BAB V PEMBAHASAN 60 UNIVERSITAS INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
UNIVERSITAS INDONESIA PENGARUH DERAJAT DEFORMASI TERHADAP STRUKTUR MIKRO, SIFAT MEKANIK DAN KETAHANAN KOROSI BAJA KARBON AISI 1010 TESIS

BAB IV HASIL PENGUJIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN

STUDI MORFOLOGI MIKROSTRUKTUR DAN PENGARUHNYA TERHADAP LAJU KOROSI ANTARA BAJA HSLA 0,029% Nb DAN BAJA KARBON RENDAH SETELAH PEMANASAN ISOTHERMAL

Analisis Pengaruh Cooling Rate pada Material ASTM A36 Akibat Kebakaran Kapal Terhadap Nilai Kekuatan, Kekerasan dan Struktur Mikronya

Gambar 4.1 Penampang luar pipa elbow

EVALUASI BESAR BUTIR TERHADAP SIFAT MEKANIS CuZn70/30 SETELAH MENGALAMI DEFORMASI MELALUI CANAI DINGIN

BAB IV HASIL PENELITIAN

STUDI KETAHANAN HYDROGEN EMBRITTLEMENT DAN PENGARUH VARIASI SUHU CANAI HANGAT TERHADAP UKURAN BUTIR FERIT PADA STAINLESS STEEL AISI 430 SKRIPSI

BAB IV PEMBAHASAN. BAB IV Pembahasan 69

Departemen Metalurgi dan Material, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Kampus UI, Depok, Indonesia 16424

UNIVERSITAS INDONESIA

Beberapa sifat mekanis lembaran baja yang mcliputi : pengerasan. regang, anisotropi dan keuletan merupakan parameter-parameter penting

STUDI DISTRIBUSI BESAR BUTIR FERIT DAN PENGARUHNYA TERHADAP KEKERASAN PADA PROSES TERMOMEKANIK BAJA HSLA DENGAN VARIASI REDUKSI PADA TEMPERATUR 800 C

PENGARUH TEMPERATUR CANAI HANGAT MULTI PASS DAN WAKTU TAHAN TERHADAP KEKERASAN, STRUKTUR MIKRO, DAN BESAR BUTIR BAJA KARBON RENDAH SKRIPSI

ANALISA FRAKTOGRAFI PADUAN Cu-Zn 70/30 PADA BERBAGAI % DEFORMASI CANAI HANGAT

ANALISA UKURAN BUTIR FERIT DAN LAJU KOROSI BAJA HSLA %Nb SETELAH CANAI PANAS SKRIPSI

Karakterisasi Baja Karbon Rendah Setelah Perlakuan Bending

ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Pisau egrek adalah alat yang digunakan untuk pemanen kelapa sawit. Pisau

PENGARUH NITROGEN TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PADUAN IMPLAN Co-28Cr-6Mo-0,4Fe-0,2Ni YANG MENGANDUNG KARBON HASIL PROSES HOT ROLLING

Karakterisasi Material Bucket Teeth Excavator 2016

Pengaruh Perlakuan Panas Austempering pada Besi Tuang Nodular FCD 600 Non Standar

Pengaruh Temperatur Pemanasan dan Holding Time pada Proses Tempering terhadap Sifat Mekanik dan Laju Korosi Baja Pegas SUP 9A

PENGARUH MEDIA PENDINGIN PADA PROSES HARDENING MATERIAL BAJA S45C

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu material yang sangat penting bagi kebutuhan manusia adalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STUDI PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN PELAT AISI 444 MENGGUNAKAN ELEKTRODA AWS E316L

BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN

KARAKTERISTIK SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO PROSES AUSTEMPER PADA BAJA KARBON S 45 C DAN S 60 C

