ASUHAN KEPERAWATAN TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK PENINGKATAN HARGA DIRI RENDAH PADA KLIEN GANGGUAN JIWA DI RUANG KAKAK TUA RSJ

dokumen-dokumen yang mirip
ASUHAN KEPERAWATAN BIMBINGAN SPIRITUAL PADA KLIEN GANGGUAN JIWAHARGA DIRI RENDAH DI RSJ Dr. RADJIMAN WEDIODININGRAT LAWANG-MALANG

ASUHAN KEPERAWATAN BIMBINGAN SPIRITUAL PADA KLIEN GANGGUAN JIWAHARGA DIRI RENDAH DI RSJ Dr. RADJIMAN WEDIODININGRAT LAWANG-MALANG

BAB 1 PENDAHULUAN. stressor, produktif dan mampu memberikan konstribusi terhadap masyarakat

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN GANGGUAN JIWA DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI DI RUANG JALAK RSJ Dr. RADJIMAN WEDIODININGRAT LAWANG MALANG

BAB I PENDAHULUAN. psikososial seperti bencana dan konflik yang dialami sehingga berdampak. meningkatkan jumlah pasien gangguan jiwa(keliat, 2011).

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn.T DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI BANGSAL SEMBADRA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI DI RUANG ARIMBI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh

Koping individu tidak efektif

PROPOSAL TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK SOSIALISASI (TAKS : MENARIK DIRI) BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. dikenali meliputi kausa pada area organobiologis, area psikoedukatif, dan area sosiokultural.

BAB I PENDAHULUAN. mengadaptasikan keinginan-keinginan dengan kenyataan-kenyataan yang

dicintai, putusnya hubungan sosial, pengangguran, masalah dalam pernikahan,

BAB I PENDAHULUAN. keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (Riyadi & Purwanto, 2009). Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang No. 3 Tahun 1966 merupakan

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang pesat menjadi stresor pada kehidupan manusia. Jika individu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Harga diri merupakan evaluasi yang dibuat individu dan kebiasaan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN GANGGUAN JIWA DENGAN MENARIK DIRI DI RS JIWA Dr.RADJIMAN WEDIODININGRAT LAWANG MALANG. Maulida Rahmantika

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa

Rakhma Nora Ika Susiana *) Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) (2009) memperkirakan 450 juta. orang di seluruh dunia mengalami gangguan mental, sekitar 10% orang

BAB I PENDAHULUAN. siklus kehidupan dengan respon psikososial yang maladaptif yang disebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. deskriminasi meningkatkan risiko terjadinya gangguan jiwa (Suliswati, 2005).

BAB 1 PENDAHULUAN. sisiokultural. Dalam konsep stress-adaptasi penyebab perilaku maladaptif

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN. S DENGAN GANGGUAN MENARIK DIRI DI RUANG ABIMANYU RSJD SURAKARTA

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI RUANG GATHOTKOCO RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG.

BAB 1 PENDAHULUAN. keluarga, kelompok, organisasi, atau komunitas. (Stuart, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan akhir-akhir

BAB I PENDAHULUAN. yang menyebabkan meningkatnya penderita gangguan jiwa. Gangguan jiwa adalah gangguan dalam cara berpikir (cognitive),

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Definisi sehat menurut kesehatan dunia (WHO) adalah suatu keadaan

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. fisiologis (Maramis, 2009). Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan

PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI PADA KLIEN MENARIK DIRI DI RUMAH SAKIT JIWA PROPINSI NTB

BAB I PENDAHULUAN. dan kestabilan emosional. Upaya kesehatan jiwa dapat dilakukan. pekerjaan, & lingkungan masyarakat (Videbeck, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa saat ini telah menjadi masalah kesehatan global bagi

BAB I PENDAHULUAN. yang meliputi bidang ekonomi, teknologi, politik dan budaya serta bidang-bidang lain

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa dapat dilakukan perorangan, lingkungan keluarga, lingkungan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan mental (jiwa) yang sekarang banyak dialami masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah keadaan sehat fisik, mental dan sosial, bukan

PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI PADA KLIEN MENARIK DIRI DI RUMAH SAKIT JIWA PROPINSI NTB

KARYA TULIS ILMIAH. ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S DENGAN HARGA DIRI RENDAH DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

L A P O R A N P B L K

BAB I PENDAHULUAN. sehat, maka mental (jiwa) dan sosial juga sehat, demikian pula sebaliknya,

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Tn. S DENGAN MASALAH UTAMA HARGA DIRI RENDAH DI RUANG AMARTA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial, dimana untuk mempertahankan kehidupannya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan adalah keadaan sehat fisik, mental dan sosial, bukan sematamata

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organitation (WHO), prevalensi masalah

BAB I PENDAHULUAN. keluarga, kelompok, organisasi atau komunitas. ANA (American nurses

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab yang sering disampaikan adalah stres subjektif atau biopsikososial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sehat adalah suatu keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosial serta

BAB I PENDAHULUAN. adanya tekanan fisik dan psikologis, baik secara internal maupun eksternal yang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan.kesehatan jiwa bukan sekedar terbebas dari gangguan jiwa, akan

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan. Maka secara analogi kesehatan jiwa pun bukan hanya sekedar bebas dari

PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI-SENSORI TERHADAP KEMAMPUAN MENGONTROL HALUSINASI PADA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang No. 18 pasal 1 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. menjadi permasalahan besar karena komunikasi 1. Oleh sebab itu komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa yang terjadi di Era Globalisasi dan persaingan bebas

LAPORAN KASUS PENGELOLAAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN PADA

Nur Gutanto 1, Sri Hendarsih 2, Christin Wiyani 3 INTISARI

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa adalah bagian dari kesehatan secara menyeluruh, bukan sekedar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Krisis multi dimensi yang melanda masyarakat saat. ini telah mengakibatkan tekanan yang berat pada sebagian

MOTIVASI KELUARGA DALAM MERAWAT ANGGOTA KELUARGA YANG MENGALAMI GANGGUAN JIWA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS URANGAGUNG SIDOARJO

PEMBERIAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HARGA DIRI RENDAH. Kata Kunci : harga diri rendah, pengelolaan asuhan keperawatan jiwa

NASKAH PUBLIKASI. ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Sdr. W DENGAN GANGGUAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG ABIMANYU RSJD SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. baik yang berhubungan dengan fisik, maupun dengan mental. Masalah gangguan kesehatan jiwa menurut data World Health

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa adalah berbagai karakteristik positif yang. menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S DENGAN GANGGUAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG SHINTA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan. Kesehatan jiwa menurut undang-undang No.3 tahun 1966 adalah

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi berkepanjangan juga merupakan salah satu pemicu yang. memunculkan stress, depresi, dan berbagai gangguan kesehatan pada

BAB II TINJAUAN TEORI. (dalam Setiadi, 2008).Menurut Friedman (2010) keluarga adalah. yang mana antara yang satu dengan yang lain

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari sudut panang medis. Rentang adaptasi-maladaptasi berasal dari sudut sudut

Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 18. secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa Menurut World Health Organization adalah berbagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamisnya kehidupan masyarakat. Masalah ini merupakan

PENGELOLAAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN DAN PENGLIHATAN PADA Tn. E DI RUANG P8 WISMA ANTAREJA RSJ Prof. dr.

PENGARUH PENERAPAN STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN PERILAKU KEKERASAN. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif,

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan yang menjadi pintu layanan terdepan dalam. hubungan dengan masyarakat adalah di rumah sakit.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Interaksi Sosial

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa menurut World Health Organization (WHO) adalah. keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan kepribadian

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satunya adalah masalah tentang kesehatan jiwa yang sering luput dari

Effect of Therapy Group Activities Increase In Price of Self Interest Clients In The Soul Dr Seruni Rs Radjiman Wediodiningrat Lawang

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN JIWA. PADA Sdr.W DENGAN HARGA DIRI RENDAH. DI RUANG X ( KRESNO ) RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. 1. Inisial : Sdr.

