PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

dokumen-dokumen yang mirip
PELAKSANAAN TEKNIS MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

KEADAAN UMUM KEBUN. Sejarah Kebun. Letak Geografis dan Administratif Kebun

DI PT NATIONAL SAGO PRIMA, SELAT PANJANG KAB. KEPULAUAN MERANTI, RIAU, DENGAN ASPEK KHUSUS PERTUMBUHAN BIBIT DI LAPANG

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan

METODE MAGANG Tempat dan Waktu Metode Pelaksanaan Pengamatan dan Pengumpulan Data

DASAR KOMPETENSI KEJURUAN DAN KOMPETENSI KEJURUAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Tanaman Industri Hutan Tanaman Industri adalah hutan yang dibangun dalam rangka meningkatkan potensi dan kualitas

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk

KONDISI UMUM PERUSAHAAN

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN

III. BAHAN DAN METODE. laut, dengan topografi datar. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2015 sampai

III. BAHAN DAN METODE

PENANAMAN KELAPA SAWIT

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah. Ketinggian tempat

PERKIRAAN BIAYA PEMBUKAAN LAHAN PER HEKTAR

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM SILVIKULTUR TEBANG HABIS PENANAMAN BUATAN (THPB)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag

KONDISI UMUM KEBUN. Sejarah Kebun

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG. Pelaksanaan Teknis

III. BAHAN DAN METODE

III. MATERI DAN METODE

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

METODOLOGI Waktu dan Tempat Metode Pelaksanaan Kerja Praktek Langsung di Kebun

PENGEMBANGAN PEPAYA SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN DAERAH INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

HASIL DAN PEMBAHASAN

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

PEMBAHASAN Sistem Petikan

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

BUDIDAYA BELIMBING MANIS ( Averhoa carambola L. )

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

3. METODE DAN PELAKSANAAN

PEMBAHASAN. Waktu Pangkas

Percobaan 4. Tumpangsari antara Jagung dengan Kacang Tanah

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Teknik Budidaya Tanaman Pepaya Ramah Lingkungan Berbasis Teknologi Bio~FOB

MANAJEMEN TANAMAN PAPRIKA

III. BAHAN DAN METODE

Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda

KEADAAN UMUM KEBUN Letak Geografis Keadaan Iklim, Tanah, dan Topografi

PEMBAHASAN Prosedur Gudang

KEADAAN UMUM Sejarah Kebun

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Politeknik Negeri Lampung,

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT

Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

II. TINJAUAN PUSTAKA

PT. BANGKITGIAT USAHA MANDIRI

PEMBENTUKAN PEMBENTUKAN DAN PEMANGKASAN DAN PEMANGKASAN TRAINING AND PRUNING

BAHAN DAN METODE. Bahan yang digunakan adalah benih padi Varietas Ciherang, Urea, SP-36,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

PEMULSAAN ( MULCHING ) Pemulsaan (mulching) merupakan penambahan bahan organik mentah dipermukaan tanah. Dalam usaha konservasi air pemberian mulsa

BUDIDAYA DAN PEMELIHARAAN TANAMAN STROBERI

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai 3 Juni Juli 2016 di Green House

Oleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul)

III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

2 METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan. Rancangan Penelitian

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Volume Pohon pada Jarak Tanam 3 m x 3 m. Bardasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, Pada sampel populasi untuk

Oleh : Iskandar Z. Siregar

SEMINAR TUGAS AKHIR DISUSUN OLEH : NAMA :HENRIK FRANSISKUS AMBARITA NIM : : BUDIDAYA PERKEBUNAN PEMBIMBING : Ir. P.

PRINSIP AGRONOMIK BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH. 15/04/2013

KERAGAMANTANAMAN DANPRODUKSI KELAPASAWIT PTPERKEBUNANNUSANTARAV

Cara Menanam Cabe di Polybag

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAGIAN KELIMA PEDOMAN PEMBUATAN TANAMAN HUTAN RAKYAT GERAKAN NASIONAL REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN BAB I PENDAHULUAN

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Morfologi Tanaman Teh Syarat Tumbuh

PEMBAHASAN Manajemen Panen Teluk Siak Estate

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM SILVIKULTUR TEBANG PILIH TANAM JALUR (TPTJ)

V. DESKRIPSI PT PANAFIL ESSENTIAL OIL

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. UD. Sabila Farm terletak di Desa Pakembinangun yaitu Jalan Kaliurang

III BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan. Kabupaten Pesawaran dari Oktober 2011 sampai April 2012.

Cara Menanam Tomat Dalam Polybag

TEKNOLOGI SAMBUNG PUCUK PADA DUKU KUMPEH

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

III. METODOLOGI TUGAS AKHIR (TA)

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

Berdasarkan tehnik penanaman tebu tersebut dicoba diterapkan pada pola penanaman rumput raja (king grass) dengan harapan dapat ditingkatkan produksiny

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada

TATA LAKSANA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di

Transkripsi:

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Land Clearing Land clearing merupakan kegiatan penyiapan lahan yang meliputi kegiatan pembersihan lahan dan kegiatan penyiapan jalur tanaman. Pada areal tanaman pokok jenis sagu disisakan 4 km antar blok untuk dijadikan areal konservasi atau tidak menebang hutan. Hal ini dilakukan untuk menjaga kemungkinan timbulnya penurunan permukaan tanah dan keracunan unsur besi (Fe), selain itu areal konservasi dapat dijadikan sekat bakar yaitu sekat yang dapat memisahkan antar blok yang terbakar. Kegiatan land clearing di PT National Sago Prima sedang dilaksanakan di Divisi 5 dan 7 dengan luas areal 2 200 ha. Sistem kerja yang dilakukan yaitu sistem kontraktor atau borongan. Hal ini menunjukkan harus adanya target pertenaga kerja dalam melakukan land clearing, target pekerja yaitu 1 orang/ha. Kegiatan penyiapan lahan dilakukan dengan kombinasi sistem mekanis menggunakan alat berat excavator (Gambar 2) dan sistem manual dengan tebang habis tanpa pembakaran. Prestasi kerja excavator yaitu 2 lorong atau 4 jalur tanaman (1.6 hektar) dengan jam kerja mesin 10-18 jam perhari. Kegiatan tersebut berlangsung satu bulan dalam mempersiapkan satu blok. Satu alat excavator dikendalikan oleh empat orang anggota yaitu satu orang operator dan tiga orang sebagai helper. Gambar 2. Excavator

