BAB I PENDAHULUAN. Program privatisasi pertama kali dikenalkan di Inggris pada masa

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. bisnis strategis agar tidak dikuasai pihak-pihak tertentu. Bidang-bidang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam ekonomi, pemerintah merupakan agen, dimana peran pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Setelah beberapa tahun kemudian atau di tahun 1970-an, fakta

Restrukturisasi dan privatisasi BUMN. Sistem Ekonomi Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dana. Tempat penawaran penjualan efek ini dilaksanakan berdasarkan satu

BAB I PENDAHULUAN. sumbangan bagi perekonomian nasional pada umumnya dan penerimaan. koperasi. (UU RI No 19 tahun 2003 tentang BUMN).

BAB III METODE PENELITIAN. atau dengan mengunjungi pusat referensi di pojok Bursa Efek Indonesia

BAB 21 PENINGKATAN PENGELOLAAN BUMN

BAB I PENDAHULUAN. BUMN adalah sebuah badan usaha yang mempunyai peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. Untuk melaksanakan pembangunan ekonomi yang berkesinambungan akan

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja keuangan merupakan hal penting yang harus dicapai. setiap perusahaan, dalam menghadapi persaingan untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. yang kemudian mencuat dan memunculkan agency theory. dan kemakmuran para pemegang saham atau stakeholder. Nilai perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dewasa ini, persaingan dalam dunia bisnis sudah semakin ketat. Hal ini dapat

BAB I PENDAHULUAN. tercermin dari banyaknya perusahaan yang melakukan Initial Public Offering

BAB I PENDAHULUAN. maksimal seperti yang telah ditargetkan, perusahaan dapat berbuat banyak bagi

BAB I PENDAHULUAN. barang, pesaing, perkembangan pasar, perkembangan perekonomian dunia.

BAB I PENDAHULUAN. kelola perusahaan yang baik dikenal dengan istilah Good Corporate Governance

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Governance di perusahaan publik, bank maupun BUMN. Penerapan

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Indonesia melaksanakan privatisasi Bank Tabungan Negara

BAB I PENDAHULUAN. Praktek tata kelola perusahaan atau good corporate governance yang

BAB I PENDAHULUAN. Tata kelola perusahaan (Good Corporate Governance) merupakan konsep

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk membiayai kegiatan investasi serta memberikan fasilitas

Strategi Pengelolaan BUMN Di Masa Mendatang

BAB I PENDAHULUAN. melakukan Initial Public Offering berarti perusahaan harus siap menyampaikan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 8 tahun 1995 mengenai

BAB 1 PENDAHULUAN. Krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada tahun membuat

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan laba pada tingkat yang diinginkannya. Angka profitabilitas

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan, sebab dengan nilai yang tinggi menunjukan tingkat kemakmuran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Privatisasi merupakan fenomena negara-negara di dunia, privatisasi juga

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia tentu minat perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (IPO) akan

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini meneliti pengaruh ukuran dewan direksi, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada umumnya, suatu perusahaan didirikan dengan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Pentingnya Corporate Social Responsibility (CSR) harus dilandasi oleh

BAB I PENDAHULUAN. menggalang pergerakan dana jangka panjang dari masyarakat (investor) yang

BAB I PENDAHULUAN. swasta merupakan salah satu pelaku ekonomi di Indonesia yang menyelenggarakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa saat ini sistem perekonomian

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar Modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara yang

BAB I PENDAHULUAN. Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Masyarakat Ekonomi ASEAN merupakan sebuah komunitas negaranegara

BAB I PENDAHULUAN. banyak ditanamkan oleh para investor asing maupun domestik di pasar modal

ANALISIS PENGARUH RETURN ON EQUITY, DIVIDEND PAYOUT RATIO, EARNING PER SHARE, RETURN ON INVESTMENT DAN LEVERAGE TERHADAP RETURN SAHAM

BAB I PENDAHULUAN. berinvestasi di pasar modal. Mulai dari pengusaha, pegawai, buruh,

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha semakin memicu persaingan antar. perusahaan untuk mencapai suatu keberhasilan. Indikator keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah privatisasi di Indonesia dimulai dengan lahirnya UU No.6 tahun 1968 pada tanggal

BAB I PENDAHULUAN. BUMN yang ditujukan menjadi agent of development, serta mengambil posisi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. disebut dengan Good Corporate Governance. Good Corporate Governance. yang berpartisipasi dalam pengelolaan dan kinerja perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. dengan tujuan memperoleh laba (profit oriented). Dalam era globalisasi dan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan investasi jangka panjang suatu perusahaan yang dapat

