BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian mempunyai peranan penting bagi pergerakan roda perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi tidak dapat dilepaskan dari sektor perbankan. Dunia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN I. 1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang No.10 tahun 1998

PENGARUH REKOMENDASI ATAS TEMUAN AUDIT OPERASIONAL TERHADAP TINGKAT KREDIT BERMASALAH (NON PERFORMING LOAN)

BAB 1 PENDAHULUAN. Dunia perbankan saat ini banyak disorot oleh masyarakat banyak karena

II. LANDASAN TEORI. Berdasarkan Undang Undang RI No 10 tahun 1998 tentang perbankan, jenisjenis

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU No.10 tahun 1998 dikatakan bahwa bank adalah badan usaha. yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. kredit bermasalah yang terjadi dalam suatu bank. Semakin tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Masih banyak perbankan yang tidak melakukan Peraturan Bank Indonesia (PBI)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas perbankan selalu berkaitan dengan bidang keuangan. Seperti telah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasal 1 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 (Merkusiwati, 2007:100)

BAB I PENDAHULUAN. dan atau bentuk-bentuk lainnya, dalam rangka meningkatkan taraf hidup. kepada masyarakat yang kekurangan dana (Abdullah, 2005:17).

investasi. Dalam hal ini kredit investasi merupakan bantuan yang diberikan oleh

I. PENDAHULUAN. satunya adalah penyaluran kredit guna untuk meningkatkan taraf hidup rakyat

BAB I PENDAHULUAN. kembali dana tersebut kepada masyarakat dalam bentuk kredit.

BAB I PENDAHULUAN. baik secara langsung maupun tidak langsung. Banyaknya sektor yang tergantung

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha tidak terlepas dari perkembangan sektor usaha

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Terintegrasinya perekonomian global telah menyebabkan krisis di suatu

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan (financial intermediaries), yang menyalurkan dana dari pihak

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan perekonomian suatu negara. Di Indonesia, perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan ekonomi. Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lain dalam rangka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian mengenai pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non. membutuhkan kajian teori sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sektor perbankan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. ekuiti (saham), reksadana, instrument derivative, maupun instrumen

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan uang tersebut kembali ke masyarakat. merupakan lembaga keuangan yang paling lengkap kegiatannya yaitu

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Berkembanya perbankan Indonesia dapat dilihat dari jumlah bank yang

dapat diperoleh dengan dana kredit yang ditawarkan oleh bank.

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu alternatif pilihan sumber dana jangka panjang bagi

BAB I PENDAHULUAN. dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang dan meminjamkan uang.

BAB I PENDAHULUAN. banknote. Kata bank berasal dari bahasa Italia banca berarti tempat

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi sebagai intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat. masyarakat yang kekurangan dana (Ismail,2010:13).

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional suatu bangsa mencakup di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 Tanggal 10 November 1998

BAB I PENDAHULUAN. tabungan dan deposito) dan menyalurkannya dalam bentuk kredit oleh bank-bank

BAB I PENDAHULUAN. (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki dana (surplus unit)

BAB I PENDAHULUAN. pendanaan bagi pembangunan di Indonesia. Peranan bank sebagai agen

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keuangan perusahaan merupakan pilar yang sangat penting untuk kemajuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (demand deposit), tabungan (savings), dan deposito berjangka (time

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

B A B 1 P e n d a h u l u a n 1 BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan dunia bisnis yang semakin pesat, khususnya di negara

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. bentuk investasi kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. dan lainnya (Hanafi dan Halim, 2009). Sedangkan kinerja keuangan bank dapat

BAB I PENDAHULUAN. sejak adanya Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Perkreditan Rakyat

BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan dana, dan memberikan jasa bank lainnya. Kegiatan menghimpun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank merupakan suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan

BAB I PENDAHULUAN. pembengkakan nilai dan pembayaran hutang luar negeri, melonjaknya non performing

BAB I PENDAHULUAN. yaitu untuk menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana (kreditur) dan

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan perbankan memiliki peranan yang strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bisa dipastikan bahwa semua orang sudah mengerti arti bank, baik yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pembangunan merupakan program pemerintah yang bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai industri yang berkembang pesat dan memiliki kegiatan usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. yang baik meskipun perekonomian global mengalami ketidakpastian dan banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun di luar negeri. Hal ini dikarenakan salah satu tolak ukur kemajuan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Bagi masyarakat yang hidup di negara negara maju, seperti negara

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Nama Bank Total Asset (triliun) Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN. bisnis yang berkembang dengan pesat sehingga sangat diperlukan sumber-sumber

Bab 1. Pendahuluan. Pada tahun 1997, Indonesia dilanda krisis ekonomi yang berkepanjangan.