23 Blocking area atau pemancangan blok merupakan tahapan paling awal dalam kegiatan land clearing. Tahapannya yaitu pengambilan koordinat (pembuatan arah) sehingga dapat menentukan luasan blok dan pembuatan trase yang digunakan untuk menentukan batas atau jalur yang akan di stacking (perumpukan). Pembuatan trase dapat menggunakan kompas maupun theodolit (Gambar 3). Gambar 3. Penggunaan Theodolit Panjang rumpukan atau trase yaitu 16 m, lebar rumpukan 4 m, lebar jarak tanam 8 dan pinggir tanaman masing masing 2 m. Stacking merupakan salah satu bagian dari land clearing, tahapannya adalah sebagai berikut: a. Perintisan/imas tumbang, yaitu memotong semua vegetasi/tumbuhan yang berdiameter kurang dari 20 cm dengan parang dan kapak. b. Tebang, yaitu memotong semua tumbuhan yang berdiameter di atas 20 cm dengan menggunakan chainsaw. c. Cincang, yaitu dengan memotong batang, dahan dan ranting untuk memudahkan pembersihan dan pengumpulan hasil potongan tersebut ke dalam rumpukan. Tahap akhir kegiatan penyiapan lahan adalah pembuatan atau pemasangan papan nama yang memuat informasi antara lain Blok RKT (Tahun Tanam), No. Petak, Luas, Jenis Tanaman dan Jarak Tanam. Hal tersebut diperlukan sebagai sarana administrasi/pengorganisasian pelaksanaan kegiatan di setiap petak.

24 Pembibitan Pengambilan anakan. Bahan tanam untuk penanaman maupun penyulaman di PT National Sago Prima menggunakan anakan sagu. Anakan sagu diperoleh dari kebun masyarakat (outsource) maupun dari dalam kebun perusahaan (inhouse). Pengambilan anakan dilakukan dari kebun masyarakat karena rumpun sagu milik masyarakat telah beberapa kali dipanen, sedangkan rumpun sagu di PT National Sago Prima baru sebagian yang dipanen, sehingga anakan sagu yang diambil dari dalam kebun hanya berasal dari tanaman induk yang telah dipanen. Standard Operating Procedure (SOP) pengambilan anakan yaitu: a. Pemilihan anakan yang akan diambil berasal dari induk yang telah dewasa atau telah dipanen, berdiameter 10-13 cm, memiliki bobot 2-5 kg, tinggi > 1 m, memiliki sekurang-kurangnya 3-4 lembar pucuk daun muda, memiliki rhizome dengan suatu bagian penghubung yang menyempit pada induknya. b. Persiapan peralatan (dodos dan parang). c. Rhizome dipotong menggunakan dodos (Gambar 4), caranya yaitu tanah di sekeliling anakan digali sedikit demi sedikit agar rhizome terlihat, bagian penghubung (neck) yang menyambung dengan induk dipotong dengan panjang rhizome 1.5 kali dari lebarnya, dan akar di bagian sisi rhizome yang menempel ke tanah dipotong secukupnya. d. Perakaran yang menempel ke tanah dipotong menggunakan dodos dengan memotong akar di bagian sisi rhizome yang menempel ke tanah secukupnya kemudian akar di bawah rhizome dipotong dengan jarak ± 5 cm dari rhizome. e. Rhizome diangkat menggunakan dodos dengan memastikan sudah tidak ada akar yang menempel ke tanah, kemudian bagian bawah rhizome diangkat dari bawah dengan tidak menarik bagian pucuk spear untuk mengeluarkan anakan. f. Perakaran dibersihkan dan dipangkas menggunakan parang, akar dibersihkan dan dipangkas secukupnya, dan lubang yang ditinggalkan ditutup kembali dengan tanah. g. Daun dan pelepah dipotong menggunakan parang hingga 30-40 cm dari rhizhome.

25 Gambar 4. Rhizome Dipotong Menggunakan Dodos Hal-hal yang tidak boleh dilakukan dalam pengambilan anakan yaitu memilih anakan dari induk yang belum matang karena anakan akan tumbuh menyerupai induknya dan anakan tersebut sulit untuk diambil. Secara fisiologi anakan belum dewasa dan lebih sulit untuk bertahan hidup, dan anakan tidak bisa digunakan untuk material penanaman. Hal lain yang tidak boleh dilakukan yaitu memotong rhizome, daun, pelepah, dan perakaran terlalu pendek. Bentuk rhizhome dari anakan yang umumnya digunakan yaitu berbentuk L dan mempunyai perakaran yang baik, sedangkan bentuk anakan keladi dan tapal kuda dapat ditanam apabila mempunyai sistem perakaran yang baik dan secara fisiologi telah matang. Tenaga kerja yang digunakan untuk pengambilan anakan merupakan tenaga kerja borongan dengan sistem kontrak. Satu rombongan terdiri atas 4-6 orang dengan prestasi kerja per orang 80-100 bibit per hari, sedangkan mahasiswa dapat mengambil bibit dalam waktu 5-10 menit/bibit. Faktor yang mempengaruhi pengambilan bibit yaitu ketrampilan pengambil bibit, ketersediaan bibit di lapangan dan kondisi bibit di lapangan seperti posisi banir dalam tanah dan kondisi piringan, serta kondisi lapangan. Pengambilan anakan oleh swakelola pembibitan PT National Sago Prima dilakukan dalam kebun perusahaan (inhouse). Target pengambilan anakan per kontrak yaitu 5 000-10 000 bibit. Selama satu bulan bisa mencapai 20 000 bibit yang siap untuk disemai. Upah pengambilan bibit Rp 1 000 /bibit, upah semai Rp 200/bibit dan harga rakit Rp 10 000/buah.

