JOMIS (Journal Of Midwifery Science) -ISSN : 254-2543 Vol 1. No.1, Juari 21 E-ISSN : 25- FAKTOR SIKOLOGI DAN KONDISI KESEHATAN IBU BERHUBUNGAN DENGAN EMBERIAN SUSU FORMULA ADA BAYI USIA -6 BULAN KIKI MEGASARI rogram Studi D-III Kebid, STIKes Hg Tuah ekbaru Jal Mustafa Sari No.5 Tgkerg Selat Hdphone 523455235 / 1265423 E-mail : kikimegasari@yahoo.com ABSTRAK ASI merupak mak yg sempurna d terbaik bagi bayi karena mengdung unsur-unsur gizi spesifik yg dibutuhk oleh bayi untuk pertumbuh d perkembg optimal terutama untuk usia 6 bul pertama. Namun kenyatanya tidak semua org tua yg dapat memberik ASI kepada bayinya. Susu formula menjadi alternatif bagi ibu untuk memenuhi nutrisi bayinya jika ASI tidak terpenuhi. adahal, pemberi susu formula terlalu dini kepada bayi dapat menyebabk efek buruk terhadap pertumbuh d perkembg bayi bahk dapat menyebabk kemati. Menurut data Dinas Kesehat Kota ekbaru tahun 215 bahwa bayi yg mendapatk ASI Eksklusif sebyak 5,5. Sementara itu, cakup terendah pemberi ASI Eksklusif terdapat di uskesmas Sidomulyo ekbaru sebyak 4,4 dari 256 bayi yg berusia -6 bul. Byak faktor yg menyebabk org tua memberik susu formula secara dini kepada bayinya, ditarya adalah pengetahu yg kurg, pendidik yg rendah, pekerja ibu, keada psikologi ibu yg kurg baik, rendahnya per petugas kesehat d rendahnya kondisi kesehat ibu. Tujupeneliti ini adalah untuk mengetahui Faktor sikologi d Kondisi Kesehat Ibu Berhubung deng emberi Susu pada Bayi Usia -6 Buldi Wilayah Kerja uskesmas Sidomulyo Kota ekbaru Tahun 216. eneliti ini menggunak metode peneliti Analitik Kutitatif deng pendekat Cross-Sectional. Sampel dalam peneliti ini berjumlah responden deng teknik sampling Acsidental Sampling. Analisa data yg digunak adalah Univariat d Bivariat deng Uji Chi Square, d pengolah data menggunak sistem komputerisasi. Hasil peneliti bivariat menunjukk bahwa ada hubung keada psikologis ibu deng pemberi susu formula(p=,3) d kondisi kesehat ibu deng pemberi susu formula (p=,). D hasil peneliti menunjukk tidak ada hubung tara pengetahu deng pemberi susu formula(p =,12), tara pendidik deng pemberi susu formula(p=,25), tara pekerja deng pemberi susu formula(p=,3), d tara per petugas kesehat deng pemberi susu formula(p=1,). Sar yg dapat di berik yaitu perlu adya sosialisasi bagi masyarakat khususnya ibu menyusui tentg pentingnya pemberi ASI eksklusif. Mensosialisasik kepada ggota keluarga khususnya suami dalam mendukung ibu menyusui deng memberik ASI saja kepada bayi. etugas kesehat disark memberi penyuluh buk hya kepada ibu saja tetapi kepada semua lapis masyarakat, perlunya dukung emerintah untuk membatasi produk-produk susu formula di sara kesehat. Kata Kunci: Susu, sikologi, Kondisi Kesehat, uskesmas Sidomulyo ABSTRACT Breast milk is the perfect food d the best for babies because it contains elements of specific nutrients a baby needs for optimal growth d development, especially for the first 6 months of age. But the fact that not all parents are able to provide breast milk to their babies. An alternative formula for mothers to meet the nutrition of the baby when breastfeeding is not met. In fact, formula feeding to infts too early c cause adverse effects on the growth d development of babies c even cause death. According to data from ekbaru City Health Department in 215 that babies who receive exclusive breastfeeding as much as 5.5. Mewhile, the lowest coverage Exclusive breastfeeding contained in ekbaru Sidomulyo health center as much as 4.4 of 256 infts aged -6 months. My factors that cause parents to give formula to their babies early, such as lack of knowledge, poor education, maternal employment, maternal psychological state is not good, low role of health workers d poor maternal health conditions. The purpose of this study was to determine the sychological Factors d Maternal Health Conditions Associated with Inft Milk Giving Age -6 Month in Sidomulyo health center ekbaru City Year 216. This study uses a qutitative alytical research with cross-sectional. The sample in this study amounted to respondents with Acsidental Sampling sampling techniques. Analysis of the data used is Univariate d Bivariate with Chi Square test, d data processing using a computerized system. Results of the study showed that there is a correlation bivariate psychological state of mothers with formula feeding (p =.3) d the health condition of mothers with formula feeding (p =.). And the results showed no correlation between knowledge with formula feeding (p =.12), between 6