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini begitu banyak perusahaan yang bergerak dalam dunia bisnis

BAB 1 PENDAHULUAN. potensi dapat bermanfaat untuk pertumbuhan ekonomi, perlu disalurkan. kegiatan yang produktif. (AnggrainiPutri,2011)

BAB I PENDAHULUAN. fungsinya sebagai lembaga intermediasi, penyelenggara transaksi

BAB I PENDAHULUAN. transaksi antara pihak-pihak pencari dana (emiten) dengan pihak yang kelebihan

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah di dunia perbankan adalah kegiatan funding (Kasmir, 2008:

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan Bank adalah menghimpun dana, menyalurkan dana, serta. memberikan jasa jasa perbankan kepada masyarakat. Peranan bank dalam

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang membutuhkan dana. Sesuai dengan Undang-Undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan adanya krisis ekonomi yang menimpa Indonesia sejak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dapat dipandang sebagai tulang punggung

BAB I PENDAHULUAN. serius dalam bisnis perbankan, sebagian besar bank kesulitan karena modal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia ekonomi di Indonesia semakin meningkat. Hal ini tidak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ( Taswan (2006: 6) Lukman

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. internasional untuk para nasabah dan investor global agar tetap survive di percaturan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tentang Perubahan atas Undang Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah.

BAB I PENDAHULUAN. laju pertumbuhan ekonomi nasional sesuai dengan yang diharapkan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (Riyadi : 2006) (Kasmir : 2011)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN. meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Peran strategis tersebut terutama disebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang tidak didukung oleh peran perbankan dalam membangun negaranya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kompetitif, hal ini desebabkan beberapa bank yang beroperasi di Timor-Leste baik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan perekonomian dan bisnis di dunia sangat ini berlangsung

BAB I PENDAHULUAN. Paket Kebijakan Pakto (27 Oktober 1988) memberikan dampak yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perbankan merupakan lembaga keuangan yang berintensitas misal

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sektor perbankan merupakan sektor ekonomi yang memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan perekonomian nasional. Bank sebagai badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan dana kepada masyarakat dalam berbagai alternatif investasi merupakan salah satu sumber risiko terbesar bagi perekonomian Indonesia. Sehubungan dengan hal tersebut bank sebagai lembaga intermedasi dituntut untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi usahanya sehingga mampu bersaing secara sehat dalam pasar yang makin kompetitif. Kondisi kesehatan bank sebagai bagan usaha di bidang jasa yang bertopang sebagai lembaga kepercayaan menjadi penting bagi semua pihak yang terkait, baik pemilik dan pengelola bank, masyarakat pengguna jasa bank maupun bank Indonesia selaku pengawas dan pembina bank. Krisis perbankan pada tahun 1997 telah meluluh lantahkan kondisi perbankan nasional. Memburuknya kondisi perbankan pada awal krisis tersebut ditandai dengan memburuknya kualitas kredit yang tercermin dalam rasio Non Performing Loan (NPL) perbankan tidak berjalan dengan baik sehingga tidak mampu menggerakan pertumbuhan perekonomian nasional. Menurut Soedrajat Djiwandono (2001:53), yang dikutip dalam majalah Info Bank, dampak krisis ekonomi terhadap industri perbankan yaitu pada bulan Agustus 1997 telah ada sejumlah bank yang menghadapi masalah kekurangan modal dan menghadapi mitsmatch likuidasi harian secara kronis. Bank-bank tersebut bermasalah yang timbul karena antara lain besarnya kredit bermasalah. Disisi kelembagaan jumlah bank umum Indonesia memang tidak sebanyak sebelum krisis, banyak yang sudah meninggalkan gelanggang perbankan baik karena dibekukan kegiatan usahanya, dilikuidasi maupun atas kehendak pemegang saham bank itu sendiri, sebagian lagi melakukan merger menjadi bank

