BAB III: TAHAP FINALISASI METODE PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III: METODE PENELITIAN

BAB I: PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah.

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA

ABSTRAK. iii. Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

KISI-KISI PEDOMAN WAWANCARA

BAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang.

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1. Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN. terdapat pada konsep perancangan Bab V yaitu, sesuai dengan tema Behaviour

TAHAP-TAHAP PROSES PERENCANAAN DESAIN INTERIOR I. Eko Sri Haryanto, S.Sn, HDII

BAB VI KESIMPULAN, PANDUAN DESAIN DAN SARAN. adalah perbandingan besaran ruang antara halte existing dan halte ergonomi:

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB I PENDAHULUAN. kesulitan dalam menggunakan panca indera, muncul berbagai penyakit yang

BAB V KONSEP. Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN. Dalam kajian perancangan ini berisi tentang penjelasan dari proses atau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

Bab 1 Pendahuluan BAB 1 PENDAHULUAN

Rumah susun merupakan tempat tinggal vertikal yang diperuntukkan bagi masyarakat kelas menengah ke bawah. Dengan keadaan penghuni yang seperti

BAB III : DATA DAN ANALISA

DAFTAR ISI. Lembar pengesahan Abstrak Kata Pengantar... i Daftar Isi... iii Daftar Tabel... vi Daftar Gambar... vii Daftar Lampiran...

PERANCANGAN INTERIOR/ RUANG BELAJAR YANG ERGONOMIS UNTUK SEKOLAH LUAR BIASA (SLB)

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan. bab sebelumnya didasarkan pada sebuah tema arsitektur organik yang menerapkan

Bab 1 : Pendahuluan BAB 1 PENDAHULUAN

BAB IV DESKRIPSI HASIL RANCANGAN

BAB VI KONSEP RANCANGAN

BAGIAN 4 DISKRIPSI HASIL RANCANGAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI : DESAIN RANCANGAN

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA

b e r n u a n s a h i jau

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan 1-1

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1-1

HASIL PERANCANGAN ... BAB IV. 4.1 Deskripsi Umum Projek

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN KAMPUS II PONDOK PESANTREN MODERN FUTUHIYYAH DI MRANGGEN

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

Teknis Menggambar Desain Interior

BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PROYEK

BAB III TINJAUAN KHUSUS

BAB VI HASIL PERANCANGAN

The Via And The Vué Apartment Surabaya. Dyah Tri S

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB VI DESAIN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. kendaraan dan manusia akan direncanakan seperti pada gambar dibawah ini.

BAB VI HASIL RANCANGAN. produksi gula untuk mempermudah proses produksi. Ditambah dengan

Pengembangan Terminal Bandar Udara Tunggul Wulung

KANTOR IMIGRASI KELAS 1 SEMARANG

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI KELURAHAN KALIGAWE

BAB 2 LANDASAN TEORI. tersebut digunakan sebagai dasar dan penunjang pemecahan masalah.

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1 Jumlah Penduduk Usia 2-6 Tahun Pada Tahun 2013 di DKI Jakarta

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB II TINJAUAN OBJEK GEDUNG KESENIAN GDE MANIK SINGARAJA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

EVALUASI BENTUK LAY OUT UNIT HUNIAN PADA RUSUN HARUM TEBET JAKARTA

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

DATTA SAGALA WIDYA PRASONGKO, 2016 PERSEPSI PENGGUNA TERHADAP SISTEM SIRKULASI GEDUNG FPTK UPI

TINGKAT PEMANFAATAN DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMAKAIAN JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG DI DEPAN MEGA MALL JALAN A.YANI KOTA PONTIANAK

GEOMETRIS, KANTILEVER LEBAR.

