digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan Pembangunan Nasional adalah mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Pembangunan merupakan salah satu cara untuk mencapai keadaan tersebut. Adanya pembangunan selain memberikan dampak positif juga memberi dampak negatif terutama ditunjukkan oleh berbagai masalah tenaga kerja dan kesempatan kerja. Hal ini menjadi masalah yang serius bagi bangsa Indonesia, mengingat jumlah penduduk yang pada gilirannya merupakan penawaran tenaga kerja yang berlebihan, sedangkan permintaan tenaga kerja dipasar tenaga kerja sangat terbatas sehingga akan menambah angka penggangguran serta akan menimbulkan keresahan sosial. Lapangan kerja sektor formal merupakan prioritas utama bagi tenaga kerja di Indonesia. Akibat terjadinya krisis ekonomi, banyak terjadi PHK sehingga perlu dikembangkan lapangan kerja pada sektor informal. Sektor informal terlihat tidak mampu menampung tenaga kerja seperti harapan kita, tetapi pada kenyataannya sektor informal bisa menjadi penyelamat bagi masalah ketenagakerjaan yang kita hadapi. Bidang informal yang berpotensi untuk diangkat dan digali menjadi salah satu bidang usaha yang menghasilkan keuntungan sekaligus dapat menyerap tenaga kerja. 1
digilib.uns.ac.id 2 Harsiwi (2003) setiap usaha di sektor informal dituntut memiliki daya adaptasi yang tinggi secara tepat dan usaha antisipasi perkembangan dalam lingkungan usaha agar sektor informal tersebut dapat bertahan dalam keadaan yang sulit sekalipun. Dibalik era perubahan yang terus-menerus terjadi, tentunya peluang usaha yang dapat dimanfaatkan secara optimal. Dalam hal ini usaha di sektor informal diharapkan mampu mengidentifikasikan peluang yang muncul akibat adanya perubahan tersebut. Usaha berdagang merupakan bagian dari sektor informal yang mempunyai kedudukan dan peranan yang strategis dalam peningkatan taraf hidup dan pendapatan masyarakat. Sektor ini merupakan salah satu penyumbang terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia terutama di Kota Surakarta. Berikut adalah PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Kota Surakarta tahun 2008-2011. Tabel 1.1 PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Kota Surakarta Tahun 2008-2011 (Jutaan Rupiah) Lapangan Usaha 2008 % 2009 % 2010 % 2011 % Pertanian 4.726 0,06 5.007 0,06 5.532 0,06 5.927 0,05 Pertambangan dan Galian 2.945 0,04 2.994 0,03 2.942 0,03 3.01 0,03 Industri Pengolahan 1.838.499 23,27 1.592.356 17,93 2.081.494 20,94 2.233.248 20,32 Listrik, Gas dan Air Bersih 203.337 2,57 227.937 2,57 259.004 2,61 287.576 2,62 Bangunan 1.140.846 14,44 1.314.189 14,80 1.440.525 14,49 1.584.659 14,42 Perdagangan 1.984.698 25,12 2.223.561 25,04 2.556.483 25,72 2.885.293 26,25 Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan dan Jasa Perusahaan 884.951 11,20 986.323 11,11 1.106.229 11,13 1.206.106 10,97 863.921 10,93 976.355 10,99 1.123.362 11,30 1.282.678 11,67 Jasa-jasa 977.959 12,38 1.192.017 13,42 1.365.561 13,74 1.504.470 13,69 PDRB 7.901.886 10000 8.880.692 10000 9.941.136 10000 10.992.971 10000 Sumber: BPS, Surakarta Dalam Angka 2011
digilib.uns.ac.id 3 Tabel 1.1 dapat diketahui bahwa sektor perdagangan merupakan penyumbang terbesar dalam PDRB kota Surakarta yaitu sebesar 25,12% pada tahun 2008, 25.04% pada tahun 2009, 25.72% pada tahun 2010, dan pada tahun 2011 sebesar 26.25% dari total PDRB Atas Harga Berlaku Kota Surakarta. Pasar merupakan salah satu instrumen dari sektor perdagangan. Pasar adalah sebuah tempat yang mempertemukan penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi dalam rangka kegiatan ekonomi. Mankiw (2007) Pasar adalah sekumpulan pembeli dan penjual dari sebuah barang atau jasa tertentu. Para pembeli sebagai sebuah kelompok yang menentukan permintaan terhadap produk dan para penjual sebagai kelompok yang menentukan penawaran terhadap produk. Pengertian pasar yang lainnya adalah area tempat jual beli barang dengan jumlah penjual lebih dari satu baik yang disebut sebagai pusat perbelanjaan, pasar tradisional, pertokoan, mall, plasa, pusat perdagangan maupun sebutan lainnya (Perpres No. 112 Tahun 2007 Pasal 1). Secara umum terdapat dua jenis pasar antara lain pasar modern dan pasar tradisional. Menurut Pepres RI Nomor 112 tahun 2007 pengertian pasar tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), termasuk kerjasama swasta dengan tempat usaha berupa toko, kios, los dan tenda yang dimiliki maupun dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya masyarakat atau koperasi