BAB I PENDAHULUAN 2 yang didirikan pasca krisis sehingga boleh dikatakan telah menjadi konsolidasi dalam industri perbankan. Menurut kajian biro riset info bank, saat ini kinerja keuangan perbankan Indonesia mulai membaik, hal ini tersebut terlihat dari rating terhadap 132 bank yang dilakukan oleh Biro Riset Info Bank tahun 2005 berdasarkan kinerja keuangan bank, bahwa bank-bank yang mendapat predikat bagus berjumlah 96 bank padahal tahun sebelumnya hanya ada 83 bank yang mendapat predikat sangat bagus. Perkembangan positif perbankan tersebut perlu untuk terus dipertahankan dan ditingkatkan untuk mencapai perbankan yang sehat, kuat dan efisien sehingga dapat mendorong pertumbuhan perekonomian nasional. Namun dengan adanya perkembangan positif tersebut perbankan masih harus berhati-hati terhadap sejumlah tekanan laten yang akan mengancam perbankan diantaranya adalah adanya tekanan kredit bermasalah (NPL), rendahnya kapasitas kredit dan turunnya suku bunga SBI. Walaupun saat ini kondisi perbankan lebih baik namun ancaman kredit masih menghantui perbankan Indonesia. Hal ini mengingat bahwa kemampuan para pengusaha belum pulih, selain pemberian kredit tidak lepas dari risiko tidak kembalinya pinjaman tersebut. Jika risiko kredit bermasalah ini tidak cepat ditanggulangi akan memakan modal perbankan sehingga menurunkan tingkat kecukupan modalnya (CAR). Apabila dikilas balik, salah satu penyebab krisis perbankan adalah pemberian pinjaman kepada pihak yang terkait (group leading) sampai melanggar Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK) sehingga mengakibatkan memburuknya Non Performing Loan (NPL), yang berdampak pula pada permasalahan likuiditas. Pada pertengahan Mei 2005, perbankan Indonesia kembali dihantam badai yaitu kasus kredit macet yang menimpa Bank Mandiri yang merupakan bank BUMN terbesar. Bercermin dari hal tersebut, perbankan Indonesia harus tetap waspada terhadap risiko kredit dengan menerapkan prinsip kehati-hatian (prudential credit) meskipun kinerja perbankan mulai membaik dengan tetap

BAB I PENDAHULUAN 3 menjaga NPL sesuai dengan ketentuan BI yaitu 5% dan melakukan pengelolaan kredit yang baik dengan tidak hanya mengejar laba yang tinggi dan memperbesar LDR agar kualitas kredit tetap baik. Penyaluran dan dalam bentuk kredit merupakan salah satu kegiatan utama bank dimana kredit yang disalurkan oleh bank merupakan bagian terbesar dari asset yang dimiliki oleh bank yang memiliki risiko sangat besar sehingga dapat mengakibatkan kehancuran bank. Bisnis bank merupakan bisnis kepercayaan, jika suatu bank tidak berhasil mempertahankan atau meningkatkan kepercayaan yang diberikan oleh nasabahnya, maka bank tersebut tidak akan berkembang dan bertahan dalam dunia masyarakat sehingga peran pengamanan dana masyarakat yang dititipkan ke bank merupakan prioritas utama untuk diamankan. Pendapatan yang berasal dari penerimaan bunga kredit merupakan sumber pendapatan terbesar bagi bank, apabila pemberian kredit berjalan lancar maka bunga kredit akan meningkat. Namun seandainya kredit kurang dikelola dengan baik maka akan banyak kredit bermasalah (NPL) yang mengakibatkan menurunnya pendapatan bunga bank serta menurunnya pengembalian pokok kredit yang pada gilirannya bank akan menderita kerugian dan bahkan mungkin akan mengalami kebangkrutan. Sedangkan jika kredit dikelola dengan baik, maka penerimaan pendapatan bank yang berasal dari bunga akan meningkat sehingga kredit bermasalah jumlahnya sedikit, akibatnya bank akan tumbuh dengan baik dan secara makro akan mendorong pertumbuhan ekonomi. Dalam usahanya untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya dan menghadapi persaingan yang semakin kompetitif, pihak bank berusaha melakukan ekspansi kredit, akan tetapi akibat dari pemberian kredit yang terlalu ekspantif, banyak yang mengalami masalah kredit macet semakin besar kredit yang diberikan maka akan semakin besar pula risiko tidak lancarnya pengembalian kredit oleh debitur. Agar risiko yang ditanggung relatif kecil dan diperoleh keuntungan yang optimum maka pemberian kredit perlu direncanakan terlebih dahulu.