BAB II KONSEP DASAR. tanda-tanda positif penyakit tersebut, misalnya waham, halusinasi, dan

BAB II TUNJAUAN TEORI. orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Rawlins, 1993)

BAB II TINJAUAN TEORI. dengan orang lain (Keliat, 2011).Adapun kerusakan interaksi sosial

PELAKSANAAN DOKUMENTASI PROSES KEPERAWATAN PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI RSUD BESUKI SITUBONDO ARI RIZKI RACHESHI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN YANG MENGALAMI POST STROKE DENGAN MASALAH DEFISIT PERAWATAN DIRI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDUNGKANDANG.

BAB I PENDAHULUAN. efektif, konsep diri yang positif dan kestabilan emosional (Videbeck, 2011).

Promotif, Vol.4 No.2, April 2015 Hal 86-94

Aristina Halawa ABSTRAK

Transkripsi:

ASUHAN KEPERAWATAN TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK PENINGKATAN HARGA DIRI RENDAH PADA KLIEN GANGGUAN JIWA DI RUANG KAKAK TUA RSJ Dr. RADJIMAN WEDIODININGRAT LAWANG-MALANG Miftachul Jannah NIM.1312010018 SUBJECT: Asuhan keperawatan, harga diri rendah, peningkatan harga diri rendah. DESCRIPTION Harga diri merupakan penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri. Frekuensi pencapaian tujuan akan harga diri rendah atau harga diri yang tinggi. Jika individu sering gagal, maka cenderung harga diri rendah. Tujuan studi kasus ini adalah melakukan asuhan keperawatan pada klien harga diri rendah dengan terapi aktifitas kelompok. Desain penelitian ini adalah studi kasus. Jumlah responden yang diambil yaitu 3 klien yang mengalami harga diri rendah. Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu wawancara, observasi dan dokumentasi dengan menggunakan format asuhan keperawatan jiwa. Pengkajian menggunakan 4 sumber utama yaitu diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi, dan evaluasi. Pengkajian pada klien 1 didapatkan data, klien mengeluh tidak berguna karena klien tidak bisa mengurus rumah tangganya sendiri. Klien 2 di dapatkan data, klien malu tidak bisa menjadi tulang punggung sebagai kepala rumah tangga, karena istri yang berdominan untuk mencai uang, sedangkan klien 3 didapatkan data, klien tidak punya teman karena sering diejek sama temannya sering marah-marah tidak jelas. Dari diagnosa yang muncul dari ketiga klien dilakukan intervensi yaitu melakukan bina hubungan saling percaya, memberi pujian, membuat rencana kegiatan, melakukan terapi aktifitas kelompok. Klien 1 dapat mengikuti kegiatan yang diberikan. Klien 2 dapat mengalami kegiatan tetapi sedikit malu. Klien 3 dapat melakukan kegiatan tetapi sedikit malu. Masalah keperawatan ketiga klien yaitu harga diri rendah. Hasil evaluasi tindakan keperawatan masalah harga diri rendah pada ketiga klien masalah teratasi sebagian. Pada klien yang mengalami masalah harga diri rendah harus

melakukan tindakan terapi aktifitas kelompok supaya klien bisa meningkatkan percaya diri pada setiap klien. ABSTRACT Self-esteem is a Personal Assessment Against The results achieved with analyze how far Behavior meet ideal of self. Frequency of goal achievement against low self-esteem or high self-esteem. If the individual often fails, it tends to has low self- esteem. The purpose of this case study was to perform nursing care to low self-esteem client with group activity terapy. The research design was a case study. The number of respondents taken were 3 clients who had low self-esteem. Data collection methods used were interviews, observation and documentation using the format of mental health nursing care. The assessment used four main sources, namely nursing diagnosis, intervention, implementation, and evaluation. Assessment on the client 1 obtained data, the client complained of feeling useless because the client could not manage his own household. Client 2 obtained data, the client felt ashamed that he could not be the backbone as the head of the household, because the wife was dominating in prividing income, while the third client obtained data, the client did not have any friends because often being bullied and often get angry with unclear reason. From diagnosis that emerged from the three of clients interventions were done build a trusting relationship, gave praise, made a plan of activity, did group activity therapy. Client 1 could follow the activities provided. Client 2 could experience activities but a little shy. Client 3 could perform activities but a little shy. The nursing problem of clients was low self-esteem on three clients. The results of the evaluation of nursing action on the problem on three clients was low self-esteem has been resolved partially. On clients who have low self-esteem problems should do group activity therapy as it could improve the confidence on every client. Keywords: nursing care, group activity therapy, improved low self-esteem, low self-esteem. Contributor : 1. Dr. Abdul Muhith, S.Kep.Ns 2. Yudha Laga H. K, M. Kes Date : 21-25 Juli 2016 Type material : Laporan Penelitan Identifier : - Right Summarry : Open Document : latar belakang, metodologi, hasil, simpulan dan rekomendasi.

