BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Abad ke XXI ditandai oleh pesatnya perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dalam berbagai bidang kehidupan di masyarakat, terutama teknologi informasi dan komunikasi. Perkembangan IPTEK semakin hari semakin pesat sesuai dengan kebutuhan hidup manusia yang semakin hari semakin meningkat. Setiap negara berupaya untuk mengimbangi perkembangan IPTEK guna menyejahterakan rakyat di negaranya. Negara yang dapat menyejahterakan rakyatnya adalah negara maju. Kemajuan suatu bangsa diukur dari sejauh mana kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM) bangsa tersebut dalam menguasai IPTEK. Pendidikan tampak sebagai salah satu kekuatan pendorong untuk mencetak insan masa depan yang berkualitas dalam dunia yang terus dinamis dan diwarnai inovasi IPTEK. Upaya memperbaiki dan meningkatkan mutu pendidikan seakan tidak pernah berhenti. Pendidikan merupakan unsur penting yang harus mendapat prioritas utama. Bukan hanya perubahan kurikulum, namun juga diikuti perubahan model maupun strategi pembelajaran di dalam maupun di luar kelas. Aktivitas pembelajaran yang tidak memberi ruang gerak kepada peserta didik memberi dampak hasil belajar. Ilmu Pengetahuan Alam yang selanjutnya disingkat IPA merupakan salah satu mata pelajaran di SMP yang berkarakteristik memerlukan aktivitas pembelajaran yang tinggi. IPA mempelajari gejala-gejala alam dan penerapannya dalam kehidupan sehari- 1
hari untuk meningkatkan kesejahteraan manusia. Pada hakikatnya, IPA dibangun atas dasar produk ilmiah, proses ilmiah, sikap ilmiah, dan aplikasi ilmiah (Chiappetta & Koballa, 2010: 105). Hakikat IPA dijadikan pedoman dalam pembelajaran IPA. Pembelajaran IPA pada tingkat pendidikan diupayakan untuk berkembang dengan memahami berbagai pandangan tentang makna IPA, yang dalam konteks pandangan hidup dipandang sebagai suatu instrumen untuk mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan sosial manusia. Berdasarkan observasi yang dilakukan di SMP Negeri 2 Berbah menunjukkan bahwa kreativitas peserta didik masih belum optimal. Hal tersebut terlihat pada saat guru mengajukan pertanyaan, peserta didik belum merespon positif terhadap pertanyaan itu sebelum ditunjuk oleh guru. Apabila tidak ada yang menjawab maka akhirnya guru yang menjawab pertanyaan. Selain itu, masih sedikitnya peserta didik yang mengajukan pendapat dan pertanyaan terkait dengan topik pmbelajaran yang mereka hadapi di kelas. Adanya peserta didik yang belum merespon dan mengajukan pertanyaan dari guru inilah sebagai indikator kreativitas peserta didik yang belum optimal. Peneliti melaksanakan observasi yang dilakukan di kelas VIII A dan VIII B, Terdapat 63 peserta didik di kelas tersebut dan hanya terdapat 15 peserta didik (16%) yang kreatif selama kegiatan pembelajaran, seperti menanya, mengungkapkan ide, merespon/ menjawab pertanyaan guru, dan menanggapi pendapat teman. 2
Hasil belajar ranah kognitif IPA peserta didik kelas VIII SMP Negeri 2 Berbah masih belum mencapai standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKN), yaitu dengan KKM 75. Hasil Ulangan Akhir Semester Ganjil untuk mata pelajaran IPA masih di bawah KKM. Peserta didik yang memperoleh nilai di atas KKM ada 16 orang dari 127 orang (12%), sedangkan peserta didik yang memperoleh nilai di bawah KKM ada 111 orang dari 127 orang. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sebagai kurikulum pendidikan yang berlaku saat ini. Salah satu pendekatan yang digunakan dalam pengembangan KTSP berpusat pada peserta didik atau humanistik (learner based curriculum). Pendekatan berpusat pada peserta didik atau humanistik memandang belajar berfokus pada arah yang jelas untuk membantu mengembangkan potensi peserta didik secara utuh dan optimal (Dakir, 2004: 7). KTSP memberikan saran bahwa salah satu upaya dalam mengantisipasi kurang optimalnya kreativitas dan hasil belajar kognitif peserta didik adalah mengoptimalkan komponen-komponen terkait dalam pembelajaran IPA. Komponen-komponen tersebut diantaranya kurikulum, sarana dan prasarana, guru, peserta didik, model pembelajaran, metode pembelajaran pendekatan, strategi, metode, maupun teknik pembelajaran IPA di kelas. Berhasil atau tidaknya pencapaian pembelajaran banyak tergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh peserta didik, kemudian juga tidak lepas dari guru dalam menerapkan model pembelajaran yang dapat mendorong peserta didik untuk belajar. 3
