BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sumber daya alam yang dimiliki negara Indonesia sangatlah beragam, sumber daya alam dari sektor kehutanan merupakan salah satu penyumbang bagi perekonomian Indonesia. Hutan yaitu sumber daya alam yang memiliki beragam manfaat barang dan jasa yang mutlak dibutuhkan oleh manusia sepanjang masa. Produk kehutanan yang dapat dimanfaatkan dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu produk hasil hutan kayu dan produk hasil hutan non kayu. Hasil hutan non kayu merupakan seluruh produk hasil hutan selain kayu yang dapat dimanfaatkan secara langsung maupun melalui proses pengolahan lanjutan. Mengacu pada Undang-undang No. 41/1999 tentang Kehutanan maka produk-produk hasil hutan non kayu dapat berupa bendabenda hayati (nabati dan hewani), non hayati (fungsi konservasi dan jasa, tidak termasuk benda-benda tambang) dan produk-produk langsung yang diperoleh melalui proses pengolahan (disebut produk turunan). Kasmudjo (2011) menyebutkan bahwa hasil hutan non kayu dapat dibagi lagi menjadi beberapa kelompok, diantaranya yaitu kelompok tumbuhan berkekuatan, kelompok tumbuhan ekstraktif, kelompok produk hasil budidayadan kelompok minor produk hasil hutan non kayu. Kelompok hasil hutan non kayu selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut: 1
2 Tabel 1.1 Kelompok Hasil HutanNon Kayu No Kelompok Sub Kelompok Contoh Produk 1 Tumbuhan a. Monokotil Rotan, kelapa/kelapa sawit, Berkekuatan nipah, sagu, aren, gebang, siwalan b. Rumput-rumputan Bambu 2 Tumbuhan Ekstraktif 3 Produk Hasil Budidaya a. Minyak-minyakan Minyak atsiri : minyak kayu putih, minyak ekalip, minyak nilam, minyak cendana, minyak kulit manis, minyak akar wangi, minyak kapulaga dan lainlain Minyak lemak : minyak tengkawang, minyak kemiri, minyak jarak dan lain-lain b. Getah-getahan Getah resin :gondorukem, kopal, damar, kemenyan, jernang dan lain-lain Getah karet : jelutung, perca, hangkang, ketiau dan lain-lain Getah perekat alami (gom) : getah bendo, getah akasia, getah mahoni, dan lain-lain c. Ekstrak lain Bahan penyemak : gambir, a. Sutera alam b. Lak c. Madu lebah tannin Bahan pewarna : gambir, soga Alkaloid/obat : kina Benang/kain sutera alam Lak batang, lak butiran, lak lembaran, lak putih Madu, pollen, royal jelly 4 Minor Produk Hasil Hutan Non Kayu (Relatif) Sumber : (Kasmudjo, 2011) a. Tumbuhan obat b. Jamur c. Walet d. Aneka umbi-umbian e. Aneka buah-buahan f. Rumput-rumputan g. Arang dan lain-lain Daun-daunan, kulit, umbi, akar dan lain-lain Kuping, tiram, shitake dan lain-lain Obat dan makanan Obat dan makanan Obat dan makanan Obat, makanan dan pakan hewan Bahan bakar dan lain-lain Minyak kayu putih merupakan salah satu produk hasil hutan non kayu yang dikenal luas oleh masyarakat karena beragam manfaat dan aromanya
3 yang khas. Minyak kayu putih dihasilkan dari proses destilasi atau penyulingan daun kayu putih (Melaleuca cajuputi subsp cajuputi). Minyak kayu putih tergolong dalam minyak atsiri atau essential oil yaitu jenis minyak encer, bening yang diperoleh dari semua bagian tumbuhan melalui proses distilasi (penyulingan) atau ekstraksi (Kasmudjo, 2014). Kebutuhan minyak kayu putih di dalam negeri sampai saat ini diperkirakan masih defisit sehingga dalam industri farmasi diperlukan produk komplementer berupa minyak eucalyptus yang diimpor dari RRC dalam jumlah yang tidak sedikit. Melihat produksi minyak kayu putih yang belum memenuhi kebutuhan tersebut maka masih terbuka lebar peluang untuk meningkatkan produksi minyak kayu putih di Indonesia dengan tingkat keterlibatan masyarakat yang lebih intensif (Kartikawati dkk, 2014). Dari informasi tersebut dapat dilihat bahwa prospek bisnis pengusahaan minyak kayu putih ini masih terbuka lebar. Usaha penyulingan kayu putih ini sangat prospektif untuk dikembangkan, selain bahan bakunya yang mudah untuk dibudidayakan termasuk pada lahan kritis sekalipun, juga masih banyaknya permintaan akan minyak kayu putih dalam negeri yang belum dapat dipenuhi dari sumber sendiri. Belum terpenuhinya kebutuhan dalam negeri tersebut dikarenakan masih sedikitnya produsen minyak kayu putih yang ada di Indonesia, diantaranya Perum Perhutani, Dinas Kehutanan dan Perkebunan Provinsi DIY, industri rakyat di Kepulauan Maluku dan beberapa sumber kecil lainnya.