LATAR BELAKANG Gangguan jiwa yang terjadi di era globalisasi dan persaingan bebas cenderung meningkat. Peristiwa kehidupan yang penuh tekanan seperti kehilangan orang yang dicintai, putusnya hubungan sosial, pengangguran, masalah dalam pernikahan, kesulitan ekonomi, tekanan di pekerjaan dan deskriminasi meningkatkan resiko penderita gangguan jiwa. Peningkatan angka penderita gangguan jiwa akan terus menjadi masalah dan tantangan bagi tenaga kesehatan (Suliswati dkk, 2005). Harga diri merupakan penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri. Frekuensi pencapaian tujuan akan harga diri rendah atau harga diri yang tinggi. Jika individu sering gagal, maka cenderung harga diri rendah. (Muhith, 2015). Gangguan jiwa adalah seseorang tentang gangguan jiwa berasal dari apa yang orang tersebut yakini sebagai faktor penyebab (Struart, 2007). World Healt Organization (WHO) tahun 2009 memperkirakan tidak kurang dari 450 juta penderita gangguan jiwa ditemukan di dunia. Bahkan berdasarkan data studi World Bank di beberap Negara menunjukkan 8,1% dari kesehatan global masyarakat. Berdasarkan data hasil Riskesdas tahun 2007, persentase gangguan jiwa mencapai 11,6% dari sekitar 19 juta penduduk yang berusia di atas 15 tahun dan Prevalensi nasional Gangguan Jiwa Berat adalah 0,5% (berdasarkan keluhan responden atau observasi pewawancara). Sebanyak 7 provinsi mempunyai prevalensi Gangguan Jiwa Berat diatas prevalensi nasional, yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Nusa Tenggara Barat. Khusus di daerah Jawa Timur prevalensi gangguan jiwa adalah 3,1 %. Berdasarkan data dari RSJ Dr. Radjiman Wedioningrat Malang di ruang kakak tua dalam bulan maret-mei yang mengalami harga diri rendah sejumlah 105 kasus. Ditribusi penilaian stressor pada klien dengan masalah harga diri rendah rata-rata respon secara keseluruhan sebelum diberikan terapi aktifitas kelompok peningkatan harga diri rendah sebesar 93,11% dan sesudah di berikan terapi aktifitas kelompok peningkatan harga diri rendah 60,56% (Wakhid, dkk, 2010). Pasien harga diri rendah biasanya memiliki tanda seperti mengkritik diri sendiri, perasaan tidak mampu, pandangan hidup yang pesimis, penurunan produktivitas, penolakan terhadap kemampuan diri. Selain tanda dan gejala diatas, dapat juga mengamati penampilan seseorang dengan harga diri rendah yang tampak kurang memperhatikan perawatan diri, berpakaian tidak rapi, selera makan menurun, tidak berani menatap lawan bicara, lebih banyak menunduk, dan bicara lambat dengan nada suara rendah ( Keliat, 2011). Pada mulanya klien merasa dirinya tidak berharga lagi sehingga merasa tidak aman dalam berhubungan dengan orang lain. Pada klien menarik diri di perlukan rangsangan atau stimulasi yang adekuat untuk memulihkan keadaan yang stabil. Stimulus yang positif dan terus menerus dapat dilakukan