BAB V HASIL RANCANGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Perancangan

BAB V KONSEP PERANCANGAN PASAR. event FESTIVAL. dll. seni pertunjukan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Definisi sanitasi menurut WHO adalah usaha pencegahan/

BAB II TINJAUAN UMUM

STASIUN INTERCHANGE MASS RAPID TRANSIT BLOK M DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR BIOKLIMATIK DI JAKARTA

Persepsi Pengunjung terhadap Tingkat Kenyamanan Bangunan Pelayanan Kesehatan (Studi Kasus RSIA Melati Husada Kota Malang)

BAB VI HASIL RANCANGAN. wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik,

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN. 3. Pembangunan sebagai proses 2. Memanfaatkan pengalaman

BAB V KONSEP PERANCANGAN

KARYA DESAIN MASJID ASH-SHIDDIIQI YOGYAKARTA. Harry Kurniawan, ST, M.Sc

Standar Fasilitas dan Aksesibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan Fasilitas Pelayanan Kesehatan

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu Magang

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

TA Sekolah Alam Gunungpati

BAB III METODA PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami

Transkripsi:

BAB III: TAHAP FINALISASI METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Pendekatan dengan menggunakan metode komparatif mengenai ergonomi sebagai landasan dalam penelitian yang telah banyak dilakukan oleh beberapa peneliti. Namun, pada setiap penelitian terdapat perbedaan lokasi dan fokus penelitian. Pendekatan dalam penelitian ini mengambil sampel dari beberapa jurnal yang mengadaptasi apa yang menjadi permasalahan utama yaitu ergonomi, metode serta hasil dalam penelitian sejenis yang telah dilakukan sebelumnya diantaranya adalah Mulyono (2013); Triyanta (2013); Aminah (2013); Siswoyo (2015); dan Pratiwi (2015). Pada penelitian Mulyono (2013) dan Triyanta (2013) memfokuskan penelitian mereka pada kenyamanan posisi duduk dan kenyamanan ruang kerja. Mulyono (2013) melakukan wawancara dengan pengukuran anthropometri dan BMI (Body Mass Index) terhadap seratus orang mahasiswa pada tiga kelas yang terpilih. Triyanta (2013) mengukur persepsi pengguna ruang dengan kuisioner. Triyanta (2013) membagikan seluruh kuisioner pada karyawan-karyawan pada 6 orang sampel dengan total populasi 9 orang. Mulyono (2013) dan Pratiwi (2015) menggunakan metode pendekatan deskriptif berbeda dengan Siswoyo (2015) yang menggunakan komparatif kuantitatif. Dan Aminah (2013) menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif dalam penelitiannya. Pada penelitian Siswoyo (2015), Aminah (2013) dan Pratiwi (2015), mengukur seberapa nyaman sebuah ruang bagi penggunanya. Siswoyo (2015) mengukur pada sebuah panti sosial lalu menjabarkan ukuran seperti tempat tidur, kamar mandi dan sirkulasi untuk orang lanjut usia dan Aminah (2013) mengukur kursi dan meja pada ruang kelas FT Unnes lalu Pratiwi (2015) pada sebuah perpustakaan sekolah lalu menjabarkan ukuran perabot perpustakaan seperti meja, kursi dan rak buku. Mereka bertiga mengukur dimensi perabot secara langsung satu persatu. Ketiganya menggunakan metode komparatif yaitu merangkum ukuran-ukuran tersebut dalam sebuah Program Studi Teknik Arsitektur - Universitas Mercu Buana 30

matriks dan membandingkan ukuran di lapangan dengan standar-standar yang telah ada. Berdasarkan pendekatan di atas, maka penelitian ini mengambil cara pengukuran lapangan langsung atau observasi ruang wudhu. Observasi diolah dan dijabarkan dengan membuat tabel matriks yang berisi perbandingan ukuran di lapangan dengan standar. Metode yang akan di pakai pada penelitian ini adalah metode kuantitatif karena menyangkut angka-angka (standar ergonomi). Jenis penelitian ini adalah penelitian analisis deskriptifkomparatif, yaitu hasil analisis penelitian dibandingkan dengan standar ergonomi kemudian dibandingkan dengan objek lainnya. 3.2. Tahapan Penelitian Komparasi ruang wudhu merupakan proses penilaian dengan cara pengukuran dan analisis ruang wudhu yang hasilnya akan di bandingkan dengan objek lainnya kemudian digunakan untuk program berikutnya. Gambar 3.1. Kerangka tahapan penelitian Sumber: Analisa Pribadi 1. Tahap pra-penelitian Pada tahap ini peneliti melakukan studi literatur untuk mengetahui penelitianpenelitian sebelumnya yang berkaitan dengan tema yang akan diambil Program Studi Teknik Arsitektur - Universitas Mercu Buana 31