Oleh: Inayah B

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan bisnis terutama yang telah go public pada umumnya mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Secara teoritis pasar modal (capital market) didefinisikan sebagai perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan yang telah go public pasti memiliki informasi yang dibutuhkan

BAB 21 PENINGKATAN PENGELOLAAN BUMN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perusahaan merupakan suatu organisasi di mana di dalamnya terdapat suatu

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kegiatan ekonomi, terutama di negara yang menganut sistem

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan tersebut memerlukan dana dalam jumlah yang besar. Pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. Sistem perekonomian yang semakin terbuka karena era globalisasi saat ini

BAB I PENDAHULUAN. Isu mengenai good corporate governance mulai populer khususnya di

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada tahun membuat perekonomian di Indonesi menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal dengan negara yang kaya akan sumber daya tambangnya dan sektor

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari sebuah perusahaan adalah peningkatan nilai perusahaan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Asia. Langkah yang ditempuh dalam menghadapi krisis moneter salah satunya

BAB V PENUTUP. Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan Price Earning Ratio (PER),

BAB I PENDAHULUAN. negatif. Oleh karena kondisi itulah, perusahaan dituntut untuk semakin peduli

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan secara berkelanjutan (sustainable). Nilai perusahaan merupakan. menginvestasikan modalnya pada perusahaan tersebut.

pemerintah melalui peraturan daerah. Contoh kerugian jangka panjang adalah menurunnya tingkat kepercayaan perusahaan di mata masyarakat, menurunnya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar BelakangMasalah. Banyaknya perusahaan dan kondisi perekonomian saat ini telah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kesejahteraan suatu penduduk dapat tercapai apabila di dalam suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. penting yang dibutuhkan untuk dapat berkembang. Modal perusahaan dapat

BAB I PENDAHULUAN. menginginkan sustainability. Perusahaan yang telah go public akan meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. iklim persaingan semakin ketat sehingga setiap perusahaan akan memiliki

POLITICAL COST DAN BUMN

BAB I PENDAHULUAN. dengan globalisasi memicu munculnya perusahaan dengan jenis dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sebagai suatu hal yang merupakan tuntutan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan selalu membutuhkan modal yang cukup dalam. menjalankan kegiatan operasional sehari-hari. Meningkatnya efektifitas

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya

BAB I PENDAHULUAN. suatu sistem ekonomi baru dimana pengolahan informasi, pencarian ilmu

) TERHADAP HARGA SAHAM DI BEI SELAMA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Good corporate governance (selanjutnya disingkat GCG), dalam Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di antara berbagai macam sektor perusahaan yang listing di Bursa Efek

BAB I PENDAHULUAN. Aset tidak berwujud yang paling dasar adalah Human Capital atau sumber

BAB I PENDAHULUAN. menuntut perusahaan untuk berkembang dan berinovasi guna berjalannya kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. penting. Pasar modal ini berfungsi untuk menghubungkan para investor, perusahaan dan

BAB I PENDAHULUAN. dapat memilih alternatif investasi yang memberikan return yang paling

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kesehatan sebagai bagian dari hak asasi manusia merupakan salah

ANALISIS PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN KEUANGAN GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA ( BEI )

BAB I PENDAHULUAN. Corporate social responsibility (CSR) merupakan klaim agar. perusahaan tak hanya beroperasi untuk kepentingan para pemegang saham

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Laporan keuangan merupakan bentuk pertanggungjawaban manajemen,

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh good corporate governance,

BAB 1 PENDAHULUAN. investasi karena harga saham menunjukkan prestasi emiten, pergerakan harga

BAB I PENDAHULUAN. pengertian perusahaan atau perseroan dirumuskan sebagai badan hukum yang

PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP PERUBAHAN HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE

-2- salah satu penyumbang bagi penerimaan Daerah, baik dalam bentuk pajak, dividen, maupun hasil Privatisasi. BUMD merupakan badan usaha yang seluruh

BAB I PENDAHULUAN. Apabila suatu perusahaan dalam memenuhi kebutuhan dananya. mengurangi ketergantungannya kepada pihak luar.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi sebagai financial intermediary atau perantara pihak yang kelebihan dana

BAB I PENDAHULUAN. lain, kemudian mengelola dana tersebut dan menyalurkannya kepada masyarakat atau

