ANALISIS SINYAL SEISMIK UNTUK MENGETAHUI PROSES INTERNAL GUNUNG IJEN JAWA TIMUR

dokumen-dokumen yang mirip
MEKANISME ERUPSI DAN MODEL KANTONG MAGMA GUNUNGAPI IJEN

EVALUASI SEISMIK DAN VISUAL KEGIATAN VULKANIK G. EGON, APRIL 2008

ANALISIS SINYAL SEISMIK TREMOR HARMONIK DAN TREMOR SPASMODIK GUNUNGAPI SEMERU, JAWA TIMUR INDONESIA

ANALISIS AKTIVITAS SEISMIK GUNUNG GUNTUR GARUT JAWA BARAT BERDASARKAN SPEKTRUM FREKUENSI DAN SEBARAN HIPOSENTER BULAN JANUARI MARET 2013

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Energi Gempa Letusan Gunung Semeru 09 Oktober 2009

II. PENGAMATAN 2.1. VISUAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1.1

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gambar 1.1 Gambar 1.1 Peta sebaran gunungapi aktif di Indonesia (dokumen USGS).

ERUPSI G. SOPUTAN 2007

PENGARUH GEMPA TEKTONIK TERHADAP AKTIVITAS GUNUNGAPI : STUDI KASUS G. TALANG DAN GEMPABUMI PADANG 30 SEPTEMBER 2009

Analisis Fisis Aktivitas Gunung Talang Sumatera Barat Berdasarkan Karakteristik Spektral dan Estimasi Hiposenter Gempa Vulkanik

24 November 2013 : 2780/45/BGL.V/2013

AKTIVITAS GUNUNGAPI SEMERU PADA NOVEMBER 2007

BAB III METODA PENELITIAN

LAPORAN HASIL PENELITIAN HIBAH KOMPETENSI

Telepon: , , Faksimili: ,

BAB 1 PENDAHULUAN. lempeng yaitu Lempeng Eurasia, Hindia-australia dan Lempeng Filipina dan. akibat pertumbukan lempeng-lempeng tersebut (Gambar 2).

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. menyertai kehidupan manusia. Dalam kaitannya dengan vulkanisme, Kashara

PEMANTAUAN DAN SOSIALISASI ERUPSI G. SEMERU,MEI JUNI 2008

PENENTUAN LOKASI PERGERAKAN MAGMA GUNUNG API SOPUTAN BERDASARKAN STUDI SEBARAN HIPOSENTER GEMPA VULKANIK PERIODE MEI 2013 MEI 2014

KEMENTRIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

IDENTIFIKASI SEBARAN EPISENTER DAN HIPOSENTER GEMPA VULKANIK GUNUNG API KELUT, JAWA TIMUR, BULAN JANUARI MEI 2013

Bersama ini dengan hormat disampaikan tentang perkembangan kegiatan G. Kelud di Kabupaten Kediri, Blitar dan Malang, Provinsi Jawa Timur.

DAFTAR ISI. BAB III. DASAR TEORI 3.1. Seismisitas Gelombang Seismik Gelombang Badan... 16

7.5. G. IBU, Halmahera Maluku Utara

PEMETAAN BAHAYA GEMPA BUMI DAN POTENSI TSUNAMI DI BALI BERDASARKAN NILAI SESMISITAS. Bayu Baskara

4.15. G. LEWOTOBI PEREMPUAN, Nusa Tenggara Timur

BERITA GUNUNGAPI ENAM GUNUNGAPI WASPADA JANUARI MARET 2008

Analisis Spektral dan Waveform Cross Correlation Tremor Vulkanik Gunungapi Bromo Jawa Timur Pada Letusan Tahun 2016

KARAKTERISTIK ERUPSI GUNUNG MERAPI PERIODE APRIL JULI 2006

4.10. G. IYA, Nusa Tenggara Timur

Bersama ini dengan hormat disampaikan tentang perkembangan kegiatan G. Sinabung di Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara.

KORELASI PARAMETER SUHU AIR PANAS, KEGEMPAAN, DAN DEFORMASI LETUSAN G. SLAMET APRIL - MEI 2009

Pertumbuhan Retakan Pada Peningkatan Aktivitas Gunung Egon, Nusa Tenggara Timur Periode Desember 2015 Januari 2016

4.12. G. ROKATENDA, Nusa Tenggara Timur

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun Alur penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut : Rekaman Seismik gunung Sinabung