kemudian mengidentifikasi rumusan masalah dan menentukan tujuan penelitian. 2. Tahap Pengumpulan Data Awal Pada tahap awal ini peneliti melakukan observasi tempat penelitian/survei lapangan untuk memperoleh gambaran secara umum lokasi terkait dengan ruang wudhu namun belum mendapatkan data yang spesifik. 3. Tahap Perancangan Penelitian Pada tahap ini peneliti mencoba mengembangkan strategi penelitian dengan menentukan metode yang dipakai, menentukan batasan penelitian, dan menentukan instrumen penelitian. Instrumen penelitian yang digunakan menggunakan form observasi dikaitkan dengan faktor-faktor komparasi ruang wudhu. 4. Tahap Mengumpulkan Data Pada tahap ini peneliti mencari dan mengumpulkan data standar komparasi ergonomi ruang dikutip dari buku dan literatur sebagai acuan. Standar yang dipakai adalah Standar Perancangan Ruang Wudhu dan Tata Ruang Masjid oleh Suparwoko (2016), Human Dimension oleh Julius Panero dan melakukan observasi. 5. Tahap Analisis Data Merupakan tahapan menganalisis hasil obsevasi dan pengolahan data. Hasil yang didapat dikaitkan dengan standar yang diperoleh pada saat tahap mengumpulkan data. 6. Tahap Menyajikan Informasi Menampilkan dan menyajikan hasil penelitian dengan bacaan visual dan mudah dipahami, yaitu analisis disertai gambar hasil dokumentasi maupun sketsa sebagai pendukungnya. Program Studi Teknik Arsitektur - Universitas Mercu Buana 32

3.3. Sampling Penelitian 3.3.1. Kriteria Objek Penelitian Masjid Jami Al-Karim Pesanggrahan dan Masjid Ash Shaff Emerald Bintaro berlokasi di komplek perumahan, keduanya memiliki dua jenis tempat wudhu, yaitu tempat wudhu berdiri dan tempat wudhu duduk. Selain itu kedua Masjid ini juga sering mengadakan kajian yang lumayan ramai oleh jamaah. Gambar 3.2. Jadwal kajian Masjid ash shaff Sumber: Dokumentasi pribadi 3.3.2. Deskripsi Umum a) Masjid Jami Al-Karim Pesanggrahan DKI Jakarta merupakan ibukota negara Indonesia, memiliki banyak masalah didalamnya termasuk kepadatan penduduknya yang mayoritas seorang muslim. Hal tersebut pasti membutuhan rumah ibadah/masjid yang layak dan nyaman bagi penggunanya. Komplek Bumi Bintaro Permai merupakan komplek yang terletak di daerah Pesanggrahan, Jakarta Selatan, DKI Jakarta. Program Studi Teknik Arsitektur - Universitas Mercu Buana 33

Gambar 3.3. Masjid Jami Al-Karim Sumber: Dokumentasi Pribadi Masjid Jami Al-Karim berlokasi di area komplek bumi bintaro permai di Jl. Bintaro Puspita II, Bintaro, Pesanggrahan, RT.5/RW.8, Pesanggrahan, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12320. Walaupun berada diarea komplek Masjid yang terdiri dari dua lantai ini dipakai juga oleh warga sekitar non komplek. Gambar 3.4. Peta Jakarta selatan dan kecamatan Pesanggrahan Sumber: jakarta.go.id Masjid ini menghadap kearah barat daya mempunyai luas lahan 1710 m2. Mempunyai ruang sholat 2 lantai, ruang marbot, ruang wudhu, toilet yang berada di sisi sebelah kanan Masjid, menara Masjid, dan ruang yayasan yang berada di sebelah belakang Masjid. Dibagian depan dan samping kiri merupakan area parkir. Program Studi Teknik Arsitektur - Universitas Mercu Buana 34

Gambar 3.5. Denah Skematik Masjid Al Karim Sumber: Analisa dan dokumentasi pribadi b) Masjid Ash Shaff Emerald Bintaro Gambar 3.6. Masjid Ash Shaff Emerald Bintaro Sumber: Dokumentasi pribadi Masjid Ash Shaff Emerald Bintaro terletak di jalan emerald, Bintaro jaya sektor 9, Parigi, Pondok aren, Tangerang Selatan 15227. Terdiri dari 3 lantai ( 1 ruang basement dan ruang sholat 2 lantai ) Program Studi Teknik Arsitektur - Universitas Mercu Buana 35

