Monolog Lelaki Merindukan Pulang Oleh Hasan Al Banna

dokumen-dokumen yang mirip
Mula Kata, Bismillah

hijau tuanya, jam tangannya dan topinya. Ia sempat melihat Widya masih sedang membuat sarapan di dapur dekat kamar mandi. Dan pada saat kembali ke

Sepotong Matahari dan Awan untuk Ibu* :ibuku

Surat Cinta Untuk Bunda Oleh : Santi Widiasari

1 Curahan Hati Sebatang Pohon Jati

Sahabat Terbaik. Semoga lekas sembuh ya, Femii, Aldi memberi salam ramah. Kemarin di kelas sepi nggak ada kamu.

Juli Milik kita. Aku sudah sampai depan RS Margono. siap. menunggu. engga usah kaget, aku bisa. menit aku sampai, tunggu ya mas

Ah sial aku selingkuh!

BATANG BERMANFAAT. Farhan Abdul Aziz M. Kau berjalan diatas kertas Kau menari-nari diatas kertas Kau berjasa bagi kita Kau adalah pahlawanku

Kehidupan itu terlalu penuh dengan kebahagian bagi orang yang menyadarinya Tommy membaca kalimat terakhir dari sebuah novel yang diterbitkan melalui

Ruang Rinduku. Part 1: 1

Arif Rahman

Matahari dan Kehidupan Kita

TEMAN KESUNYIAN BUKU PUISI BAGUS EKO SAPUTRO

SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 1. TEKS CERITA MORAL/FABELLatihan Soal 1.6

PROLOG. Wow, lihat! Dia datang. Kata Ronald sambil bersiul.

AKU AKAN MATI HARI INI

SYAIR KERINDUAN. Genre: Puisi-puisi cinta, sahabat, keluarga semuanya tentang CINTA dan CITA-CITA.

Aku tau apa yang kau rasakan, John. Rumah ini adalah hasil jerih payah kita selama ini. Tapi aku tak mau John, jika harus tinggal disini lagi.

Bayangan Merah di Laut dan Tempat Untuk Kembali:

Budi Mulyanto. Hati Bicara

Berlari. Nurlaeli Umar

Aku menoleh. Disana berdiri seorang pemuda berbadan tinggi yang sedang menenteng kantong belanjaan di tangan kirinya. Wajahnya cukup tampan.

bab 2 satuan pengukuran waktu tema makanan dan kesehatan

P A D A M U E M B U N

Rindu Sang Pemimpi. Rina Widowati

Lucu memang.. Aku masih bisa tersenyum manis, melihatmu disana tertawa lepas bersamanya.

"Tapi mimpi itu inspirasi. Aku ragu untuk melangkah tanpa aku tau mimpiku."

Mata Tomi terbelalak, ketika menyadari dia berada

Getar Rasa... Ada getar rasa yang hadir entah datang dari mana

PENJAGAL ANGIN. Tri Setyorini

Lebih dekat dengan Mu

Bab 4 Kecakapan Komunikasi Dasar

Pada Suatu Masa. (abad VIII)

Senja, Sebuah Kisah Sebuah Cerita

Kalau kau mendengar sesuatu, itu akan hanya memudar dan menjadi bagian dari latar belakang.

Anam Rufisa. Catatan Anak Kelinci. Penerbit. Ana Monica Rufisa

PESAN UNTUK SANG ANAK AGUS BUDI SANTOSO

Sinar yang Hilang. Ketika Takdir Menyapa 1

Download from

ODA DAN KANKER YANG MENYEMBUHKAN. Aku membayangkan wajahmu buah dada yang terjangkit kanker

Aku selalu suka sebuah pertemuan, karena buat ku pertemuan adalah awal dari kisah yang mungkin bisa dikenang atau untuk dibuang.

(Aku Melihatnya & Dia Melihatku)

Karya Kreatif Tanah Air Beta. Karya ini diciptakan untuk menuturkan isi hati Mama Tatiana di dalam buku hariannya. Karya

Pagi itu, Roni beranjak dari tempat tidur.

Oleh: Windra Yuniarsih

LUCKY_PP UNTUKMU. Yang Bukan Siapa-Siapa. Diterbitkan secara mandiri. melalui Nulisbuku.com

Setelah para penyamun pergi, Alibaba memberanikan diri keluar dari tempat

Suara alunan piano terdengar begitu lembut

I PERNYATAAN. Menjebak Hati

LAMPIRAN 1 FORMULIR FOOD RECALL 24 JAM

kelas. Kendala terbesar yang saya hadapi adalah kendala bahasa. Walaupun saya sudah belajar Bahasa Jepang selama tiga tahun, tetapi masih banyak

Apa Aku Bukan. Manusia?