Model pembelajaran yang tepat dapat menghidupkan suasana kelas. Suasana kelas yang hidup dan kondusif dapat meningkatkan minat maupun motivasi peserta didik dalam pembelajaran sehingga hasil belajar maupun kreativitas turut meningkat. Guru diharapkan dapat mengembangkan suatu model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan mengembangkan, menemukan, menyelidiki, dan mengungkapkan ide peserta didik. Dengan kata lain, diharapkan agar guru dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan kreativitas peserta didik dalam bidang IPA. Salah satu model pembelajaran yang dapat membantu peserta didik melatih kreativitas adalah model pembelajaran berdasarkan masalah (Problem Based Learning). Model pembelajaran Problem Based Learning merupakan model pembelajaran berdasarkan pendekatan autentik (nyata) sehingga peserta didik dapat menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuhkembangkan keterampilan yang tinggi dan inkuiri, memandirikan peserta didik, kreativitas dan meningkatkan kepercayaan dirinya (Arends, 2007: 106). Model pembelajaran Problem Based Learning melibatkan peran peserta didik dalam proses pembelajarannya. Peserta didik diberikan kebebasan dalam berpikir kreatif serta aktif berpartisipasi dalam mengembangkan penalarannya dalam materi yang diajarkan, mampu menggunakan penalarannya dalam materi yang diajarkan serta mampu menggunakan penalarannya dalam menyelesaikan permasalahan dari sebuah fenomena yang ada di kehidupan sehari-hari. Fenomena-fenomena yang ditemui oleh peserta didik bermacam-macam bentuknya dan banyak dijumpai di lingkungan sekitar. Fenomena yang ada 4
dalam kehidupan sekitar tidak jarang merupakan sebuah permasalahan yang harus dicari solusinya, akan tetapi hal tersebut belum sepenuhnya disadari oleh peserta didik secara khusus dan masyarakat secara umumnya. Salah satu permasalahan yang ada di lingkungan sekitar peserta didik adalah maraknya zat aditif berbahaya yang terkandung dalam makanan. Sebagian besar makanan yang dikonsumsi oleh peserta didik merupakan makanan yang dijual di lingkungan sekolah. Peserta didik yang kurang sadar mengenai makanan yang mengandung zat aditif berbahaya menyebabkan peserta didik tetap mengonsumsi makanan berbahaya tersebut. Dampak peserta didik yang mengonsumsi makanan berbahaya tersebut menyebabkan beberapa hal, misalnya diare, radang tenggorokan, bahkan apabila dikonsumsi dalam jangka panjang menyebabkan gangguan ginjal dan kanker hati. Oleh karena itu, untuk membentuk sikap peka peserta didik terhadap permasalahan yang terjadi dari permasalahan tersebut, dibutuhkan pengembangan penalaran untuk menyusun pengetahuan terhadap fenomena lingkungan sekitar. Pengembangan tersebut dapat diterapkan melalui pembelajaran di kelas dengan media tertentu. Media pembelajaran merupakan alat bantu dalam proses belajar, baik di dalam maupun di luar kelas, yang bertujuan sebagai komunikasi dan interaksi guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran (Arsyad, 2011: 54). Media pembelajaran dalam proses belajar dapat berupa kontekstual yang dapat membantu proses pembelajaran di kelas. Salah satu contoh media pembelajaran kontekstual yaitu newspaper (surat kabar). 5
Media surat kabar adalah media komunikasi massa dalam bentuk cetakan yang tidak perlu diragukan lagi peranan dan pengaruhnya dalam masyarakat (Duwi Saputra, 2012: 22). Pengaruh media surat kabar tidak diragukan lagi karena surat kabar menyimpan berbagai informasi yang terjadi di lingkungan sekitar dan sudah disusun sedemikian rupa agar mudah dinalar oleh pembaca sebagai sumber pengetahuan. Selain itu, media surat kabar memuat informasi terbaru yang belum lama terjadi di lingkungan masyarakat. Dengan kelebihan media surat kabar tersbut, surat kabar dapat dijadikan alternatif media pada model pembelajaran berdasarkan masalah sekaligus sebagai sarana peserta didik untuk belajar menyusun pengetahuan dan mengembangkan penalarannya. Problem Based Learning dengan Newspaper telah dibahas pada tahun 2014 dalam The Intenational Conference New Perspectives in Science Education tentang Context-based Science Education by Newspaper Story and Other Authentic Learning Activities: a Research Program on Motivation and Learning Effects menyatakan bahwa pembelajaran IPA dengan masalah berdasarkan artikel surat kabar dan konteks kehidupan nyata dapat menumbuhkan motivasi belajar dan pelaksanaan pembelajaran di kelas karena media yang digunakan mudah diadaptasi (Muller & Kuhn, 2014: 31). Berdasarkan uraian di atas, penggunaan model pembelajaran yang melibatkan peserta didik mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran yang meningkatkan hasil belajar dan kreativitas. Dipilihnya model pembelajaran Problem Based Learning dalam penelitian ini pada 6
