BAB I PENDAHULUAN. Djamarah dan Zain (2006:76), menyatakan Sebagai salah satu sumber

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan dasar bagi pengetahuan manusia. Bahasa juga dikatakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi (SK) : 13. Memahami pembacaan cerpen (KD) : 13.1

BAB I PENDAHULUAN. selalu diupayakan pemerintah dengan berbagai cara, seperti penataan guru-guru,

BAB I PENDAHULUAN. faktor utamanya, sehingga sastra bisa disebut dengan seni bahasa.

I. PENDAHULUAN. hasil belajar siswa disekolah. Kurikulum yang digunakan saat ini adalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terampil menulis, agar mereka dapat mengungkapkan ide, gagasan, ataupun

I. PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini akan dibahas beberapa hal mengenai gambaran umum

BAB I PENDAHULUAN. tidak lain sebagai alat menanamkan nilai-nilai atau moral dan budi pekerti, agar

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan pada pembelajaran sastra saat ini. Kondisi itu menyebabkan hasil belajar

BAB I PENDAHULUAN. oleh siswa. Sastra terbagi menjadi beberapa jenis misalnya puisi, cerpen, novel,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum 2013 pada pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA di sekolah saat ini menuntut para guru harus selalu. kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan melalui

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan tidak dapat di pisahkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

II. KAJIAN TEORI. 2.1 Belajar dan Pembelajaran Pengertian Belajar dan Pembelajaran. Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui

I. PENDAHULUAN. Kondisi pendidikan di Indonesia saat ini semakin hari kualitasnya makin

I. PENDAHULUAN. mutu Sumber Daya Manusia (SDM). Undang-Undang Nomor 20 Tahun. Berdasarkan hal itu pemerintah terus berupaya mewujudkan kualitas

BAB 1 PENDAHULUAN. ke jenjang menengah itu, pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang wajib diajarkan di pendidikan formal mulai dari tingkat

I. PENDAHULUAN. kreatif, terampil, bertanggung jawab, produktif, dan berakhlak. Fungsi lain dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berbicara tentang pendidikan, berarti membicarakan tentang hidup dan kehidupan

memiliki tujuan pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah yakni siswa terampil berbahasa. Keterampilan berbahasa diajarkan kepada siswa agar mampu

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatan mutu pendidikan pemerintah. mengeluarkan berbagai kebijakan. Salah satu kebijakannya adalah mengganti

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Hasil belajar siswa sangat dipengaruhi oleh kualitas pembelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. baik itu puisi maupun prosa (cerita pendek dan novel). Pemilihan sumber bacaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis. Selain itu, pembelajaran bahasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya, belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk Kompetensi Dasar 15.1 yaitu Menjelaskan alur cerita, pelaku, dan

I. PENDAHULUAN. Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang wajib diikuti oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. oleh siswa kelas X. Hal ini sesuai dengan kurikulum yang saat ini berlaku di

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengaplikasikan materi ajar yang didapatnya di kelas ke dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. pendekatan scientific akan menyentuh tiga ranah, yaitu: sikap (afektif), pengetahuan (kognitif), dan keterampilan (psikomotor).

BAB I PENDAHULUAN. guru menempati titik sentral pendidikan. Peranan guru yang sangat penting adalah

Oleh Desi Khairani Drs. Sanggup Barus, M.Pd.

II. TINJAUAN PUSTAKA. berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu kata efektif juga dapat

BAB I PENDAHULUAN. deskripsi, eksposisi, argumentasi, proposal, surat resi, surat dinas, rangkuman,

BAB I PENDAHULUAN. unsur yang terkait didalamnya saling mendukung. Dalam kegiatan belajar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang Masalah. Upaya yang dilakukan guru untuk meningkatkan kemampuan berpikir

BAB I PENDAHULUAN. ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia yang didalamnya terdapat

BAB I. pembelajaran yang berlangsung sehingga siswa cenderung pasif. Sikap siswa yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan berbicara sangat diperlukan untuk berkomunikasi lisan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sastra telah banyak beredar di lingkungan masyarakat. kejadian yang menyangkut persoalan jiwa/ kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk dapat mengaplikasikanya dalam kehidupan sehari harinya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesusastraan merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPS diajarkan berjenjang mulai dari tingkat bawah SD/MI

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah seperti penyelidikan, penyusunan dan

BAB I PENDAHULUAN. [Type text]