1. TENTANG CINTA. Aku tak pernah mengerti pun memahami cinta. Kami tak pernah saling mengenal. Dan aku tak punya cerita tentangnya.

kegiatan sehari hari pelajaran 2

Yang Mencinta dalam Diam

BAGIAN PERTAMA. Kumpulan Kisah-Kisah Hikmah

MUARA HATI. Sedikit rasa curiga yang sempat terlihat dari matanya, kini hilang tak bersisa. Terlebih saat

TUGAS PERANCANGAN FILM KARTUN. Naskah Film Dan Sinopsis. Ber Ibu Seekor KUCING

Fiction. John! Waktunya untuk bangun!

V.O. OCA Selamat siang! Yak. Ini buku album foto CACA (20). Hobinya adalah fotografi. Meskipun amatir, ia sangat suka foto-foto

DIPA TRI WISTAPA MEMBILAS PILU. Diterbitkan secara mandiri. melalui Nulisbuku.com

SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 1. TEKS CERITA MORAL/FABELLatihan Soal 1.7

Aku memeluk Ayah dan Ibu bergantian. Aroma keringat menusuk hidungku. Keringat yang selama ini menghiasi perjuangan mereka membesarkanku. Tanpa sadar

Baru dapat 1,5 kilogram kotor, kata Tarsin dalam bahasa Jawa, akhir Maret lalu.

Dan ia baru menyadari betapa salahnya dirinya. Disana, muncul dari sebelah kirinya, ia merasakan gerakan udara yang cepat. Angin yang berhembus

Ketika mimpi menjadi sebuah bayangan, aku menanyakan "kapan ini akan terwujud?" Mungkin nanti, ketika aku telah siap dalam segalagalanya

Instrumen Tes Intervensi Sesi Pertama 1. Jodohkanlah Kosakata disamping dengan Gambar yang Tepat!

ANTOLOGI. Kopi Tubruk

MEMOAR 1. Aku Anak Nelayan

PELAYANAN ANAK GPdI HALELUYA. Jalan Kolonel Masturi 67 Cimahi Telepon: (022)

PELUANG USAHA WARUNG MAKAN PRASMANAN

Ramadan di Negeri Jiran

Aku Tidak Mengerti Orang Biasa

Yui keluar dari gedung Takamasa Group dengan senyum lebar di wajahnya. Usaha kerasnya ternyata tak sia-sia. Dia diterima berkerja di perusahaan itu

The Coffee Shop Chronicles

Entahlah, suamiku. Aku juga tidak pernah berbuat jahat dan bahkan selalu rajin beribadah, jawab sang isteri sambil menahan air mata.

NAMA : UMUR : KELAS : No. Telpon : Alamat lengkap : Untuk pertanyaan di bawah ini, beri tanda X untuk jawaban yang kamu pilih

Kita akan pergi untuk madu. Ayo, Beruang Kecil! Kita akan pergi untuk madu dan aku tahu ke mana.

Before-After Met. Hara s POV

RIDHO KURNIAWAN. Aku duduk dengan santai Menunggu apa yang kusukai Menikmati sesuatu yang menenangkan hati Pemberian Ilahi yang tak tertandingi

ANGKET UJI COBA PENELITIAN. 1. Identitas Siswa Nama : Kelas : Jenis Kelamin : Alamat :...

mata sembab nan berat,, ditimpal idingin sisa hujan tadi sore sungguh pas jika menarik selimut taulah kau jika sudah dalam selimut,, he he he

Buku BI 2 (9 des).indd 1 11/12/ :46:33

Hidup Sehat. Peta Konsep. Halaman 1 dari 8

Lupakan Pemahaman Yang Tidak Benar

Dibalik perjuangan seorang "PAPA"

Cinta, bukan satu hal yang patut untuk diperjuangkan. Tapi perjuangan untuk mendapatkan cinta, itulah makna kehidupan. Ya, lalu mengapa...

Ariesty Kartika. Kerangka Jiwa

melemahkan semangat, tetapi membangkitkan semangat.

MEMBINGKAI ASA. Tarie Kertodikromo

cinta seringkali lebih mudah didefinisi dengan air mata... Aku Bukan Pergi, Tapi Menjelma Jadi Rindu dan Berkelana di Hatimu.

Memang benar. Asap tebal membubung tinggi ke angkasa. Kancil ketakutan melihatnya. Dia langsung bangkit dan berlari mengikuti teman-temannya.

Musim Semi Merah. Dyaz Afryanto

Tentang Mencintaimu. Lelah kita terjerat pada noktah di malam buta. Di mana aku hanya menemukan siluet aromamu

Bagian Satu: Masa Pencarian Cahaya

BABAK I DI KOTA INDAH NAN MULIA

Dimana hati? Ia mati ketika itu juga..

