BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan salah satu tempat dalam siswa mendapatkan ilmu secara formal. Sekolah bukan hanya tempat menimba ilmu, tetapi juga sebagai tempat berkumpul, bermain dan berbagai keceriaan antara siswa yang satu dengan siswa yang lainnya sehingga terjadi interaksi di dalamnya. Sekolah juga merupakan tempat dalam kegiatan belajar mengajar berlangsung dan tempat terjadinya interaksi antara guru dan murid. Pembaharuan pendidikan terletak pada tanggung jawab guru, bagaimana pembelajaran yang disampaikan dapat dipahami oleh anak didik secara benar. Dengan demikian, proses pembelajaran ditentukan sampai sejauh mana guru dapat menggunakan metode dan model pembelajaran dengan baik. Guru perlu menyusun dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar berdasarkan pengetahuan yang dikembangkan siswa, pengetahuan secara aktif, pengembangan kompetensi dan kemampuan siswa, interaksi pribadi di antara siswa dan interaksi antara guru dan siswa. Model pembelajaran banyak macamnya, setiap model pembelajaran sangat ditentukan oleh tujuan pembelajaran dan kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran. Ada banyak persoalan yang dihadapi guru pada waktu ia berdiri di depan kelas. Berbagai solusi atau cara penyelesaian masalah juga sudah banyak dibahas dalam berbagai telaah penelitian akademik, baik dalam laporan penelitian berbentuk artikel atau pada jenjang skripsi, tesis bahkan disertasi. Akan tetapi, guru tidak dapat memahaminya, apalagi mengaplikasikannya dalam pembelajaran sehari-hari, terutama karena berbagai kendala. Misalnya, guru tidak terlalu memahami teori-teori yang dijadikan landasan atau alat analisis penelitian pendidikan yang membatasi kegunaannya kepada kebutuhan sehari-hari, agar dapat dimanfaatkan guru yang ingin memperbaiki kinerjanya. Untuk memenuhi tuntutan tersebut, guru dapat menggunakan penelitian kelas. Pengertian penelitian tindakan kelas, untuk mengidentifikasi penelitian kelas, 1
2 adalah penelitian mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan substantif, suatu tindakan yang dilakukan dalam disiplin inkuiri, atau suatu usaha seseorang untuk memahami apa yang sedang terjadi, sambil terlibat dalam sebuah proses perbaikan dan perubahan (Hopkins, 1993:44). Rapoport (1970, dalam Hopkins, 1993) mengartikan penelitian tindakan kelas untuk membantu seseorang dalam mengatasi secara praktis persoalan yang dihadapi dalam situasi darurat dan membantu pencapaian tujuan ilmu sosial dengan kerjasama dalam kerangka etika yang disepakati bersama. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam adalah pendidikan ilmu pengetahuan yang mempunyai objek, menggunakan metode ilmiah, serta memungkinkan siswa untuk dapat aktif dan berpikir kritis, sehingga ini perlu diajarkan di sekolah dasar. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam bukan merupakan bekal yang berorientasi pada pemahaman/pengetahuan materi yang disampaikan pendidik (guru) kepada siswa saja, tetapi diharapkan dapat menimbulkan peningkatan prestasi belajar siswa sendiri serta dapat membentuk mental dan sikap positif dalam menghadapi masa depan para siswa. Proses pembangunan akan dapat berjalan lancar bila didukung oleh kualitas pendidikan yang memadai. Keterkaitannya dalam proses pembangunan, Suryo menyatakan bahwa pembelajaran memiliki posisi yang sangat strategis sebagai pendidikan dan mampu memberikan sumbangan dalam proses pembangunan (Susilo. 2006: 16). Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivis. Ide penting dalam pembelajaran kooperatif adalah membelajarkan kepada siswa keterampilan kerja sama dan kolaborasi. Keterampilan ini sangat penting bagi siswa, karena pada dunia kerja sebagian besar dilakukan secara kelompok. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yaitu siswa belajar dalam kelompok kecil yang heterogen dan dikelompokkan dengan tingkat kemampuan yang berbeda. Berdasarkan proses pembelajaran yang dilaksanakan dan dari hasil nilai ulangan harian siswa, penggunaan metode konvensional kurang dapat meningkatkan prestasi belajar.