Gambar 3.7. Peta Tangerang selatan dan kecamatan Pondok aren Sumber: 2.bp.blogspot.com dan polsekpondokaren.wordpress.com Masjid ini berada di kawasan bintaro jaya tepatnya di cluster emerald. Menghadap ke barat / jalan raya. Gambar 3.8. Lokasi site Masjid Ash Shaff Sumber: Data lapangan Masjid Ash Shaff merupakan Masjid yang di desain oleh Ridwan kamil, dengan mengadopsi bentuk yang simpel namun tetap terlihat mewah dan indah. Masjid ini tak hanya memiliki ruang sholat saja namun juga ruang-ruang pendukung yaitu lahan parkir, kolam ikan dan menara Masjid yang berada di area depan. Juga memiliki fasilitas ruang pertemuan yang berada di basement. Dan juga memiliki koperasi dan ruang security. Program Studi Teknik Arsitektur - Universitas Mercu Buana 36

3.3.3. Data Fisik a) Masjid Jami Al-Karim Pesanggrahan A A B C D E G F Legenda A = batas suci / teras B = ruang wudhu laki-laki C = ruang wudhu berdiri D = ruang wudhu duduk E = ruang wudhu perempuan F = toilet laki-laki G = toilet perempuan Gambar 3.9. Situasi Masjid Jami Al-Karim Sumber: Analisa pribadi Program Studi Teknik Arsitektur - Universitas Mercu Buana 37

Gambar 3.10. Tampak depan Masjid Jami Al-Karim Sumber: Pribadi Gambar 3.11. Denah ruang wudhu skematik Masjid al Karim Sumber: Pribadi Lokasi yang di teliti adalah ruang wudhu laki-laki di Masjid Jami Al-Karim. Bagian yang akan diteliti adalah tinggi tempat duduk untuk berwudhu, tinggi keran, jarak antar keran, posisi perletakkan keran, dan lainnya yang sesuai pada standar ergonomi yang telah ada. Program Studi Teknik Arsitektur - Universitas Mercu Buana 38

Gambar 3.12. Ruang Wudhu Duduk Sumber: Dokumentasi Pribadi Pada tempat wudhu di Masjid Jami Al-Karim, ruang dibuat dalam bentuk bilik, dan terdapat empat bilik, dua sebagai tempat wudhu duduk dan dua untuk ruang wudhu difabel dengan jumlah keran yang sama. Di sisi seberangnya, terdapat tempat wudhu berdiri yang hanya tersedia bagi tujuh orang. Gambar 3.13. Ruang Wudhu Berdiri Sumber: Dokumentasi Pribadi Program Studi Teknik Arsitektur - Universitas Mercu Buana 39

b) Masjid Ash Shaff Emerald Bintaro B C D F G E I H A Legenda A = batas suci / teras B = ruang wudhu laki-laki C = ruang wudhu berdiri D = ruang wudhu duduk E = ruang wudhu perempuan F = toilet laki-laki G = toilet perempuan H = Koridor I = Locker Gambar 3.14. Situasi Masjid Ash shaff Sumber: Data lapangan dan dokumentasi pribadi Pada Masjid ini juga yang di teliti adalah ruang wudhu laki-laki. Bagian yang akan diteliti adalah tinggi tempat duduk untuk berwudhu, tinggi keran, jarak antar Program Studi Teknik Arsitektur - Universitas Mercu Buana 40

keran, posisi perletakkan keran, dan lainnya yang sesuai pada standar ergonomi yang telah ada. Gambar 3.15. Denah ruang wudhu indoor dan outdoor Masjid Ash Shaff Sumber: Data lapangan Gambar 3.16. Potongan A Sumber: Data Pribadi Program Studi Teknik Arsitektur - Universitas Mercu Buana 41