dasarnya lebih mendorong peserta didik lebih aktif memperoleh pengetahuan serta berpartisipasi dalam proses pembelajaran. Dengan demikian, dapat diharapkan dapat meningkatkan kreativitas IPA melalui fenomena-fenomena yang ada sehingga berpengaruh terhadap hasil belajar kognitif. Berdasarkan alasan-alasan tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning dengan Newspaper terhadap Kreativitas dan Hasil Belajar Kognitif Peserta Didik Kelas VIII SMP Negeri 2 Berbah B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, beberapa masalah dapat diidentifikasi sebagai berikut. 1. Kreativitas peserta didik kelas VIII SMP Negeri 2 Berbah masih rendah, hal tersebut ditunjukkan dari kurang partisipasi aktif peserta didik dalam mengikuti proses belajar IPA. Hanya 15% peserta didik yang aktif mengikuti proses belajar, antara lain merespon pertanyaan guru dan menanyakan segala hal yang belum ia pahami. Padahal peserta didik yang memiliki kreativitas tinggi seharusnya dapat mengikuti proses pembelajaran secara aktif pasrtisipatif. 2. Hasil belajar kognitif peserta didik kelas VIII SMP Negeri 2 Berbah masih rendah, hal tersebut ditunjukkan dari 12% peserta didik kelas VIII di SMP Negeri 2 Berbah masih belum mencapai standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), yaitu dengan KKM 75. Padahal pembelajaran dikatakan 7
berhasil apabila peserta didik mencapai ketuntasan hasil belajar sekitar 75%. 3. Komponen-komponen dalam pembelajaran IPA dapat menentukan keberhasilan peserta didik dalam melaksanakan proses belajarnya. Contoh komponen tersebut adalah kurikulum, model, dan pendekatan pembelajaran IPA. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mengutamakan pembelajaran IPA berpusat pada peserta didik atau humanistik (learner based curriculum), namun proses pembelajaran IPA di SMP Negeri 2 Berbah masih didominasi oleh peran guru sebagai sumber pengetahuan. 4. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mengutamakan proses pembelajaran IPA menggunakan model pembelajaran terpadu berbasis masalah secara autentik, namun model pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran IPA di SMP Negeri 2 Berbah masih konvensional dengan metode ceramah dan tanya jawab. 5. Penggunaan zat aditif berbahaya dalam makanan merupakan salah satu permasalahan yang ada di sekitar peserta didik. Peserta didik seharusnya peka terhadap permasalahan dan solusi dalam mengatasi permasalahan tersebut, namun peserta didik belum peka terhadap permasalahan maupun solusi tersebut karena belum optimalnya peran guru dalam memfasilitasi peserta didik menggunakan media untuk menyajikan permasalahan secara autentik kepada peserta didik. Salah satu contoh media yang dapat digunakan adalah newspaper (surat kabar). 8
C. Batasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah, maka penelitian ini dibatasi pada masalah nomor 1, 2, dan 4. Masalah nomor satu dan dua yaitu kreativitas dan hasil belajar kognitif peserta didik belum optimal. Masalah nomor empat yaitu model pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran IPA masih bersifat konvensional dengan metode ceramah dan tanya jawab sehingga guru belum inovatif dalam menyajikan permasalahan secara autentik. D. Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah, rumusan masalah pada penelitian ini adalah: 1. Bagaimana pengaruh model pembelajaran Problem Based Learning dengan Newspaper terhadap kreativitas peserta didik kelas VIII SMP Negeri 2 Berbah? 2. Bagaimana pengaruh model pembelajaran Problem Based Learning dengan Newspaper terhadap hasil belajar kognitif peserta didik kelas VIII SMP Negeri 2 Berbah? E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan, tujuan penelitian ini adalah: 1. Menganalisis pengaruh model pembelajaran problem based learning dengan newspaper terhadap kreativitas peserta didik kelas VIII SMP Negeri 2 Berbah. 9
2. Menganalisis pengaruh model pembelajaran problem based learning dengan newspaper terhadap hasil belajar kognitif peserta didik kelas VIII SMP Negeri 2 Berbah. F. Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan, penelitian ini dapat dimanfaatkan dalam beberapa hal sebagai berikut. 1. Bagi peserta didik Manfaat penelitian bagi peserta didik antara lain melatih peserta didik agar mampu memahami konsep dalam mata pelajaran IPA secara utuh sehingga dengan mudah siswa dapat menyelesaikan permasalahan IPA yang pada akhirnya kreativitas meningkat. 2. Bagi guru Manfaat penelitian ini bagi guru antara lain: a. Membantu guru IPA dalam menentukan model pembelajaran IPA yang efektif dengan kurikulum yang berlaku. b. Memicu kreativitas guru dalam menyajikan materi IPA secara utuh/ holistik. 3. Bagi peneliti lain Manfaat penelitian ini bagi peneliti lain adalah memberikan usulan bagi peneliti lain sebagai acuan untuk pengembangan lebih lanjut mengenai proses pembelajaran IPA yang lebih baik. 10