Available online at Website

Final Project Draft by Asep Asikin 1 TUGAS SARJANA

PENGARUH PENGEROLAN PANAS DAN TINGKAT DEFORMASI TERHADAP SIFAT MEKANIS BAJA KARBON SEDANG UNTUK MATA PISAU PEMANEN SAWIT

PENGARUH PROSES TERMOMEKANIK TERHADAP SIFAT MEKANIS BAJA BOHLER VCN 150 UNTUK MATA PISAU PEMANEN SAWIT SKRIPSI

Heat Treatment Pada Logam. Posted on 13 Januari 2013 by Andar Kusuma. Proses Perlakuan Panas Pada Baja

Karakterisasi Material Sprocket

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Perbandingan Laju Korosi Pelat ASTM A36 antara Pengelasan di Udara Terbuka dan Pengelasan Basah Bawah Air dengan Variasi Tebal Pelat

BAB I PENDAHULUAN. BAB I Pendahuluan 1

STUDI PENGARUH TEMPERATUR DAN WAKTU AGING TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN MIKROSTRUKTUR KOMPOSIT

PENGARUH PERLAKUAN PANAS DOUBLE TEMPERING TERHADAP SIFAT MEKANIK MATERIAL AISI 4340

dislokasi pada satu butir terjadi pada bidang yang lebih disukai (τ r max).

PENGARUH TEGANGAN DAN KONSENTRASI NaCl TERHADAP KOROSI RETAK TEGANG PADA BAJA DARI SPONS BIJIH LATERIT SKRIPSI

PENGARUH PROSES HARDENING PADA BAJA HQ 7 AISI 4140 DENGAN MEDIA OLI DAN AIR TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO

I. PENDAHULUAN. mengalami pembebanan yang terus berulang. Akibatnya suatu poros sering

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

TEMPERATUR REKRISTALISA

Jl. Prof. Sudharto, SH., Tembalang-Semarang 50275, Telp * Abstrak. Abstract

PENGARUH VARIASI WAKTU PENAHANAN TERHADAP KEKERASAN PERMUKAAN, STRUKTUR MIKRO DAN LAJU KOROSI PADA ALUMINIUM 6061 DENGAN METODE UJI JOMINY

Alasan pengujian. Jenis Pengujian merusak (destructive test) pada las. Pengujian merusak (DT) pada las 08/01/2012

BAB II STUDI LITERATUR

PENGARUH PROSES ROLLING TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT MEKANIS PADA KUNINGAN SETELAH DI PROSES ECAP

BAB II LANDASAN TEORI

Jurnal Mekanikal, Vol. 4 No. 2: Juli 2013: ISSN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Korosi Retak Tegang (SCC) Baja Karbon AISI 1010 dalam Lingkungan NaCl- H 2 O-H 2 S

PENGARUH PREHEAT TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN KEKUATAN TARIK LAS LOGAM TAK SEJENIS BAJA TAHAN KARAT AUSTENITIK AISI 304 DAN BAJA KARBON A36

MATERIAL TEKNIK 5 IWAN PONGO,ST,MT

ANALISA LANJUT PERUBAHAN SIFAT MEKANIK BAHAN PEWTER DENGAN REDUKSI 50% PADA PROSES PENGEROLAN BAHAN

TUGAS SARJANA ANALISIS KEKUATAN LULUH MINIMUM DITINJAU DARI STRUKTUR BUTIRAN LOGAM DASAR-HAZ-LOGAM LAS SAMBUNGAN PIPA GAS

04 05 : DEFORMASI DAN REKRISTALISASI

Analisis Struktur Mikro (Metalografi)

BAB I PENDAHULUAN. alam dan juga sifat-sifat yang dimiliki oleh tembaga. Tembaga memiliki

Gambar 4.1. Hasil pengamatan struktur mikro.