Gambar 3.17. Potongan B Sumber: Data Lapangan Pada Masjid Ash Shaff memiliki ruang wudhu indoor maupun outdoor, ruang wudhu outdoor berada di depan sebelah kanan Masjid dan ruang wudhu indoor berada di sebelah kiri Masjid yang di hubungkan dengan koridor seperti terlihat berikut ini. Gambar 3.18. Koridor menuju ruang wudhu indoor Masjid Ash Syaff Sumber: Dokumentasi Pribadi Tempat wudhu perempuan berada di sebelah tempat wudhu laki-laki. Tidak ada tempat wudhu perempuan yang di luar (outdoor). Pencapaian ke ruang wudhu Program Studi Teknik Arsitektur - Universitas Mercu Buana 42

perempuan sama dengan pencapaian ruang wudhu laki-laki yaitu melalui koridor namun terpisah oleh dinding. Gambar 3.19. Ruang wudhu indoor berdiri dan duduk Masjid Ash Shaff Sumber: Dokumentasi Pribadi Toilet laki-laki berada di sebelah ruang wudhu indoor terdapat 6 buah urinoer, 1 buah wastafel, dan 4 buah wc yang terpisah dengan ruang wudhu. Pemisah antara ruang wudhu dan toilet adalah sebuah kolam kecil untuk kaki. Gambar 3.20. Wastafel, Urinoer, dan WC Sumber: Dokumentasi pribadi Program Studi Teknik Arsitektur - Universitas Mercu Buana 43

3.3.4. Populasi dan Sampel Penelitian ini difokuskan pada ruang wudhu laki-laki, maka populasi untuk penelitian ini adalah semua laki-laki yang berwudhu pada Masjid Jami Al-Karim dan Masjid Ash Shaff. Penelitian ini menggunakan instrumen pengamatan langsung / observasi, oleh karena itu tidak memerlukan adanya sampel. 3.4. Instrumen Penelitian Pengamatan Langsung (Observasi) Pengamatan langsung adalah kegiatan yang dilakukan peneliti sendiri, yaitu mengumpulkan mendokumentasi maupun mengukur lokasi titik-titik penting dengan menggunakan roll meter secara langsung. Kemudian dibandingkan dengan ukuran ergonomi ruang wudhu mengacu pada ukuran standar-standar yang telah ditetapkan. Diantara faktor-faktornya adalah : a. Interior Ruang Wudhu Berdiri Tinggi keran Jarak antar keran Kebutuhan tinggi ruang Kebutuhan lebar ruang b. Interior Ruang Wudhu Duduk Tinggi keran Jarak antar keran Kebutuhan tinggi ruang Kebutuhan lebar ruang Tinggi dudukan Lebar dudukan Panjang dudukan Jarak antar dudukan Jarak dudukan ke tembok c. Sirkulasi Horizontal Lebar koridor Jarak antar dinding Program Studi Teknik Arsitektur - Universitas Mercu Buana 44

Lebar teras Tinggi pintu Lebar pintu d. Sirkulasi Vertikal Tinggi pijakan tangga Lebar pijakan tangga e. Pencahayaan Luas bukaan Cahaya masuk f. Penghawaan Luas Ventilasi Tinggi lantai ke jendela g. Material Keramik teras Keramik koridor Keramik ruang wudhu Keramik dudukan 3.5. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data yang dilakukan pada penlitian ini dengan dua cara yaitu observasi/pengukuran lapangan secara langsung sesuai dengan variabel dan sub variabel yang sudah tertera (data primer) yaitu pada Masjid Jami Al-Karim Pesanggrahan dan Masjid Ash Shaff Emerald Bintaro dan pengumpulan data yang sudah tersedia (data sekunder) yaitu standar-standar ergonomi maupun standarstandar lain yang berkaitan dengan kenyamanan pengguna. Dikarenakan peneliti hanya menggunakan instrumen observasi. Aspek yang diteliti adalah kenyamanan ergonomi ruang wudhu berdiri dan ruang wudhu duduk pada Masjid Jami Al-Karim Pesanggrahan dan Masjid Ash Shaff Emerald Bintaro. Observasi Observasi kedua Masjid tersebut dilakukan pada jam sepi yaitu pada pagi hingga siang hari antara pukul 09.00 WIB - 11.00 WIB. Pengukuran dilakukan secara bertahap, dimulai dengan bagian luar ruang wudhu, meliputi koridor sekitar ruang wudhu, sirkulasi vertikal dan kemudian pada interior ruang wudhu laki-laki berdiri Program Studi Teknik Arsitektur - Universitas Mercu Buana 45