JOMIS (Journal Of Midwifery Science) -ISSN : 254-2543 Vol 1. No.1, Juari 21 E-ISSN : 25- education with formula feeding (p =.25), between jobs with formula feeding (p =.3), d the role of health workers by giving formula (p = 1.). Suggestions c be given that the need for socialization for people, especially nursing mothers about the importce of exclusive breastfeeding. Disseminate to members of the family, especially the husbd in supporting breastfeeding mothers by giving only breast milk to the baby. Health officials suggested counseling not only to women alone but to all levels of society, the need to support the Government to restrict milk formula products in health facilities. Keywords: Milk, sychology, Health Conditions, Sidomulyo Health Center ENDAHULUAN Air susu ibu (ASI) adalah mak terbaik bayi pada awal usia kehidupnya. Hal ini tidak hya karena ASI mengdung cukup zat gizi tetapi juga karena ASI mengdung zat imunologik yg melindungi bayi dari infeksi. ASI eksklusif sgat bermfaat bagi bayi sebagai sumber gizi yg sgat ideal deng komposisi yg seimbg d disesuaik deng kebutuh pertumbuh bayi. ASI eksklusif meningkatk kecerdas. Deng memberik ASI secara eksklusif sampai bayi berusia 6 bul ak menjamin tercapainya pengembg potensi kecerdas ak secara optimal. Bayi yg sering berada dalam dekap ibu karena menyusu ak merasak kasih sayg ibunya. Ia juga ak merasak am d tentram karena masih dapat mendengar detak jtung ibunya yg telah ia kenal sejak dalam kdung (Roesli, 2). raktek menyusui di negara berkembg telah berhasil menyelamatk sekitar 1,5 juta bayi pertahun. Atas dasar tersebut WHO merekomendasik untuk hya memberik ASI sampai bayi berusia 4-6 bul (Amiruddin, 2). UNICEF menyatak 3 ribu kemati bayi di Indonesia d 1 juta kemati ak balita di dunia tiap tahun dapat dicegah melalui pemberi ASI secara eksklusif selama enam bul sejak tggal kelahirnya tpa harus memberik mak serta minum tambah kepada bayi (Selasi, 2). Kode etik d undg-undg tersebut sudah sgat tegas dalam mengatur pemberi ASI eksklusif, namun hak-hak bayi untuk mendapatk ASI sgat sulit untuk tercapai. Survei Demografi Kesehat Indonesia pada 1 d 22 menunjukk pemberi ASI kepada bayi satu jam setelah kelahir menurun dari persen menjadi 3, persen. emberi ASI eksklusif selama enam bul menurun dari 42,2 persen menjadi 3,5 persen, sedgk pengguna susu formula meningkat tiga kali lipat dari 1, persen menjadi 32,5 persen (Amiruddin, 2). emberi susu formula dapat mengurgi keyakin ibu ak kemampunya untuk menyusui sendiri. Hal ini juga menurunk selera mak bayi yg alami d menyebabk bayi tidak begitu mau menyusu pada pemberi ASI berikutnya. Karena ASI diproduksi berdasark pasok d kebutuh bayi, pemberi susu tambah (formula) dapat membawa akibat yg serius(farer, 2). Faktor kurgnya pengetahu ibu sering membuat ibu memilih menggunak susu formula daripada memberik ASI pada bayinya. Seperti misalnya saat ibu sakit influensa atau batuk, ibu kadg takut menulark penyakitnya pada bayi, sehingga ibu tidak mau menyusui. adahal jika ibu berhenti menyusi d menggtinya deng susu formula, justru resiko tertular penyakit ak lebih besar (Rosita, 2). METODE ENELITIAN Desain peneliti yg digunak dalam peneliti ini adalah bersifat alitik deng pendekat crosssectional. Tuju peneliti ini adalah untuk mengetahui Faktor sikologi d Kondisi Kesehat Ibu Berhubung deng emberi Susu pada Bayi Usia -6 Buldi Wilayah Kerja uskesmas Sidomulyo Kota ekbaru Tahun 216.