digilib.uns.ac.id 4 dengan usaha skala kecil, modal kecil dan dengan proses jual beli barang dagangan melalui tawar-menawar. Dengan adanya peran pemerintah daerah serta pengelolaan yang baik terhadap pasar tradisional akan mampu menjadi sumber pendapatan yang signifikan bagi pemerintah daerah maupun masyarakat. Dengan peningkatan pendapatan yang diterima oleh Pemerintah Daerah tentunya akan memberikan dampak positif terhadap PDRB daerah tersebut. Pasar tradisional memiliki keunggulan yang tidak dimiliki oleh pusat perbelanjaan modern yaitu adanya sistem tawar menawar yang menunjukkan keakraban antara penjual dan pembeli. Di pasar tradisional terdapat suatu komunikasi yang tidak akan ditemui di pusat perbelanjaan modern. Sistem tawar menawar dalam transaksi jual beli di pasar tradisional membuat suatu hubungan tersendiri antar penjual dan pembeli. Pasar tradisional di Kota Surakarta berperan dalam mendorong kelancaran distribusi barang kebutuhan masyarakat walaupun harus bersaing dengan toko modern yang semakin berkembang. Perhatian Pemerintah Kota Surakarta terhadap keberadaan pasar tradisional antara lain dengan menerbitkan Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Surakarta Nomor 5 Tahun 1983 tentang Pasar, dan Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Surakarta Nomor 3 Tahun 1993 yang berisi tentang Pasar serta pembangunan atau rehabilitasi pasar tradisional secara berkesinambungan.
digilib.uns.ac.id 5 Kontribusi Pendapatan Asli Daerah (PAD) 2011 berasal dari pasar tradisional sebesar Rp 20.3 miliar dari total PAD sebesar Rp. 132 miliar. Sumber setoran dari pasar tradisional antara lain berasal dari retribusi para pedagang, penjualan kios, dan perpanjangan surat hak penempatan. Seiring perkembangan zaman dan kemajuan teknologi yang semakin canggih, pasar tidak hanya merupakan tempat terjadinya transaksi jual beli dengan masyarakat yang ada disekitar pasar, lebih dari itu pasar juga dijadikan sarana penggerak perekonomian dalam skala besar (Nindya, 2007). Sebagai upaya dalam menjadikan pasar tradisional sebagai salah satu motor penggerak dinamika perkembangan perekonomian suatu kota, maka diperlukan adanya pasar yang beroperasi secara optimal dan efisien serta dapat melayani kebutuhan masyarakat. Adanya ancaman terhadap eksistensi keberadaan pasar tradisional sebagai penggerak perekonomian rakyat yang membumi dikarenakan legalitas kepemilikan asing terhadap perusahaan ritel serta belum terakomodirnya kepentingan pasar tradisional. Kesamaan fungsi yang dimiliki pasar tradisional dan pasar modern, telah menimbulkan persaingan antara keduanya (Ayuningsasi, 2010). Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kembali kondisi pasar tradisional dapat berupa peremajaan dan renovasi keadaan fisik maupun non fisik. Revitalisasi pasar tradisional merupakan salah satu cara yang diterapkan pemerintah untuk meningkatkan daya saing pasar tradisional
digilib.uns.ac.id 6 dengan pasar modern, sehingga memperbaiki perekonomian masyarakat terutama masyarakat kecil dan menengah. Danisworo (2002), revitalisasi adalah upaya untuk memvitalkan kembali suatu kawasan atau bagian kota yang dulunya pernah vital atau hidup, akan tetapi kemudian mengalami kemunduruan/degradasi. Pasar tradisional direvitalisasi karena secara fisik dahulunya cukup memprihatinkan yakni sempit, kumuh dan tidak tertata. Secara umum pasar-pasar tersebut sudah padat, terlihat dari barang-barang dagangan yang digeletakkan diluar kios, selain itu pula pasar tidak memiliki lahan parkir yang memadai sehingga tidak jarang menimbulkan kemacetan tetapi dengan revitalisasi pasar diharapkan dapat memperbaiki citra tersebut. Penataan dan revitalisasi lokasilokasi di beberapa titik di Kota Surakarta termasuk pasar tradisional tidak saja mempercantik kota dan meningkatkan potensi pasar tradisional, namun juga diharapkan dapat memicu peluang pertumbuhan ekonomi. Program revitalisasi pasar tradisional digagas dengan maksud menjawab semua permasalahan yang melekat pada pasar tradisional. Penyebabnya pasar tradisional dikelola tanpa inovasi yang berarti mengakibatkan pasar menjadi tidak nyaman dan kompetitif (Kasali, 2007). Dalam menjalankan aktivitas ekonomi di pasar tradisional, kondisi fisik memegang peranan penting. Program revitalisasi pasar tradisional juga menyentuh tata kelola (kelembagaan) pasar. Mewujudkan pasar yang profesional haruslah dikelola dengan manajemen yang terpadu dimana manajemen pasar terintegrasi menjadi satu (Paramita dan Ayuningsasi, 2013).