3 Peran guru dalam proses pembelajaran harus menciptakan kondisi dan situasi yang memungkinkan siswa untuk belajar aktif. Membentuk makna dan bahanbahan pelajaran melalui suatu proses belajar dan menyimpannya dalam ingatan yang sewaktu-waktu dapat diproses dan dikembangkan lebih lanjut. Siswa membangun secara aktif, artinya bahwa belajar suatu kegiatan yang dilakukan siswa, bukan sesuatu yang dilakukan terhadap siswa melalui beragam peran serta guru tersebut, maka diharapkan siswa bukan hanya mendapatkan bekal berupa pengetahuan belaka, tetapi pengalaman secara aktif untuk mendalami materi pendidikan IPA. Permasalahan mengenai penggunaan model pembelajaran yang konvensional dan berakibat pada hasil belajar yang rendah dan rasa kejenuhan siswa inilah yang menarik bagi peneliti untuk mengadakan penelitian yang secara teoritik perlu diuji dengan data empirik. Berdasarkan wawancara yang dilakukan pada tanggal 8 Februari 2014 dengan Ibu guru kelas 4 SDN Watu Agung 01 dinyatakan bahwa ada beberapa siswa yang belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yaitu 65, dari 15 siswa hanya 4 siswa yang nilainya memenuhi KKM dan 11 siswa lainnya masih di bawah KKM. Hal ini dapat diketahui berdasarkan data ulangan harian 2 pada semester 1 kelas 4 SDN Watu Agung 01 hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam masih rendah. Permasalahan ini harus segera di atasi. Sebab, kalau tidak segera di atasi akan berakibat rendahnya kualitas pembelajaran pada mata pelajaran IPA serta pada mata pelajaran yang lain. Sehubungan dengan hal tersebut, diperlukan suatu model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar khususnya pada mata pelajaran IPA. Untuk mengatasi permasalahan tersebut seorang guru dituntut untuk mengembangkan suatu model pembelajaran yang tepat dan dapat diterapkan pada siswanya dan menyesuaikan pada kondisi lingkungan belajar siswa, serta dapat mengubah paradigma pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centered) beralih ke pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered). Salah satu model pembelajaran yang membuat siswa aktif, kreatif dan
4 menumbuhkan kerjasama dalam pembelajaran adalah model pembelajaran kooperatif learning tipe Snowball Throwing. Dalam model pembelajaran kooperatif learning tipe Snowball Throwing, siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok kecil (3-5 siswa) yang heterogen. Dengan pembelajaran yang berkelompok, diharapkan para peserta didik dapat meningkatkan rasa kepercayaan dalam diri siswa baik dalam bertanya maupun dalam mengemukakan pendapat, melatih kesiapan siswa dan juga siswa dalam tipe pembelajaran ini dapat saling memberikan pengetahuan. Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti merasa berkepentingan untuk menangani permasalahan ini dengan melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing Sebagai Upaya untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Terhadap Siswa Kelas IV SD Negeri Watu Agung 01 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Semester II Tahun Ajaran 2013/2014. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, dapat diidentifikasi masalah yang menyebabkan rendahnya hasil belajar IPA pada siswa kelas 4 SD Negeri Watu Agung 01. Permasalahan tersebut antara lain hasil belajar siswa kelas 4 SD Negeri Watu Agung 01 pada mata pelajaran IPA masih ada siswa yang nilainya belum memenuhi KKM dan kurangnya keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Diduga cara pengajaran guru cenderung menggunakan metode konvensional dimana pembelajaran berpusat pada guru (teacher centered) sehungga siswa menjadi pasif dan menimbulkan suasana pembelajaran yang kurang menarik dan menyenangkan. 1.3 Batasan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, batasan masalah dalam skripsi ini dipusatkan pada upaya untuk meningkatkan hasil belajar dalam materi Gaya melalui pembelajaran model kooperatif tipe Snowball Throwing pada mata pelajaran IPA Kelas 4 SDN Watu Agung 01 Tahun Pelajaran 2013/2014.
5 1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1) Bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing dalam meningkatkan hasil belajar IPA pada standar kompetensi Memahami gaya dapat mengubah gerak dan atau bentuk suatu benda, dan pada kompetensi dasar Menyimpulkan hasil percobaan bahwa gaya (dorongan dan tarikan) dapat mengubah gerak suatu benda pada siswa kelas 4 SD Negeri Watu Agung 01 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang semester II tahun pelajaran 2013/2014? 2) Apakah hasil belajar IPA pada standar kompetensi Memahami gaya dapat mengubah gerak dan atau bentuk suatu benda, dan pada kompetensi dasar Menyimpulkan hasil percobaan bahwa gaya (dorongan dan tarikan) dapat mengubah gerak suatu benda dapat ditingkatkan melalui model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing pada siswa kelas 4 SD Negeri Watu Agung 01 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang semester II tahun pelajaran 2013/2014? 1.5 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini yaitu: 1) Mempraktekkan proses pembelajaran melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing. 2) Meningkatkan hasil belajar IPA melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing pada siswa pada siswa kelas 4 SD Negeri Watu Agung 01 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang semester II tahun pelajaran 2013/2014. 1.6 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini, antara lain: 1) Manfaat Teoretis
6 a. Mendapatkan pengetahuan baru tentang peningkatan hasil belajar IPA siswa kelas IV melalui pembelajaran kooperatif. b. Sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya. 2) Manfaat Praktis a. Bagi Siswa (1) Siswa mudah memahami materi pelajaran IPA melalui pembelajaran kooperatif dan lebih semangat dalam mengikuti pelajaran (2) Dapat meningkatkan hasil belajar dalam materi Gaya (3) Dapat terjalin suatu kerjasama antar siswa maupun guru b. Bagi Guru Menemukan pengalaman melalui pembelajaran kooperatif untuk meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas IV. c. Bagi Sekolah Dapat digunakan untuk memberi motivasi guru, agar dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dengan pembelajaraan kooperatif.