maupun duduk. Kemudian observasi dilakukan pada bagian faktor kenyamanan lainnya seperti, pencahayaan, penghawaan dan material. Waktu tersebut dipilih karena ruang wudhu sepi, jadi peneliti lebih leluasa mengukur ruang wudhu tersebut tanpa mengganggu jamaah yang akan berwudhu. Berikut adalah lembar instrumen observasi : Tabel 3.1. Lembar instrumen VARIABEL SUB- VARIABEL KRITERIA KENYAMANAN RUANG WUDHU PERSYARATAN E R G O N O M I Interior (R. Wudhu Berdiri) Interior (R. Wudhu Duduk) Sirkulasi Horizontal a. tinggi keran - gerakan membasuh tangan b. jarak antar keran - gerakan berkumur, c. kebutuhan tinggi ruang membasuh hidung - memenuhi standar - tidak terlalu dekat - tidak terlalu pendek d. kebutuhan lebar ruang dan muka - tidak sempit a. tinggi keran - gerakan mengusap kepala, membasuh lengan, dan telinga - gerakan membasuh kaki Suparwoko (2016) dan Panero (2003) - gerakan membasuh tangan b. jarak antar keran - gerakan berkumur, c. kebutuhan tinggi ruang membasuh hidung - memenuhi standar - tidak terlalu dekat - tidak terlalu pendek d. kebutuhan lebar ruang dan muka - tidak sempit e. tinggi dudukan - gerakan mengusap kepala, f. lebar dudukan membasuh lengan, g. panjang dudukan dan telinga h. jarak antar dudukan i. jarak dudukan ke tembok - gerakan membasuh kaki Suparwoko (2016) dan Panero (2003) a. lebar koridor - berjalan saat ramai b. jarak antar dinding c. lebar teras d. tinggi pintu e. lebar pintu f. tinggi gagang pintu - berjalan setelah wudhu - memenuhi standar - lebar koridor minimal 120 cm Program Studi Teknik Arsitektur - Universitas Mercu Buana 46

Sirkulasi Vertikal Pencahayaan a. lebar pijakan tangga Permen PU No. 30/PRT/M/2006 b. tinggi pijakan tangga - jalan menuju ruang wudhu Permen PU No. 30/PRT/M/2006 a. luas bukaan - kenyamanan cahaya b. lama cahaya masuk - memenuhi standar - tidak terlalu tinggi - memenuhi standar - minimal 10 % bukaan Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 403/KTSP/M/2002 Penghawaan a. luas ventilasi - kenyamanan udara - memenuhi standar - minimal 5% bukaan Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 403/KTSP/M/2002 Material a. keramik teras - lantai pijakan - memenuhi standar b. keramik koridor - tidak licin c. keramik ruang wudhu d. keramik dudukan Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum No. 12/SE/M/2011 3.6. Metode Analisa Data Analisis Interval Metode analisis data yang akan dipakai adalah dengan deskriptifkomparatif atau dengan membandingkan dengan standar ergonomi yang ada kemudian membandingkan dengan objek lainnya lalu menuangkan dalam bentuk tabel matriks dan memberi skala penilaian. Dajan (1998) dalam Fitriani (2013) mengungkapkan bahwa interval merupakan kisaran jawaban responden yang diperoleh melalui selisih nilai maksimal dengan minimum dibandingkan jumlah kelas, yaitu : Interval = nilai maksimum nilai minimum jumlah kelas jumlah kelas Pada aspek teknis menggunakan pengukuran skala penilaian dilakukan pada observasi menggunakan rating scale, yaitu: 3 = diatas standar 2 = standar 1 = dibawah standar Maka nilai interval terkait adalah : Program Studi Teknik Arsitektur - Universitas Mercu Buana 47

Interval = 3 1 3 = 0,67 Dengan rating scale diatas maka akan memperoleh hasil sebagai berikut: 2,33-3,00 1,66 - < 2,33 1,00 - < 1,66 : Sangat Baik : Baik : Kurang Baik Program Studi Teknik Arsitektur - Universitas Mercu Buana 48