PENGARUH KECEPATAN DAN TEMPERATUR UJI TARIK TERHADAP SIFAT MEKANIK BAJA S48C

PENGARUH PEREGANGAN TERHADAP PENURUNAN LAJU PERAMBATAN RETAK MATERIAL AL T3 Susilo Adi Widyanto

KUAT TARIK BAJA 2/4/2015. Assalamualaikum Wr. Wb.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penguatan yang berdampak terhadap peningkatan sifat mekanik dapat

BAB VII PROSES THERMAL LOGAM PADUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Analisis Kegagalan pada Shaft Gearbox Mesin Palletizer di PT Holcim Tbk Tuban

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV DATA DAN ANALISA

Studi Pengaruh Post Heat Treatment Pada ECAP (Equal Channel Angular Pressing) Cu-30%Zn Terhadap Sifat Mekanis dan Ukuran Butir

BAB IV DATA. Gambar Grafik kekerasan yang dihasilkan dengan quenching brine water

Peningkatan Sifat Mekanik Paduan Aluminium A356.2 dengan Penambahan Manganese (Mn) dan Perlakuan Panas T6

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Foto Mikro dan Morfologi Hasil Pengelasan Difusi

PENGARUH PROSES EQUAL CHANNEL ANGULAR PRESSING (ECAP) TERHADAP FORMABILITY ALUMINIUM

Analisis Struktur Mikro Baja Tulangan Karbon Sedang

Laporan Awal Praktikum Karakterisasi Material 1 PENGUJIAN TARIK. Rahmawan Setiaji Kelompok 9

ANALISA PENGARUH PERLAKUAN PANAS TERHADAP KEKUATAN SAMBUNGAN LAS BAJA KARBON TINGGI

UNIVERSITAS INDONESIA

PENGARUH TEMPERATUR PADA PEMBENTUKAN BAJA KARBON RENDAH ASTM A36 UNTUK APLIKASI HANGER ROD

PENGARUH WAKTU PENAHANAN TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PADA PROSES PENGKARBONAN PADAT BAJA MILD STEEL

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH VARIASI WAKTU TAHAN PADA PROSES NORMALIZING TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO BAJA AISI 310S PADA PRESSURE VESSEL

EFFECT OF HEAT TREATMENT TEMPERATURE ON THE FORMATION OF DUAL PHASE STEEL AISI 1005 HARDNESS AND FLEXURE STRENGTH CHARACTERISTICS OF MATERIALS

Jurusan Teknik Material dan Metalurgi, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember

PERLAKUAN PEMANASAN AWAL ELEKTRODA TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN FISIK PADA DAERAH HAZ HASIL PENGELASAN BAJA KARBON ST 41

JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2010 TUGAS AKHIR TM091486

BAB II LANDASAN TEORI

KEKUATAN MATERIAL. Hal kedua Penyebab Kegagalan Elemen Mesin adalah KEKUATAN MATERIAL

BAB I PENDAHULUAN. pisau egrek masalah yang sering dijumpai yaitu umur yang singkat yang. mengakibatkan cepat patah dan mata pisau yang cepat habis.

PERBEDAAN KEKUATAN TARIK DAN JENIS PATAHAN SAMBUNGAN LAS GMAW BAJA KARBON RENDAH (ST 37) AKIBAT PROSES NORMALIZING

TIN107 - Material Teknik #9 - Metal Alloys 1 METAL ALLOYS (1) TIN107 Material Teknik

Transkripsi:

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Morfologi Struktur Mikro Setelah Warm Rolling Dari hasil metalografi menunjukkan bahwa dan pengukuran butir, menunjukkan bahwa perlakuan panas dan deformasi yang dilakukan menyebabkan terjadinya perubahan struktur mikro. 5.1.1 Ukuran butir Hasil pengukuran butir sampel awal adalah 20,62 µm, setelah pemanasan hingga temperatur 1100 C ukuran butir membesar hingga 31,27 µm, setelah double pass rolling dengan deformasi 25% ukuran butir menjadi 14,57 µm. Penguukuran butir ini menggunakan metode Jeffries sesuai ASTM E112-96. Sedangkan untuk sampel dengan deformasi 30% pengukuran butir berdasarkan hasil foto SEM dan diperoleh ukuran butir yang lebih kecil yaitu ±10 µm, namun pada sampel dengan deformasi 35% dan 40% ukuran butir tidak terukur karena butir yang terbentuk elongated dengan susunan struktur yang sangat rapat. 5.1.2 Bentuk Butir Setelah proses pemanasan dan rolling pada temperatur 650 C terlihat ada perubahan bentuk butir dari equiaxed menjadi elongated grain. Butir yang terbentuk semakin pipih dan memanjang sesuai arah rollingnya, selain itu struktur menjadi semakin rapat seiring dengan meningkatnya derajat deformasi. 60