4 Salah satu perusahaan yang bergerak dalam pengusahaan minyak kayu putih di Indonesia adalah Pabrik Minyak Kayu Putih Sendang Mole. Pabrik Minyak Kayu Putih Sendang Mole merupakan salah satu pabrik pengolahan minyak kayu putih terbesar di Provinsi DIY. Pabrik Minyak Kayu Putih Sendang Mole berlokasi di Kecamatan Playen Kabupaten Gunungkidul ini telah ada sejak tahun 1971. Pabrik minyak kayu putih ini didirikan sebagai bentuk pemanfaaatan hasil tanaman kayu putih yang ada di empat lokasi tanam yaitu BDH Karangmojo, BDH Playen, BDH Paliyan dan BDH Panggang. Menurut Cahyowati (2004), usaha penyulingan minyak kayu putih di Pabrik Minyak Kayu Putih Sendang Mole memiliki prospek yang menguntungkan. Dalam hasil penelitian Cahyowati (2004) yang berjudul Evaluasi Kelayakan Usaha Pabrik Minyak Kayu Putih Sendang Mole, Playen, Gunungkidul, Yogyakarta disebutkan bahwa nilai NPV, IRR dan BCR pada analisis finansial berturut-turut adalah sebesar Rp 5.780.409.935,00; 2,3109; dan 81,60%. Pada tahun 2009, dilakukan penggantian alat produksi dengan kapasitas produksi lebih besar, serta dilakukan pembaruan gedung pabrik dan kantor Pabrik Minyak Kayu Putih Sendang Mole. Dengan dilakukannya penggantian alat produksi tersebut, maka diharapkan hasil produksi pabrik mengalami peningkatan. Namun di sisi lain, penggantian alat produksi tersebut juga meningkatkan biaya produksi yang harus dikeluarkan. Sehingga perlu
5 dilakukan analisis finansial untuk mengetahui tingkat kelayakan pengusahaan minyak kayu putih di Pabrik Minyak Kayu Putih Sendang Mole. 1.2.Rumusan Masalah Dalam kegiatan operasinya, Pabrik Minyak Kayu Putih Sendang Mole mempunyai biaya tetap dan biaya variabel. Karena adanya unsur variabel di satu pihak dan unsur tetap di lain pihak, maka dapat terjadi bahwa suatu perusahaan dengan volume produksi tertentu menderita kerugian, karena penghasilan penjualannya hanya menutup biaya variabel dan sebagian saja dari biaya tetap (Riyanto, 2015). Dalam sehari maksimal Pabrik dapat memasak 18 ton daun, namun hal tersebut hanya berlaku apabila tersedia bahan baku. Kapasitas terpasang pabrik belum dapat terpenuhi atau volume produksi minyak kayu putih yang dihasilkan masih belum maksimal. Hasil penjualan produksi merupakan sumber pendapatan yang dibutuhkan pabrik dalam kegiatan operasinya, yakni untuk menutup biaya variabel dan biaya tetap selama kegiatan produksi berlangsung. Biaya variabel sendiri kebutuhannya menyesuaikan volume produksi, jadi semakin besar volume produksi maka semakin besar pula biaya variabelnya. Berbeda dengan biaya variabel yang meningkat seiring dengan meningkatnya volume produksi, biaya tetap akan semakin kecil seiring dengan bertambahnya volume produksi penjualan. Seperti yang dikemukakan oleh Riyanto (2015), volume produksi penjualan berupa penghasilan penjualan harus dapat tepat menutup biaya totalnya untuk dapat menghindarkan kerugian.
6 Berdasarkan laporan harian produksi minyak kayu putih PMKP Sendang Mole tahun 2011-2015 diketahui bahwa volume produksi yang dihasilkan pabrik saat ini masih di bawah kapasitas terpasang pabrik.oleh karena itu, perlu dilakukan analisis finansial di Pabrik Minyak Kayu Putih Sendang Mole untuk mengetahui kelayakan usaha kegiatan pengusahaan minyak kayu putih ini sehingga dapat diketahui tingkat profitabilitasnya. 1.3.Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kelayakan finansial pengusahaan minyak kayu putih di Pabrik Minyak Kayu Putih Sendang Mole dengan menggunakan parameter NPV, BCR dan IRR. 1.4.Manfaat Penelitian 1. Memberikan informasi kepada Perusahaan mengenai besarnya nilai keuntungan finansial dari pengusahaan Minyak Kayu Putih. 2. Dapat dijadikan bahan referensi untuk penelitian kegiatan sejenis maupun penelitian lain selanjutnya. 3. Dapat memberikan informasi mengenai kondisi industri penyulingan minyak kayu putih dan dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan pelaksanaan dan pengembangan usaha penyulingan minyak kayu putih ini.