BAB I PENDAHULUAN 4 Dalam melakukan ekspansi kredit, perbankan perlu menerapkan prinsif kehati-hatian dalam setiap langkah dan kebijakannya, disamping BI sudah mulai secara terbuka menghendaki perbankan lebih ekspantif melalui berbagai kebijakan khususnya paket Januari 2005, yang diantaranya memberikan beberapa kelonggaran ketentuan Batas Pemberian Maksimum Kredit (BMPK) untuk kredit diprioritaskan pemerintah dan kebijakan suku bunga yang relatif rendah. Selama ini bank-bank lebih terbiasa menyalurkan kredit ke sektor corporate. Namun kini ketika bank-bank sudah mulai tidak menjadi bagian dari group bisnis, bank-bank mulai menyalurkan kredit konsumsi dan menyalurkan kredit untuk sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Namun meskipun risiko kredit UKM relatif lebih kecil, bank harus tetap waspada terhadap risiko kredit bukan tidak mungkin kredit UKM dan kredit konsumsi masih potensial mendatangkan bencana bagi bank karena kondisi makro, khususnya dunia usaha masih dilanda ketidakpastian dan buruknya lingkungan investasi yang tidak mendukung. Menurut ketentuan BI, kredit dikategorikan kredit bermasalah (NPL) bila posisi kredit tersebut kurang lancar, diragukan atau macet. Untuk itu agar risiko yang timbul dapat diantisipasi sesegera mungkin dan tidak meluas diperlukan suatu penilaian yang independen melalui pelaksanaan audit operasional dengan pendekatan audit berbasis risiko (Risk Based Audit) dalam bank yang bersangkutan untuk memeriksa dan mengevaluasi kegiatan operasional bank. Dimana fungsi penilaian independen ini dilakukan oleh Satuan Kerja Audit Internal (SKAI). ini menjadikan fungsi untuk mengevaluasi manajemen risiko, pengendalian intern dan corporate governance. Pemeriksaan intern yang bertugas melakukan audit operasional harus berpatokan pada norma-norma pemeriksaan yang terdiri dari norma umum pemerikasaan, norma pelaksanaan pemerikasaan, norma pelaporan pemeriksaan dan norma tindak lanjut pemeriksaan. Norma-norma pemeriksaan ini merupakan patokan yang menjadi dasar untuk pengukuran mutu dari audit operasional memenuhi syarat yang cukup tinggi dan hasil audit operasional pantas untuk penyampaian saran dan rekomendasi kepada manajemen.

BAB I PENDAHULUAN 5 Audit operasional bidang kredit yang dilakukan oleh SKAI bertujuan mengevaluasi efektivitas pengelolaan kredit apakah praktek dan prosedur pengelolaan kredit telah berjalan secara efektif dan efisien, dimana kebutuhan ini tidak terpenuhi oleh financial audit. Disamping itu audit operasional dilakukan untuk mengetahui lebih dini risiko kegagalan kredit sehingga risiko tersebut dapat ditekan seminimal mungkin, yang disertai pemberian rekomendasi untuk dilakukan tindak lanjut perbaikan. Rekomendasi atas temuan pemeriksaan operasional terhadap bidang kredit merupakan masukan yang diberikan kepada manajemen untuk mengambil tindakan korektif atau perbaikan yang perlu dilakukan untuk mengatasi permasalahan yang ada dalam pengelolaan kredit. Dengan adanya rekomendasi tersebut dapat membantu manajemen dalam meningkatkan kinerjanya terutama dalam meningkatkan efisiensi dan efektifitas pengelolaan kredit melalui tindakan-tindakan perbaikan. Dengan demikian tingkat risiko kredit bermasalah dapat ditekan sekali/mungkin sehingga hal tersebut berdampak pada menerunnya rasio non performing loan dan secara keseluruhan tingkat kesehatan perbankanpun meningkat. Penelitian ini meneliti dan menganalisa rekomendasi atas temuan audit operasional pada bidang kredit terhadap tingkat non performing loan yang merupakan salah satu indikator kinerja keuangan bank dalam hal kualitas aktiva produktif atas kredit yang diterbitkan oleh Bank. Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk mengambil judul penelitian : Pengaruh Rekomendasi Temuan Audit Operasional Terhadap Tingkat Non Performing Loan NPL 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraikan di atas, maka penulis mengidentifikasikan masalah sebagai berikut : 1. Apakah rekomendasi atas temuan audit operasional memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat non performing loan Bank X?