GEMPA VULKANIK GUNUNGAPI KELUD

STUDI GELOMBANG SEISMIK GEMPA VULKANIK GUNUNG SINABUNG UNTUK MENENTUKAN KARAKTERISTIK MEKANISME VULKANIK

PENENTUAN SEBARAN HIPOSENTER GUNUNGAPI MERAPI BERDASARKAN DATA GEMPA VULKANIK TAHUN 2006

ANALISIS NILAI PEAK GROUND ACCELERATION DAN INDEKS KERENTANAN SEISMIK BERDASARKAN DATA MIKROSEISMIK PADA DAERAH RAWAN GEMPABUMI DI KOTA BENGKULU

Wahana Fisika, 1(1),2016, 42-53

III. TEORI DASAR. dan mampu dicatat oleh seismograf (Hendrajaya dan Bijaksana, 1990).

PENGENALAN POLA GELOMBANG SEISMIK DENGAN MENGGUNAKAN WAVELET PADA AKTIVITAS GUNUNG MERAPI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

BAB III METODE PENELITIAN. Metode geofisika yang digunakan adalah metode seimik. Metode ini

BERITA GUNUNGAPI MEI AGUSTUS 2009

BAB III METODE PENELITIAN. Gambar Gambar Beberapa Gunungapi di Pulau Jawa

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS PERCEPATAN TANAH MAKSIMUM DENGAN MENGGUNAKAN RUMUSAN ESTEVA DAN DONOVAN (Studi Kasus Pada Semenanjung Utara Pulau Sulawesi)

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dimulai Pada bulan November 2012 hingga April 2013 dan bertempat

INTERPRETASI EPISENTER DAN HIPOSENTER SESAR LEMBANG. Stasiun Geofisika klas I BMKG Bandung, INDONESIA

Wahana Fisika, 1(1), 2016, 77-86

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan Indonesia termasuk dalam daerah rawan bencana gempabumi

Studi Pendahuluan Mengenai Penentuan Episenter Tremor Vulkanik Dengan Menggunakan Metode Semblance (Studi Kasus Gunungapi Sakurajima)

KARAKTERISTIK GEMPABUMI DI SUMATERA DAN JAWA PERIODE TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terletak di antara tiga lempeng aktif dunia, yaitu Lempeng

ULASAN GUNCANGAN TANAH AKIBAT GEMPA BARAT LAUT KEP. SANGIHE SULAWESI UTARA

Gambar 1.1. Sebaran gunung lumpur di Jawa Tengah dan Jawa Timur (Istadi dkk, 2009).

Karakteristik mikrotremor dan analisis seismisitas pada jalur sesar Opak, kabupaten Bantul, Yogyakarta

BAB III METODE PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

7.4. G. KIE BESI, Maluku Utara

Analisis Mekanisme Sumber Gempa Vulkanik Gunung Merapi di Yogyakarta September 2010

BAB III TEORI DASAR. 3.1 Tinjauan Teori Perambatan Gelombang Seismik. Seismologi adalah ilmu yang mempelajari gempa bumi dan struktur dalam bumi

ANALISIS PROBABILITAS GEMPABUMI DAERAH BALI DENGAN DISTRIBUSI POISSON

III. TEORI DASAR. Gelombang seismik merupakan gelombang yang menjalar di dalam bumi

ULASAN GUNCANGAN TANAH AKIBAT GEMPA DELISERDANG SUMATRA UTARA

Gejala awal letusan Gunung Lokon Februari Maret 2012 Precursor of the eruption of Mount Lokon February March 2012

STUDI A ALISIS PARAMETER GEMPA DA POLA SEBARA YA BERDASARKA DATA MULTI-STATIO (STUDI KASUS KEJADIA GEMPA PULAU SULAWESI TAHU )

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

5.5. G. LAWARKAWRA, Kepulauan Banda, Maluku

BERITA GUNUNGAPI JANUARI APRIL 2009

KAJIAN TREND GEMPABUMI DIRASAKAN WILAYAH PROVINSI ACEH BERDASARKAN ZONA SEISMOTEKTONIK PERIODE 01 JANUARI DESEMBER 2017

Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 4 No. 2 Agustus 2013: Ugan Boyson Saing, Ony K. Suganda, Iyan Mulyana, dan Ahmad Basuki

BAB I PENDAHULUAN. Secara geografis Indonesia terletak di daerah khatulistiwa dan melalui

KAITAN B VALUE DENGAN MAGNITUDO DAN FREKUENSI GEMPA BUMI MENGGUNAKAN METODE GUTENBERG-RICHTER DI SUMATERA UTARA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

Sebaran Jenis Patahan Di Sekitar Gunungapi Merapi Berdasarkan Data Gempabumi Tektonik Tahun

BERITA GUNUNGAPI APRIL - JUNI 2008

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Peta Tektonik Indonesia (Bock, dkk., 2003)

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Sebaran episenter gempa di wilayah Indonesia (Irsyam dkk, 2010). P. Lombok