a b c d e f Gambar 5.1 Foto Mikro dengan perbesaran 200x, etsa nital 2%, (a) bulk material, (b) reheat 1100 C, (c) Deformasi 25%+25%, (d) Deformasi 30%+30%, (e) Deformasi 35%+35%, (f) Deformasi 40%+40% Dari hasil SEM sampel dengan deformasi 40%+40% terlihat dengan jelas adanya kumpulan kumpulan (aggregates) ferrite dan pearlite yang searah dengan arah pengerolan. Pada penelitian ini tidak ditemukan sub butir (subgrains) walaupun perbesaran sudah cukup tinggi. Hal ini juga dialami pada penelitian yang dilakukan oleh J. Zrnik dengan menggunakan metode ECAP pada baja dengan kandungan 0,457% 61

C, menurutnya hal ini disebabkan oleh tingginya derajat deformasi yang menyebabkan mayoritas pearlite hancur setelah pass ke dua. [18] Gambar 5.2 SEM dengan perbesaran 3000x, etsa nital 5%, sampel dengan deformasi 40%+40% 5.2 Efek Warm Rolling terhadap Kekerasan Bentuk dan besar butir akan sangat berkaitan dengan perubahan sifat mekanik terutama kekuatan dan kekerasan bahan. Pada penelitian ini terlihat trend kenaikan kekerasan dengan semakin besarnya derajat deformasi. Hal ini merupakan efek dari deformasi yaitu mengakibatkan meningkatnya kerapatan dislokasi, karena seperti kita ketahui salah satu prinsip dasar untuk pengerasan material dengan menghambat bergeraknya dislokasi. Dari hasil foto mikro dan SEM terlihat adanya perubahan bentuk butir dari equiaxed menjadi elongated dengan ukuran yang lebih kecil. Perubahan internal ini yang menyebabkan meningkatnya kekerasan dan kekuatan. [17] Selain itu dislokasi baru yang dihasilkan oleh pengerjaan dingin akan 62

berinteraksi dengan dislokasi yang sudah ada sehingga semakin menyulitkan pergerakan dislokasi dan akan meningkatkan kekerasan material. [16] Pergantian butir lama oleh butir baru sangat terganting pada tingkat deformasi yang diberikan terhadap sampel. Semakin besar deformasi maka semakin besar energi yang tersimpan dan menjadi gaya penggerak rekristalisasi dan membentuk banyak inti baru. HV 230 220 210 200 190 180 170 160 150 229 218 197 201 171 171 1 2 3 4 5 6 Sample Grafik 5.1 Hasil uji kekerasan vs sampel dengan variasi deformasi 5.3 Pengaruh Struktur Mikro Dengan Ketahanan Korosi 5.3.1 Ketahanan korosi terhadap NaCl Dari data hasil polarisasi menggunakan larutan 3% NaCl dibuat grafik hubungan antara sampel dengan variasi defomasi dengan laju korosi. Pada grafik 5.2 terlihat trend laju korosi semakin menurun dengan peningkatan derajat deformasi. Bila dihubungkan dengan ukuran butir, semakin besar ukuran butir ferrite maka laju korosi menurun karena jumlah batas butir dalan struktur menjadi lebih sedikit. Batas butir merupakan suatu daerah antarmuka antara butir yang satu dengan butir yang lain dengan arah kristalografi yang berbeda. Pada batas butir ini pula biasanya dislokasi terakumulasi, 63