26 Perusahaan melakukan kerjasama dalam pembibitan dengan dua pihak, yaitu PT Prima Kelola Agribisnis dan Agroindustri Institut Pertanian Bogor (PT PKAA IPB) dan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). PT Prima Kelola Agribisnis dan Agroindustri IPB merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang agroindustri di bawah naungan IPB, sedangkan BPPT merupakan suatu badan pemerintahan yang bergerak dalam bidang pengkajian dan penerapan teknologi. PT Prima Kelola Agribisnis dan Agroindustri melakukan pengambilan anakan yang berasal dari kebun masyarakat (outsource) dan dari kebun perusahaan (inhouse). Bibit sagu yang dibeli dari masyarakat berasal dari sekitar kebun seperti Kampung Baru, Teluk Kepau, Kepau Baru, Teluk Buntal dan Sungai Pulau. Harga bibit sagu yang berasal kebun masyarakat yaitu Rp 2 500 3 500 per bibit termasuk biaya langsir. Kriteria bibit yang akan dibeli umumnya sama dengan kriteria bibit dari dalam kebun. Penyeleksian dilakukan sebelum dilakukan persemaian, sedangkan bibit yang berasal dari dalam kebun perusahaan upah pengambilannya sama dengan swakelola pembibitan yaitu Rp 1 000 /bibit, upah semai Rp 200/bibit dan harga rakit Rp 10 000/buah. Pengambilan anakan oleh BPPT dilakukan dari dalam kebun perusahaan. Ukuran bibit yang diambil yaitu 200 500 gram, dengan menyisakan satu daun. Seluruh biaya pengambilan anakan, persemaian dan kebutuhan lainnya untuk melakukan pembibitan ditanggung oleh PT National Sago Prima. Persemaian. Persemaian yaitu kegiatan pembibitan untuk memperoleh bibit dengan kualitas yang baik melalui perlakuan tertentu. Persemaian menghasilkan bibit yang siap dipindah tanam dengan kualitas baik, sehingga mampu mengurangi tingkat kematian setelah ditanam di lahan. Fungsi dari persemaian yaitu untuk menyeleksi bibit yang berkualitas baik dan buruk. Bibit yang baik ditanam setelah disemai selama tiga bulan, dan telah memiliki 2-3 daun, perakarannya kuat, memiliki akar nafas dan tidak kerdil. Sistem persemaian yang dilakukan oleh swakelola pembibitan PT National Sago Prima menggunakan sistem kanal. Media yang digunakan yaitu rakit dengan perlakuan penggunaan paranet dan penyemprotan pupuk daun. Penggunaan

27 paranet dimaksudkan agar tidak terlalu banyak cahaya matahari yang menyinari bibit, karena sinar matahari langsung yang mengenai bibit dapat menyebabkan pucuk bibit mengering. Selain itu naungan dapat mengurangi transpirasi yang dilakukan oleh bibit. Penyemprotan pupuk daun dilakukan setelah bibit memiliki 1-2 daun atau setalah dua bulan. Bibit direndam terlebih dahulu dalam larutan fungisida dengan konsentrasi larutan yang digunakan yaitu 2 g/l air selama 1-2 menit kemudian dikeringanginkan selama ± 15 menit sebelum disemai (Gambar 5). Perendaman bibit dilakukan pada rhizome untuk menghilangkan jamur yang terbawa dari lapang tempat pengambilan anakan. Gambar 5. Perendaman Bibit dalam Larutan Fungisida Penyusunan bibit di rakit dilakukan ketika bibit telah siap semai. Media rakit yang digunakan terbuat dari pelepah sagu yang sudah kering. Ukuran rakit yang digunakan yaitu 2.5 m x 1 m. Bibit disusun dengan posisi rhizome di atas rakit dengan menegakkan bibit. Ketinggian air dijaga jangan sampai pucuk bibit terendam atau banir tidak terendam air. Hal tersebut akan menyebabkan kematian bibit dalam persemaian. Penyusunan bibit harus rapat dan tegak agar tidak tumbang saat persemaian (Gambar 6). Prestasi kerja tenaga borongan dalam menyemai yaitu dalam satu rakit 140-144 bibit dengan waktu yg diperlukan ± 19 menit per orang, sedangkan

28 mahasiswa menyemai bibit sebanyak 140-144 dalam rakit selama waktu 30 menit per orang. Gambar 6. Penyusunan Bibit di Rakit Bibit yang telah disusun di atas rakit dipotong bagian petiol dan pelepahnya hingga 30-40 cm dari atas banir. Pemangkasan dilakukan untuk mengurangi transpirasi bibit selama di persemaian dan mempercepat terbentuknya tunas baru. Setelah rakit terisi penuh dan semua pelepah sudah dipangkas, rakit dihanyutkan ke kanal yang diberi naungan dan disemai selama tiga bulan. Lokasi pembibitan dengan sistem kanal beberapa hal harus diperhatikan seperti kodisi kanal dengan air yang mengalir pada daerah subkanal. Hal ini disebabkan daerah sub-kanal tidak dilalui oleh alat transportasi kanal sehingga bibit tidak terganggu dan sirkulasi udara dan hara dapat berlangsung dalam air. Lokasi pembibitan dekat dengan camp sehingga mudah didatangi dan dilakukan pengawasan secara intensif, serta jauh dari sumber hama dan penyakit. Selain itu pembibitan dilakukan pada beberapa lokasi agar mudah melakukan transportasi dan aman dari gangguan binatang liar. Persemaian yang dilakukan oleh BPPT menggunakan media polybag dengan eksplan (bibit sagu) dengan bobot 200-500 gram. Proses persemaiannya yaitu eksplan direndam dalam larutan yang dibuat oleh BPPT selama satu hari, kemudian ditanam ke dalam polybag dan dimasukkan ke dalam inkubator selama dua bulan, inkubator berupa sungkup yang terbuat dari plastik dan dalam satu sungkup dapat memuat 700 bibit. Proses selanjutnya yaitu aklimatisasi bibit