JOMIS (Journal Of Midwifery Science) -ISSN : 254-2543 Vol 1. No.1, Juari 21 E-ISSN : 25- eneliti ini dilaksak di wilayah Kerja uskesmas Sidomulyo Kota ekbaru deng Sampel berjumlah responden. Analisis data menggunak Analisis data Univariat d Analisis data Bivariat. Analisis univariat dilakuk untuk mendeskripsik variabel-variabel yg diteliti yaitu pengetahu, pendidik, pekerja, psikologis, per petugas kesehat, kondisi kesehat ibu d pemberi susu formula. Analisa bivariat dilakuk terhadap dua variabel yg diduga berhubung, yaitu pengetahu deng pemberi susu formula, pekerja deng pemberi susu formula, pendidik deng pemberi susu formula, psikolgis ibu deng pemberi susu formula, per petugas kesehat deng pemberi susu formula, d kondisi kesehat ibu deng pemberi susu formula. Uji statistik dilakuk deng menggunak uji chisquare(x²). HASIL DAN EMBAHASAN Analisis Univariat Analisis univariat dalam peneliti ini mencakup pengetahu, pendidik, pekerja, psikologis, per petugas kesehat, kondisi kesehat ibu d pemberi susu formula oleh responden peneliti. Tabel 1. Distribusi menurut engetahu No engetahu n 1. Baik 1,4 2. Kurg 1 1,6 1 1 Berdasark tabel 1 dapat dilihat karakteristik pengetahu responden, dima dari responden peneliti sebagi besar sudah mempunyai kategori pengetahu baik deng jumlah responden (1,4), kategori pengetahu kurg deng jumlah 1 responden (1,6). Tabel 2. Distribusi menurut endidik No endidik N 1. Rendah 3 4,2 2. Tinggi 5 5, 1 1 Berdasark tabel 2 dapat dilihat karakteristik penpendidik responden, dima dari responden peneliti sebagi besar berada pada tingkat pendidik tinggi deng jumlah 5 responden (5,), d pendidik rendah deng jumlah 3 responden (4,2). Tabel 3. Distribusi menurut ekerja No ekerja n 1. Bekerja 26 26, 2. Tidak bekerja 1 3,2 1 1 Berdasark tabel 3 dapat dilihat karakteristik pekerja responden, dima dari responden peneliti sebagi besar tidak bekerja deng jumlah 1 responden (3,2), responden yg bekerja deng jumlah 26 responden (26,). Tabel 4. Distribusi menurut sikologis No sikologis n 1. Baik,4 2. Kurg 1 1,6 1 1 Berdasark tabel 4 dapat dilihat karakteristik psikologi responden, dima dari responden peneliti sebagi besar psikologi ibu baik deng jumlah responden (,4), responden yg psiklogis kurg baik deng jumlah 26 responden (26,).
JOMIS (Journal Of Midwifery Science) -ISSN : 254-2543 Vol 1. No.1, Juari 21 E-ISSN : 25- Tabel 5. Distribusi menurut er petugas Kesehat No er etugas n Kesehat 1. Ada 6 61, 2. Tidak ada 3 3,1 1 1 Berdasark tabel 4 dapat dilihat karakteristik psikologis responden, dima dari responden peneliti mengatak sebagi besar per petugas ada sebyak (,4), responden yg mengatak tidak ada sebyak 3 (3,1). Tabel 6. Distribusi menurut Kondisi Kesehat No Kondisi Kesehat n 1. Baik 42 43,3 2. Kurg 55 56, 1 1 Berdasark tabel 6 dapat dilihat karakteristik kondisi kesehat responden, dima dari responden peneliti sebagi besar kondisi kesehat kurg deng jumlah 55 responden (56,), responden yg kondisi kesehat baik deng jumlah 42 responden (43,3). Tabel. Distribusi menurut emberi Susu oleh No emberi Susus n 1. 5 6, 2. Tida diberik 3 3,2 1 1 Berdasark tabel. dapat dilihat karakteristik pekerja responden, dima dari responden peneliti sebagi besar responden memberik susu formula deng jumlah 5 responden (6,), d responden yg tidak memberik susu formula deng jumlah 3 responden (3,4). Analisis Bivariat Analisis bivariat dalam peneliti ini mencakup tentg hubung pengetahu deng pemberi susu formula, hubung pendidik deng pemberi susu formula, hubung pekerja deng pemberi susu formula, hubung psikologis ibu deng pemberi susu formula, hubung per petugas kesehat deng pemberi susu formula, hubung kondisi kesehat ibu deng pemberi susu formula. Tabel. Hubung engetahu deng emberi Susu engetah u Baik 4 5 Kurg 1 4 5 emberi Susu Tidak 6, 3, 1, 3 4 5 4 23, 1 4 1, 5 3 1 1 1, 6 val ue,1 2 OR 5,3 (,11 4-1,25 2) Hubung engetahu deng emberi Susu Hubung pengetahu deng pemberi susu formula dapat dilihat pada tabel. Berdasark alisis data pada tabel dapat dilihat bahwa dari responden terdapat org yg berpengetahu baik deng cakup memberik susu formula deng jumlah 45 (6,3 ) responden, sedgk pada responden deng pengetahu kurg berjumlah 1 org deng cakup memberik susu formula sebyak 14 (23, ) responden. Analisis data yg digunak untuk mengetahui hubung pengetahu deng pemberi susu formula adalah uji Fisher Exact Test deng menggunak tingkat kepercaya 5 d tingkat kesalah 5 ( =,5). Hasil alisis data diperoleh nilai p=,12, >,5, sehingga(ho) diterima d hipotesis alternatif (Ha) ditolak, deng demiki dapat disimpulk bahwa tidak terdapat hubung yg bermakna tara pengetahu deng pemberi susu formula. 1