kecepatan korosi (mpy) secara termodinamika korosi keadaan ini membuat energi pada batas butir menjadi lebih tinggi sehingga akan meningkatkan reaksi korosi. [14] Pada penelitian ini laju korosi turun seiring dengan meningkatnya derajat deformasi. 3,5 3,269 3 2,5 2,575 2,347 2,495 2,289 2,17 2 1,5 1 0,5 0 1 2 3 4 5 6 Sample Grafik 5.2 Laju korosi sampel dengan variasi deformasi dalam larutan NaCl 3,5% 5.3.2 Ketahanan terhadap Hydogen Induced Cracking Setelah hydrogen charging dan sampel diuji tarik maka dapat terlihat efek dari masuknya hidrogen kedalam material. 5.3.2.1 Yield strength, ultimate tensile strength dan Elongasi Masuknya hidrogen dalam material walaupun hanya beberapa ppm akan berefek pada menurunnya kemampuan mekanis dari suatu material terutama keuletan (ductility). Hidrogen ini akan mengendap pada microvoid dan menimbulkan tekanan yang menjadi inisiasi crack. Masuknya atom hidrogen kedalam logam akan mengurangi gaya kohesi antar atom dalam logam tersebut. Dengan menurnnya gaya kohesif dari logam akan mengakibatkan semakin mudahnya logam mengalami kegagalan akibat hidrogen yang masuk. [12] 64

Yield (kg/mm2) Setelah hydrogen charging ini terlihat bahwa sampel yang terdeformasi memiliki yield strength dan ultimate tensile strength yang lebih tinggi dibandingkan bulk material dan adanya trend penurunan yield strength dengan bertambahnya derajat deformasi. Keuletan atau kegetasan suatu bahan dapat dilihat dari hasil Uji Tarik dengan melihat harga Elongasi. Trend elongasinya naik dengan pertambahan derajat deformasi. Jika elongasi semakin besar, maka material tersebut semakin ulet (ductile). y (kg/mm2) 60 50 40 30 20 33 33,2 47 24 30,1 44 50 57 40 20,2 52 37 24,9 48 e (%) u (kg/mm2) 50 40 20,2 10 10,6 0 1 2 3 4 5 6 Sample Grafik 5.3 Hasil pengukuran yield strength, tensile dan elongasi pada setiap sampel setelah hydrogen charging 5.3.2.2 Ketangguhan Besar kecilnya luas dibawah kurva regangan tegangan menunjukkan ukuran ketangguhan material dari besarnya energi yang diperlukan untuk mematahkan sampel. Makin besar kurva, maka energi yang diperlukan untuk mematahkan specimen semakin besar yang berarti material semakin ulet. 65

Dari grafik uji tarik setelah hydrogen charging terlihat semakin besar deformasi maka semakin kecil luasan dibawah kurva, berarti semakin rendah ketangguhan material. 5.3.2.3 Efek masuknya hidrogen dilihat dari hasil patahan Dimple Gambar 5.3 Foto SEM yang menunjukkan patahan dimple dan cleavage pada sampel bulk material setelah hydrogen charging 66

Quasi Cleavage Gambar 5.4 Foto SEM yang menunjukkan patahan quasi cleavage pada sampel reheat 1100 C setelah hydrogen charging Quasi Cleavage Gambar 5.5 Foto SEM sampel yang menunjukkan patahan quasi cleavage pada sampel dengan deformasi 25%+25% setelah hydrogen charging 67

Gambar 5.6 Foto SEM yang menunjukkan microvoid pada sampel dengan deformasi 30%+30% setelah hydrogen charging Gambar 5.7 Foto SEM yang menunjukkan microvoid pada sampel dengan deformasi 35%+35% setelah hydrogen charging 68

Void Gambar 5.8 Foto SEM yang menunjukkan microvoid pada sampel dengan deformasi 40%+40% setelah hydrogen charging Dari gambar SEM sampel hydrogen charging terlihat lebih jelas efek dari masuknya hidrogen ke dalam material. Pada semua sample ditemukan adanya micro void. Dan di gambar 5.3 terlihat cukup banyak dimple, yang menandakan bahwa patahan yang terjadi adalah patahan ulet, namun pada gambar 5.4 mulai terlihat adanya cleavage. Pada gambar 5.5 didominasi oleh cleavege yang merupakan ciri patahan getas. Pada gambar 5.6 dan 5.7 ditemukan cukup banyak dimple namun pada gambar 5.8 kembali terlihat dominasi cleavage.. 69