Jam hampir menunjukkan pukul wib. Diluar masih basah, suhupun dingin. Nyeri perutkku yang lagi kedatanagn tamu bulanan makin melilit.

Percakapan Kasih. Oleh: M. Febriyadi dan Gusmarni

Transkripsi:

Dimuat di Suara Pembaruan, MINGGU, 30 Desember 2007 Monolog Lelaki Merindukan Pulang Oleh Hasan Al Banna Maka aku, betapa berhasrat hendak menggelinjangkan ikan-ikan ke pangkuanmu! Bersebab wajahmu yang sebening pucuk jambu itu, sedikitpun tak pernah membersitkan rasa takut atau curiga tentang kesenanganku bepergian ke mana saja aku suka. Ai, sama sekali kau tidak pernah bertanya: Mengapa aku pergi? Hendak ke mana pergi? Sedang apa aku dalam pergi? Berapa lama pergi? Atau adakah nanti aku pulang setelah pergi? Kapankah pulang setelah pergi? Adakah siang hari? Adakah pulang senja hari? Adakah malam hari? Adakah tengah malam? Adakah pulang usai diseduh subuh? Atau bahkan aku tidak pulang sama sekali untuk waktu yang tak pernah tertebak olehmu. Ohoi, aku sebut kau setegar batu, tapi hatimu, sungguh sedebar salju. Jika kau hendak pergi, aku rela, dan aku akan melepaskanmu. Tapi aku akan menunggu kepulanganmu, kapanpun. Jika kau tak hendak pergi, aku pun rela, dan aku akan melayanimu. Lalu aku akan memenuhi segala kebutuhanmu, keinginanmu, seberapa pun. Maka aku, betapa berdegup hendak tersesat di belantara cintamu! Bersebab ketika aku selalu pergi setiap pagi, kau sama sekali tak pernah lupa menyiapkan segala sesuatu keperluanku; air hangat dan handuk untuk mandi, pakaian yang sudah dicuci bersih dan pasti sudah disetrika rapi, kaus kaki, serta sepatu dengan kilat yang berderai. Dan tentu menyusul suguhan sarapan; sepiring lontong sayur, opak, dan segelas teh hangat, juga membekaliku dengan ini dan itu. Padahal, sama sekali aku tidak pernah menyuruh, apalagi memerintahkanmu melakukan semua itu. Sudahlah, tak usah repot kali. Biar aku saja yang menyiapkan segala sesuatunya. Ah, tidak mengapa. Sedikitpun aku tak pernah merasa repot mengerjakannya untukmu. Aku sudah terbiasa melakukan itu. Iya, aku memang belum terbiasa melakukannya. Makanya aku ingin terus membiasakan diri untuk itu. 1

Nanti kau merasa terbebani. Jika mengerjakan segala sesuatu dengan perasaan yang terbeban itu, tidaklah baik. Beban itu, jikapun ada adalah ibadah bagiku. Dan mengerjakan ibadah sama artinya dengan mengerjakan suatu yang baik pula. Hei Pendeknya, aku tidak pernah merasa terbebani. Ya, tapi Atau kau yang merasa terbebani? Tidak, hanya Ya, sudah! Berangkatlah, semoga hari ini perjalananmu menyenangkan. Maka aku, betapa lonjak hendak terjerat di pelukanmu! Bersebab sering bila aku tidak pulang, kau sangat sedia dan setia dalam jaga dan tidur menungguku di ruang tamu. Bagimu persoalan waktu tidak terlalu penting. Tak peduli hari adakah senja, adakah malam, adakah tengah malam, atau sekalian subuh. Dan untuk itu kau tidak pernah merasa keberatan, tidak pernah merasa dirugikan, tidak pernah merasa terhina, tidak pernah merasa diabaikan, atau tidak pernah merasa disepelekan. Lantas kau tak pula pernah memendam benci, memendam durja amarah, apalagi memendam dendam. Tidak perlu kau menungguiku. Saat-saat yang paling kutunggu adalah saat-saat menunggumu. O, aku pulang tidak tentu waktu. Mhh, aku menunggumu tidak pernah menggunjingkan waktu. Ya, tapi kasihanilah dirimu. Jaga kesehatanmu. Aku malah lebih kasihan terhadap diriku, jika tak mampu menunggui dan menyambutmu. Malah aku jatuh sakit karena ketidakmampuan itu. Mubazir namanya itu. Pekerjaan sia-sia! Jika kita menikmati setiap pekerjaan itu, mubazir itu bisa jadi adalah kebutuhan. Tidaklah sia-sia. Ketahuilah, menunggumu bagiku adalah sebuah pekerjaan yang sangat nikmat. Penuh kejutan. Kau kan tahu, aku punya duplikat kunci? Jadi aku bisa pulang dan masuk kapan saja tanpa menyusahkanmu. Selain menikmati, kunci nikmat dari melakukan pekerjaan itu adalah ikhlas. Tentu tidak akan ada lagi kata-kata menyusahkan. Aduh Sudahlah, sedikitpun aku tidak pernah merasa susah menungguimu. 2