29 selama dua bulan dengan mengeluarkan bibit dari dalam inkubator. Proses nursery secara double paranet dan single paranet masing-masing selama dua bulan. Proses terakhir yaitu adaptasi di lapangan dengan menyeleksi bibit selama dua bulan. Persemaian yang dilakukan oleh PT Prima Kelola Agribisnis dan Agroindustri IPB tidak jauh berbeda dengan persemaian yang dilakukan oleh swakelola pembibitan PT National Sago Prima. Sistem yang digunakan yaitu sistem kanal dengan bobot bibit > 2 kg. Persemaian dilakukan selama 3 bulan sampai menghasilkan 2-3 daun setelah itu dilakukan penyulaman dan penanaman pada Divisi 1-4. Penanaman Kegiatan penanaman terdiri atas pembuatan batas petak tanaman, pembuatan pondok tanaman, pemancangan jalur tanam, pemasangan ajir, pembuatan lubang tanam, dan penanaman. Kegiatan penanaman PT National Sago Prima sedang terfokus pada pembukaan lahan di Divisi 5 dan 7. Jarak tanam yang digunakan adalah 8 m x 8 m, sehingga jumlah tanaman dalam satu hektar setara dengan 156 tanaman. Kondisi blok yang berbeda-beda seperti luas areal yang sudah ditanami, kemampuan pengorganisasian, kondisi bahan tanam yang tersedia dapat mempengaruhi kegiatan penanaman dalam jumlah tanaman per blok. Setiap blok mempunyai intensitas kegiatan penanaman yang berbeda, seperti blok yang sudah ditanami hanya memerlukan pengayaan tanaman, sedangkan blok yang belum ditanami harus seluruhnya ditanami tanaman. Pemancangan jalur tanaman dimulai dengan membuat pancang bantu (pancang as) yang dicat warna merah dengan jarak 5 m dari tepi kanal dengan menggunakan kompas (Gambar 7). Kegiatan pemancangan dilakukan menggunakan arah timur-barat sepanjang 1 000 m dengan jarak antar pancang 15 m, dan utara selatan sepanjang 500 m dengan tiap jarak 100 m dipasang pancang yang dicat warna merah dengan tujuan mempermudah kegiatan pelorongan agar tidak menyimpang ke lorong pertanaman lain.

30 Gambar 7. Pemancangan Menggunakan Kompas Kriteria pembuatan lubang tanam yaitu lubang tanam dibuat di tempat yang telah diberi pancang, lubang tanam dibuat sampai menyentuh permukaan air dan ukuran lubang tanam yaitu (40 x 40 x 40) cm 3. Prestasi kerja pembuatan lubang tanam yaitu 150 lubang tanam/hk. Standard Operating Procedure (SOP) penanaman yaitu,: 1. Lubang tanam dibuat di tempat yang telah diberi pancang 2. Lubang tanam dibuat sampai menyentuh permukaan air 3. Ukuran lubang tanam (40 x 40 x 40) cm 3 4. Rock phosphate dicampur dengan media tanam dengan dosis 0,5 kg per lubang tanam 5. Bibit sagu ditanam dengan posisi menyandar tegak pada sisi lubang tanam 6. Bibit sagu ditimbun media sampai bonggol bibit tertimbun (titik tumbuh tidak boleh tertimbun media tanam) 7. Ajir tetap dipancangkan di samping lubang tanam 8. Bibit harus segera ditanam segera setelah dikeluarkan dari rakit Penyulaman Penyulaman yaitu kegiatan menanam kembali tanaman sagu pada rumpun sagu yang mati karena kurang beradaptasi dengan lingkungan di lapangan atau terserang hama dan penyakit. Kegiatan penyulaman dilaksanakan PT National Sago Prima bekerjasama dengan PT Prima Kelola Agribisnis dan Agroindustri

31 IPB, selain itu perusahaan bekerjasama dengan BPPT Kegiatan tersebut terfokus pada Divisi 1, 2, 3 dan 4. Hal ini dilakukan karena pada setiap blok tanaman divisi tersebut terdapat rumpun yang mati. Kegiatan penyulaman yang dilakukan oleh PT Prima Kelola Agribisnis dan Agroindustri IPB diawali oleh survey yang dilakukan oleh asisten dan mandor. Kegiatan survey yang dilakukan yaitu, menghitung jumlah rumpun yang mati dalam setiap blok dan mengukur ketinggian air dalam lubang tanam. Selanjutnya dilakukan penyeleksian bibit dengan kriteria bibit yaitu, bibit telah berdaun minimal dua daun, kondisi bibit sehat (bebas dari hama dan penyakit) dan segar serta bonggol bibit tidak busuk. Bibit yang dilangsir ke blok yang akan ditanam disesuaikan dengan jumlah kebutuhan penyulaman. Tahapan pengangkutan (langsir) bibit siap salur yaitu meletakkan bibit siap salur ke dalam rakit, menarik dengan hati-hati rakit yang berisi bibit siap salur, dan memindahkan bibit dari rakit ke lapangan dengan cara memegang bibit pada banirnya. Penyulaman dilakukan setelah lubang tanam selesai dikerjakan oleh tenaga borongan. Pelaksanaan penyulaman biasanya dilakukan oleh dua orang pekerja pada setiap lorong tanaman (dua jalur tanaman). Pekerja pertama bertugas membawa bibit dengan ambung bambu yang dibawa dengan punggung. Jumlah bibit yang dibawa sesuai dengan jumlah rumpun yang akan disulam pada lorong tersebut. Kemudian bibit diletakkan di dekat lubang tanam, sedangkan pekerja kedua bertugas membawa pupuk, memberi pupuk pada lubang tanam, dan menanam bibit. Pemupukan dasar dilakukan bersamaan dengan kegiatan penanaman maupun penyulaman, yaitu pada saat setelah pembuatan lubang tanam dengan menggunakan rock phosphate sebelum bibit ditanam. Penggunaan rock phosphate dimaksudkan untuk mempercepat pertumbuhan tanaman sagu terutama pada tahap pembentukan akar (Gambar 8).

32 Gambar 8. Pemberian Pupuk I dan Penyulaman Kegiatan penyulaman sebaiknya dilakukan pada musim hujan karena permukaan air tanah dapat tinggi, sehingga bibit dapat ditanam pada lubang tanam yang ketersediaan airnya tercukupi. Selain itu pada musim hujan tanaman dapat mengurangi transpirasi yang terjadi. Pemeliharaan Sagu merupakan tumbuhan hutan yang dapat tumbuh secara liar yang dapat pula menghasilkan produktivitas tinggi. Produktivitas sagu dapat ditingkatkan dengan pengelolaan yang baik, misalnya kegiatan pemeliharaan. Pemeliharaan pada perkebunan sagu merupakan kegiatan yang harus dilakukan secara rutin dan intensif, sehingga dapat menghasilkan produktivitas yang optimum. Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan oleh PT National Sago Prima yaitu pengendalian gulma, penjarangan anakan dan pengendalian hama dan penyakit. Pengendalian gulma. Gulma merupakan tumbuhan yang keberadaannya dapat mengganggu tanaman lain pada tingkatan jumlah tertentu. Pertumbuhan gulma yang sangat cepat daripada tanaman sagu dapat menghambat pertumbuhan sagu, hal ini disebabkan adanya persaingan dalam mendapatkan unsur hara, sinar matahari, air, dan ruang tumbuh. Oleh karena itu sangat diperlukan pengendalian gulma yang dapat menekan terjadinya persaingan antara tanaman sagu dan gulma.