BAB VI KESIMPULAN Berdasarkan hasil pengolahan dan analisa data yang diperoleh dalam penelitian ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Setelah TMCP dengan pemanasan hingga 1100 C dan variasi double pass rolling pada temperatur 650 C dengan pendinginan udara terjadi perubahan bentuk butir, dari bentuk butir awal equiaxed menjadi elongated dengan struktur yang sangat rapat sesuai arah rolling. 2. Hasil pengukuran butir sampel awal 20,62 µm, setelah double pass rolling dengan deformasi 25% ukuran butir menjadi 14,57 µm, pada deformasi 30% menjadi lebih kecil yaitu ±10 µm, namun pada sampel dengan deformasi 35% dan 40% ukuran butir tidak terukur. 3. Hasil uji kekerasan Vickers meningkat dengan semakin besar deformasi. Peningkatan kekerasan ini dipengaruhi oleh bentuk butir elongated dan kerapatan struktur. 4. Laju korosi terhadap NaCl semakin menurun dengan meningkatnya deformasi namun tidak dapat disimpulkan bahwa ukuran butir mempengaruhi laju korosi karena pengujian polarisasi hanya mengukur laju korosi dipermukaan. 5. Dari hasil uji tarik setelah hydrogen charging selama 20 menit dengan rapat arus 210 ma/cm 2, terlihat bahwa hidrogen yang masuk ke dalam struktur material mengakibatkan patahan getas, selain itu hidrogen juga berpengaruh pada menurunnya yield dan ultimate strength. 70

REFERENSI [1] Zrnik, J., Dobatkin, S.V., Mamuzic, I. Processing Of Metals By Severe Plastic Deformation (SPD) Structure and Mechanical Properties Respond, METALURGIJA 47 (2008) 3, 211-216 [2] Zrnik, J. Drnek, Z., Dobatkin, S.V. and Stejskal, O. Structure Evolution During Severe Warm Plastic Deformation of Carbon Steel, Rev.Adv.Mater.Sci.10 (2005) 45-53. [3] Saptono, Rahmat. Pengetahuan Bahan 2008. Jakarta : FTUI. [4] Al Hasa, M. Husna. Karakterisasi Sifat Mekanik Dan Mikrostruktur Paduan Intermetalik Alfeni Sebagai Bahan Kelongsong Bahan Bakar, J. Tek. Bhn. Nukl. Vol. 3 No. 2 Juni 2007: 49 109 [5] http://adfanhardian.blogspot.com/2009/10/diagram-fasa.html [6] Gunawarman, Prof., Malik, Adam., Jon Affi. Pengembangan dan Penerapan Metode Penguatan Bahan untuk Perbaikan Kualitas Produk IKM Logam di Sumatera Barat, 2009. [7] Saefudin. Cacat Rapuh Panas Akibat Proses Rol Panas Dari Material Al paduan Cu Mg. Seminar Material Metalurgi 2005. [8] http://steelindonesia.com/article/02-heat_treatment.htm [9] Ariati, M., Sulistio, T.W., A. Manaf, Sutopo, dan Siradj, E.S., Persamaan Empiris Pertumbuhan Butir Austenit Baja HSLA-0,019% Nb pada Proses Pendinginan non-isotermal. [10] Sastranegara, Azhar. Mengenal Uji Tarik dan Sifat-sifat Mekanik Logam. [11] Suriadi, I.K dan Suarsana, Ika. Prediksi laju korosi dengan perubahan serajat deformasi plastis dan media pengkorosi pada material baja karbon. Jurnal ilmiah teknik mesin CAKRAM Nol 1 No.1, Dec 2007. [12] Hadi, Nurul. Pengaruh Ukuran Butir Dan Pemberian Tegangan Terhadap Sifat Mekanik Baja Karbon Rendah Akibat Hydrogen Embrittlement, Skripsi ITB, Bandung : 2008. [13] ASTM E112-1996, Standard Test Methods For Determining Average Grain Size