Iya Keberatankah kau jika aku menungguimu? Maka aku, betapa tersirap hendak melabuhkan ciuman di dahimu! Bersebab jika suatu kali aku tidak ingin dan tidak sedang ke mana-mana, meski itu langka adanya, kau selalu menyiapkan dan menghidangkan makan siang yang nikmat untukku; nasi hangat yang mengepul, ikan bakar yang lemak, sambal kacang dan teri yang menyengat lidah, daun ubi tumbuk yang tanak, tempe goreng yang gurih, segelas air putih hangat, dan irisan semangka yang ranum. Padahal, sama sekali aku belum selera untuk makan. Perutku belum lapar. Makan sebelum perut lapar itu lebih baik. Dan kalau bisa, berhenti makan sebelum kenyang, malah lebih baik. Aku belum selera makan. Terkadang selera makan itu datang setelah terlebih dahulu mencicipi makanan yang terhidang. Ya, tapi, tapi hidangkan sajalah apa adanya. Bahkan yang kuhidangkan ini belum ada apa-apanya. Ou Ayolah makan! Nanti dingin. Tapi Mensyukuri rezeki itu perbuatan baik. Dan menikmati hidangan ini adalah salah satu perwujudan rasa syukur. Maka, silakan dinikmati. Maka aku, betapa bersihentak hendak memetik bertangkai senyum di bibirmu! Bersebab pula, jika aku sedang menikmati malam di beranda, kau tidak pernah lupa menyuguhkan secangkir teh atau kopi, juga menghidangkan sejumputan penganan. Bersebab sebelum tengah malam, kau selalu menyarankanku untuk istirahat di kamar; merebahkanku, menyelimutiku, menemaniku, dan meniupkan dongeng-dongeng cinta ke telingaku. Dongeng-dongeng yang menjelma perahu, berarung ke lautan tidur, ke samudera mimpi. Padahal saat itu, sama sekali aku belum ingin beranjak ke tempat tidur. Belum seberapa ngantuk. Pokoknya, belum digoda uapan. Aku belum ngantuk. Istirahat itu tidak mesti ngantuk. Aku belum mau tidur. 3

Istirahat itu juga tidak harus tidur. Aku mohon, aku belum ngantuk dan belum ingin tidur. Istirahat sajalah. Istirahatkan bisa juga di beranda atau ruang tamu? Nanti masuk angin. Sebab angin malam itu tidak bagus untuk kesehatan. Akukan sudah makan, tidak akan masuk angin. Angin itu tidak mengenal persoalan makan atau tidak makan. Oalah Sudahlah, ayo, berbaring saja. Tapi Rebahan saja. Tidak sulit kan? Maka aku, betapa berkelebat hendak menggantang telaga di matamu! Bersebab sudah terlampau lama aku pergi bertandang ke rumah-rumah yang lain; menikmati tuturan ramah pemiliknya, menikmati tawaran sarapan yang selalu berbeda, menikmati hidangan makan siang yang memanjakan selera, menikmati makanan senja yang bermacam adanya, menikmati suguhan minuman yang beragam rasa-warnanya, menikmati cerita-cerita beraneka kiranya, juga menikmati tidur yang paling nyaman tentunya. Jika kau hendak pergi, aku rela, dan aku akan melepaskanmu. Tapi aku akan menunggu kepulanganmu, kapanpun. Jika kau tak hendak pergi, aku pun rela, dan aku akan melayanimu. Lalu aku akan memenuhi segala kebutuhanmu, keinginanmu, seberapa pun. Namun ke rumah siapa pun aku pergi, dan di rumah mana pun aku berleha diri, ada yang tak bisa kutemukan, selain padamu. Entahlah! Maka aku, betapa bergegas hendak mengunci diri di bilik hatimu! Bersebab kau adalah rumah yang lalai mengernyit, rumah yang alpa menjewer. Bersebab kau adalah rumah yang tak pernah menghardik; tempatku mengombakkan buih-biuh pahala, sebagai lengan-lengan air yang menghanyutkanku ke dermaga sorga. Lalu, tolong katakan padaku, siapa orang yang tak hendak hanyut ke dermaga sorga? Katakanlah! Hah, aku? Ops, tidak lagi! Medan, Duaribuan 4

(Dewi Haritsyah Pohan, mmh, terima kasih atas ketabahanmu. Jangan pernah khawatir, aku mencintaimu!) 5