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Titik sentral yang harus dicapai oleh setiap kegiatan belajar mengajar

BAB I PENDAHULUAN. kunci penting dalam abad ke 21 ini. Oleh karena itu, siswa perlu dipersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia dalam sebuah Negara. dikembangkan dalam semua aspek kehidupan. Karena itu negara harus

METODE DISKUSI KELOMPOK MODEL KEPALA BERNOMOR SEBAGAI INOVASI METODE PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA SMP DALAM MENANGGAPI PEMBACAAN CERPEN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam kehidupan, pendidikan memegang peranan penting karena

II. TINJAUAN PUSTAKA. hidup manusia sebagai makhluk sosial. Pembelajaran kooperatif merupakan. semua mencapai hasil belajar yang tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Drama merupakan satu jenis karya sastra yang berbentuk fiksi maupun

BAB I PENDAHULUAN. belajar untuk mengamati, menentukan subkompetensi, menggunakan alat dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengajaran Bahasa Indonesia memegang peranan yang sangat penting di

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

RANGKUMAN NASKAH INOVASI METODE PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai-nilai. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tarigan dalam Munthe (2013:1), dalam silabus pada KD 13.1 disebutkan, bahwa salah satu kompetensi yang harus

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Deni Diki Hardiansyah, 2014

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Sastra adalah pencerminan kehidupan masyarakat. Melalui karya sastra, seorang

BAB I PENDAHULUAN. adalah kegiatan proses pembelajaran. Kegiatan proses pembelajaran akan

BAB 1 PENDAHULUAN. Tingkat Satuan Kurikulum Pendidikan (KTSP) merupakan penyempurna

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan menulis merupakan kemampuan yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran yang penting dipelajari termasuk di Sekolah Menengah Atas (SMA) dan

BAB I PENDAHULUAN. global. Salah satu komponen penting dari sistem pendidikan tersebut adalah kurikulum,

BAB I PENDAHULUAN. dapat berperan dalam pembangunan disegala bidang. Peningkatan mutu

BAB I PENDAHULUAN. menyimak (listening skills); (2) keterampilan berbicara (speaking skills); (3)

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan apa yang sedang dipikirkannya. Dengan demikian manusia dapat

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan, pengendalian diri dan keterampilan untuk membuat dirinya berguna di

BAB I PENDAHULUAN. di mana-mana baik dilingkungan keluarga, sekolah, dan lingkungan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAAN. kaidah-kaidah tata bahasa kemudian menyusunnya dalam bentuk paragraf.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan keterampilan berbahasa yang diajarkan dalam pengajaran bahasa

BAB I PENDAHULUAN. dibedakan atas empat aspek keterampilan, yaitu keterampilan menyimak,

BAB I PENDAHULUAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2014 PENERAPAN METODE MENULIS BERANTAI DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Munandar (1987) menyatakan bahwa berpikir kreatif (juga disebut berpikir

BAB I PENDAHULUAN. Majunya dunia pendidikan sebaiknya diikuti oleh kemampuan seseorang

memahami unsur-unsur yang membangun sebuah cerpen.

BAB I PENDAHULUAN. Pelajaran Bahasa Indonesia memiliki empat aspek keterampilan, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula dengan sumber belajar yang akan digunakan karena dari sumber

konstribusi yang sangat besar dalam memenuhi kebutuhan manusia semakin meningkat (Burns dan Bottino, 1989). Namun sangat disayangkan

BAB I PENDAHULUAN. pendapat Sumardjo (Mursini 2010:17) yang mengemukakan bahwa sastra adalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan pembelajaran Bahasa Indonesia masih sering dilaksanakan dengan

BAB I PENDAHULUAN. pesan itu sendiri yang biasanya berupa materi pelajaran. Kadang-kadang

BAB I PENDAHULUAN. proses yang disebut proses belajar-mengajar yang berlangsung dalam situasi belajarmengajar.