Keywords: circle method, intensity scale, P wave velocity

BAB I PENDAHULUAN. bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan

ANALISIS KARAKTERISTIK DAN KLASIFIKASI GEMPA PADA GUNUNG LOKON BERDASARKAN REKAMAN DATA SEISMOGRAM APRIL MEI 2012

VARIASI ZONA LEMAH STRUKTUR INTERNAL GUNUNG LOKON BERDASARKAN STUDI SEISMO-VULKANIK

Analisis Indeks Kerentanan Tanah di Wilayah Kota Padang (Studi Kasus Kecamatan Padang Barat dan Kuranji)

BAB I BAB I PENDAHULUAN

Analisis Daerah Dugaan Seismic Gap di Sulawesi Utara dan sekitarnya

Gempa mikro sebagai indikasi amblesnya Kawah Tompaluan, Gunung Lokon, Sulawesi Utara

ANALISIS NON LINIER TREMOR VULKANIK GUNUNGAPI RAUNG JAWA TIMUR INDONESIA

Dekomposisi Wavelet Data Seismik Broadband dari Stasiun Wanagama Yogyakarta pada saat Letusan Gunung Merapi 2010

BAB I PENDAHULUAN. samudra Hindia, dan Samudra Pasifik. Pada bagian selatan dan timur

Oleh: Dr. Darsiharjo, M.S.

Transkripsi:

ANALISIS SINYAL SEISMIK UNTUK MENGETAHUI PROSES INTERNAL GUNUNG IJEN JAWA TIMUR Oleh: Akhmad Jufriadi 1, Sukir Maryanto, Adi Susilo, B. Heri Purwanto 3, M.Hendrasto 4 ABSTRAK: Aktivitas Gunung Ijen pada bulan Desember 011 sampai dengan Maret 01 menarik untuk dikaji karena aktivitas selama bulan tersebut mengalami perubahan status dari kondisi normal menjadi waspada kemudian meningkat menjadi siaga. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui karakteristik gempa vulkanik (tipe A dan tipe B) dan tremor harmonik serta melakukan identifikasi kantong magma dan proses internal Gunung Ijen terkait dengan seismisitasnya. Analisa data dilakukan pada data rekaman sesimik dari gempa vulkanik (tipe A dan tipe B) dan tremor harmonik yang didapatkan dari 3 stasiun seismik yaitu Ijen (Ijen), Terowongan Ijen (TRWI) dan Kawah Utara Ijen (KWUI). Sinyal diseleksi berdasarkan waveform dan dianalisis spektralnya untuk mendapatkan kandungan frekuensinya. Analisis hiposenter dilakukan untuk mengetahui kedalaman gempa-gempa vulkanik yang digunakan sebagai dasar identifikasi kantong magma dan proses internal Gunung Ijen. Berdasarkan analisa terhadap data rekaman sinyal seismik didapatkan karakteristik gempa vulkanik dalam (VA) memiliki ciri sinyal dengan amplitude berkisar 5 46 mm, lama gempa berkisar 6 45 detik, kandungan frekuensi berkisar 3,4 Hz dan kedalaman sumber gempa berkisar.500 4.000 meter dibawah Kawah Ijen. Gempa Vulkanik Dangkal (VB) memiliki ciri sinyal dengan amplitude berkisar 3 46 mm, lama gempa berkisar 5 5 detik, kandungan frekuensi berkisar,6 Hz dan kedalaman sumber gempa berkisar 0 -.500 meter dibawah Kawah Ijen. Untuk Tremor vulkanik kandungan frekuensinya berkisar 0,83 Hz, amplitude berkisar 0,5 45 mm dan sumber berada di bawah kawah. Aktivitas Gempa Vulkanik Gunung Ijen mengalami peningkatan tinggi ditandai dengan peningkatan gempa vulkanik dalam (VA) dan gempa vulkanik dangkal (VB) diikuti oleh tremor harmonik serta peningkatan energi gempa vulkanik yang terkai dengan proses internal yang merupakan proses pergerakan magma dari dalam bumi menuju permukaan disebabkan oleh adanya kegiatan tektonik disekitar gunung yang menyebabkan adanya suplai magma dari kantong magma dalam yang diperkirakan berada pada kedalaman lebih dari 4000 meter dibawah permukaan laut. Kata Kunci : Gunung Ijen, hiposenter, proses internal ABSTRACT: Ijen Volcano activities in December 011 until March 01 is interesting to study because of the activity during it has a change in the status of the activities from normal level be advisory then increased to watch levels. The purpose of this study to investigate the characteristics of volcanic earthquakes (A-type and B-type) and harmonic tremors and also predicting the internal process of Ijen Volcano associated with seismicity. Analysis of volcanic earthquakes (A-type and B- type) and harmonic tremors has been done used three seismic stations are Ijen (Ijen), Terowongan Ijen (TRWI) dan Kawah Utara Ijen (KWUI). Signals are selected based on the waveform and analyzed to obtain spectral frequency. Hypocenter analysis used to determine the depth of the earthquake. We find thah characteristics of volcanic earthquakes has an amplitude -43 mm, duration 10-37 seconds, frequency about 3.4 Hz for A-type volcanic earthquake and B-type volcanic earthquake has an amplitude -43 mm, duration 10-37 seconds, and frequency about.6 Hz. Distribution of sorce earthquake position is located at a depth of 0-500 meters below the crater for B-type volcanic earthquake, 000-500 meters below the crater for A-type volcanic earthquake and 5000-50000 meters below sea level to Local Tectonic Earthquake. Volcanic earthquake activites of Ijen Volcano increased with volcanic earthquakes increasing followed by harmonic tremor and also increased of volcanic earthquakes energy. That is about internal process that more caused by displacement the 1 Program Pasca Sarjana Jurusan Fisika, FMIPA, Universitas Brawijaya (email:akhmadjufriadi@yahoo.co.id) Jurusan Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Brawijaya 3 Pusat Pemantauan Gunung Api Ijen 4 Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi

Jurnal Neutrino Vol. 6, No. 1 Oktober 013 3 fault due to increased magma activity in magma chamber at a depth of more than 4000 meters below sea level Key word: Ijen volcano, hypocenter, internal process PENDAHULUAN Gunungapi Ijen yang terletak di ujung timur Pulau Jawa termasuk salah satu gunungapi aktif yang terletak pada zona subduksi antara Eurasia dan Lempeng Indo- Australia [1]. Letak geografis puncaknya 8 o 03 30 Lintang Selatan dan 114 o 14 30 Bujur Timur, dengan ketinggian tepi kawah sebesar 386 m dpl dan danau kawah 145 m dpl.gunung dengan tipe strato ini secara administratif masuk dalam wilayah Kabupaten Banyuwangi dan Bondowoso Propinsi Jawa Timur [].Mengacu pada pengalaman dan catatan sejarah pembentukan gunungapi ini pada masa lampau, Kawah Ijen memiliki potensi menghasilkan lahar letusan dan potensi ancaman bahaya erupsi sangat besar. Jumlah populasi yang sangat padat di kawasan rawan bencana Kawah Ijen dan jumlah wisatawan yang cukup banyak menjadi permasalahan yang sangat penting dalam mitigasi bencana Gunungapi Ijen.Untuk mengurangi dampak negatif dari keberadaan Gunungapi Ijen maka diperlukan pemantauan terhadap segala aktivitasnya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode seismik. Hal ini disebabkan adanya peningkatan aktifitas kegempaan di bawah gunungapi sebelum terjadinya erupsi, karena magma dan gas gunungapi harus terlebih dahulu mendorong ke permukaan melalui rekahan dan lorong-lorong. Ketika magma dan gas vulkanik berpindah akan menyebabkan retakan hingga pecahnya batuan. Retakan atau pecahnya batuan ini akan menjadi sumber getaran. Sebagaimana penelitian [3]yang telah berhasil mengidentivikasi karakteristik Gunungapi Ijen berdasarkan aktivitas kegempaannya atau dari hasil analisis sinyal seismik yaitu bahwa Gunungapi Ijen secara umum didominasi oleh kemunculan gempa vulkanik tipe B (VB), tektonik jauh, dan gempa hembusan. Jumlah kejadian gempa vulkanik tipe B (VB) yang muncul di Gunungapi Ijen berkisar antara 1 sampai 16 kali kejadian per hari. Gempa vulkanik tersebut mempunyai amplitudo maksimum peak to peak berkisar antara - 43 mm, lama gempa antara 10-37,5 detik. Jumlah kejadian gempa vulkanik tipe A (VA) perharinya tidak sebanyak vulkanik tipe B (VB), sejak tahun 005 berkisar antara 1-5 kejadian per hari.secara lebih lanjut dengan menganalisis sinyal seimik akan didapatkan keterkaitan antara sinyak seismik yang satu dengan yang lain sehingga dapat diteliti seperti apa proses internal yang terjadi pada Gunungapi Ijen dengan begitu akan dikenali bagaimana karakteristik Gunungapi Ijen secara lebih detai yang memiliki tipe letusan freatik sehingga nantinya juga akan dapat digunakan sebagai rujukan untuk memahami proses internal yang terjadi pada gunungapi lain dengan karakteristik letusan yang sama. Pada analisis karakteristik ini, pertama yang dilakukan adalah menganalisis bahwa event terpilih dari semua stasiun diduga berasal dari sumber yang sama dengan membandingkan pola waveform, spektral ataupun spektrumnya, seperti Gambar 1.