BAB I PENDAHULUAN 6 2. Berapa besar pengaruh rekomendasi atas temuan audit operasional terhadap tingkat non performing loan pada Bank X? 1.3 Maksud dan Tujuan Maksud dilakukannya penelitian ini adalah untuk menganalisa dan menjelaskan pengaruh rekomendasi atas temuan audit operasional terhadap tingkat non performing loan pada Bank X. Adapun tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh yang signifikan rekomendasi atas temuan audit operasional terhadap tingkat non performing loan pada Bank X. 2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh rekomendasi atas temuan audit operasional terhadap tingkan non performing loan pada Bank X 1.4 Kegunaan Penelitian Penelitian yang dilakukan penulis diharapkan dapat memberi manfaat dan berguna bagi pihak-pihak yang terkait dan berkepentingan dengan masalahmasalah yang diteliti. Beberapa pihak yang dapat mengambil manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Bagi perusahaan yang diteliti Penelitian ini memberikan gambaran kondisi perusahaan khususnya penelitian ini dapat memberikan gambaran dapat digunakan sebagai masukan untuk menentukan kebijakan-kebijakan dalam mengelola perusahaan khususnya bidang kredit di masa yang akan datang agar hasil yang dicapai lebih baik dari sebelumnya. 2. Bagi pembaca Dalam adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan memberikan tambahan informasi serta bisa menjadi referensi bagi peneliti berikutnya dalam melakukan penelitian lebih lanjut.

BAB I PENDAHULUAN 7 3. Bagi penulis Dari penelitian yang telah dilakukan, penulis diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan khususnya mengenai rekomendasi atas temuan audit operasional dan pengaruhnya terhadap tingkat Non Performing Loan serta dapat melatih pola berfikir secara sistematis sehingga dapat menyusun suatu laporan berdasarkan hasil penelitian. 1.5 Kerangka Pemikiran : Pengertian Bank menurut UU No.18 tahun 1998 tentang perbankan adalah Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Peranan bank sebagai lembaga keuangan tidak pernah lepas dari masalah kredit. Kredit yang disalurkan oleh bank merupakan bagian terbesar dari assets yang dimiliki oleh bank. Dalam kondisi yang normal kredit dapat mencapai 70% sampai 90% dari assets bank. Oleh karena itu aktivitas perkreditan merupakan tulang punggung atau kegiatan utama bank. Menurut UU No. 10/1998 (pasal 21 ayat 11), pengertian kredit adalah sebagai berikut : Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Saat ini kredit yang disalurkan masih menjadi sumber pendapatan dan keuntungan bank terbesar. Disamping itu kredit juga merupakan jenis kegiatan mananamkan dana yang sering menjadi penyebab utama bank menghadapi masalah besar sehingga stabilitas usaha bank sangat dipengaruhi oleh keberhasilan bank dalam mengelola kredit. Kredit akan menghasilkan keuntungan bagi bank apabila dikelola secara optimal, sebaliknya akan merugikan seandainya kredit yang disalurkan bermasalah. Oleh karena itu pengelolaan kredit harus dilakukan yang sebaik-baiknya, mulai dari perencanaan jumlah kredit, penentuan suku

BAB I PENDAHULUAN 8 bunga, prosedur pemberian kredit, analisis pemberian kredit sampai kepada pengendalian kredit. Mengingat pentingnya kredit kegiatan perkreditan bagi perbankan, maka pengelolaan kredit hendaknya memperhitungkan risiko yang mungkin timbul yaitu kegagalan pengambilan sebagai kredit yang diberikan dan kredit bermasalah sehingga mempengaruhi pendapatan bunga yang pada akhirnya mengakibatkan bank tersebut tidak sehat. Menurut Dahlan Siamat (2004:175), kredit bermasalah atau non performing loan dapat diartikan sebagai : Pinjaman yang mengalami kesulitan pelunasan akibat adanya faktor kesengajaan dan atau faktor eksternal di luar kemampuan kendali debitur. Secara garis besar kredit digolongkan menjadi dua bagian yaitu kredit lancar dan kredit bermasalah. Kredit lancar akan menghasilkan keuntungan bagi bank, maka kredit bermasalah sebaliknya akan merugikan bank. Sesuai dengan SK Dir. BI No.30/267/KEP/DIR tanggal 27 Februari 1998 perihal kualitas aktiva produktif, kredit bermasalah adalah kredit yang digolongkan dalam kolektibilitas Kurang Lancar(KL), Diragukan(D) dan Macet(M). Menurut Rachmat Firdaus (2004:35), kredit bermasalah tersebut disebabkan antara lain oleh : 1. Risiko usaha 2. Risiko geografis 3. Risiko keramaian/keamanan 4. Risiko politik/kebijakan pemerintah 5. Risiko ketidakpastian 6. Risiko inflasi dan 7. Risiko persaingan Untuk mengantisipasi risiko-risiko yang timbul dan mencegah penyimpangan-penyimpangan yang terjadi lebih dini, manajemen membutuhkan pengawasan dini agar pengelolaan kredit berjalan dengan baik. Salah satunya dengan melakukan monitoring dan review terhadap kredit berjalan. Dan yang tidak kalah pentingnya diperlukan suatu penilaian yang independen dari

