BAB 4 HASIL. 24 Universitas Indonesia. Hubungan kadar..., Krishna Pandu W., FK UI., 2009

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 4 HASIL. Tabel 4.2. Data Profil Tekanan Darah Intradialisis Pasien Variabel Nilai Rerata (mmhg) Minimal (mmhg)

BAB 4 HASIL. 2,3 (0,3-17,5) Jenis Kelamin Pria 62 57,4 Wanita 46 42,6

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Sumatera Utara

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Penyakit ginjal kronik (PGK) adalah suatu proses patofisiologi dengan

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Tiga puluh dua pasien di ruang ICU dengan ventilator mekanik yang telah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Desain penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan rancangan kohort prospektif.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 4 HASIL PENELITIAN. Telah dilakukan penelitian pada 32 pasien stroke iskemik fase akut

BAB 4 HASIL PENELITIAN. Pada periode penelitian dijumpai 41 orang penderita stroke iskemik akut

DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang irreversibel,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian analitis kategorik-numerik tidak

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya semakin meningkat setiap tahun di negara-negara berkembang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 6. Distribusi subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Insidensi dan prevalensi gagal ginjal kronik meningkat setiap tahunnya dan

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS HASIL Gambaran umum responden. bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai identitas responden.

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah Bagian Ilmu Kesehatan Anak khususnya bidang nutrisi,

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian analitik-observasional dengan desain

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang keilmuan penelitian ini adalah ilmu anestesiologi dan terapi intensif.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. belah lintang (cross sectional) untuk mengetahui korelasi antara faktor-faktor

BAB I PENDAHULUAN. (WHO, 2007) dan Burden of Disease, penyakit ginjal dan saluran kemih telah

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan ginjal (renal damage) yang terjadi lebih dari tiga bulan, dikarakteristikan

BAB 4 HASIL PENELITIAN. 2010, didapatkan jumlah keseluruhan penderita dengan bangkitan kejang demam

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. SMAN 1 Kasihan memiliki jumlah siswa yang cukup banyak sehingga

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Desain penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan menggunakan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-analitik dengan desain

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang bersifat progresif dan irreversibel yang menyebabkan ginjal kehilangan

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di instalasi rekam medik RSUP dr. Kariadi Semarang,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan pretest dan posttest

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana S-1. Disusun oleh : ELYOS MEGA PUTRA J FAKULTAS KEDOKTERAN

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian dilakukan di klinik alergi Bagian / SMF THT-KL RS Dr. Kariadi

BAB V HASIL PENELITIAN. ekstrak kulit manggis (Garcinia mangostana) terhadap jumlah sel NK dan kadar

BAB V PEMBAHASAN. Ginjal Kronik dilaksanakan pada bulan November Maret 2016 dengan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian eksperimental telah dilakukan pada penderita rinosinusitis

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan pertumbuhan jumlah. penderita gagal ginjal pada tahun 2013 telah meningkat 50% dari tahun

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian. jalan yang banyak dikunjungi oleh customer dan menjadi produk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

III. METODE PENELITIAN. data sekaligus pada satu saat (Notoatmodjo, 2011). Penelitian ini dilaksanakan di Kantor Kelurahan Kecamatan Tanjung

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-analitik dengan pendekatan

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. zat atau substasi normal di urin menjadi sangat tinggi konsentrasinya. 1 Penyakit

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Nilai Diagnostik Rerata Tekanan Darah Pre dan Post Hemodialisis pada Pasien yang Menjalani Hemodialisis Kronik

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. risiko PJK kelompok usia 45 tahun di RS Panti Wilasa Citarum

sebanyak 23 subyek (50%). Tampak pada tabel 5 dibawah ini rerata usia subyek

BAB 4 HASIL PENELITIAN. Pada penelitian ini risk estimate dinyatakan dalam rasio prevalensi (RP).

BAB III METODE PENELITIAN. clearance disetujui sampai jumlah subjek penelitian terpenuhi. Populasi target penelitian ini adalah pasien kanker paru.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian analitik-observasional dengan menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang Neurologi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif-analitik dengan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini digunakan sampel 52 orang yang terbagi menjadi 2

BAB V HASIL PENELITIAN. Pengambilan sampel dilakukan pada bulan Januari 2010 sampai dengan

BAB 3 METODE PENELITIAN. Pengambilan data primer dari pasien cedera kepala tertutup derajat sedang berat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kreatinin serum pada pasien diabetes melitus tipe 2 telah dilakukan di RS

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bangunjiwo, Kasihan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Puskesmas ini. meraih berbagai penghargaan ditingkat nasional.

BAB V HASIL. Penelitian dilakukan pada 12 ekor kelinci jantan New Zealand, secara

BAB 1 PENDAHULUAN. Asam urat telah diidentifikasi lebih dari dua abad yang lalu, namun

BAB 4 ANALISIS HASIL. (10%); 31, 34, dan 35 tahun berjumlah 3 orang (7,5%); 27 tahun. tahun masing-masing 1 orang (2,5%).