4 Jurnal Neutrino Vol. 6, No. 1 Oktober 013 Gambar 1.Kemiripan spektral event 0111010573 Dari Gambar 1 diatas, ketiga spektral terlihat memiliki pola spektral yang sama. Sehingga bisa dinyatakan bahwa sinyal seismik yang terekam oleh ketiga stasiun berasal dari sumber yang sama. Data rekaman seismik yang terbukti berasal dari sumberer yang sama kemudian dianalisis berdasarkan waveform dengan menggunakan software swarm untuk mengetahui berapakahwaktu tiba gelombang P, waktu tiba gelombang S, amplitudo,frekuensi dominan, spektrum dan energinya. Seperti tampak pada Gambar. Gambar. Kenampakan sinyal, Spektral dan Spektrum Gempa Vulkanik Penentuan posisi sumber gempa menyangkut pada hal penting, yaitu posisi sumber pada kedalaman tertentu, yang sering disebut sebagai hiposenter, dan posisi di permukaan, yang tegak lurus dengan posisi hiposenter, yang sering disebut sebagai episenter. Metode penentuannya adalah dengan menganalisa beda waktu tiba gelombang P dan S antar masing-masing stasiun.sesuai dengan persamaan berikut: ( X 0 X1) ( Y0 Y1 ) ( Z0 Z1) ( ti t0) Vp (1) ( ti t0) Vp ( S P) i k dengan : i = 1,, 3, dan 4 ( stasiun ke-i ), (X,Y,Z) 0 = koordinat sumber gempa yang tidak diketahui,(x,y,z)i = koordinat stasiun seismograph, k = koefisien jarak yang tidak diketahui. t i = waktu tiba gelombang P, t 0 = saat terjadinya gempa yang tidak diketahui.konstanta jarak (k) merupakan konstanta Omori, yang digunakan dalam perhitungan hiposenter, dirumuskan sebagai berikut : k = V p xv s V p V s () Dengan cara matematis ini, sebelumnya harus ditentukan terlebih dulu koordinat masing-masing stasiun dan dianggap semua stasiun tersebut terletak pada satu bidang

Jurnal Neutrino Vol. 6, No. 1 Oktober 013 5 datar. Untuk memudahkan perhitungan dan menghindari kesalahan yang selalu timbul, pada waktu akan dilakukan pengamatan dipilih dulu stasiun seismik yang hampir sama ketinggiannya atau bila mungkin yang terdapat pada ketinggian yang sama. Bila hal ini tidak mungkin, dapat diambil ketinggian rata-rata dan dari ketinggian tersebut kedalaman gempa mulai dihitung.untuk memudahkan penjelasan, diumpamakan koordinat titik sumber adalah S yaitu Xi, Yi, Zi. Dan koordinat stasiun diumpamakan titik H yaitu X,Y,Z. Dengan kedua koordinat tersebut, dapat dihitung panjang garis SH atau D, yaitu : SH ( Y Yi) ( X X ) (3) D D SH ( X Xi) ( Z Zi) ( Y Yi) i ( Z Zi) Analisa dengan cara diatas memerlukan ketelitian pembacaan beda waktu tiba antara gelombang P dan S, atau lebih dikenal dengan istilah (S-P). Sehingga akan didapatkan posisi hiposenter yang akurat. Dimana posisi hiposenter ini akan mempengaruhi bagaimana analisa terhadap pergerakan magma dari masing-masing tipe gempa vulkanik sebagai dasar untuk mengetahui bagaimana proses internal yang terjadi di Gunungapi Ijen. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Karakteristik dan Aktivitas Gempa Vulkanik Gunungapi Ijen Berdasarkan laporan pengamatan Gunung Ijen pada rentang tahun 011 sampai dengan tahun 01, gempa vulkanik (tipe-a, tipe-b) dan tremor vulkanik gunung Ijen mengalami fluktuasi jumlah kejadian. Peningkatan aktivitas mulai teramati sejak pertengahan Oktober 0011 yang diawali dengan kejadian gempa tektonik lokal.seperti yang terlihat pada Gambar. Kejadian gempa tektonik lokal mengalami peningkatan mulai tanggal 1 4 Oktober 011 mencapai rata-rata 3 kejadian gempa tiap harinya. Kejadian tersebut kemudian diikuti meningkatnya kejadian gempa vulkanik.peningkatan jumlah dan energi gempa vulkanik telah teramati sejak pertengahan Oktober 011 yang ditandai dengan terjadinya gempa tektonik lokal.gambar 3 menunjukkan peningkatan aktivitas kegempaan Gunung Ijen yang tinggi ditandai oleh peningkatan gempa vulkanik yang diikuti oleh Tremor Harmonik sejak 15 Desember 011. Tanggal17 dan 18 Desember 011 terjadi peningkatan yang cukup tajam pada kejadian gempa vulkanik yaitu 49 Gempa Vulkanik Tipe-A dan 10 Gempa Vulkanik Tipe-B. Peningkatan jumlah gempa vulkanik diikuti oleh peningkatan energi gempa vulkanik pada 17 dan 18 Desember 011 yang mencapai 4,1 x 10 14 dan.1 x 10 15 erg/hari, yang dapat dilihat pada Gambar 4. Sedangkan peningkatan aktivitas kegempaan Gunung Ijen yang ditandai dengan peningkatan gempa vulkanik diikuti oleh Tremor Harmonik sejak tanggal 15 Desember 011 meningkatkan status Gunung Ijen dari NORMAL menjadi WASPADA. Kemudian meningkatnya energi vulkanik yang tinggi pada tanggal 17 18 Desember 011 menjadikan Gunung Ijen dinaikkan statusnya menjadi SIAGA tampak pada Gambar 5. Pada tanggal 8 Februari 01 status kegiatan Gunung Ijen diturunkan dari SIAGA menjadi WASPADA, karena terjadi penurunan aktivitas kegempaan. Gempa vulkanik mulai terekam lagi secara intensif sejak awal Maret 01 seperti pada Gambar 5, sehingga pada tangga 1 Maret 01 status kegiatan Gunung Ijen dinaikkan menjadi SIAGA