33 Pengendalian gulma yang dilakukan oleh PT National Sago Prima yaitu pengendalian secara manual dan secara kimia. Kedua cara pengendalian gulma memiliki keuntungan dan kerugian dari segi biaya, waktu, dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan sagu. Pengendalian gulma secara manual yang dilakukan di perkebunan sagu dilakukan dengan cara penebasan. Prosedur penebasan yaitu lebar tebasan 1.5 2 m untuk lorong bersih maupun lorong tengah, lebar piringan 1 m dari rumpun terluar, tinggi penebasan 0 5 cm dari permukaan tanah, pelepah, gulma dan serasah dibuang keluar piringan dan semua kayu serta pelepah harus dibuang ke lorong kotor. Pengendalian gulma secara manual dilakukan pada beberapa tempat, yaitu pada lorong bersih dan piringan saja, pada lorong bersih, piringan dan gawangan, serta pada jalur tanam untuk areal yang baru dibuka. Rotasi pengendalian gulma secara manual dilakukan satu kali dalam satu tahun. Tenaga kerja menggunakan sistem borongan atau kontrak. Biaya yang harus dikeluarkan perusahaan yaitu ± Rp 375 000/ha, bergantung kondisi blok yang akan ditebas, sedangkan prestasi kerja borongan yaitu 8000 m 2 /HK. Pengendalian gulma secara kimia dilakukan dengan menggunakan herbisida yang disemprotkan pada gulma. Penyemprotan dilakukan pada gawangan dan piringan mati yaitu piringan yang tidak terdapat tanaman sagu. Rotasi pengendalian gulma secara kimia dilakukan dua kali dalam satu tahun. Pembuatan larutan herbisida dilakukan sebelum penyemprotan dengan dosis yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Herbisida yang digunakan yaitu herbisida kontak dengan bahan aktif paraquat berbentuk cairan yang digunakan untuk mematikan gulma berbentuk daun, sedangkan herbisida sistemik dengan bahan aktif metil metsulfuron yang berbentuk serbuk berfungsi untuk mematikan batang. Dosis yang digunakan yaitu 1.5 l paraquat/ha dan 62.5 g metil metsulfuron/ha dengan volume semprot 400 l/ha. Penyemprotan menggunakan Knapsack Sprayer dengan nozel semprot berwarna hitam. Ketinggian nozel semprot dari permukaan tanah yaitu 30 cm. Penyemprotan dilakukan dengan berjalan secara perlahan.

34 Penyemprotan dilakukan oleh tenaga kerja harian lepas dan kebanyakan menggunakan tenaga perempuan. Hal ini dilakukan karena hasil tenaga kerja perempuan lebih rapih dibandingkan dengan hasil pekerjaan tenaga laki-laki. Prestasi kerja pekerja perempuan yaitu 1.5 lorong bersih/hk. Pengendalian gulma secara manual dan secara kimia memiliki keuntungan dan kerugian. Keuntungan dari pegendalian gulma secara manual yaitu tidak terjadinya kerusakan ekosistem dari lingkungan tanaman sagu, sedangkan kerugiannya yaitu waktu yang dibutuhkan untuk penebasan lama dan memerlukan biaya yang besar. Pengendalian gulma secara kimia memiliki keuntungan yaitu dapat lebih efisien waktu dan biaya, namun kerugiannya yaitu dapat merusak ekosistem karena residu yang dihasilkan dari bahan kimia dapat mencemari lingkungan tumbuh sagu. Penjarangan Anakan. Penjarangan anakan yaitu kegiatan pembuangan ankan secara selektif pada tiap rumpun sagu. Penjarangan anakan dilakukan untuk mengatur letak atau posisi anakan dan pohon induk agar tidak terjadi persaingan (Bintoro, et al 2010). Penjarangan anakan dibedakan menjadi dua cara yaitu pruning dan thining out. Pruning yaitu penjarangan anakan dengan melakukan pemangkasan pada anakan yang disisakan 10 cm dari atas permukaan tanah dan disisakan 8-9 anakan besar (Gambar 9). Tujuan dari pruning yaitu untuk mengurangi terjadinya persaingan penyerapan unsur hara antara tanaman sagu dalam setiap rumpun. Thining out yaitu penjarangan anakan dengan mengangkat anakan sampai ke akarnya. Tujuannya sama dengan pruning, hanya terdapat perbedaan cara, waktu, dan biaya. Waktu yang digunakan untuk melakukan pruning lebih cepat yaitu 15-20 rumpun/hk dengan biaya Rp 45 000/HK. Dengan biaya yang sama penjarangan dengan cara thining out hanya dapat melakukan 5 rumpun/hk.

35 a b Gambar 9. a) Rumpun Sagu Sebelum dipruning b) Setelah dipruning Rotasi penjarangan anakan dilakukan satu kali dalam satu tahun, namun hanya dilakukan pada beberapa blok. Hal ini dikarenakan biaya penjarangan anakan lebih mahal dibandingkan dengan biaya pemeliharaan lainnya. Kegiatan penjarangan anakanpun harus dilakukan secara teliti dan tepat serta perlu pengawasan oleh mandor, karena kegiatan tersebut menyangkut keberlangsungan pertumbuhan sagu selanjutnya. Panen Nilai ekonomis pada tanaman sagu terletak pada batangnya, sehingga bagian tanaman sagu yang dipanen yaitu batang. Batang sagu yang siap untuk ditebang yaitu pada saat fase nyorong (fase masak tebang) karena pada fase tersebut kandungan pati dalam batang sagu tinggi. Setelah lewat dari fase tersebut kandungan pati dapat berkurang. Tanaman sagu memasuki masa tebang sekitar 10-12 tahun. PT National Sago Prima telah melakukan panen beberapa kali dimulai dari tahun 2008 sampai sekarang. Setiap blok tingkat pertumbuhannya berbeda sehingga rotasi panennya berbeda. Ada blok yang sampai empat kali panen, namun ada juga blok yang sama sekali belum dipanen. Sebelumnya telah dilakukan sensus produksi yang dapat dijadikan acuan panen. Seharusnya jika dilakukan pemeliharaan yang baik satu kali panen dapat dilakukan dalam 1-2 tahun, namun karena perusahaan tidak melakukan pemeliharaan selama enam tahun, maka