2015 PENERAPAN TEKNIK MENULIS BERANTAI DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS ULASAN FILM ATAU DRAMA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMP/MTs kelas VII terdapat

BAB I PENDAHULUAN. surat) dengan tulisan melihat banyaknya manfaat yang akan diperoleh siswa

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Titik sentral yang harus dicapai oleh setiap kegiatan belajar mengajar adalah tercapainya tujuan pembelajaran. Apa pun yang termasuk perangkat program pengajaran dituntut secara mutlak untuk menunjang tercapainya tujuan. Guru tidak dibenarkan mengajar dengan kemalasan. Anak didik juga diwajibkan mempunyai kreativitas yang tinggi dalam belajar, bukan selalu menanti perintah dari guru. Kedua unsur yang diutarakan di atas mempunyai satu tujuan yang sama yaitu mencapai tujuan yang diharapkan. Djamarah dan Zain (2006:76), menyatakan Sebagai salah satu sumber belajar, guru berkewajiban menyediakan lingkungan belajar yang kreatif bagi kegiatan belajar anak didik di dalam kelas. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk menyediakan lingkungan belajar yang kreatif adalah dengan pemilihan dan penggunaan model yang menarik dalam proses belajar mengajar. Pemilihan dan penggunaan model yang dilakukan oleh guru adalah supaya dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) bidang studi bahasa Indonesia, pada siswa kelas X terdapat standar kompetensi no.7 yaitu memahami wacana sastra melalui kegiatan membaca puisi dan cerpen, dengan kompetensi dasar no.7.2, yaitu menganalisis unsur-unsur intrinsik cerpen. Melalui pembelajaran ini, siswa diharapkan mengetahui serta mampu mengemukakan unsur-unsur intrinsik yang terdapat dalam sebuah cerpen. 1

2 Harapan tersebut tidak sesuai dengan hasil yang ditemukan di lapangan bahwa kemampuan siswa menganalisis unsur intrinsik cerpen masih rendah. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Lesteria Banjarnahor dengan judul skripsi Efektivitas Metode Resiprokal Teaching dalam Meningkatkan Kemampuan Analisis Unsur Intrinsik Cerpen Siswa Kelas X SMA Swasta Parulian 2 Medan Tahun Pembelajaran 2009/2010 menyatakan bahwa kemampuan analisis siswa terhadap unsur intrinsik cerpen masih kurang memuaskan. Hasil penelitian beliau mengemukakan bahwa kemampuan menganalisis unsur intrinsik cerpen siswa kelas X SMA Swasta Parulian 2 Medan adalah 61,68. Nilai tersebut tergolong rendah dalam pencapaian hasil belajar. Sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu dikaji kembali mengapa kemampuan siswa menganalisis cerpen rendah. Faktor guru memegang peranan penting, mengingat guru sebagai agen sentral pengembangan kurikulum dan sebagai arsitek dalam pembelajaran di kelas. Guru bahasa Indonesia hendaknya menguasai dan menyenangi apresiasi sastra. Akan tetapi kenyataan yang ada menunjukkan hal yang berlawanan, guru bahasa Indonesia yang mencintai sastra semakin berkurang. Faktor lain yang menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa adalah model yang digunakan kurang bervariasi dan lebih sering menggunakan model konvensional. Penggunaan model yang kurang tepat tidak akan mencapai tujuan yang diinginkan dengan tepat pula. Pengajaran yang masih menggunakan model konvensional yaitu dengan menjelaskan suatu topik disertai latihan dan guru hanya membaca materi sampai

3 dengan contoh lalu melanjutkan ke pokok permasalahan yang berikutnya. Guru tidak menuntut siswa untuk paham pada materi yang diajarkan. Kebiasaan inilah yang menyebabkan siswa malas untuk belajar. Contohnya model pengajaran langsung, pembelajaran terjadi satu arah yaitu guru menyajikan materi. Oleh karena itu, untuk menciptakan pembelajaran yang aktif dan kreatif, maka peneliti menyuguhkan sebuah model yang menarik yaitu Group Investigation. Model Group Investigation akan dapat mewujudkan hal tersebut. Hal itu dapat tercipta, karena model Group Investigation merupakan sebuah model yang berasal dari model belajar Cooperative Learning. Cooperative learning, merupakan model pembelajaran yang penyampaian materi ajarnya dilakukan dengan pembagian kelompok kemudian memilih topik sesuai dengan permasalahan yang sedang dipelajari. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen) (Wina Sanjaya, 2010:342). Dengan demikian, maka setiap kelompok akan mendapatkan penghargaan jika anggota kelompok mampu menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan. Oleh karena itu, maka setiap anggota kelompok mempunyai ketergantungan positif. Group investigation merupakan salah satu bentuk model pembelajaran kooperatif yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan yang tersedia, misalnya dari buku pelajaran atau siswa dapat mencari melalui