6 Jurnal Neutrino Vol. 6, No. 1 Oktober 013 kembali.peningkatan jumlah aktifitas gempa vulkanik (tipe-a dan tipe-b), Gempa Hembusan dan tremor vulkanik (Gambar 5) mulai terjadi pada tanggal 1 Maret 01. Tremor dengan amplitudo lebih dari 30 mm yang tidak terekam menunjukkan adanya tekanan yang dilepaskan. Dari gambar tersebut tampak bahwa awal peningkatan ditandai oleh meningkatnya energi Gempa Vulkanik, dan Tremor yang kemudian disusul oleh peningkatan energi gempa Low Frekuensi serta energi tremor harmonik beramplitudo kurang dari 30 mm dan energi terlepaskan oleh Tremor Harmonik beramplitudo lebih dari 30 mm.sejak 13 Maret 01 terjadi peningkatan energi vulkanik, Hembusan, dan Tremor (Gambar 5) akan tetapi Tremor dengan amplitude > 30 mm tidak terekam. Tremor dengan amplitude > 30 mm diplot terpisah dengan asumsi bahwa tremor tersebut merupakan manifestasi dari pelepasan tekanan. Gambar 5 memperlihatkan bahwa awal peningkatan ditandai oleh meningkatnya energi Gempa Vulkanik, Tremor yang kemudian disusul oleh peningkatan energi tremor harmonik beramplitude kurang dari 30 mm dan terlepaskannya tekanan oleh Tremor Harmonik beramplitude lebih dari 30 mm. Gambar 3.Fluktuasi Kegempaan Gunung Ijen tahun 011-01 Gambar 4.Grafik Jumlah dan Energi Kumulatif Gempa Vulkanik Gambar 5. Grafik kegempaan Gunung Ijen, Desember 011 Maret 01

