1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu alat yang digunakan oleh manajemen untuk melakukan pertanggungjawaban kinerja ekonomi perusahaan kepada para investor, kreditor, dan pemerintah adalah dengan menggunakan laporan keuangan. Laporan keuangan digunakan untuk menggambarkan kinerja manajemen perusahaan dalam mengelola sumber daya. Agar laporan keuangan suatu perusahaan mudah untuk dipahami oleh para penggunanya, maka laporan keuangan tersebut harus disertai dengan pengungkapan yang memadai. Pengungkapan sendiri didefinisikan sebagai penyajian sejumlah informasi yang dibutuhkan untuk pengoperasian secara optimal pasar modal yang efesien. Pengungkapan adalah penyajian informasi dalam statemen keuangan termasuk statemen keuangan itu sendiri, catatan atas statemen keuangan, dan pengungkapan terbatas hanya pada hal-hal yang menyangkut pelaporan keuangan, pernyataan manajemen atau informasi di luar pelaporan keuangan. Informasi yang lengkap, akurat serta tepat waktu merupakan suatu kebutuhan yang mendasar bagi para investor dan kreditor untuk pengambilan keputusan. Informasi yang sering diminta untuk diungkapkan pada saat ini adalah mengenai informasi tanggung jawab sosial. Tanggung jawab sosial perusahaan atau corporate social responsibility (CSR) dapat dicantumkan di dalam laporan tahunan perusahaan maupun laporan sosial terpisah. Tanggung jawab sosial perusahaan itu sendiri dapat digambarkan sebagai ketersediaan informasi keuangan dan nonkeuangan berkaitan dengan interaksi organisasi dengan lingkungan fisik dan
2 lingkungan sosialnya, yang dapat dibuat dalam laporan tahunan perusahaan atau laporan sosial terpisah (Mathews, 1995). Corporate Social Responsibility secara teoritik merupakan sebuah tanggung jawab moral suatu perusahaan terhadap stakeholder, terutama tanggung jawab terhadap masyarakat disekitar wilayah perusahaan tersebut untuk menjalankan kegiatan operasionalnya. Suatu perusahaan dianggap berhasil dilihat dari sudut pandang tanggung jawab sosialnya. Tanggung jawab sosial adalah mengedepankan prinsip moral dan etis, yakni menggapai hasil yang terbaik tanpa merugikan masyarakat luas dan lingkungan sekitarnya. Pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan merupakan sebuah gagasan yang menjadikan perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada single bottom line (Wijaya, 2012). CSR merupakan sebuah gagasan yang menjadikan sebuah perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada single bottom line yaitu nilai perusahaan yang hanya direfleksikan pada kondisi keuangannya saja, tetapi tanggung jawab perusahaan harus berpijak kepada triple bottom lines yang juga harus memperhatikan masalah sosial dan lingkungan. Dengan menyelaraskan ketiga kinerja tersebut pada akhirnya perusahaan sendirilah yang mendapatkan manfaat secara berlimpah. Perusahaan akan mendapatkan banyak manfaat dengan menerapkan kegiatan CSR, antara lain produknya semakin disukai oleh konsumen dan perusahaan akan semakin diminati oleh investor. Beberapa manfaat lainnya, misalnya meningkatkan penjualan dan market share; memperkuat brand positioning; meningkatkan kemampuan perusahaan untuk memotivasi dan mempertahankan karyawan; serta menurunkan biaya operasional (Kotler & Lee, 2005). Saat ini, cara untuk mengukur kinerja CSR dengan menggunakan laporan kegiatannya, yakni
3 dengan metode content analysis. Metode ini mengubah informasi kualitatif menjadi kuantitatif sehingga dapat diolah dalam perhitungan statistik. Yang berarti, total angka yang didapat dari proses content analysis ini menggambarkan banyaknya pengungkapan yang diinformasikan dalam laporan tersebut. Akan tetapi informasi yang diungkapkan bukanlah menjadi jaminan informasi yang menggambarkan segala kegiatan CSR yang telah dilakukan. Bisa saja informasi CSR yang diungkapkan hanyalah sepersekian persen dari seluruh kegiatan CSR yang telah dilakukan. Sebaliknya, adanya kemungkinan informasi yang diungkapkan oleh perusahaan melebihi kegiatan yang dilakukan. Belum lagi sifat laporan yang berbeda. Misalnya saja laporan tahunan perusahaan yang sering dipakai menjadi dasar untuk pengukuran kinerja CSR. (www.ncsr-id.org) Semakin banyak bentuk pertanggungjawaban yang dilakukan perusahaan terhadap lingkungannya, image perusahaan menjadi semakin meningkat. Investor lebih berminat pada perusahaan yang memiliki citra yang baik di masyarakat karena semakin baiknya citra perusahaan, loyalitas konsumen semakin tinggi sehingga dalam waktu lama penjualan perusahaan akan membaik dan profitabilitas perusahaan juga meningkat (Retno & Priantinah 2012). Perusahaan bukan lagi menjadi sebuah entitas bisnis yang hanya mementingkan pencapaian kinerja keuangan saja dengan memaksimalkan laba usahanya di tempat lingkungan sekitar perusahaan, melainkan sebuah entitas usaha yang wajib memperhatikan dan bertanggungjawab atas kegiatan operasi perusahaan yang memberikan dampak langsung terhadap lingkungan sekitarnya. Bentuk tanggung jawab tersebut diantaranya dengan melakukan kegiatan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan perbaikan lingkungan, pemberian beasiswa untuk anak tidak mampu, pemberian dana untuk pemeliharaan fasilitas