BAB I PENDAHULUAN 9 bagian bagian operasional lainnya dimana bagian-bagian ini secara periodik memeriksa, melaporkan temuan-temuan dengan membuat rekomendasi dan meyakini apakah tindakan korektif telah dilaksanakan. Dimana pemeriksaan atau audit operasional tersebut dilakukan oleh Satuan Kerja Audit Intern (SKAI). Audit operasional ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan audit berbasis risiko, dimana pendekatan ini menekankan pada risiko bisnis/usaha dan proses pengendalian risiko sehingga akan menambah nilai bagi opersional bank dengan menekankan pada audit bidang kredit yang memiliki risiko tinggi dimana peran dan fungsi SKAI ini mengacu pada Standar Pelaksanaan Fungsi Audit Intern Bank (SPFAIB) yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia. SPFAIB ini dikeluarkan sebagai upaya untuk menciptakan bank sehat. Audit operasional dengan pendekatan audit berbasis risiko dilaksanakan untuk memberikan keyakinan yang lebih tinggi terhadap efektifitas kegiatan perbankan terutama dalam mengelola risiko. Dimana tujuan utamanya adalah untuk memberikan jasa kepada manajemen yang bersifat protektif dan konstruktif. Audit oprasional dilaksanakan untuk menilai efisiensi dan efektifitas seluruh atau sebagian dari operasi perusahaan yang disetujui dengan pemberian rekomendasi kepada manajemen berdasarkan temuan-temuan auditnya. Hasil audit ini berupa rekomendasi yang diharapkan akan ada tindakan korektif untuk mengatasi ketidakefektifan dan ketidakefisienan tersebut, karena masalah kredit merupakan masalah yang sensitif sekali terhadap kemungkinan dari penyelewengan kredit sebagai kegiatan pokok perbankan. Setiap temuan yang menyangkut penyimpangan dan risiko, sebelum dituangkan dalam laporan hasil pemeriksaan harus dikomunikasikan kepada pihak manajemen apakah manajemen menyetujui atau tidak untuk dilakukan tindak lanjut perbaikan. Suatu proses yang paling penting dalam pemeriksaan operasional adalah pengembangan temuan-temuan untuk dikomunikasikan kepada manajemen dan pemberian rekomendasi pada manajemen untuk memperbaiki kelemahankelemahan yang ditemukan selama pemeriksaan operasional. Menurut Irsan Yani (1990:125) dalam petunjuk pemeriksaan operasional, dikatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN 10 Temuan atau finding diartikan sebagai himpunan dan sintesis informasi informasi mengenai kegiatan, organisasi, kondisi atau hal-hal yang telah dianalisa atau dinilai serta diperkirakan akan menarik atau berguna bagi pejabat yang berwenang atau untuk petugas-petugas instansi atau organisasi lainnya. Pada umumnya dalam tahap pengembangan temuan diakhiri dengan rekomendasi yang diberikan kepada manajemen untuk melaksanakan tindakan korektif atas penyimpangan atau kelemahan yang ditemukan dalam pemeriksaaan operasional. Menurut Hiro Tugiman (1997:73) rekomendasi dibuat dengan tujuan untuk meminta tindakan guna perbaikan terhadap keadaan yang ada atau meningkatkan operasi. Dalam rekomendasi dapat disarankan berbagai pendekatan yang diperlukan untuk memperbaiki atau meningkatkan pelaksanaan kegiatan. Saran tersebut digunakan sebagai pedoman bagi manajemen dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Rekomendasi auditor merupakan pendapat auditor yang telah dipertimbangkan mengenai situasi tertentu dan harus mencerminkan pengetahuan dan penilaian auditor mengenai pokok permasalahannya dalam arti apa yang seharusnya dilakukan untuk mengatasi persoalan tersebut. Rekomendasi harus dirancang sedemikian rupa guna memperbaiki kondisi yang memerlukan perbaikan. Suatu perusahaan dinilai baik apabila rekomendasi yang diberikan oleh auditor operasional dalam hal ini Satuan Kerja Audit Intern (SKAI) ditindaklanjuti. Semakin banyak rekomendasi yang ditindaklanjuti maka semakin cepat pula perusahaan tersebut kembali kaepada tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Hiro Tugiman (1997:75) pengertian tindak lanjut oleh pemeriksa internal didefinisikan sebagai : Suatu proses untuk menentukan kecukupan, keefektifan, dan ketepatan waktu dari berbagai tindakan yang dilakukan oleh manajemen terhadap berbagai temuan pemeriksaan yang dilaporkan. Meskipun audit operasional telah direncanakan dengan baik sesuai standard dan pelaksanaan sesuai prosedur yang telah ditetapkan, audit operasional yang dilakukan tersebut tidak akan memberikan kontribusi bagi peningkatan