Jurnal Neutrino Vol. 6, No. 1 Oktober 013 7 Gambar 6. Kesetaraan Energi tiap Event Gempa Gunung Ijen Bulan Februari Maret 01 Pada Gambar 6, Sejak 13 Maret 01 terjadi peningkatan energi vulkanik, Hembusan, dan Tremor akan tetapi Tremor dengan amplitude > 30 mm tidak terekam. Kondisi ini mirip dengan awal Februari dimana peningkatan energi gempa tidak disertai dengan terekamnya Tremor beramplituda > 30 mm. Tremor beramplituda > 30 mm terekam kemudian pada 15 Februari 01 dan sebelumnya merekam Tremor Harmonik dengan energi yang cukup besar pada 10 Februari 01 dengan enegi 5.31x10 14 erg. Tanggal 3 Maret 01 terekam Tremor Harmonik dengan amplitude 5 mm dan durasi 3 jam 39 menit, energi 3.63x10 14 erg, merupakan Tremor Harmonik yang paling lama terekam sejak krisis Desember 011.Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan secara kontinyu di Gunung Ijen, maka gempa vulkanik (Tipe A, Tipe B) dan Tremor Vulkanik dapat dikenali dengan mudah dari waveform nya. Waveform gempa yang telah dijelaskan sebelumnya menjadi dasar untuk melakukan seleksi data. Analisis spektral gempa vulkanik tipe A menunjukkan secara umum kandungan frekuensinya berkisar 3,4 Hz dan untuk gempa vulkanik tipe B berkisar,6 Hz. Hal ini sesuai dengan karakteristik gempa vulkanik yang dinyatakan oleh Iyan Mulyana pada tahun 005dalam[3]. Adanya perubahan kejadian gempa yang terjadi ternyata diiringi oleh perubahan visual dan kimia fisis air danau Kawah Ijen. Hal ini terjadi disebabkan karena adanya kontak langsung ataupun tidak langsung antara air kawah dengan magma. Bahkan adanya kontak tersebut akan menimbulkan uap yang bertekanan tinggi yang menyebabkan terjadinya letusan freatik.dari pengamatan visual pada tanggal 17 Desember 011 dapat disimpulkan bahwa Kawah Ijen mengalami peningkatan dengan adanya perubahan warna air danau kawah, jika dibandingkan dengan pengamatan pada tanggal 14 Desember 011 saat kondisi normal.pada tanggal 17 Desember 011 tampak warna air danau kawah putih berbuih dan berbunyi kemericik, uap air danau kawah putih tipis merata diseluruh permukaan danau.selain itu juga tampak adanya bualan air ditengah kawah dengan diameter kurang lebih 5 meter.perubahan visual tersebut menunjukkan bahwa pada saat kejadian telah terjadi peningkatan aktivitas kegempaan.

8 Jurnal Neutrino Vol. 6, No. 1 Oktober 013. Sebaran Hiposenter dan Episenter Terkait Proses Internal Hasil analisis posisi sumber gempa yang dilakukan dengan menggunakan data hasil rekaman tiga buah seismometer memperlihatkan adanya migrasi magma menuju permukan.dari sebaran episenter seperti pada Gambar 13 tersebut tampak bahwa posisi sumber gempa vulkanik dalam (VA) dan vulkanik dangkal (VB) memusat disekitar kawah dengan jarak berkisar km dan dominan pada arah tenggara dan timur laut.sedangkan untuk gempa tektonik lokal berada disekitar gunung ijen dengan jarak berkisar 10 km dari kawah ijen pada arah tenggara dan timur laut.peningkatan aktivitas kegempaan Gunung Ijen yang ditandai dengan peningkatan gempa vulkanik diikuti oleh tremor vulkanik pada tanggal 15 Desember 011. Gambar 8. Episenter gempa vulkanik (tipe A dan tipe B) dan tektonik lokal Peningkatan tersebut diduga dipicu oleh terjadinya gempa tektonik lokal akibat kegiatan struktur di sekitar Gunung Ijen.Adanya gempa tektonik lokal tersebut memicu terjadinya peningkatan aktivitas magma sehingga terjadi pergeseran patahan yang mengakibatkan terjadinya gempa vulkanik dalam (A). Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Shick, 1981 dalam[4]dari pola distribusi posisi hiposenter gempa vulkanik dalam (VA) maupun vulkanik dangkal (VB), dapat dilihat perkembangan migrasi magma yang merupakan salah satu penyebab terjadinya gempa vulkanik. Dari Gambar 9 tampak bahwa posisi sumber gempa berada pada kedalaman sekitar 5.000 50.000 meter dibawah permukaan laut untuk gempa tektonik lokal, kedalaman.000 6.500 meter di bawah Kawah Ijen untuk gempa vulkanik dalam dan 0.500 meter di bawah Kawah Ijen untuk gempa vulkanik dangkal. Peningkatan aktivitas magma mulai tampak dari munculnya gempa vulkanik dalam (VA), kemudian aktivitas magma tersebut terus naik bermigrasi menuju permukaan yang menyebabkan terjadinya gempa vulkanik dangkal.selain itu juga kalau diperhatikan pada Gambar 9, maka aktivitas magma yang ditandai dengan terjadinya gempa vulkanik tersebut bermigrasi dari sekitar kawah ijen dengan jarak episenter sekitar km dari Kawah Ijen pada arah selatan, tenggara, timur, dan timur laut menuju ke pusat kegiatan Kawah Ijen yang diduga berada pada titik paling dalam kawah tersebut. Pergerakan magma yang ditandai dengan meningkatnya gempa vulkanik tersebut kemudian juga diikuti oleh terjadinya tremor harmonik.