JOMIS (Journal Of Midwifery Science) -ISSN : 254-2543 Vol 1. No.1, Juari 21 E-ISSN : 25- Tabel. Hubung endidik deng emberi Susu emberi Susu endidi Tidak k Rendah 23 3 16 42, 3 4,2 1 Tinggi 36 61 22 5, 5 5, 5 1 3 1 1 v al u e, 2 5 OR 5, (,3 3-2,1 4) Hubung endidik deng emberi Susu Hubung pendidik deng pemberi susu formula dapat dilihat pada tabel. Berdasark alisis data pada tabel dapat dilihat bahwa dari responden terdapat 3 org yg berpendidik rendah deng cakup memberik susu formula deng jumlah 23 (3, ) responden, sedgk pada responden deng pendidik tinggi berjumlah 5 org deng cakup memberik susu formula sebyak 36 (61, ) responden. Analisis data yg digunak untuk mengetahui hubung pendidik deng pemberi susu formula adalah uji Fisher Exact Test deng menggunak tingkat kepercaya 5 d tingkat kesalah 5 ( =,5). Hasil alisis data diperoleh nilai p=,25, >,5, sehingga hipotesis nol (Ho) diterima d hipotesis alternatif (Ha) ditolak, deng demiki dapat disimpulk bahwa tidak terdapat hubung yg bermakna tara pendidik deng pemberi susu formula. Tabel 1. Hubung ekerja deng emberi Susu er etugas Kesehat Bekerja 1 Tidak Bekerja 4 5 emberi Susu Tidaka 25, 1 2, 2 26, 5 4 1 6 4 4, 2 1, 3, 6 1 3 1 1 1 2 1 valu e, 3 OR 5,3 (,3362, ) Hubung ekerja deng emberi Susu Hubung pekerja deng pemberi susu formula dapat dilihat pada tabel 1. Berdasark alisis data pada tabel 1 dapat dilihat bahwa dari responden terdapat 26 org yg bekerja deng cakup memberik susu formula deng jumlah 15 (25,4 ) responden, sedgk pada responden yg tidak bekerjaberjumlah 1 org deng cakup memberik susu formula sebyak 44 (4,6 ) responden. Analisis data yg digunak untuk mengetahui hubung pekerja deng pemberi susu formula adalah uji Fisher Exact Test deng menggunak tingkat kepercaya 5 d tingkat kesalah 5 ( =,5). Hasil alisis data diperoleh nilai p=,3, >,5, sehingga hipotesis nol (Ho) diterima d hipotesis alternatif (Ha) ditolak, deng demiki dapat disimpulk bahwa tidak terdapat hubung yg bermakna tara pekerja deng pemberi susu formula. Tabel 11. Hubung sikologis deng emberi Susu er etuga s Keseh at Baik 4 Kur g Baik 6 5 emberi Susu Tidaka 2 3 2 3, 5,1,4 1 2 3, 1 1,1 1 3 1,6 1 val ue, 3 OR 5,23 (, 62-,5 5)) Hubung sikologis deng emberi Susu Hubung pekerja deng pemberi susu formula dapat dilihat pada tabel 11. Berdasark alisis data pada tabel 11 dapat dilihat bahwa dari responden terdapat org yg psikologis baik deng cakup memberik susu formula deng jumlah 43 (2, ) responden, sedgk pada responden yg psikologis 1
JOMIS (Journal Of Midwifery Science) -ISSN : 254-2543 Vol 1. No.1, Juari 21 E-ISSN : 25- kurg baik berjumlah 1 org deng cakup memberik susu formula sebyak 16 (2,1 ) responden. Analisis data yg digunak untuk mengetahui hubung psikologis deng pemberi susu formula adalah uji Fisher Exact Test deng menggunak tingkat kepercaya 5 d tingkat kesalah 5 ( =,5). Hasil alisis data diperoleh nilai p=,3, <,5, sehingga hipotesis nol (Ho) ditolak d hipotesis alternatif (Ha) diterima, deng demiki dapat disimpulk bahwa terdapat hubung yg bermakna tara pekerja deng pemberi susu formula. Tabel 12. Hubung per petugas kesehat deng emberi Susu er etuga s Keseh at Ada 3 Tidak Ada 3 5 emberi Susu Tidaka 61 2 63 6 61 6, 4,2, 2 3 1 36 3 3, 1 4 3, 1,1 1 val ue 1, OR 5,1 3 (,3 4-2,11 ) Hubung er petugas kesehat deng emberi Susu Hubung per petugas kesehat deng pemberi susu formula dapat dilihat pada tabel 12. Berdasark alisis data pada tabel 12 dapat dilihat bahwa dari responden terdapat 6 org yg mendapatk pere dari petugas kesehat deng cakup memberik susu formula deng jumlah 36 (61, ) responden, sedgk pada responden yg tidak mendapatk per dari petugas kesehat berjumlah 3 org deng cakup memberik susu formula sebyak 23 (3, ) responden. Analisis data yg digunak untuk mengetahui hubung psikologis deng pemberi susu formula adalah uji Fisher Exact Test deng menggunak tingkat kepercaya 5 d tingkat kesalah 