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Program privatisasi pertama kali dikenalkan di Inggris pada masa pemerintahan Margareth Thatcher di tahun 1979, dan hingga saat ini privatisasi berkembang menjadi sebuah fenomena global. Berbagai negara dengan tingkat perkembangan dan ideologi yang berbeda, mencoba mengadopsi strategi privatisasi sebagai salah satu elemen penting dalam kebijakan ekonominya. Hal tersebut kemudian menjadi sebuah pendapat yang berterima umum, bahwa perusahaan yang diprivatisasi akan menjadi lebih baik kinerjanya dibandingkan dengan perusahaan yang masih dikelola publik, seperti pendapat yang diungkapkan oleh D Souza dan Megginson (1999). Di Indonesia, privatisasi merupakan salah satu program yang masih ada dalam rencana strategis Kementerian BUMN tahun 2012-2014. Kementerian BUMN mengemukakan secara eksplisit akan tetap melakukan privatisasi terhadap BUMN. Privatisasi memiliki tujuan khusus yaitu untuk meningkatkan kinerja, efisiensi, dan tata kelola BUMN (D Souza dan Megginson, 1999). Maka dari itu, Kementrian BUMN berencana akan memprivatisasi sekitar 20 BUMN dalam 3 tahun pertama (Tempo, 2012). Pada awalnya, BUMN yang ada di Indonesia merupakan hasil nasionalisasi perusahaan-perusahaan asing Belanda yang kemudian ditetapkan sebagai perusahaan negara. Pembentukan BUMN didasarkan pada bunyi 1

ketentuan UUD 1945 Pasal 33 khususnya ayat (2) dan (3) yang mengandung maksud bahwa cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara. Selanjutnya, bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Dengan demikian, tugas utama negara membentuk badan usaha adalah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, ketika sektor-sektor tersebut belum dapat dilakukan oleh swasta (Nugroho dan Wrihatmolo, 2008). Sesuai dengan UU No. 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara, salah satu maksud dan tujuan pendirian BUMN adalah memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian nasional dan penerimaan negara pada khususnya, maka Purwoko (2002) berpendapat dengan semakin meningkatnya kinerja BUMN maka kontribusi terhadap pembangunan di Indonesia semakin dapat dirasakan secara keseluruhan. Purwoko (2002) juga mengatakan, BUMN memegang peranan penting dalam pembangunan Indonesia. Pemerintah Indonesia membentuk BUMN untuk keperluan ekonomi dan sosial. Untuk keperluan ekonomi, BUMN mengelola sektor bisnis strategis agar tidak dikendalikan oleh entitas lainnya, sedangkan untuk kepentingan sosial BUMN didirikan dalam rangka untuk menciptakan lapangan kerja dan mengembangkan ekonomi lokal. Penciptaan lapangan kerja dicapai oleh BUMN melalui perekrutan karyawan. Disisi lain, pengembangan ekonomi lokal dicapai dengan melibatkan rakyat sebagai mitra bisnis dalam mendukung kegiatan usaha BUMN (Nugroho dan Wrihatnolo, 2008). 2

Halan (2006) juga berpendapat bahwa BUMN memiliki peran penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi. Namun agar peran tersebut bisa lebih optimal, BUMN harus memenuhi syarat-syarat berikut : 1. Dikelola berdasarkan prinsip dan kultur korporasi yang sehat. 2. Dikelola oleh manajemen profesional, integritas dan leadership yang kuat, serta memiliki sense of business yang tinggi. 3. Menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik (GCG) secara konsisten dan berkesinambungan. 4. Mampu terus menciptakan nilai tambah dan inovasi. 5. Siap bersaing di era kompetisi global dan memiliki kemampuan untuk survive dalam segala kondisi. 6. Memiliki tanggung-jawab sosial (Corporate Social Responsibility), baik dalam hal kepedulian terhadap lingkungan hidup, pengentasan problem masyarakat sekitar, dan pengembangan pengusaha kecil. Akan tetapi, kinerja BUMN mulai memburuk sejak awal tahun 1980-an (Bastian, 2002). Bastian (2002) juga menyebutkan, BUMN terbiasa mendapat fasilitas khusus dari pemerintah. Pada tahun 1990 terjadi penurunan kontribusi BUMN bagi penerimaan negara baik berupa dividen maupun pajak, dan penurunan produktifitas yang tercermin dari profitabilitasnya yang menurun. Pada tahun 1990/1991 kontribusi BUMN berupa dividen adalah 46 % dari total penerimaan negara bukan pajak, sedangkan pada tahun 1995/1996 menurun menjadi hanya 14% saja. Pada tahun 1990/1991 kontribusi BUMN berupa pajak penghasilan (PPh) adalah 41,2% dari total penerimaan negara dari pajak, 3