BAB I PENDAHULUAN 11 keefektifan audit operasional jika temuan pemeriksaan yang menghasilkan rekomendasi tidak mendapat respon dari manajemen dan tidak ditindak lanjuti oleh pihak manajemen bank. Oleh karena itu maka dalam setiap pemeriksaan yang dilakukan terus menerus meninjau tindak lanjutnya untuk memastikan bahwa rekomendasi atas temuan audit operasional yang telah dilaporkan dalam LHP telah dilakukan tindakan yang tepat.(spia;1997:75). Apabila rekomendasi yang diberikan oleh SKAI sebagai hasil dari audit operasional pada bidang perkreditan tindak lanjut oleh manajemen, maka rekomendasi atas temuan audit yang diberikan tersebut akan memberikan konstribusi positif bagi bank dalam mengantisipasi risiko kegagalan perkreditan bank tersebut yang salah satunya adalah terjadinya kredit bermasalah yang tercermin dalam kinerja keuangan bank yaitu rasio non performing loan-nya. Dalam melakukan penelitian ini penulis mengambil rujukan dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Dina Kristina dari Universitas Padjajaran pada tahun 2004 dengan judul Pengaruh Tindak Lanjut Temuan Audit Internal Bidang Kredit Terhadap Tingkat Non Performing Loan(NPL).(Studi kasus pada Bank Niaga Cabang Bandung). Hasil penelitian uji hipotesis sebelumnya memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat non performing loan. Berdasarkan uraian tersebut penulis mengemukakan hipotesis penelitian sebagai berikut : Rekomendasi atas temuan audit operasional memiliki pengaruh yang signifikan terhadap non performing loan. 1.6 Metodologi Penelitian Dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian studi kasus dengan tahap penelitian deskriptif analitis, yaitu menggambarkan keadaan tertentu pada saat sekarang ini. Untuk megumpulkan data yang berhubungan dengan masalah yang dibahas, maka ditempuh melalui berbagai cara, yaitu:

BAB I PENDAHULUAN 12 1. Penelitian Lapangan (Field Research) Yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara pengamatan secara langsung oleh penulis ketempat objek penelitian yaitu Kantor Cabang Bank X guna memperoleh data-data yang dibutuhkan dengan menggunakan cara : a. Kuesioner Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara menyebarkan daftar pertanyaan yang bersangkutan dengan masalah kepada responden dengan tujuan untuk memperoleh data-data yang dapat mendukung penelitian ini. b. Wawancara Yaitu pengumpulan data dengan cara melakukan tanya-jawab secara lisan dengan pihak-pihak yang berwenang dan terkait dengan masalah dalam penelitian ini. c. Observasi Yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan cara melakukan peninjauan langsung pada perusahaan yang dijadikan objek penelitian oleh penulis. 2. Penelitian Kepustakaan (Library Research) Yaitu penelitian dengan cara mempelajari berbagai literatur, majalah, dan laporan serta sumber-sumber lain yang mempunyai hubungan dengan masalah yang dibahas dalam penelitian ini, untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan yang akan dijadikan landasan teori dalam penelitian ini. 1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Cabang Bank X Jln. Raya Cimahi No.589. Adapun waktu penelitian dilaksanakan sekitar bulan Juni 2006 s.d selesai.