5 ( =,5). Hasil alisis data diperoleh nilai p=1,, >,5, sehingga hipotesis nol (Ho) diterima d hipotesis alternatif (Ha) ditolak, deng demiki dapat disimpulk bahwa tidak terdapat hubung yg bermakna tara pekerja deng pemberi susu formula. Tabel 13. Hubung Kondisi kesehat ibu kesehat deng emberi Susu er etuga s Keseha t emberi Susu Tidaka a n 4 43, 2 3 55 3,, 5 56, Ada 4 6, 3 1 Tidak Ada 2 5 1 3 1 5 1 val ue, O R 5 Hubung kondisi kesehat ibu deng emberi Susu Hubung kondisi kesehat ibu deng pemberi susu formula dapat dilihat pada tabel 13. Berdasark alisis data pada tabel 13 dapat dilihat bahwa dari responden terdapat 42 org yg kondisi kesehat baik deng cakup memberik susu formula deng jumlah 4 (6, ) responden, sedgk pada responden yg kondisi kesehat kurg baik berjumlah 55 org deng cakup memberik susu formula sebyak 55 (3,2, ) responden. Analisis data yg digunak untuk mengetahui hubung kondisi kesehat ibu deng pemberi susu formula adalah uji Fisher Exact Test deng menggunak tingkat kepercaya 5 d tingkat kesalah 5 ( =,5). Hasil alisis data diperoleh nilai p=,, <,5, sehingga hipotesis nol (Ho) ditolak d hipotesis alternatif (Ha) diterima, deng demiki dapat disimpulk bahwa terdapat hubung yg bermakna tara 11
JOMIS (Journal Of Midwifery Science) -ISSN : 254-2543 Vol 1. No.1, Juari 21 E-ISSN : 25- kondisi kesehat ibu deng pemberi susu formula. endidik Dari hasil peneliti yg peneliti lakuk terhadap responden terdapat org yg berpengetahu baik deng cakup memberik susu formula deng jumlah 45 (6,3 ) responden, sedgk pada responden deng pengetahu kurg berjumlah 1 org deng cakup memberik susu formula sebyak 14 (23, ) responden deng p value,12 yg berarti tidak ada pengaruh hubung yg bermakna tara pengetahu ibu terahadap pemberi susu formula pada bayi usia -6 bul di Wilayah Kerja uskesmas Sidomulyo Kota ekbaru. Hal ini sesuai deng teori yg mengatak bahwa pengetahu adalah merupak hasil tahu d ini terjadi setelah org melakuk pengindra terhadap suatu objek tertentu yg ma pengindra ini terjadi melalui pca indera musia yakni indera penglihat, pendengar, pencium rasa d raba yg sebagi besar pengetahu musia diperoleh melalui mata d telinga (Notoadmojo, 2). Hasil peneliti ini sesuai deng hasil peneliti Meli Yulii di Wilayah Kerja uskesmas Simpg Baru Tahun 214, deng Judul Gambar Faktor- Faktor Yg Mempengaruhi emberi Susu ada Bayi Usia -6 Bul, bahwa ibu yg tidak memberik Asi ekslusif memilih memberik susu formula sebagi besar ibu yg berpengetahu baik tentg Asi d susu formula sebesar (65,3 ). Hasil peneliti Susto dkk (215), deng judul Faktor faktor yg mempengaruhi pemberi susu formula pada bayi yg dirawat di rug nifas rsup prof. Dr. R. D. Kdou mado, menunjukk bahwa responden deng pengetahu baik mengenai mfaat ASI d kerugi susu formula terdapat 33 responden (66) yg lebih besar dibding pengetahu kurg yg terdapat 1 responden (34) dalam memberik susu formula, meskipun pengetahu merupak hal yg sgat penting dalam membentuk tindak seseorg dalam peningkat pemberi ASI, namun pada responden deng pengetahu baik pemberi susu formula tetap dilakuk. Hasil peneliti uspitasari (211), deng judul Gambar Faktor-Faktor Yg Mempengaruhi emberi Susu ada Ibu Yg Mempunyai Bayi Usia 6 Bul Di Bid raktek Swasta Hj. Renik Suprapti Kelurah Btarsoka Kecamat urwokerto Barat Kabupaten Byumas Tahun 211, menunjukk bahwa sebagi besar responden yg memberik susu formula berdasark pengetahu tentg ASI ibu yaitu yg berpengetahu baik sejumlah 2 responden (54,5), ibu yg perbengetahu cukup 12 responden (32,54) sedgk faktor yg paling sedikit ibu memberik susu formula adalah pengetahu kurg sejumlah 5 responden (13,15.). eneliti ini sesuai deng hasil peneliti Barokah di RSUD Saras Husada urworejo 26 ibu yg tidak memberik ASI eksklusif memilih memberik susu formula sebagi besar ibu yg berpengetahu baik ttg ASI sebesar 3 d hasil peneliti ini bahwa sebagi besar ibu memberik susu formula yaitu ibu yg memiliki pengetahu baik ttg ASI sebesar 54,5. Hal ini tidak sesuai deng deng teori yg mengatak bahwa pengetahu atau kognitif merupak hal yg sgat penting dalam membentuk tindak seseorg, salah satunya kurg memadainya pengetahu ibu mengenai pentingnya ASI yg menjadik penyebab atau masalah dalam peningkat pemberi ASI (Roesli, 25). Ibu yg memiliki pengetahu kurg tentg pentingnya pemberi ASI ekslusif cenderung memiliki prilaku yg kurg baik dalam pemberi ASI eksklusif d 12