atau diberikan kepada klien tetap menarik diri yang akhirnya dapat dilakukan oleh perawat. Apabila stimulus tidak dilakukan atau diberikan oleh klien tetap menarik diri yang akhirnya dapat halusinasi, kebersihan diri kurangnya adekuat. Klien menarik diri juga mengalami penurunan harga diri karena kurangnya kepercayaan diri. Pasien menarik diri perlu mendapat perhatikan khusus untuk dapat kembali ke masyarakat dengan memilih konsep diri yang positif sehingga sehingga dapat memudahkan mereka untuk bersosialisasi kepada orang lain dengan meningkatkan harga diri mereka terlebih dahulu (Anonymus, 2002). Menurut (abdillah fatkhul, 2014) dengan melaksanakan asuhan keperawatan yang, diharapkan klien dapat menunjukan peningkatan harga diri. Asuhan keperawatan yang ditujukan pada individu, kelompok, keluarga, maupun komunitas selain itu di harapkan keperawatan turut berperan dan berkewajiban menanggulangi permasalahan ini sesuai dengan lingkup ilmu keperawatan salah satunya dengan meningkatkan kemampuan perawat dalam melaksanakan terapi aktifitas kelompok peningkatan harga diri rendah hal ini dapat diperoleh melalui pendidikan formal atau pendidikan keperawatan berkelanjutan. Diharapkan perawat yang melaksankan terapi aktifitas kelompok peningkatan harga diri rendah, sehingga dapat meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan terutama dalam penerapan terapi aktifitas kelompok peningkatan harga diri rendah yang merupakan tindakan keperawatan pada masalah keperawatan tertentu salah satunya adalah pada klien harga diri rendah. METEDOLOGI Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah studi kasus. Kriteria yang diambil pada partisipan adalah pasien yang didiagnosa harga diri rendah, jumlah partisipan 3 orang. Pengumpulan data menggunakan dokumentasi, wawancara dan observasi. Analisa data dilakukan dengan cara pengumpulan data, mereduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Pengkajian Pada tanggal pengkajian 21-07-2016 Klien 1 mengatakan saat masuk rumah sakit dibawa sama bapaknya dan tetangganya karena kepikiran istrinya dicerai. klien juga sering marah-marah. Saat pengkajian klien mengatakan ada masalah dengan keluarga kecilnya karena sang istri selingkuh dan klien tidak terima. Kemudian klien cemburu dan memutuskan untuk cerai. Akhirnya klien mengalami stress dan suka menyendiri di rumah selama ± 7 bulan. Selama cerai klien tinggal bersama anak dan orang tuanya. Selama ditinggal sang istri klien sering menyendiri dan dirumah saja. Dan biasanya kalau stress suka marah-marah dan mendengarkan suara-suara. Klien 2 mengatakan saat masuk rumah sakit klien sering marah-marah. Saat pengkajian Klien mengatakan dirumah ada masalah dengan istrinya. Saat dirumah klien tidak pernah dihargai