Jurnal Neutrino Vol. 6, No. 1 Oktober 013 9 Gambar 9. Hiposenter Gempa Vulkanik Dari pola sebaran posisi hiposenter gempa maka dapat diduga bahwa daerah aseismik berada pada kedalaman lebih dari 4000 meter dibawah permukaan laut, yang diindikasikan sebagai kantung magma. Kantung magma inilah yang berperan terhada terjadinga gempa vulkanik, baik gempa vulkanik dalam (VA) maupun gempa vulkanik dangkal (VB).Proses internal yang berhubungan dengan terjadinya migrasi magma juga pernah diteliti pada Gunung Semeru. Gunung ini memiliki karakter yang berbeda dengan Gunung Ijen.Dari sifat materialnya Gunung Semeru merupakan tipe gunung andesitik dengan letusan bersifat vulkanian dan strombolian, sedang untuk Gunung Ijen merupakan tipe andesitik - basaltik dan letusannya bersifat freatik.mengacu pada distribusi posisi sumber gempa dan geologi strukturnya, [5] mengamati bahwa pada Gunung semeru yang memiliki posisi episenter jauh dari pusat kawah (lebih dari 8 km keatas) mengindikasikan bahwa gempa tidak hanya bersumber dari sekitar pusat conduit saja, melainkan lebih meluas kedaerah sisi tubuh gunung.hal ini berbeda dengan Gunung Ijen yang memiliki posisi episenter gempa vulkanik berada disekitar kawah yang menunjukkan bahwa gempa bersumber dari pusat conduit. KESIMPULAN Berdasarkan analisis data seismik pada tahun 011 01 dan data pendukung lainnya, maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut :

30 Jurnal Neutrino Vol. 6, No. 1 Oktober 013 1. Karakteristik gempa vulkanik dilihat dari waveform nya memiliki ciri sinyal dengan amplitude berkisar 5 46 mm, lama gempa berkisar 6 45 detik, kandungan frekuensi berkisar 3,4 Hz untuk Gempa Vulkanik Dalam (VA) dan untuk Gempa Vulkanik Dangkal (VB) sinyal memiliki ciri amplitude berkisar 3 46 mm, lama gempa berkisar 5 5 detik, kandungan frekuensi berkisar,6 Hz.. Sebaran posisi sumber gempa berada pada kedalaman berkisar 0.500 meter dibawah Kawah Ijen untuk Gempa Vulkanik Dangkal (VB),.000.500 meter dibawah Kawah Ijen untuk Gempa Vulkanik Dalam (VA) dan 5.000 50.000 meter dibawah permukaan laut untuk Gempa Tektonik Lokal. Kemudian untuk episenter gempa vulkanik (VA dan VB) memusat disekitar kawah dengan jarak berkisar km dan dominan pada arah tenggara dan timur laut. Sedangkan untuk gempa tektonik lokal berada disekitar gunung ijen dengan jarak berkisar 10 km dari kawah ijen pada arah tenggara dan timur laut.didapatkan pula bahwa daerah aseismik berada pada kedalaman lebih dari 4000 meter dibawah permukaan laut, yang diindikasikan sebagai kantung magma 3. Aktivitas Gempa Vulkanik Gunung Ijen mengalami peningkatan tinggi ditandai dengan peningkatan gempa vulkanik dalam (VA) dan gempa vulkanik dangkal (VB) diikuti oleh tremor harmonik serta peningkatan energi gempa vulkanik yang semua terkait dengan proses internal yang berhubungan dengan terjadinya migrasi magma lebih disebabkan oleh adanya pergeseran patahan yang memicu terjadinya peningkatan aktivitas magma yang dibuktikan dengan terjadinya gempa tektonik lokal sebelum terjadinya gempa vulkanik. DAFTAR PUSTAKA [1] Sumarti, S., Bergen, M. V., Bogaard, T., Sukarnen dan Purwanto, H.B., 006. Pemantauan Jangka Panjang Kawah Ijen (19 00) Parameter Fisis : Level Dan Temperatur. Pusat Vulkanologi Dan Mitigasi Bencana Geologi, Bandung. [] Kusumdinata, Bergen, M. V., Bogaard, T., Sukarnen dan Zaeni., 006. Geokimia Danau Kawah Ijen. Pusat Vulkanologi Dan Mitigasi Bencana Geologi, Bandung. [3] Hendrasto, M., 006. Pemantauan Seismisitas Gunung Ijen, Pusat Vulkanologi Dan Mitigasi Bencana Geologi, Bandung. [4] Maryanto, S. 1999. Analysis of Seismic Signal of Mt Semeru (East Java, March 1st- 1st, 1988) In Order to Determine It s Source and Eruption Mechanism, Tesis, Universitas Gajahmada, Jogjakarta. [5] Andryana, K., 011. Mekanisme Fokus Gempa Vulkanik Tipe A Gunung Semeru, Jawa Timur Indonesia, Tesis, Universitas Brawijaya, Malang.