JOMIS (Journal Of Midwifery Science) -ISSN : 254-2543 Vol 1. No.1, Juari 21 E-ISSN : 25- berggap mak penggti ASI (susu formula) dapat membtu ibu d bayinya, sehingga ibu tidak memberik ASI secara ekslusif kepada bayinya (urwti, 24). Hal ini juga tidak sesuai deng teori d peryata Nuryati (2) yg menyatak bahwa ketidaktahu ibu tentg ASI, mfaat ASI d keuntung ASI serta ikl produk susu d mak buat yg berlebih sehingga menimbulk pengerti yg tidak benar bahk menimbulk pengerti bahwa susu formula lebih baik dibdingk ASI yg merupak faktor penghambat terbentuknya kesadar org tua untuk memberik ASI kepada bayinya. Hal ini membuktik bahwa faktor pengetahu ibu tentg ASI tidak bisa menjadi tolak ukur untuk perubah perilaku karena masih byak faktor lain yaitu faktor pekerja, penghasil/ sosial ekonomi, budaya, psikologis, promosi susu formula, d kesehat ibu d informasi informasi yg diterma. Menurut asumsi peneliti pengetahu dapat dipengaruhi oleh informasi yg pernah diterima oleh ibu tentg susu formula. Berbagai aspek kehidup kota telah membawa pengaruh terhadap byak para ibu untuk tidak menyusui bayinya, dari peneliti ini bahwa sebagi besar ibu memberik susu formula yaitu ibu yg berpengetahu baik, dapat dilihat pada mayoritas ibu-ibu yg berpengetahu baik sebyak org (1,4 ). engetahu Dari hasil peneliti yg peneliti lakuk bahwa dari responden terdapat 3 org yg berpendidik rendah deng cakup memberik susu formula deng jumlah 23 (3 ) responden, sedgk pada responden deng pendidik tinggi berjumlah 5 org deng cakup memberik susu formula sebyak 36 (61 ) responden deng p value,25 yg berarti tidak ada pengaruh hubung yg bermakna tara pendidik ibu terahadap pemberi susu formula pada bayi usia -6 bul di Wilayah Kerja uskesmas Sidomulyo Kota ekbaru. Hal ini sesuai deng teori yg menyatak pendidik berarti bimbing yg diberik seseorg pada org lain terhadap sesuatu hal agar mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri bahwa makin tinggi pendidik seseorg semakin mudah pula mereka menerima informasi, d pada akhirnya makin byak pula pengetahu yg dimilikinya. Sebaliknya jika seseorg tingkat pendidiknya rendah, ak menghambat perkembg sikap seseorg terhadap penerima, informasi d nilai-nilai yg baru diperkenalk (Mubarak, 212) Hasil peneliti ini sesuai deng hasil peneliti Meli Yulii di Wilayah Kerja uskesmas Simpg Baru Tahun 214, deng Judul Gambar Faktor- Faktor Yg Mempengaruhi emberi Susu ada Bayi Usia -6 Bul, bahwa ibu yg tidak memberik Asi ekslusif memilih memberik susu formula sebagi besar ibu yg berpendidik sebesar (5 ). Hasil peneliti Susto. dkk (215), deng judul Faktor faktor yg mempengaruhi pemberi susu formula pada bayi yg dirawat di rug nifas rsup prof. Dr. R. D. Kdou mado, menunjukk bahwa pemberi susu formula berdasark tingkat pendidik pada Tabel 6 didapatk berpendidik SD 3 responden (6), SM 11 responden (22), SMA 2 responden (56), sarja responden (16). Seseorg berpendidik tinggi d berpengetahu luas ak lebih bisa menerima alas untuk memberik ASI karena pola pikirnya yg lebih realistis dibdingk yg tingkat pendidik rendah. Dari hasil peneliti responden yg berpendidik tinggi memberik susu formula begitu juga halnya pada responden berpendidik rendah. Menurut asumsi peneliti, pendidik responden yg tinggi ak memiliki pengetahu yg tinggi pula sehingga 13
JOMIS (Journal Of Midwifery Science) -ISSN : 254-2543 Vol 1. No.1, Juari 21 E-ISSN : 25- sesorg semakin mudah menerima informasi karena pola pikirnya yg lebih realitis. D dalam peneliti ini mayoritas pendidik yg tinggi sebyak 5 org (5,). ekerja Dari hasil peneliti yg dilakuk peneliti dari responden terdapat 26 org yg bekerja deng cakup memberik susu formula deng jumlah 15 (25,4 ) responden, sedgk pada responden yg tidak bekerja berjumlah 1 org deng cakup memberik susu formula sebyak 44 (4,6 ) responden deng p value,3 yg berarti tidak ada pengaruh hubung yg bermakna tara pekerja ibu terahadap pemberi susu formula pada bayi usia -6 bul di Wilayah Kerja uskesmas Sidomulyo Kota ekbaru. Hal ini sesuai deng pendapat Arifin (24) yg mengatak bahwa lingkung pekerja dapat membuat seseorg memperoleh pengalam d pengetahu, baik secara lgsung maupun tidak