sedangkan pada tahun 1995/1996 hanya 9,8%. Pada tahun 1994/ 1995 nilai ROA (Return On Asset) BUMN hanya sebesar 2,75% padahal untuk badan usaha yang efisien seharusnya mempunyai nilai ROA sebesar 20%. Indikasi lain adalah nilai ROE (Return On Equity) dan ROI (Return On Investment) yang jauh dibawah nilai normal. Rata-rata ROE dan ROI BUMN adalah 3,5% dan 9,6% padahal tingkat pengeluaran modal yang normal adalah 14%. Kondisi BUMN yang seperti ini disebut sebagai institusi yang melakukan Asset Value Destruction yang berarti menghancurkan nilai assetnya sendiri (Nugroho dan Wrihatnolo, 2008). Hal tersebut mengindikasikan bahwa BUMN belum menunjukkan trend yang meningkat dalam hal kinerja keuangan. Kinerja BUMN yang memprihatinkan juga tercermin ketika BUMN tidak mampu untuk mengatasi krisis yang melanda Indonesia pada tahun 1997. Krisis moneter yang kemudian berkembang menjadi krisis ekonomi dan krisis multidimensi telah mempengaruhi BUMN sebagai pemain utama dalam pembangunan ekonomi nasional. Banyak BUMN memiliki alasan kinerja buruk dikarenakan usahanya adalah untuk mencapai tujuan-tujuan sosial, sehingga telah mengabaikan efisiensi dalam operasi kegiatan bisnis utama BUMN (Bastian, 2002). Maka salah satu upaya pemerintah untuk memperbaiki kondisi tersebut adalah dengan melakukan kebijakan privatisasi, yakni dengan mengalihkan sebagian atau keseluruhan aset yang dimiliki negara kepada pihak swasta. Implikasi dari privatisasi adalah perubahan sebagian atau seluruh kepemilikan BUMN dari publik kepada pihak swasta. Investor swasta yang dapat digolongkan menjadi investor asing dan investor domestik, baik secara institusional maupun 4

perseorangan. Begitu juga dengan kepemilikan oleh direksi dan karyawan. Perubahan kepemilikan ini diharapkan akan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan melalui peningkatan efisiensi dari penggunaan sumber daya (Boardman dan Vining,1989). Akhirnya privatisasi mulai dikenalkan di Indonesia sejak tahun 1991 yang pada saat itu pemerintah menjual 35% dari kepemilikan PT Semen Gresik melalui IPO (Initial Public Offering). Menurut Megginson, Nash, dan Randenborgh (1994), beberapa tujuan privatisasi adalah sebagai berikut : 1. Untuk meningkatkan struktur modal, 2. Untuk meningkatkan profesionalitas dan efisiensi bisnis, 3. Untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam kepemilikan BUMN dan 4. Untuk menambahkan nilai-nilai melalui praktek tata kelola perusahaan yang baik berdasarkan independensi, akuntabilitas, dan transparansi. Sheshinski dan López-Calva (2003) juga menambahkan, privatisasi telah menjadi komponen kunci dari program reformasi struktural di negara maju dan berkembang. Tujuan dari program tersebut adalah untuk mencapai efisiensi yang lebih tinggi dari mikroekonomi dan pertumbuhan ekonomi, serta mengurangi kebutuhan pinjaman sektor publik melalui penghapusan subsidi yang tidak perlu. Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Guriev dan Megginson (2005) menunjukkan bahwa privatisasi membantu dalam meningkatkan pendapatan bagi pemerintah. Hal tersebut dibuktikan oleh Halan (2006) yang menyebutkan bahwa 5

secara umum kinerja keuangan BUMN di Indonesia mengalami peningkatan 3 tahun sesudah diprivatisasi dibandingkan dengan 3 tahun sebelum privatisasi. Hasil dari privatisasi BUMN di Indonesia turut andil dalam menyumbang jumlah pemasukan negara. Berdasarkan Kementerian BUMN (2008) menyebutkan bahwa total penerimaan negara dari hasil privatisasi BUMN pada tahun 2005 mencapai Rp 42 triliun, sedangkan pada tahun 2008 penerimaan negara dari dividen dan hasil privatisasi mencapai Rp 23,4 triliun dan Rp 8 triliun. Dalam pasar modal, total kapitalisasi pasar dari 15 BUMN yang sudah go public per 28 Desember 2007 adalah Rp 605,51 triliun atau 30,45% dari total kapitalisasi pasar Bursa Efek Indonesia (BEI). Dari data tersebut menunjukkan bahwa BUMN menyumbang jumlah yang besar untuk pemasukan negara. Sampai saat ini privatisasi BUMN masih terus berlangsung. Dalam rencana strategis tahun 2012-2014, Kementrian BUMN menargetkan 20 BUMN akan diprivatisasi dalam tiga tahun pertama. Namun tidak selamanya privatisasi merupakan jalan keluar untuk memperbaiki kinerja BUMN. Yarrow (1986) menyatakan bahwa kompetisi dan akuntabilitas manajemen lebih penting dibandingkan dengan privatisasi. Penelitian lainnya dilakukan Harper (1997) seperti yang dikutip Jumitra (2008), terhadap 178 BUMN Ceko yang diprivatisasi pada gelombang pertama dengan menggunakan metode voucher. Dalam penelitiannya ditemukan terjadi penurunan yang signifikan terhadap profitabilitas (Return On Sales, Return On Total Assets), Net Income Efficiency, Real Sales, dan Employment selama 2 tahun sesudah periode privatisasi. 6