4 internet. Siswa dilibatkan sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Tipe ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok. Model Group investigation dapat melatih siswa untuk menumbuhkan kemampuan berpikir mandiri. Keterlibatan siswa secara aktif dapat terlihat dalam setiap kelompok. Dengan menggunakan model ini, siswa secara berkelompok saling bekerja sama untuk mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik yang terdapat dalam cerita pendek. Dengan adanya model ini, maka kemampuan siswa dalam mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik tersebut akan lebih bermakna, karena siswa memiliki teman untuk bekerja sama dalam mengerjakan masalah yang diberikan oleh guru. Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti mengangkat sebuah masalah dalam penelitian ini, yaitu Pengaruh Model Group investigation dalam Mengidentifikasi Unsur-unsur Intrinsik Cerpen Oleh Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Dolok Pardamean Tahun Ajaran 2013/2014 B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, terlihat bahwa masih banyak permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam pelajaran mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik dalam cerpen. Untuk itu peneliti mengidentifikasikan permasalahan tersebut sebagai berikut:

5 1. kemampuan siswa dalam mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik dalam cerpen masih rendah 2. guru kurang melibatkan siswa dalam proses pembelajaran 3. model pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam mengajar kurang bervariatif dan masih monoton yaitu model pengajaran langsung. C. Pembatasan Masalah Pembatasan masalah perlu dilakukan dalam suatu penelitian untuk menciptakan hasil yang lebih baik, terperinci dan dapat dipertanggungjawabkan. Karena kemampuan mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik cerpen siswa masih rendah, kurangnya inovasi guru dalam mengembangkan strategi pembelajaran dan peran serta siswa dalam proses pelajaran masih kurang maka peneliti membuat batasan yaitu Pengaruh Model Group investigation dalam Mengidentifikasi Unsur-unsur Intrinsik Cerpen Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Dolok Pardamean Tahun Pembelajaran 2013/2014. D. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada pembatasan masalah, maka peneliti merumuskan dalam bentuk pertanyaan, yaitu: 1. bagaimanakah kemampuan mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik cerpen siswa kelas X SMA Negeri 1 Dolok Pardamean tahun pembelajaran 2013/2014 dengan menggunakan model pengajaran langsung?

6 2. bagaimanakah kemampuan mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik cerpen siswa kelas X SMA Negeri 1 Dolok Pardamean tahun pembelajaran 2013/2014 menggunakan model group investigation? 3. apakah model group investigation lebih berpengaruh baik dari pada model pengajaran langsung terhadap kemampuan mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik cerpen siswa kelas X SMA Negeri 1 Dolok Pardamean tahun pembelajaran 2013/2014? E. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. mengetahui kemampuan mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik cerpen siswa kelas X SMA Negeri 1 Dolok Pardamean tahun pembelajaran 2013/2014 dengan menggunakan model pengajaran langsung 2. mengetahui kemampuan mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik cerpen siswa kelas X SMA Negeri 1 Dolok Pardamean tahun pembelajaran 2013/2014 dengan menggunakan model group investigation 3. mengetahui pengaruh model group investigation dan model pengajaran langsung terhadap kemampuan mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik cerpen siswa kelas X SMA Negeri 1 Dolok Pardamean tahun pembelajaran 2013/2014.

7 F. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari dilaksanakannya penelitian ini mencakup bagi peneliti, bagi guru, dan bagi siswa. Ketiga hal ini diuraikan di bawah ini: 1. Manfaat Teoretis Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu dan teknologi di bidang pendidikan, khususnya dalam bidang pembelajaran bahasa Indonesia. 2. Manfaat Praktis a. Memberikan motivasi kepada siswa untuk dapat meningkatkan prestasi belajar bahasa Indonesia khususnya kemampuan mengidentifikasi unsur intrinsik cerpen. b. Sebagai gambaran dan sumber informasi bagi guru Bahasa Indonesia di sekolah SMA Negeri 1 Dolok Pardamean Tahun Pembelajaran 2013/2014. c. Menambah wawasan penulis sebagai calon guru melihat perbedaan pengaruh penggunaan model pembelajaran. d. Bahan masukan bagi peneliti selanjutnya yang akan meneliti topik yang sama dengan penulis. e. Memberikan masukan kepada pihak sekolah sebagai bahan pertimbangan dalam memicu minat belajar siswa dalam meningkatkan hasil belajar.