lgsung. Kesibuk sosial lain serta kenaik tingkat partisipasi wita dalam gkat kerja d adya emsipasi dalam segala bidg kerja d di kebutuh masyarakat menyebabk turunnya kesedia menyusui d lamya menyusui. Hasil peneliti Susto. dkk (215), deng judul Faktor faktor yg mempengaruhi pemberi susu formula pada bayi yg dirawat di rug nifas rsup prof. Dr. R. D. Kdou mado, menunjukk bahwa berdasark distribusi pekerja responden dalam pemberi susu formula dapat dilihat pada Tabel menunjukk pekerja responden dari 5 responden terdapat 36 responden (2) ibu rumah tgga, responden (14) pegawai swasta, 1 responden (2) pegawai negeri sipil, 3 responden (6) wiraswasta, 2 responden (4) perawat, 1 responden (2) mahasiswa. Status pekerja responden berasal dari berbagai status pekerja namun bekerja buk alas untuk menghentik pemberi ASI deng pengetahu yg benar tentg menyusui, adya perlengkap memerah ASI, d dukung lingkung kerja, seorg ibu yg bekerja dapat tetap memberik ASI kepada bayinya. Hasil peneliti Sahusilawe (213), deng judul Faktor Yg Mempengaruhi emberi asi ada Bayi Usia 6 Bul Di Wilayah Kerja uskesmas Christina Martha Tiahahu Kota Ambon Tahun 213, menunjukk bahwa yg tidak memiliki pekerja lebih besar persentasinya (,) dalam memberik ASI kepada bayi usia 6 bul dibdingk responden yg memiliki pekerja (4,1). Dari hasil uji statistic diperoleh nilai p = 1. (p >,5) deng demiki Ho diterima. Hal ini berarti tidak ada hubung tara pekerja deng pemberi ASI. Hasil peneliti ini berbeda deng hasil peneliti Rombot, dkk (214) deng judul Faktor-faktor yg berhubung deng pemberi susu formula pada bayi usia -6 bul di wilayah kerja puskesmas Molompar Tombatu Timur Minahasa Tenggara, ditemuk bahwa sebagi besar ibu tidak bekerja deng jumlah 62 responden (62). Hasil tabulasi silg tara pekerja deng pemberi susu formula diperoleh bahwa responden yg bekerja sebagi besar memberik susu formula sebyak 2 responden (2) sedgk responden yg tidak bekerja sebagi besar tidak memberik susu formula sebyak 46 responden (46). Hasil alisis data menunjukk bahwa nilai hubung tara pekerja deng pemberi susu formula adalah p =, dima ada hubung yg bermakna tara pekerja responden deng pemberi susu formula. Murut asumsi peneliti, bekerja umumnya merupak kegiat yg menyita waktu sehingga bagi ibu-ibu yg bekerja ak mempunyai pengaruh terhadap kehidup keluarga. Semakin byak pekerja, maka semakin besar kesempat untuk memberik mak 14
JOMIS (Journal Of Midwifery Science) -ISSN : 254-2543 Vol 1. No.1, Juari 21 E-ISSN : 25- pendamping ASI. Meskipun begitu masih byak ibu yg tidak bekerja memberik susu formula pada bayinya karena alas tertentu. Selain itu ibu harus siap setiap saat bayi membutuhk ASI. Oleh karena itu bagi ibu yg bekerja hendaknya mempersiapk mempersiapk ASI terlebih dahulu atau memeras ASInya sebelum bekerja sehingga bayi bisa mengkonsumsi ASI ibu meskipun sedg bekerja. entingnya per petugas kesehat terhadap pemberi ASI ekslusif juga harus diperhatik. Dalam peneliti ini mayoritas ibu yg tidak bekerja sebyak 1 (3,2 ). sikologi Ibu Dari hasil peneliti yg peneliti lakuk terhadap responden terdapat org yg psikologi baik deng cakup memberik susu formula deng jumlah 43 (2, ) responden, sedgk pada responden yg psikologi kurg baik berjumlah 1 org deng cakup memberik susu formula sebyak 16 (2,1 ) responden deng p value,3 yg berarti ada pengaruh hubung yg bermakna tara psikologi ibu terahadap pemberi susu formula pada bayi usia -6 bul di Wilayah Kerja uskesmas Sidomulyo Kota ekbaru. Hal ini sesuai deng pendapat Kurniasih (2) Ibu yg mengalami stres dapat menghambat produksi ASI sehingga ibu kurg percaya diri untuk menyusui bayinya. Ibu yg tidak memberik susu formula sebagi besar dilakuk oleh ibu yg kondisi psikologi baik yaitu sebyak 33 responden (,2) sehingga psikologis ibu mempengaruhi pemberi susu formula pada bayi (Erfii, 212). er etugas Kesehat ada tabel diatas menunjukk bahwa dari responden terdapat 6 org yg mendapat per dari petugas kesehat deng cakup memberik susu formula deng jumlah 36 (61 ) responden, sedgk pada responden yg tidak mendapatk per dari petugas kesehat berjumlah 3 org deng cakup memberik susu formula sebyak 23 (3 ) responden deng p value 1, yg berarti tidak ada pengaruh hubung yg bermakna tara per petugas kesehat terahadap pemberi susu