sebagai seorang suami. Klien saat dirumah suka marah, menyendiri, tidak mau berbicara, suka dikucilkan sama istrinya. Klien merasa sakit hati terhadap perilaku istrinya. Klien 3 saat masuk rumah sakit klien mengatakan Klien mengatakan dirumah dianggap tidak berguna dan tidak mempunyai teman dan saat dirumah pasien sering diejek. Saat pengkajian Klien mengatakan saat dirumah suka diejek dengan temannya, dan ibunya juga jarang memperhatikan klien, karena suka marah-marah seperti kuda lumping. Akhirnya klien suka menyendiri dirumah dan jarang keluar. Pada klien harga diri rendah tanda dan gejala meliputi Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit, rasa bersalah terhadap diri sendiri, Merendahkan martabat (Abdul muhith, 2015). Berdasarkan fakta yang ada saat pengkajian, sebagian sudah sesuai dengan teori yaitu malu, perasaan yang tidak berguna, rasa bersalah. 2. Diagnosa keperawatan Diagnosa pada klien 1 meliputi isolasi sosial, halusinasi pendengaran, koping individu tidak efektif, gangguan proses fikir. Klien 2 meliputi harga diri rendah, resiko perilku kekerasaan, koping individu tidak efektif. Klien 3 meliputi harga diri rendah, koping individu tidak efektif, gangguan proses fikir. Diagnosa yang muncu padaa klien harga diri rendah yaitu Gangguan konsep diri: harga diri rendah, situasional atau kronik, putus asa, isolasi diri: menarik diri, resiko perilaku kekerasan. Berdasarkan data fakta dan teori muncul diagnosa keperawatan pada pasien harga diri rendah. Hal ini membuktiakan bahwa terdapat kesesuaian antara diagnosa yang muncul pada teori di lapangan. 3. Intervensi Intervensi yang akan dilakukan pada pasien harga diri rendah yaitu melakukan terapi aktifitas kelompok peningkatan harga diri rendah, membina hubungan saling percaya, mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien, memberi pujian kepada klien. Terapi aktivitas kelompok ada 2 sesi. Sesi 1: identitas hal positif pada diri. Tujuannya adalah Klien dapat mengidentifikasi pengalaman yang tidak menyenangkan dan klien dapat mengidentifikasi hal positif pada dirinya. Sesi 2: Melatih positif pada diri. Tujuan adalah Klien dapat menilai hal positif diri yang dapat digunakan, Klien dapat memilih hal positif diri yang akan dilatih, Klien dapat memilih hal positif yang telah dilatih, Klien dapat menjadwalkan penggunaan kemampuan yang telah dilatih. Menurut teori intervensi yang dilakukan membina hubungan saling percaya, mendiskusikan kemampuan aspek positif yang dimiliki klien dan beri pujian, mendikusikan kemampuan klien yang dapat digunakan selama sakit, terapi aktifitas kelompok. Rencanakan bersama klien aktifitas apa yang dapat dilakukan setiap harinya. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan kondisi klien, beri contoh cara pelaksaan kegiatan (lilik ma arifatul, 2011).

Berdasarkan dari intervensi yang di rencanakan dengan teori terdapat kesesuain yaitu melakukan hubungan saling percaya, memberi pujian, melakukan terapi aktifitas kelompok, membuat pertanyaan tentang hobynya. 4. Implementasi Dari hasil pengkajian yang didapatkan klien yang memiliki diagnosa keperawatan harga diri rendah. Pada klien harga diri rendah di beri tindakan terapi aktifitas kelompok agar klien tidak mudah putus asa, menyendiri, mau berinteraksi kepada teman. Terapi aktifitas kelompok peningkatan harga diri rendah ada 2 sesi. Sesi pertama yaitu: Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran, klien di bagi kertas HVS, mengucapkan salam kepada klien, memperkenalan nama panggilan terapis. kemudian menanyakan nama panggilannya setiap klien secara bergantian, terapis menanyakan perasaan klien saat ini, terakhir klien disuruh menulis tentang hobynya masing-masing dan ditulis di kertas yang telah disediahkan setelah itu beri pujian. Sesi kedua klien di kasih kertas HVS yang ke 2, klien disuruh menulis jadwal kegiatan yang ada saat ini dilaksanakan, klien diberi pujian. Terapis menutup salam dan mengakhiri kegiatan. Jenis terapi aktifitas kelompok dibagi empat, yaitu terapi aktifitas kelompok stimulasi kognitif/persepsi, terapi aktifitas kelompok sensori, terapi aktifitas kelompok stimulasi realita dan terapi aktifitas kelompok sosialisasi. Dari empat jenis terapi aktifitas kelompok diatas yang paling relevan dilakukan pada individu dengan gangguan konsep diri harga diri rendah adalah terapi aktifitas kelompok stimulasi persepsi. Terapi aktifitas kelompok stimulasi persepsi adalah terapi yang menggunakan aktifitas sebagai stimulasi dan terkait dengan pengalaman atau kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok, hasil diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan persepsi atau alternative penyelesaian masalah (keliat, 2005). Berdasarkan implentasi 3 hari perawatan yang sudah rencanakan sesuai teori, terdapat kesesuaian antara fakta dilapangan dan teori yang ada, karena semua intervensi yang ada pada teori sangat mendukung untuk terapi aktifitas kelompok pada pasien harga diri rendah dan pasien mengikuti terapi aktifitas kelompok sampai selesai. 5. Evaluasi Pada evaluasi selama 3 hari perawatan dengan melaukan terapi aktifitas kelompok didapatkan hasil yaitu klien 1: ada kontak mata dan merasa senang. Klien 2: merasa senang dan menjawab salam, klien 3: berjabat tangan dan merasa senang. Evaluasi yang harus dicapai adalah pasien ada kontak mata, menunjukkan rasa senang, mau berjabat tangan, mau menjawab salam, klien mau mengutarakan masalah yang dihadapi dalam melakukan terapi aktifitas kelompok (lilik ma arifatul, 2011).

