KARAKTERISTIK PETANI BIOINDUSTRI DI DATARAN TINGGI GAYO Oleh : Rini Andriani ABSTRAK Kegiatan Bioindustri merupakan kegiatan yang mengelola dan atau memanfaatkan secara optimal seluruh sumberdaya hayati termasuk biomasa dan/atau limbah organik pertanian, bagi kesejahteraan masyarakat dalam suatu ekosistem secara harmonis (Pedum Bioindustri, 215). Kegiatan ini dilaksanakan di Kecamatan Jagong Jeget Kabupaten Aceh Tengah. Petani yang terlibat didalam kegiatan ini dikarakteristikkan menurut umur, pendidikan dan pekerjaan yang ditekuninya. Informasi petani yang diperoleh sangat diperlukan untuk mendukung kegiatan Bioindustri di Dataran Tinggi Gayo. Kata Kunci : Karakteristik Petani, Bioindustri, Gayo. PENDAHULUAN Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor penting yang diharapkan mampu memberikan nilai tambah penerimaan devisa, baik bagi negara pada umumnya maupun untuk daerah sentra produksi khususnya. Di Indonesia daerah daerah produksi kopi tersebar dihampir semua propinsi dengan sentra produksi utama yaitu Provinsi Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung, Bengkulu, Sulawesi Selatan, Jateng,Jatim, NTT dan Bali ( Direktorat Bina Produksi Perkebunan, 24). Provinsi Aceh merupakan daerah penghasil kopi arabika terbesar di Indonesia dengan pusat pengembangannya terletak di dataran tinggi Gayo yaitu Kabupaten Aceh Tengah dan Bener
Meriah yang keseluruhannya merupakan usaha perkebunan rakyat.luas perkebuan rakyat di dua Kabupaten ini adalah 93.316 ha dengan produksi yang dihasilkan berkisar ± 27.444 ton dengan tingkat produktivitas perhektarnya ± 7-8 kg/tahun. Dari luasan tersebuat diatas sekitar 85% jenis kopi arabika dan sisanya 15 % dari jenis robusta, serta melibatkan tidak kurang dari 5. kepala keluarga. Tingkat produktivitas tersebut masih relative rendah, walaupun kenyataan di lapangan bahwa serara individu dan sebagian kcil petani bisa menghasilkan produktivitas kopi mencapai 1,5-2,5 ton/ha/tahun. Dari produksi buah kopi yang dihasilkan sekitar 4 persen menghasilkan gabah (1.977,6 ton) dan sisanya 6 persen merupakan kulit merah (sekitar 16,466,4 ton). Karakteristik Lokasi Kecamatan Jagong Jeget secara umum bergunung dan berbukit, bergelombang, terjal dengan ketinggian bervariasi antara 9 meter sampai dengan 18 diatas permukaan laut. Berdasarkan peruntukan lahan dari luas Kecamatan Jagong Jeget
Kabupaten Aceh Tengah 11.698,73 Ha, kawasan lindung, 5.164,62 Ha. Wilayah Kerja BPP Kecamatan Jagong Jeget secara geografis terletak diantara N 4⁰22 39,2 Lintang Utara dan E 96⁰45 38,4 Bujur Timur, dengan luas wilayah 18.824,75 Ha atau 188,2875 Km². Jumlah penduduk di Wilayah KerjaBalai Penyuluhan (BPP) Kecamatan Jagong Jeget sebesar 9.496Jiwa. Jumlah penduduk berdasarkan domisili tempat tinggal di sajikan pada Tabel 1. Tabel1. Jumlah Penduduk Kecamatan Jagong Jeget Kabupaten Aceh Tengah berdasarkan Kampung. No Kampung KK Pendududuk L P Jumlah 1 2 3 4 5 6 1 Jagong Jeget 153 283 284 567 2 Jeget Ayu 56 994 887 1,881 3 Paya Tungel 379 657 656 1,313 4 Telege Sari 22 383 362 745 5 Gegarang 268 519 518 1,37 6 Berawang Dewal 132 252 221 473 7 Merah Said 84 163 2 363 8 Bukit Sari 11 21 299 59 9 Paya Dedep 183 344 25 594 1 Bukit Kemuning 253 494 453 947 11 Gading Jaya 154 287 264 551 12 Tawar Bengi 143 266 25 516 J u m l a h 2,558 4,852 4,644 9,496 Sumber : Kantor Camat Jagong Jeget, 3 Agustus 213
Penduduk Kecamatan Jagong Jeget sebagian besar bermata pencaharian sebagai Petani Kebun Kopi dan Sebagian Kecil Pegawai Negeri Sipil dan Buruh Tani.Jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian tertera pada Tabel 2. Tabel 2. Jumlah penduduk Kecamatan Jagong Jeget Kabupaten Aceh Tengah, berdasarkan mata pencarian. No Mata Pencarian Jumlah 1. Peladang berpindah 62 2. Peladang tani tetap 2.152 3. Tani sawah 2 4. Buruh Tani 432 5. Buruh lainnya 177 6. Dagang 249 7. Pegawai a. Negeri Negeri Sipil 142 b. Swasta 29 c. TNI 1 d. Polri 9 8. Lainnya J u m l a h 3264 Sumber : data hasil identifikasi penyuluh 214 Institusi Kelembagaan Penyuluh Kelompok Tani di Balai Penyuluhan Pertanian ( BPP) Kecamatan Jagong Jeget berjumlah 11 Kelompok, dan masih berada dalam kelas pemula, terdiri dari 11 Kelompok Wanita Tani, 92 Kelompok Tani Dewasa dan 12 Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan).