formula pada bayi usia -6 bul di Wilayah Kerja uskesmas Sidomulyo Kota ekbaru. Hasil peneliti Susto dkk (215), deng judul Faktor faktor yg mempengaruhi pemberi susu formula pada bayi yg dirawat di rug nifas rsup prof. Dr. R. D. Kdou mado, bahwa semua responden sebyak 5 responden deng persentase 1 yg memberik susu formula mengaku mendapatk dukung petugas kesehat dalam bentuk informasi pemberi ASI. Edukasi mengenai pemberi ASI sgat penting dilakuk dari petugas kesehat yg dapat mempengaruhi keputus yg dibuat ibu. ada hasil peneliti, pemberi susu formula tetap diberik meskipun mendapatk dukung petugas kesehat dalam bentuk informasi. Menurut asumsi peneliti emberi ASI secara ekslusif ada hubungnya deng per petugas kesehat, sikap d perhati oleh para ahli kesehat yg berkait deng menyusui sgat diperluk terutama dalam mengahadapi promosi pabrik pembuat susu formula d pemberi mak pendamping ASI seperti pisg, madu, bubur nasi. osisi strategis dari per instsi kesehat d para petugas kesehat di Indonesia terutama di puskesmas Sidomulyo Kota ekbaru sgat bermfaat bagi pelaksa kegiat operasional pemasyarakat ASI. Ak tetapi dari peneliti ini didapatk bahwa sebagi besar ibu memberik susu formula yaitu ibu yg mendapat mendapatk per dari petugas kesehat, yg berjumlah sebyak 6 org (61, ). Kondisi Kesehat Ibu Dari hasil peneliti yg peneliti lakuk terhadap responden terdapat 42 org yg kondisi kesehat baik deng cakup memberik susu formula deng jumlah 4 (6, ) responden, sedgk 15
JOMIS (Journal Of Midwifery Science) -ISSN : 254-2543 Vol 1. No.1, Juari 21 E-ISSN : 25- pada responden yg kondisi kesehat kurg baik berjumlah 55 org deng cakup memberik susu formula sebyak 55 (3,2 ) responden deng p value, yg berarti ada pengaruh hubung yg bermakna tara kondisi kesehat ibu terahadap pemberi susu formula pada bayi usia -6 bul di Wilayah Kerja uskesmas Sidomulyo Kota ekbaru. Hasil peneliti Susto dkk (215), deng judul Faktor faktor yg mempengaruhi pemberi susu formula pada bayi yg dirawat di rug nifas rsup prof. Dr. R. D. Kdou mado, bahwa berdasark pemberi susu formula ditinjau dari kondisi ibu menunjukk 13 responden (26) ASI tidak keluar, 15 responden (3) ASI kurg, 1 responden (2) puting tidak keluar, 3 responden (6) sakit bekas operasi, 1 responden (2) nyeri saat menyusui, 1 responden (34) dalam keada normal. Didapatk 1 responden dalam normal memberik susu formula d 33 responden dalam masalah kesahat yg diderita ibu yg menyebak hambat pemberi ASI. Menurut asumsi peneliti Ibu yg menderita sakit tertentu seperti ginjal atau jtung sehingga harus mengkonsumsi obat-obat yg dikhawatirk dapat menggggu pertumbuh sel-sel bayi, bagi ibu yg sakit tetapi masih bisa menyusui maka diperbolehk untuk menyusui bayinya. dari peneliti ini didapatk bahwa sebagi besar ibu memberik susu formula yaitu ibu yg kondisi kesehat kurg baik berjumlah 55 (3.2). KESIMULAN Berdasark hasil peneliti di uskesmas Sidomulyo ekbaru dapat disimpulk bahwa terdapat hubung yg bermakna tara keada psikologi ibu d kondisi kesehat ibu terhadap pemberi susu formula pada bayi -6 bul. SARAN erlu adya sosialisasi bagi masyarakat khususnya ibu menyusui tentg pentingnya pemberi ASI eksklusif. Mensosialisasik kepada ggota keluarga khususnya suami dalam mendukung ibu menyusui deng memberik ASI saja kepada bayi. etugas kesehat disark memberi penyuluh buk hya kepada ibu saja tetapi kepada semua lapis masyarakat, perlunya dukung emerintah untuk membatasi produk-produk susu formula di sara kesehat. DAFTAR USTAKA Amiruddin, 2. Susu Menghambat emberi ASI Eksklusif. http://ridwamiruddin.wordpress.co m/2/4 26/susu-formulamenghambat-emberiasiekslusif/ (akses 2 Desember 215). Farrer, Helen. 21. erawat Maternitas Edisi 2. Jakarta : EGC. Ma rifatul Azizah (2). Faktor-faktor yg berhubung deng perilaku ibu dalam pemberi Asi Roesli, Utami. 2. Inisiasi Menyusu Dini, Jakarta : ustaka Bunda. Selasi. 2. Bahaya Susu. http://selasi.net/index.php?option=co mcontent&view=article&id=52:susuformula-dgka kematibayi&catid=1:bahayasufor& Itemid=2 (akses 2 Desember 215). Rosita, Syarifah. 2. ASI untuk Kecerdas Bayi, du Lengkap Ibu Menyusui. Yogyakarta: Ayya Sudijono, Anas. 26. engtar Statistik endidik. Jakarta : T. Raja Grafindo ersada Widayatun, TS. 25. Ilmu rilaku. CV Sagung Seto: Jakarta 16