Berdasarkan teori dan fakta terdapat kesesuain pada pasien harga diri rendah setelah klien dilakukan terapi aktifitas kelompok yaitu klien ada kontak mata, merasa senang, mau berjabat tangan, mau menjawab salam. Simpulan 1. Pengkajian Dari data hasil pengkajian dapat disimpulkan dengan klien harga diri rendah munculnya perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan yang telah diperbuat, merasa bersalah terhadap diri sendiri, kurang percaya diri. 2. Diagnosa Dari pengkajian diatas muncul diagnosa keperawatan yaitu harga diri rendah. 3. Intervensi Intervensi yang dilakukan sama dengan teori yaitu membina hubungan saling percaya, mendiskusikan aspek positif yang dimiliki klien, memberi pujian pada klien, membuat jadwal kepada klien. 4. Implementasi Implementasi yang diberikan pada pasien sesuai dengan intervensi yang direncanakan yaitu terapi aktifitas kelompok peningkatan harga diri rendah. 5. Evaluasi Hasil evaluasi yang didapatkan pengkajian hingga implentasi yaitu klien ada kontak mata, merasa senang, mau berjabat tangan, mau menjawab salam. Rekomendasi Bagi klien yang dilakukan asuhan keperawatan harus melakukan kegiatan yang sudah dijadwalkan. Untuk pembaca asuhan keperawatan terapi aktifitas kelompok peningkatan harga diri rendah dapat melakukan kegiatan yang sudah dijadwalkan. Bagi penulis selanjutnya dalam mengembangkan asuhan keperawatan pada klien harga diri rendah disarankan melakukan asuhan keperawatan lebih lanjut untuk mempertimbangkan terapi aktifitas kelompok kepada klien. Daftar pustaka Anonymus. 2002. Asuhan Keperawatan Profesional Jiwa dan Komunikasi Terapeutik Keperawatan. Malang. Azizah, L. 2011. keperawatan jiwa aplikasi praktik kliniik. jogjakarta. Damayanti. 2012. Konsep dasar keperawatan jiwa. Surakarta. Fatkhul, A. 2014. Pengaruh terapi aktifitas kelompok. Surakarta.

Keliat, budi anna.2004. keperawatan jiwa: terapi aktifitas kelompok. Jakarta : EGC. Keliat. B.A. 2007. Model praktik keperawatan professional jiwa. Jakarta : EGC. Kurniati. S. 2013. Asuhan keperawatan dengan gangguan konsep diri:harga diri rendah. Bogor Muhith, A. 2015. Pendidikan keperawatan teori dan aplikasi. Edisi 1. Yogyakarta: Andi Purwaningsih. 2010. Asuhan keperawatan jiwa. Maha medika, Jogjayakarta. rendah terhadap harga diri klien menarik diri. Malang. Rikesdas, 2007 Stuart, Garl W. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta: EEC. Suliswati dkk. 2005. Asuhan keperawatan dengan gangguan harga diri rendah. Jakarta. Titin sutini. 2007. buku ajar keperawatan jiwa. Bandung. Wakhid dkk. 2010. Penerapan terapi keteraampilan sosial pada klien harga diri rendah. Surakarta. World Healt Organization (WHO), 2009 Yosep, I. 2007. Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika Aditama. Alamat Correspondensi : - Email : miftachul.jannah83@gmail.com - No. Hp : 085748463730