36 pertumbuhan anakan sagu jauh dengan induknya. Hal ini dipengaruhi oleh banyaknya gulma dan semak yang menutupi pertumbuhan anakan. Tahap awal pemanenan yang dilakukan antara perusahaan dengan kontraktor panen yaitu pembuatan kontrak, survey blok yang akan dipanen, dan penandatanganan kesepakatan panen. Tahap pemanenan di lapangan yaitu pembuatan jalan, pencarian kayu untuk pengangkutan hasil panen, penebangan pada fase nyorong, penentuan posisi tebang diusahakan tidak mengenai anakan sagu, pembersihan batang (nyisik), pengukuran batang 42 inchi (105 cm) menjadi tual (potongan batang sagu), pembuatan hidung untuk memasukkan tali, pemotongan sesuai ukuran, pengangkutan tual (golek) dengan mengeluarkan tual dari kebun ke pinggir kanal menggunakan alat pengangkut (kiau) (Gambar 10). Perakitan tual di kanal menggunakan tali (10 meter) yang terdapat 25-30 tual bergantung besar kecil diameter tual. Setelah selesai proses panen di kebun, tual yang telah dirakit ditarik menuju dam menggunakan pompong perusahaan, kegiatan tersebut dilakukan oleh karyawan perusahaan dari setiap divisi yang bloknya dipanen. Terdapat 3 dam yang digunakan untuk pengeluaran tual dari kebun ke laut yaitu dam Bandul, Parit Kotok, dan Parit Badu. Gambar 10. Pengangkutan Tual (Golek) Sistem kerja panen yang dilakukan yaitu sistem kontrak dengan tenaga borongan, dalam 1 blok terdapat 5 000 tual yang dipanen dan dalam setiap batang terdapat 6-7 tual. Pembayaran dilakukan secara dua tahap yaitu apabila sudah mendapatkan 2 500 tual. Harga tual yang dibayar perusahaan kepada tenaga

37 borongan yaitu Rp 4 700/tual dari penebangan sampai tual berada di kanal. Kesalahan dalam penebangan akan dikenakan denda sebesar Rp 120 000/batang sagu. Waktu yang diperlukan dalam satu blok panen yaitu empat bulan. Sensus Tanaman Sensus tanaman merupakan salah satu kegiatan penting yang dilakukan oleh perusahaan karena selain dapat menjadi kegiatan inventarisasi kebun kegiatan tersebut dapat pula menjadi acuan untuk melaksanakan beberapa kegiatan budidaya lainnya. Kegiatan yang mengacu pada sensus tanaman yaitu penyulaman dan panen. Penyulaman mengacu pada sensus hidup-mati, sedangkan panen mengacu pada sensus produksi. PT National Sago Prima pada tahun 2011 melakukan dua jenis sensus, yaitu sensus hidup-mati dan sensus produksi. Sensus Hidup-mati. Sensus hidup-mati dapat dilakukan sebelum penyulaman dan setelah penyulaman. Tujuan sensus hidup-mati sebelum penyulaman yaitu untuk mengetahui kondisi tanaman dalam satu blok, setelah itu dilakukan penyulaman. Sensus hidup-mati setelah penyulaman dilakukan tiga bulan setelah penyulaman, sehingga diketahui berapa jumlah bibit yang hidup dan jumlah bibit yang mati. Selain itu, sensus hidup-mati setelah penyulaman merupakan kegiatan yang berhubungan dengan serah terima bibit dari PT Prima Kelola Agribisnis dan Agroindustri IPB kepada PT National Sago Prima. Kegiatan sensus hidup-mati dilakukan pada seluruh tanaman yang ada dalam satu blok. Petugas sensus dapat terdiri atas satu atau dua orang setiap tim, jika hanya satu orang dalam satu tim, petugas itu bertugas merintis jalan dan mencatat tanaman yang hidup dan mati. Namun, jika terdapat dua orang dalam satu tim maka satu orang dapat merintis jalan dan yang lainnya mencatat (Gambar 11).

38 Gambar 11. Kegiatan Sensus Hidup-mati Kegiatan sensus yang dilakukan oleh mahasiswa yaitu sensus hidup-mati setelah penyulaman yang dilakukan oleh PT Prima Kelola Agribisnis dan Agroindustri IPB. Prestasi kerja mahasiswa dalam menyensus 3-6 lorong/hk (1 lorong = 2 jalur tanaman), sedangkan prestasi petugas sensus karyawan perusahaan dapat menyensus 4-8 lorong/hk. Pencatatan dalam sensus hidup-mati meliputi nama blok, divisi, arah sensus, nomor baris, nomor pancang dan jumlah tanaman hidup dan mati. Penandaan sensus hidup mati yaitu 0 untuk hidup tanaman besar, 1 untuk tanaman sisipan dicatat pada kolom hidup atau mati, dan PK (Pancang Kosong) untuk pancang yang tidak terdapat tanaman. Selain itu ada kriteria tanaman sisipan yang belum diterima, ciri-cirinya yaitu tanaman sisipan yang kerdil dan pertumbuhannya tidak baik (Gambar 12). a a b c d Gambar 12. Gambar Tanaman Sisipan a) Sisipan Hidup, b) Sisipan Mati, c) Sisipan Belum diterima, dan d) Sisipan Kerdil b