Sementara itu untuk Kelembagaan Penyuluhan sebagai pendukung dan penggerak dalam pelaksanaan kegiatan penyuluhan, Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Jagong Jeget antara lain Wilayah Kerja Penyuluhan (WKP) yang terdiri dari 12 WKPP. Masing-masing WKPP dikoordinasikan oleh satu (1) orang Penyuluh PNS untuk melancarkan pelaksanaan penyuluhan di desa-desa binaan. Penyuluh membina 1 desa, 2 desa dan ada juga yang 3 desa. Dalam tahun 214, jumlah penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan di Balai Penyuluhan Pertanian ( BPP) kecamatan Jagong Jeget berjumlah 8 orang terdiri dari penyuluh PNS 4 orang, dan Tenaga Harian Lepas (THL) 4 orang. Rincian jumlah penyuluh di Balai Penyuluhan (BPP) terdiri dari 8 orang Penyuluh Pertanian, dan satu orang Penyuluh Kehutanan. Karakteristik Petani Penelitian ini dilakukan terhadap 3 (tiga) kelompok tani dengan jumlah 75 orang petani.
Karakteristik Kategori Jumlah Persen (%) Umur <25 26-35 36-45 46-55 >56 Jumlah 9 25 2 15 6 75 Pendidikan Pekerjaan <SD SD SLTP SLTA >SLTA Jumlah Petani Peternak Buruh Tani Wiraswasta Swasta PNS Jumlah Sumber : Analisis Data primer, 215 22 27 26 75 52 15 6 2 75 12 33 26 2 8 1 29 36 34 1 69 2 8 2 1 Berdasarkan keseluruhan responden yang ada, diperoleh gambaran mengenai karakteristiknya yang meliputi : A. Umur Berdasarkan hasil yang dikumpulkan dilapangan karakteristik responden berupa umur menunjukkan bahwa usia responden kurang dari 25 tahun berjumlah 9 orang (12%), usia responden yang termasuk dalam kategori usia antara 26-35 tahun sejumlah 25 orang ( 33%). Sedangkan usia responden pada kategori dewasa yaitu usia antara 36-45 tahun yang berjumlah 2 orang (26%), dan usia responden yang termasuk dalam kategori umur
46-55 berjumlah 15 orang (2%) dan yang termasuk dalam usia tua lebih dari 56 tahun sebanyak 6 orang (8%). Menurut Notoatmodjo semakin cukup umur, tingkat kematangan seseorang akan lebih tinggi pada saat berfikir dan bekerja. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman dan kematangan jiwa ( Notoatmodjo Soekidjo, Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Cet. ke-2, Mei, Jakarta : Rineka Cipta, 23). Berdasarkan dari hasil yang dikumpulkan dilapangan bahwa usia responden yang memiliki persentase yang tertinggi adalah terdapat dalam kategori usia antara 36-45 tahun dengan jumlah persentase mencapai 53,33%. Hal ini menunjukkan bahwa kategori usia tersebut termasuk dalam kategori cukup umur dengan tingkat kematangan dalam berfikir dan bekerja. Tentunya dengan tingkat persentase yang tertinggi terhadap usia dewasa akan sangat membantu dalam proses penelitian karena responden pada umumnya berada pada tingkat usia yang baik dalam mengembangkan usaha yang produktif dalam kelompoknya. B. Pendidikan Dari hasil yang dikumpulkan dilapangan menunjukkan bahwa dari pemeringkatan lamanya pendidikan yang dijalankan bahwa tidak ditemukan responden yang menjalankan pendidikan dibawah 6 tahun (< SD) dan tidak ditemukan responden yang yang menjalankan pendidikan Perguruan Tinggi />SLTA. Tingkat pendidikan petani akan sangat berpengaruh terhadap tingkat