4 umum, sumbangan untuk fasilitas masyarakat yang bersifat sosial dan berguna untuk masyarakat luas, khususnya untuk masyarakat yang berada di sekitar perusahaan tersebut dalam melakukan kegiatan operasionalnya. Hal ini sejalan dengan paradigma enlightened selfinterest yang menyatakan bahwa stabilitas dan kemakmuran ekonomi jangka panjang hanya dapat dicapai jika perusahaan melakukan tanggung jawab sosial kepada masyarakat (Hartanti, 2006). Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.1 (revisi 2009) paragraf 12 perusahaan masih bersifat sukarela dalam mengungkapkan CSR kepada publik melalui laporan tahunan perusahaan. Dampak dari belum diwajibkan PSAK untuk mengungkapkan informasi sosial menimbulkan praktik pengungkapan informasi yang dilakukan oleh perusahaan umumnya bersifat voluntary (sukarela), unaudited (belum diaudit), dan unregulated (tidak di- pengaruhi oleh peraturan tertentu) (Eka, 2011). Seiring dengan meningkatnya masalah sosial dan lingkungan yang ditimbulkan oleh aktivitas perusahaan, akibat lemahnya penegakan peraturan tentang tanggung jawab sosial perusahaan dan masih bersifat sukarela dalam pengungkapan CSR pada laporan tahunan perusahaan di Indonesia, maka pada tahun 2007 pemerintah mengambil tindakan dengan mengesahkan UU RI NO.40 tahun 2007 tentang perseroan terbatas yang memasukkan peraturan mengenai kewajiban setiap entitas bisnis untuk melaksanakan maupun mengungkapkan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Apabila perseroan tersebut tidak melaksanakan kewajiban tersebut maka perusahaan akan dikenai sanksi tegas sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku. Berbagai macam penelitian telah dilakukan oleh para peneliti terdahulu untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pengungkapan
5 tanggung jawab sosial di Indonesia. Sembiring (2005) telah melakukan penelitian mengenai karakteristik perusahaan, antara lain size, profitabilitas, profile, ukuran dewan komisaris, dan leverage. Penelitian tersebut menggunakan perusahaan yang tercatat didalam Bursa Efek Jakarta yang sudah go-public sebagai populasinya. Hasil penelitian membuktikan bahwa ukuran dewan komisaris berperngaruh positif terhadap pengungkapan corporate social responsibility. Akan tetapi penelitian yang dilakukan oleh Wijaya (2012) membuktikan bahwa ukuran dewan komisaris tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial. Kemudian Cahaya et al. (2008) melakukan penelitian dengan menggunakan karakteristik perusahaan seperti company size, leverage, economic performance, extent of international operations, dan complexity of business, didalam penelitiannya mengenai social disclosure terhadap 100 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta dengan laporan tahunan pada tahun 2004. Penelitian yang dilakukan oleh Cahaya et al. (2008) mengungkapkan bahwa ukuran perusahaan mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap pengungkapan sosial. Purwanto (2011) juga melakukan penelitian mengenai ukuran perusahaan dan mengungkapkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan pertanggungjawaban sosial. Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Wijaya (2012) ukuran perusahaan juga memiliki pengaruh positif signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial. Purwanto (2011) melakukan penelitian serupa dengan menggunakan variabel tipe industri, ukuran perusahaan dan profitabilitas. Hasil dari penelitiannya tipe industri menunjukan adanya pengaruh signifikan terhadap pengungkapan pertanggungjawaban sosial. Hasil penelitian dari Cahaya et al. (2012) menunjukan