39 Sensus Produksi. Sensus produksi merupakan sensus yang dilakukan perusahaan sekali dalam satu tahun, tujuannya yaitu untuk mengetahui produksi tanaman dengan menghitung jumlah tanaman yang dapat dipanen pada tahun ini dan tahuntahun berikutnya. Kegiatan sensus produksi dilaksanakan oleh masing-masing divisi. Peubah yang diamati dalam kegiatan sensus produksi adalah tinggi batang tanaman yaitu tinggi tanaman 0.00-2.61 m, 2.61-3.48 m, 3.48-4.35 m, 4.35-5.22 m, 5.22-6.09 m, dan > 6.09 m, nyorong, dan berbunga. Selain itu, dalam sensus produksi juga dihitung jumlah dari anakan dengan bobot 3-5 kg, 5 10 kg, dan > 10 kg. Penentuan bobot anakan dilakukan dengan mengukur lebar pelepah daun 50 cm dari permukaan tanam. Jika lebar 3-5 cm maka bobot anakan 3 5 kg, 5 8 cm bobot anakan 5 10 kg dan lebar > 8 cm bobot anakan > 10 kg. Kegiatan sensus diawali dengan pembagian lorong, kemudian lorong diberi tanda dengan pelepah atau kayu. Teknik dalam pengukuran tinggi tanaman dengan mengunakan alat ukur berupa pelepah kering sagu yang telah diberi ukuran. Petugas sensus karyawan perusahaan dapat melakukan sensus 4 6 lorong/hk. Mahasiswa tidak melakukan sensus produksi, karena perusahaan belum melakukannya pada awal tahun. Aspek Manajerial Manajemen dalam sebuah perusahaan sangat diperlukan untuk mencapai tujuan perusahaan secara efektif dan efisien. Fungsi penyusunan kerangka pembagian kerja menentukan tata pembagian tugas dan tata hubungan kerja, sehingga terjadi suatu sistem dan seluruh tenaga kerja dapat bekerja secara harmonis dan efisien. Deskripsi tugas dan tanggung jawab dari General Manager sampai bagian administrasi menurut Fauzan (2010) disebutkan sebagai berikut: a. General Manager 1) Mengawasi dan membawahi pekerjaan yang dilakukan pada pengusahaan hutan di lapangan. 2) Bertanggung jawab terhadap laporan yang berkaitan dengan IUP HHBK-HTI Sagu ke Tingkat Pusat maupun Daerah.

40 3) Mengurus perijinan perusahaan dan ijin penyelenggaraan perusahaan di Daerah maupun Pusat. 4) Bertanggung jawab dalam pelaksanaan pengelolaan perusahaan IUP HHBK-HTI Sagu secara keseluruhan dengan baik. 5) Melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan perusahaan sewaktuwaktu. 6) Mengangkat dan memberhentikan staf yang membantu pekerjaannya. 7) Mewakili perusahaan dalam memutuskan sesuatu di tingkat cabang. b. Manager Estate/Koordinator 1) Mengkoordinasikan operasional kegiatan di lapangan dengan memperhatikan mekanisme kerja sesuai struktur organisasi yang telah ditetapkan. 2) Menyusun konsep pengusahaan hutan. 3) Mengendalikan dan mengawasi pelaksanaan bidang produksi dan budidaya. 4) Menyusun konsep kebijaksanaan untuk meningkatkan volume dan memelihara mekanisme kerja antara instansi Pemerintah baik di tingkat pusat maupun daerah yang menyangkut bidang pengusahaan hutan. 5) Menyusun konsep kebijakan dan rencana penggunaan tenaga kerja serta mengadakan evaluasi kerja. c. Research and Development (R & D) 1) Memberikan arahan, petunjuk dan bertanggung jawab dalam pelaksanaan rencana pembuatan tanaman, pemeliharaan, persemaian, sarana dan prasarana, penelitian dan pengembangan. 2) Mengkoordinasikan pelaksanaan pengumpulan, menganalisis pengolahan dan penyajian data informasi lapangan untuk keperluan perencanaan pembangunan tanaman dan produksi IUPHHBK-HTI. 3) Menyiapkan dan menyusun, rencana-rencana kerja bidang litbang sesuai dengan petunjuk atau pedoman kerja yang ada.

41 4) Menyiapkan dan menyusun, rencana-rencana kerja mengenai pengelolaan dan pemantauan lingkungan sesuai dengan petunjuk atau pedoman kerja yang ada. 5) Melaksanakan kegiatan bidang litbang serta pengelolaan dan pemantauan lingkungan di lapangan sesuai dengan target dan jadwal waktu yang telah ditetapkan. 6) Mengevaluasi data-data realisasi hasil kerja bidang litbang serta pengelolaan dan pemantauan lingkungan. d. Kepala Tata Usaha 1) Merencanakan kegiatan rutin administrasi dan keuangan sesuai tata waktu. 2) Mendistribusikan tugas-tugas dan petunjuk-petunjuk kepada bagian accounting, umum, security, gudang dan administrasi serta menindaklanjuti disposisi atasan. 3) Melaksanakan verifikasi pengeluaran-pengeluaran yang akan disahkan Pimpinan. 4) Membuat laporan rutin bidang administrasi dan keuangan. 5) Melaksanakan tugas-tugas kehumasan dan perijinan bidang umum. 6) Melaksanakan kegiatan administrasi dan keuangan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 7) Melaksanakan kegiatan administrasi keuangan untuk seluruh kegiatan yang menjadi kewenangan/tanggung jawab organisasi wilayah pengusahaan, dengan mengacu kepada sistem akuntansi kehutanan dan ketentuan perusahaan yang berlaku. 8) Melaksanakan tugas-tugas rutin keuangan seperti membuat buku harian kas dan bank, buku besar dan buku tambahan. 9) Mengajukan anggaran setiap bulannya untuk kegiatan yang menjadi kewenangan/tanggung jawab organisasi wilayah pengusahaan, berdasarkan rencana anggaran yang telah dibuat oleh masing-masing bagian dan telah disetujui oleh Manager Umum dan keuangan.

42 10) Mengatur pembayaran-pembayaran dalam lingkup kewenangan/tanggung jawab organisasi wilayah pengusahaan, berdasarkan persetujuan Pimpinan. 11) Mengadakan pengelolaan uang kas dan menyimpan surat-surat berharga secara aman, tertib dan terkendali. 12) Membuat daftar gaji dan melaksanakan pembayaran gaji atau upah karyawan yang menjadi kewenangan/tanggung jawab organisasi serta mengadakan evaluasi secara rutin. 13) Membuat laporan keuangan secara rutin. e. Asisten Manager Estate (Asisten Divisi) 1) Mengkoordinasikan bidang penataan areal, perpetaan dan inventarisasi hutan. 2) Melaksanakan kegiatan orientasi jalan (road location survey), baik untuk jangka pendek maupun untuk jangka panjang. 3) Melaksanakan kegiatan administrasi perencanaan hutan meliputi pemetaan, dokumentasi, laporan dan perijinan. 4) Mengevaluasi lokasi tebangan agar sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. 5) Sebagai pusat data untuk menunjang kegiatan operasi dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. f. Superintendent 1) Membantu Asisten Manager Estate dalam melaksanakan tugasnya. 2) Melaksanakan kegiatan pemanenan hasil di lapangan. 3) Bertanggung jawab terhadap tebangan, pemuatan, pengangkutan hasil panen di lapangan. 4) Melaksanakan kegiatan budidaya di lapangan. 5) Bertanggung jawab terhadap kegiatan pembibitan, persiapan lahan, penanaman, dan perlindungan hutan di lapangan.

