabel 1. Kontrol Terhadap Simpangan Antar Lantai Arah-x dan Arah-y Lantai δ xe δ ye δ (cm) (cm) Cd Ie x δ y rift x rift y a (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) Ket (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) 1 0 0 5,5 1,5 0 0 0 0 6,15 OK 2 0,483 0,485 5,5 1,5 1,771 1,778 1,771 1,778 6,15 OK 3 1,256 1,281 5,5 1,5 4,605 4,697 2,834 2,919 6,15 OK 4 1,972 2,033 5,5 1,5 7,231 7,454 2,625 2,757 6,15 OK 5 2,522 2,619 5,5 1,5 9,247 9,603 2,017 2,149 6,15 OK 6 2,861 2,993 5,5 1,5 10,490 10,974 1,243 1,371 6,15 OK 7 3,066 3,286 5,5 1,5 11,242 12,049 0,752 1,074 6,15 OK Berdasarkan SNI 03-1726-2012 Pasal 7.8.6 simpangan antar lantai tingkat izin ( ) harus dihitung sebagai perbedaan defleksi di tingkat teratas dan terbawah yang ditinjau. efleksi di tingkat x (δ x ) harus ditentukan sesuai dengan persamaan 2. dimana: C d = faktor pembesaran defleksi δ xe = defleksi pada lokasi yang disyaratkan = faktor keutamaan gempa I e efleksi di atas tidak boleh melebihi drift limit tingkat yang diizinkan ( a ) sesuai dengan Tabel 16 Pasal 7.12.1 SNI 03-1726-2012, dimana nilai story dirft ( a ) yang diizinkan tidak 1164

JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014, Halaman 1165 boleh melampaui 0,015 kali tinggi tingkat seperti pada Tabel 1 kolom 10. Kontrol terhadap simpangan antar lantai arah-x dan arah-y ditunjukkan pada Tabel 1 kolom 8 dan 9. Perencanaan Struktur Tangga Struktur tangga yang direncanakan dengan tinggi antar lantai (T) adalah 4,1 meter, panjang pekerjaan tangga adalah 3,36 m, dan kemiringan tangga (α) adalah 31,39. ari hasil perhitungan struktur tangga diperoleh besarnya momen yang bekerja pada tangga yaitu M11 untuk menghitung penulangan arah-x dan M22 untuk penulangan arah-y. Hasil perencanaan dari tangga ditunjukkan pada Tabel 2. Tangga Lantai 1-4 Lantai 5 R. Mesin Perencanaan Pelat Lantai Tabel 2. Kebutuhan Tangga Posisi Bordes Tangga Bordes Tangga Bordes Tangga Arah Penulangan Asumsi perhitungan pelat lantai dilakukan dengan menganggap bahwa setiap pelat lantai dibatasi oleh balok, baik balok anak maupun balok induk. itentukan dimensi pelat lantai yang direncanakan pada pelat lantai denah lantai 2 pada As 3-4 dan -G dengan l y = 4000 mm dan l x = 4000 mm. Menentukan nilai momen dilakukan dengan cara manual berdasarkan peraturan CUR 1 Bab 4 Pasal 7. Hasil perencanaan ditunjukkan pada Tabel 3. Tabel 3. Kebutuhan Pelat Lantai ly (m) lx (m) β Sistem Penulangan 4,00 4,00 1 two way Nilai Momen Mu (knm) Mu/Ø ρ ρ digunakan As (mm 2 ) As terpasang (mm 2 ) Mlx 3,486 4,358 0,0003 0,0058 78,5 P10-125 551 Mly 3,486 4,358 0,0003 0,0058 78,5 P10-125 551 Mtx 7,112 8,890 0,0006 0,0058 78,5 P10-125 551 Mty 7,112 8,890 0,0006 0,0058 78,5 P10-125 551 1165

JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014, Halaman 1166 Perencanaan Balok Anak Balok anak direncanakan untuk membatasi luasan pelat lantai agar tidak melebihi luasan yang diizinkan. Pada perencanaan balok anak (BA), dimensi tinggi balok anak diperkirakan dengan h = (1/10 1/15) L dan perkiraan lebar balok anak diambil b = (1/2 2/3) h menurut (Vis dan Gideon, 1997). Sehingga direncanakan dimensi balok anak yang ditinjau pada balok anak BA1 denah lantai 2 pada As 3-4 dan -G dengan panjang bentang (L) adalah 10200 mm, tinggi balok anak (h) adalah 500 mm dan lebar balok anak (b) adalah 300 mm. Hasil perhitungan ditunjukkan pada Tabel 4. Tipe b h Tabel 4. Kebutuhan Balok Anak sengkang BA1 300 500 22 10 Perencaan Balok Induk Posisi Mu (knm) Tarik Tekan Vu (kn) Jumlah Tul Geser Tul Geser tumpuan 199,77 522 322 210-75 172,238 2 lapangan 88,102 322 222 210-150 Balok induk merupakan elemen horisontal dari struktur, dan direncanakan untuk menerima lentur yang terjadi pada struktur. Perencanaan balok induk (BU) menurut Vis dan Gideon (1997), dimensi tinggi balok induk diperkirakan h = (1/10 1/15) L dan perkiraan lebar balok induk b = (1/2 2/3) h. irencanakan dimensi balok induk yang ditinjau pada balok induk BU1 denah lantai 2 pada As C4-4 dengan ukuran panjang (L) adalah 10200 mm, lebar balok induk (b) adalah 400 mm, tinggi balok induk (h) adalah 900 mm. utama balok induk diperoleh dari perhitungan tulangan tekan dan tarik secara bersamaan dengan mengasumsikan tulangan tekan mempunyai kapasitas 50% dari tulangan tariknya, sedangkan untuk perhitungan tulangan geser balok diperoleh dari besarnya gaya geser berdasarkan geser akibat beban gravitasi dan geser akibat beban gempa yang menyebabkan struktur bergoyang. Kebutuhan tulangan untuk menahan geser pada persamaan 3 dihitung pada posisi sendi plastis dan di luar sendi plastis. Nilai V c tidak diperhitungkan pada posisi sendi plastis karena jika struktur menerima beban gempa yang arahnya bolak-balik, beton pada posisi tersebut akan hancur sehingga besarnya V c adalah nol. Vu Vs Vc Hasil perencanaan tulangan balok induk ditunjukkan pada Tabel 5. Tabel 5. Kebutuhan Balok Induk Tipe b h sengkang BU1 400 900 22 10 Posisi Mu (knm) Tarik Tekan Vu (kn) Jumlah Tul Geser Tul Geser tumpuan 956,96 1022 522 3 310-50 387,027 lapangan 703,24 822 422 2 210-75 1166

JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014, Halaman 1167 Perencanaan Kolom Perencanaan kolom (K1) dengn dimensi kolom yang ditinjau pada denah lantai 1 pada As -4 dengan ukuran panjang (L) adalah 4100 mm, lebar kolom (b) adalah 600 mm, tinggi kolom (h) adalah 800 mm. Perencanaan tulangan utama kolom menggunakan metode grafik kapasitas beton berdasarkan CUR 4 dilihat dari besarnya beban aksial dan momen yang bekerja, sedangkan untuk tulangan geser harus direncanakan kuat menahan gaya geser di kolom yang besarnya tergantung dari besar momen kapasitas (M pr ) ujung balok yang tertumpu pada kolom yang ditinjau. Momen yang bekerja di kolom dibuat 20% lebih besar dari momen kapasitas (M pr ) balok seperti pada persamaan 4, karena kolom direncanakan lebih kuat daripada baloknya. iagram gaya-gaya yang bekerja di kolom ditunjukkan pada Gambar 2. Gambar 2. Gaya-gaya yang Bekerja di Kolom 1,2 M pr 1 M pr2 Mu 2 Hasil perencanaan tulangan utama dan tulangan geser kolom ditunjukkan pada Tabel 6. Tabel 6. Kebutuhan Kolom b h Pu Mu Tipe sengkang Vu Jumlah Tul Geser Posisi Utama (kn) (knm) (kn) Tul Geser alam 5 510-75 bentang K1 600 800 25 10 2387,2 1109,6 2425 692,858 i luar 3 310-100 bentang Perencanaan Hubungan Balok Kolom Hubungan balok-kolom (HBK) mempunyai peranan yang sangat penting dalam perencanaan suatu struktur gedung bertingkat karena adanya gaya-gaya yang bekerja pada hubungan balok dan kolom dimana gaya tersebut bekerja akibat pengaruh dari balok dan kolom secara bersamaan seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3. 1167

JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014, Halaman 1168 Gambar 3. Gaya yang Bekerja pada Hubungan Balok-Kolom Nilai gaya-gaya yang bekerja pada balok dalam kondisi plastis berdasarkan tulangan tarik yang terpasang 1022 adalah T s1 = 1899,7 kn, C c1 = 1244,327 kn, T s1 = 655,368 kn. Untuk nilai gaya-gaya yang bekerja pada balok dalam kondisi plastis berdasarkan tulangan tarik yang terpasang 522 adalah T s2 = 949,85 kn, C c2 = 618,743 kn, T s2 = 331,121 kn. Gaya yang dihasilkan dapat digunakan untuk merencanakan tulangan pengekang dengan besar gaya geser di joint seperti pada persamaan 5. Vu Ts1 Cc 2 T s ' 2 V e Perencanaan penulangan hubungan balok-kolom struktur gedung pada tengah portal dengan hasil jumlah tulangan pengekang 6 leg tulangan polos diameter 10 mm dengan jarak 75 mm, dan untuk tepi portal jumlah tulangan pengekang adalah 3 leg tulangan polos dengan diameter dan jarak yang sama dengan bagian tengah portal. Perencanaan Pondasi Pondasi pada struktur gedung ini direncanakan menggunakan pondasi sumuran dengan diameter 1800 mm. Adapun yang menjadi latar belakang pemilihan tipe pondasi tersebut adalah berdasarkan hasil penyelidikan tanah di lokasi perencanaan, kondisi tanah keras berada pada kedalaman -8 meter. Besarnya diameter pondasi ditentukan dari analisis daya dukung pondasi tiang tunggal, dimana beban yang dipikul oleh pondasi tidak boleh melebihi daya dukung tiang yang diizinkan. Untuk besarnya momen yang bekerja pada pondasi diperoleh dari pengaruh gaya geser akibat terbentuknya sendi plastis pada kolom di atas pondasi, serta diperhitungkan terhadap tekanan tanah aktif dan tekanan tanah pasif seperti ditunjukkan pada Gambar 4. Kondisi momen masimum Mmax Gambar 4. iagram Tekanan Tanah, Gaya Lintang, dan Bidang Momen sampai Kedalaman Tanah Keras 1168

JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014, Halaman 1169 Nilai momen maksimum yang didapat pada kondisi gaya lintang nol digunakan untuk menghitung tulangan pondasi dengan menggunakan metode grafik kapasitas beton berdasarkan CUR 4. Hasil perhitungan tulangan diperoleh jumlah kebutuhan tulangan pondasi diameter 22 mm sebanyak 22 buah dan tulangan pengikat spiral diameter 13 mm dengan jarak 150 mm. KESIMPULAN alam perencanaan dan perhitungan analisis struktur tahan gempa sesuai dengan peraturan SNI 03-1726-2012, seluruh elemen pada gedung dapat dibentuk menjadi suatu kesatuan sistem struktur. Pelat lantai dan balok berfungsi untuk menahan beban gravitasi dan menyalurkan ke kolom, sementara kolom berfungsi untuk menahan beban lateral seperti beban gempa. imana perencanaan struktur gedung bertingkat ini didisain agar struktur memiliki perilaku daktail, sehingga memungkinkan untuk melakukan deformasi yang besar untuk mengakomodir gaya gempa yang terjadi dan menghasilkan perilaku struktur kolom kuat-balok lemah. SARAN Saran setelah dilakukan perencanaan struktur Gedung Bedah Sentral Terpadu berdasarkan SNI 03-1726-2012 sebaiknya dipilih metode analisis disain kapasitas (capacity design), agar tercapai perilaku kolom kuat-balok lemah. engan demikian akan dihasilkan disain yang kokoh, namun tetap ekonomis dan efisien. AFTAR PUSTAKA Badan Standardisasi Nasional, 2010. Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung (SNI 03-1726-2012), Bandung: BSN. Badan Standardisasi Nasional, 2002. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung (SNI 03-2847-2002). Bandung: BSN. epartemen Pekerjaan Umum, 1983. Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung. Bandung: Yayasan Penyelidikan Masalah Bangunan Gedung. Buku iktat Konstruksi Bangunan Sipil karangan Ir. Supriyono Kusuma, Gideon, 1995. Grafik dan Tabel Perhitungan Beton Bertulang Berdasarkan SK SNI T-15-1991-03 Seri Beton 4. Jakarta: Erlangga. Sosrodarsono, Suyono, 2000. Mekanika Tanah dan Teknik Pondasi. Jakarta: PT. Pradnya Paramita. Sulistyadi, H.P.,. Struktur Beton 2. Buku Ajar. Yogyakarta: iploma Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada. Christady, Hary, 2008. Teknik Fondasi 2 (Cetakan ke-4). Yogyakarta: Beta Offset. 1169