6 bahwa operasi internasional berpengaruh positif signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial. Pada dasarnya, metode pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini sama dengan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya. Akan tetapi, penelitian ini mempunyai perbedaan populasi serta perbedaan variabel yang akan digunakan. Pada sisi populasi, penelitian ini menggunakan indeks LQ 45 sebagai populasi penelitian. Sedangkan dari sisi variabelnya, penelitian ini hanya menggunakan 4 variabel, yaitu ukuran dewan komisaris, tipe industri, operasi internasional dan ukuran perusahaan dan menggunakan Global Reporting Initiative (GRI) untuk mengukur indeks pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah indeks LQ45. Indeks LQ45 adalah nilai kapitalisasi pasar dari empat puluh lima saham yang paling liquid dan memiliki nilai kapitalisasi yang besar. Indeks LQ45 menggunakan empat puluh lima saham yang terpilih berdsarkan liquiditas perdagangan saham dan disesuaikan setiap enam bulan yaitu setiap awal bulan Februari dan Agustus. Dengan demikian saham yang terdapat dalam indeks tersebut akan selalu berubah. Beberapa kriteria seleksi untuk menentukan suatu emiten dapat masuk dalam perhitungan indeks LQ 45 adalah (1) berada di top 95% dari total rata-rata taunan nilai transaksi saham dipasar reguler; (2) berada di top 90% dari rata rata taunan kapitalisasi pasar; (3) merupakan urutan tertinggi yang mewakili sektornya dalam klasifikasi industri BEI sesuai dengan nilai kapitalisasi pasarnya; (4) merupakan urutan tertinggi berdasarkan frekuensi transaksi. Saham saham pada indeks LQ45 harus memenuhi kriteria dan melewati seleksi berikut; (1) masuk dalam rangking 60 besar dari total transaksi saham di pasar reguler; (2) rangking berdasar kapitalisasi pasar; (3) telah tercatat di
7 BEI minimnal 3 bulan; (4) keadaan keuangan perusahaan dan prospek pertumbuhannya, frekuensi dan jumlah hari perdagangan transaksi pasar reguler. Saham-saham yang termasuk di dalam LQ45 tersebut terus dipantau dan diadakan review. Apabila ada saham yang sudah tidak termasuk didalam kriteria maka akan diganti dengan saham lain yang memenuhi syarat. Melihat pentingnya pengungkapan CSR oleh perusahaan, maka peneliti hendak melakukan penelitian mengenai hal tersebut diatas dengan mereplikasi dan mengkombinasikan penelitian yang dilakukan oleh Sembiring (2005) dan penelitian Wijaya (2012). Kemudian peneliti menambahkan variabel tipe industri dan variabel operasi internasional yang diadopsi dari penelitian Purwanto (2011) dan Cahaya (2008). Berdasarkan latar belakang sebelumnya maka penulis akan melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris, Tipe Industri, Operasi Internasional dan Ukuran Perusahaan Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka rumusan masalah yang bisa diangkat adalah sebagai berikut: 1. Apakah ukuran dewan komisaris berpengaruh terhadap pengungkapan corporate social responsibility? 2. Apakah tipe industri berpengaruh terhadap pengungkapan corporate social responsibility?
8 3. Apakah operasi internasional berpengaruh terhadap pengungkapan corporate social responsibility? 4. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan corporate social responsibility? 1.3 Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui pengaruh ukuran dewan komisaris terhadap pengungkapan corporate sosial responsibility. 2. Untuk mengetahui pengaruh tipe industri terhadap pengungkapan corporate sosial responsibility. 3. Untuk mengetahui pengaruh operasi internasional terhadap pengungkapan corporate sosial responsibility. 4. Untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan terhadap pengungkapan corporate sosial responsibility. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain : 1. Untuk memperoleh bukti empiris tentang pengaruh ukuran dewan komisaris terhadap pengungkapan corporate social responsibility. 2. Untuk memperoleh bukti empiris tentang pengaruh tipe industri terhadap pengungkapan corporate social responsibility. 3. Untuk memperoleh bukti empiris tentang pengaruh operasi internasional terhadap pengungkapan corporate social responsibility.
9 4. Untuk memperoleh bukti empiris tentang pengaruh ukuran perusahaan terhadap pengungkapan corporate social responsibility. 1.5 Sistematika Pembahasan Bab I : Pendahuluan Bab ini memuat mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II : Kajian Pustaka Bab ini menguraikan teori-teori yang melandasi, penelitian terdahulu, hipotesis penelitian dan kerangka pemikiran penelitian. Bab III : Metode Penelitian Pada bab ini akan menguraikan metode penelitian yang berisi tentang variabel-variabel penelitian, populasi dan sampel, sumber data, pengumpulan data, metode analisis data serta pengujian hipotesis. Bab IV : Analisis Data dan Pembahasan Bab ini akan menguraikan data khusus yang berkaitan dengan penyelesaian permasalahan yang telah ditentukan berdasarkan alat dan langkah analisis sehingga akan membawa ke tujuan dan sasaran penelitian. Bab V : Kesimpulan dan Saran Bab ini akan memuat secara singkat mengenai kesimpulan penelitian dan saran-saran yang ditujukan pada berbagai pihak.