43 g. Supervisor 1) Membantu Superintendent dalam melaksanakan tugasnya. 2) Melaksanakan kegiatan rutin produksi dan budidaya di lapangan. h. Bagian Technical Support 1) Bertanggung jawab terhadap Teknik dan Logistik 2) Melaksanakan kegiatan yang berkaitan dengan pengadaan sarana dan prasarana seperti pengadaan bangunan base camp, menara pengawas, TPK/logpond, alat-alat berat, jalan, perbengkelan dan kelistrikan i. Bagian External Relations 1) Melakukan kegiatan pembinaan terhadap masyarakat sekitar lokasi IUP HHBK-HTI. 2) Mengadakan dan memelihara kerjasama yang baik dengan masyarakat sekitar lokasi. 3) Melaksanakan kegiatan yang berkaitan dengan penanganan masalahmasalah sosial. 4) Bertanggung jawab terhadap penyelesaian konflik lahan baik okupasi maupun klaim-klaim lainnya. 5) Bertanggung jawab terhadap terselenggaranya pembinaan masyarakat desa hutan serta kegiatan lainnya yang berkaitan dengan masyarakat. 6) Membantu memberikan penyuluhan kepada masyarakat sekitar hutan. 7) Memberikan penyuluhan kepada masyarakat sekitar hutan agar berpartisipasi aktif mensukseskan program kelola sosial untuk peningkatan kesejahteraan mereka. 8) Membina hubungan yang baik dengan aparat desa/lembaga adat/tokoh masyarakat dan masyarakat pada umumnya. 9) Menjaga dan memelihara sumber daya alam dan lingkungan di areal yang telah dilaksanakan kegiatan kelola sosial. 10) Melakukan evaluasi atas kegiatan dan hasil yang telah dicapai dalam program kelola sosial.

44 j. Bagian Supply Logistic 1) Bertanggung jawab terhadap administrasi tata usaha hasil hutan bukan kayu. 2) Melaksanakan tugas-tugas operasional di lapangan diantaranya pengangkutan hasil hutan dari petak tebangan ke tempat pengumpulan hasil. k. Bagian Accounting 1) Merencanakan kegiatan rutin administrasi dan keuangan sesuai tata waktu. 2) Mendistribusikan tugas-tugas dan petunjuk-petunjuk kepada staf keuangan serta menindaklanjuti disposisi atasan. 3) Melaksanakan verifikasi pengeluaran-pengeluaran yang akan disahkan Pimpinan. 4) Membuat laporan rutin bidang administrasi dan keuangan. 5) Melaksanakan kegiatan administrasi keuangan untuk seluruh kegiatan yang menjadi kewenangan/tanggung jawab organisasi wilayah pengusahaan, dengan mengacu kepada sistem akuntansi kehutanan dan ketentuan perusahaan yang berlaku. 6) Melaksanakan tugas-tugas rutin keuangan seperti membuat buku harian kas dan bank, buku besar dan buku tambahan. 7) Mengajukan anggaran setiap bulannya untuk kegiatan yang menjadi kewenangan/tanggung jawab organisasi wilayah pengusahaan, berdasarkan rencana anggaran yang telah dibuat oleh masing-masing bagian dan telah disetujui oleh Kepala Tata Usaha. 8) Mengatur pembayaran-pembayaran yang berada dalam lingkup kewenangan/tanggung jawab organisasi wilayah pengusahaan, berdasarkan persetujuan Kepala Tata Usaha. 9) Mengadakan pengelolaan uang kas dan menyimpan surat-surat berharga secara aman, tertib dan terkendali. 10) Membuat daftar gaji dan melaksanakan pembayaran gaji atau upah karyawan yang menjadi kewenangan/tanggung jawab organisasi serta mengadakan evaluasi secara rutin. 11) Membuat laporan keuangan secara rutin.

45 l. Bagian Security 1) Mengoptimalkan tugas dan peran satuan pengamanan hutan dalam melaksanakan kegiatan perlindungan hutan dan pengamanan areal dari intervensi pihak eksternal yang bersifat merusak, seperti kebakaran, pencurian dan perambahan hutan. 2) Melakukan pengamanan terhadap seluruh camp dan lingkungannya beserta asset perusahaan. 3) Melakukan pendekatan dan penyuluhan kepada masyarakat yang berkaitan dengan kewajiban perlindungan hutan. m. Bagian Administrasi 1) Melaksanakan tugas-tugas yang berkaitan dengan administrasi/tata usaha kantor seperti sistem agenda, pembuatan, pengiriman dan pengarsipan surat menyurat, mengurus kebutuhan alat tulis kantor (ATK), dan obat-obatan. 2) Melaksanakan administrasi kepegawaian dan upaya pengembangan sumberdaya manusia dan meningkatkan disiplin kerja, seperti absensi, pelatihan, dan surat peringatan. 3) Mengkoordinasikan dan mengawasi pembangunan fasilitas perumahan dan bangunan-bangunan lain di base camp. 4) Mengurus dan memelihara kantor, mess dan berbagai fasilitas untuk kepentingan umum (poliklinik dan tempat ibadah). 5) Melaksanakan upaya peningkatan kesejahteraan karyawan seperti kebutuhan air bersih, kesehatan, penerangan, dan olah raga. 6) Pengurusan tamu dan pejabat perusahaan serta memelihara hal-hal yang berkaitan dengan pelayanan umum. 7) Melaksanakan penerimaan tenaga kerja sesuai kebutuhan di lapangan. 8) Melaksanakan kegiatan rumah tangga perusahaan.