Oleh karena itu, dalam penelitian ini penulis ingin membuktikan apakah benar bahwa privatisasi sebagai salah satu strategi yang diambil pemerintah Indonesia untuk meningkatkan kinerja BUMN masih efektif. Pengukuran kinerja dalam penelitian ini dilakukan melalui proses pemilihan rasio-rasio yang didasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh Megginson, Nash, dan Randenborgh (1994). Akan tetapi, penulis ingin lebih berfokus pada pengukuran rasio profitabilitas yang diukur dengan ROA (Return On Asset), ROE (Return On Equity), dan ROS (Return On Sales), serta pengukuran rasio efisiensi dengan menggunakan SALEFF (Sales Efficiency) dan NIEFF (Net Income Efficiency). I.2 Rumusan Masalah Sebagaimana telah dijelaskan pada subbab sebelumnya, bahwa ada dorongan yang besar bagi pemerintah untuk mempercepat program privatisasi terhadap BUMN yang kinerjanya memburuk. Dalam penelitian ini, penentuan efek privatisasi BUMN yang diprivatisasi melalui metode penawaran umum perdana (IPO) terhadap kinerja profitabilitas dan efisiensinya, dilakukan dengan melihat secara khusus pada indikator tingkat kinerja profitabilitas seperti Return On Asset, Return of Equity, Return On Sales, serta kinerja efisiensi seperti Sales Efficiency dan Net Income Efficiency. Dengan menggunakan beberapa indikator tersebut maka permasalahan yang akan diteliti penulis adalah : 1. Apakah tingkat profitabilitas BUMN menjadi lebih tinggi sesudah privatisasi daripada sebelum privatisasi melalui IPO? 7

2. Apakah tingkat efisiensi BUMN menjadi lebih tinggi sesudah privatisasi daripada sebelum privatisasi melalui IPO? I.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui perubahan tingkat profitabilitas BUMN sebelum dan sesudah privatisasi. 2. Untuk mengetahui perubahan tingkat efisiensi BUMN sebelum dan sesudah privatisasi. I.4 Manfaat Penelitian berupa : Penelitian ini diharapkan akan memberikan informasi dan manfaat 1. Manfaat Teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam hal proses pembuatan kebijakan. Pemerintah dapat mempertimbangkan temuan yang ada dalam penelitian ini untuk menentukan waktu dan kondisi paling cocok dalam melakukan privatisasi terhadap BUMN, serta apakah privatisasi masih merupakan alternatif terbaik dalam meningkatkan kinerja BUMN dan mampu meningkatkan pembangunan ekonomi nasional secara keseluruhan. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi acuan untuk evaluasi pada kesuksesan program privatisasi yang telah dilakukan oleh pemerintah Indonesia. 8

2. Manfaat Praktik, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat membantu praktisi dalam membuat keputusan investasi pada perusahaan BUMN yang telah diprivatisasi. I.5 Sistematika Penulisan BAB I : PENDAHULUAN Berisi tentang gambaran secara menyeluruh mengenai masalah isi penelitian dan gambaran permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini. Bab I ini terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan, dan manfaat penelitian yang dilakukan, serta sistematika penulisan. BAB II : LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Menguraikan tentang teori-teori serta penelitian terdahulu berkaitan dengan topik yang diteliti. Dalam bab ini juga dijelaskan rerangka pemikiran yang melandasi timbulnya hipotesis penelitian. BAB III : METODE PENELITIAN Berisi deskripsi tentang variabel-variabel dalam penelitian secara operasional, penentuan sampel, jenis dan sumber data, dan metode analisis yang digunakan. BAB IV : ANALISIS DAN PEMBAHASAN Berisi hasil analisis dan pembahasan mengenai dampak privatisasi terhadap profitabilitas dan efisiensi BUMN. 9

BAB V: PENUTUP Berisi kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian ini, keterbatasan penelitian, serta saran-saran yang berkaitan dengan kesimpulan yang diperoleh. 10