digilib.uns.ac.id 7 Taman Pasar Burung Depok adalah sebuah pasar di daerah Manahan yang khusus menjual aneka jenis hewan unggas. Ada juga bermacam-macam hewan lain, pakan ternak, serta kandang burung berbagai ukuran. Banyaknya jenis burung yang dijual di sana membuat Taman Pasar Burung Depok dikenal dengan nama Pasar Burung Depok. Taman Pasar Burung Depok adalah pindahan dari pasar burung yang ada di daerah Widuran Surakarta kira-kira tahun 1970-1980an. Banyaknya pedagang burung yang memadati jalan Sultan Syahrir waktu itu maka para pedagang kemudian dipindahkan ke daerah Manahan. Pasar Burung Depok masuk dalam RW 4 Kelurahan Manahan. Banyaknya pengunjung dan bertambahnya usaha pedagang di tempat itu maka pemerintah surakarta melakukan revitalisasi. Revitalisasi yang dilakukan Pemkot Surakarta diharapkan konsumen semakin banyak, keuntungan pedagang semakin meningkat, serta dapat ditarik kesimpulan apakah revitalisasi tersebut membawa dampak positif terhadap keuntungan pedagang. Revitalisasi Pasar Burung Depok, Banjarsari, Solo diresmikan pada hari Rabu tanggal 27 maret 2013. Atas dasar permasalahan di atas Peneliti mengambil judul penelitian Analisis Kuntitatif dan Kualitatif Pengaruh Revitalisasi Pasar Terhadap Tingkat Keuntungan Pedagang di Taman Pasar Burung Depok Surakarta.
digilib.uns.ac.id 8 B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana perbedaan keuntungan pedagang di Taman Pasar Burung Depok Surakarta sebelum dan sesudah revitalisasi pasar? 2. Bagaimana pengaruh modal usaha, pengalaman kerja, Tingkat pendidikan, maupun jam kerja terhadap keuntungan pedagang setelah Taman Pasar Burung Depok Surakarta direvitalisasi? 3. Hambatan-hambatan apa saja yang dialami pedagang? 4. Apa saja Peran asosiasi pedagang di Taman Pasar Burung Depok Surakarta? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui perbedaan keuntungan pedagang di Taman Pasar Burung Depok Surakarta sebelum dan sesudah revitalisasi pasar. 2. Untuk mengetahui pengaruh modal usaha, pengalaman kerja, Tingkat pendidikan,maupun jam kerja terhadap keuntungan pedagang di Taman Pasar Burung Depok Surakarta. 3. Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang dialami pedagang 4. Untuk mengetahui peran asosiasi pedagang setelah pasar direvitalisasi. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Pedagang Memberi masukan kepada pedagang, agar keuntungan yang diperoleh pedagang mengalami peningkatan.
digilib.uns.ac.id 9 2. Bagi Pemerintah Daerah Kota Surakarta Sebagai sumbangan pemikiran dari penulis terhadap upaya pemerintah daerah kota Surakarta dalam rangka pengembangan dan peningkatan kualitas pasar tradisional di Kota Surakarta pada umumnya dan Taman Pasar Burung Depok Surakarta pada khususnya. 3. Bagi Peneliti Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan memperluas pengetahuan. 4. Bagi Fakultas Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi dan sebagai pembanding dengan penelitian sejenis lainnya.