perkembangan usaha Gapoktan yang produktif dan juga sangat berpengaruh terhadap adopsi suatu informasi yang berguna bagi dirinya dan juga kelompok. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka tingkat adopsinya terhadap suatu inovasi akan semakin baik, dan juga akan semakin respon terhadap hal-hal yang baru. Hasil penelitian dilapangan menunjukkan bahwa berjumlah orang responden yang menjalankan pendidikan dibawah 6 tahun (%). Berjumlah 22 orang responden yang menjalankan pendidikan selama 6 tahun /SD ( 29%) dan berjumlah 27 orang responden yang menjalankan pendidikan selama 9 tahun /SMP (36%) dan berjumlah 26 orang responden yang menjalankan pendidikan SLTA (34%). Dari hasil analisis dilapangan memperlihatkan bahwa persentase tingkat pendidikan yang paling kecil jumlah respondennya adalah tingkat pendidikan SD dan perguruan tinggi dan yang paling besar jumlah respondennya adalah berada pada tingkat pendidikan SLTA. Hal ini menunjukan bahwa pada umumnya responden telah menempuh pendidikan formal pada tingkat menengah yaitu lebih dari 9 tahun, tentunya hal ini akan sangat memudahkan bagi responden dalam menerapkan model pertanian Bioindustri. C. Pekerjaan Dari hasil yang didapatkan dilapangan bahwa karakteristik pekerjaan dengan kategori sebagai petani memiliki jumlah responden sebanyak 52 orang (69%) dan kategori peternak
sebanyak 15 orang (2%). Kategori buruh tani sebanyak 6 orang (8%) dan kategori wiraswasta/pedagang sebanyak 2 orang (3%) dan kategori PNS dan swasta sebanyak orang. Hal ini menunjukkan bahwa responden yang terbanyak berada pada kategori sebagai petani dengan persentase sebesar 2%, menunjukkan bahwa responden yang bermata pencaharian sebagai petani lebih banyak yang mengembangkan usaha pertanian kopi arabika. KESIMPULAN Bioidustri merupakan usaha pengolahan sumber daya alam hayati dengan bantuan teknologi bioindustri untuk menghasilkan berbagai macam hasil pertanian yang mempunyai nilai ekonomi lebih tinggi. Dari hasil identifikasi dan koordinasi baik dengan dinas terkait maupun kepada petani/ peternak kegitan ini dilakukan di Kabupaten Aceh Tengah yaitu pada kecamatan Jagung Jeget desa Paya dedep dan desa Jeget Ayu. Hal tersebut diambil mengingat dari hasil survei komponen-komponen yang akan dilakukan secara mendasar sudah tersedia sehingga kemungkinan besar untuk memasukkan atau menerapkan teknologi kegiatan pertanian Bio-industri dapat dilakukan/dilaksanakan di tempat tersebut.
Dari hasil karakteristik petani yang dilihat dari umur, pendidikan dan pekerjaan, maka petani di Dataran Tinggi Gayo ini sangat mendukung untuk terlaksananya kegiatan Bioindustri. DAFTAR PUSTAKA Aris Wibawa, 28. Konservasi tanah dan air dalam Panduan Budidaya dan Pengolahan Kopi Arabika Gayo. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 28. Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh, 214. Aceh dalam angka 214. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 215. Model Pengembangan Kawasan Pertanian Bioindustri. Kementerian Pertanian. Jakarta. Baon, J.et al.,23. Pengelolaan Kesuburan Tanah Perkebunan Kopi dalam Mewujudkan Usahatani Yang Ramah Lingkungan. Warta Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan, Departemen Pertanian, 24. Statistik Perkebunan Indonesia, Kopi 21-23. Jakarta 87p. Dinas Perkebunan dan Kehutanan Provinsi NAD, 28. Statistik Perkebunan Provinsi NAD. Efendi Z, dkk. 213. Kandungan Nutrisi Hasil Fermentasi Kulit Kopi (Studi Kasus Desa Air Meles Bawah Kecamatan Curup Timur). BPTP Bengkulu. International Coffee Organization, 24.Coffee Market Report. Agustus 24.
J Rachman. 214. Rancang Bangun Rantai Pasok Green Bean Kopi Gayo Berkelanjutan. Disertasi Sekolah Pascasarjana IPB. SIPP. 213. Strategi Induk Pembangunan Pertanian 213-245: Membangun Pertanian Bioindustri Berkelanjutan. Sidang Kabinet Terbatas. Jakarta. Umi Pudji Astuti, 215. RPTP. Model Sistem Pertanian Bioindustri Berbasis Integrasi Tanaman Ternak Spesifik Lokasi DI Provinsi Bengkulu. Yufniati ZA. 27. Laporan Akhir Kegiatan Pengkajian Paket Teknologi Budidaya Kopi Organik Di Dataran Tinggi Gayo. BPTP Ace