BAB 4 HASIL PENELITIAN. sedang-berat yang memenuhi kriteria sebagai subyek penelitian. Rerata umur

NASKAH PENJELASAN KEPADA PESERTA PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Lampung pada Poli Ortopedi dengan judul Hubungan Intensitas Nyeri dan

BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR. DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR LAMPIRAN

BAB IV HASIL PENELITIAN

Statistik Parametrik. Saptawati Bardosono

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian survei observational potong lintang (cross

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 4 ANALISIS HASIL

BAB I PENDAHULUAN. secara menahun dan sifatnya irreversibel, ditandai dengan kadar ureum dan

BAB IV HASIL PENELITIAN. Penelitian ini melibatkan 61 orang subyek penelitian yang secara klinis diduga

BAB V HASIL PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada 12 ekor kelinci jantan jenis New Zealand

ASUHAN KEPERAWATAN PADA DENGAN OSTEOPOROSIS

I. PENDAHULUAN. keluhan maupun gejala klinis kecuali sudah terjun pada stadium terminal (gagal

BAB V HASIL. Penelitian dilakukan pada 12 ekor kelinci jantan New Zealand, secara

BAB V HASIL. Penelitian dilakukan pada 12 ekor kelinci jantan New Zealand, secara

BAB 1 PENDAHULUAN. nefrologi dengan angka kejadian yang cukup tinggi, etiologi luas, dan sering diawali

BAB IV. Pendidikan SMP SMA DIII S1 S2 Jumlah 2.9% 100% S2 3% SMP 29% DIII 15%

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Amerika Serikat prevalensi tahunan sekitar 10,3%, livetime prevalence mencapai

BAB 4 ANALISIS HASIL

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Tempat Penelitian dan Subyek Penelitian

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Jumlah sampel yang diteliti sebanyak 12 ekor tikus Wistar. Pada kelompok

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Penyakit Dalam sub bagian Infeksi Tropis. Bagian /SMF Ilmu Penyakit Dalam RSUP Dr. Kariadi Semarang mulai 1

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

5. ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. bersifat progresif dan irreversible. Dimana kemampuan tubuh gagal untuk

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian secara observasional analitik dengan rancangan cross sectional.

Transkripsi:

BAB 4 HASIL 4.1. Data Umum Dalam penelitian ini disertakan 108 pasien hemodialisis kronik dengan karakteristik seperti yang ditampilkan pada tabel 4.1. Tabel 4.1. Data Demogragis dan Lama HD Pasien Variabel Nilai Rerata n % Usia 50,48 ± 13,44 Lama HD (tahun) 2,3 (0,3-17,5) Jenis Kelamin Pria 62 57,4 Wanita 46 42,6 Dari tabel 4.1 dapat disimpulkan bahwa pasien mayoritas tergolong usia dewasa tua dengan masa HD yang cukup lama dan berjenis kelamin pria. 4.2. Data Khusus Angka kejadian pruritus pada pasien yang diteliti adalah 50%, sebagian besar berderajat ringan (32,4%), sisanya berderajat sedang (13,9%) dan berat (3,7%). Data lengkap jumlah pasien berdasarkan derajat VAS pruritus ditampilkan pada tabel 4.2. 24

25 Tabel 4.2. Skor VAS Pruritus Pasien VAS Pruritus n % 0 54 50,0 1 13 12,0 2 16 14,8 3 6 5,6 4 3 2,8 5 7 6,5 6 5 4,6 7 4 3,7 Dari seluruh pasien, 40 orang (37%) diantaranya tergolong hiperkalsemia, sementara 68 orang (63%) tergolong normal. Kadar kalsium serum pasien memiliki median 10,0 mg/dl dengan nilai minimum 6,5 mg/dl dan maksimum 12,6 mg/dl. Tes normalitas Kolmogorov-Smirnov untuk data VAS pruritus pada pasien hiperkalsemia dan normal menunjukkan sebaran data yang tidak normal (p<0,05). Sebaran kedua data setelah dilakukan transformasi tetap tidak normal sehingga kami menggunakan uji Mann-Whitney untuk menentukan hubungan VAS pruritus dengan kondisi hiperkalsemia. Tabel 4.3. Uji Mann-Whitney Kadar Kalsium dan VAS Pruritus Rerata VAS Pruritus Kadar Kalsium Normal 0 (0-3) Hiperkalsemia 3.5 (0-7) Nilai p p < 0,001 Pada uji Mann-Whitney didapatkan perbedaan yang bermakna antara skor Visual Analog Scale (VAS) pruritus pada kelompok pasien yang kadar kalsiumnya normal dengan kelompok pasien hiperkalsemia. (p<0,001) Tes normalitas untuk kedua data numerik VAS pruritus dan kadar kalsium serum juga menunjukkan sebaran yang tidak normal (p<0,001). Sebaran kedua

26 data setelah dilakukan transformasi tetap tidak normal sehingga kita menggunakan uji Spearman untuk mengetahui korelasi antara keduanya. Tabel 4.4. Uji Spearman Kadar Kalsium Serum dengan VAS Pruritus Kadar Kalsium Serum p Koefisien Korelasi VAS Pruritus <0,001 0,495 Pada uji Spearman didapatkan korelasi positif sedang (r=0,495) yang bermakna (p<0,001) antara kadar kalsium pasien dengan skor VAS pruritus pasien.

5.1. Diskusi Data Umum BAB 5 DISKUSI Pada penelitian kami, disertakan 108 responden dengan usia rerata sekitar 50 tahun, kebanyakan pria, dan lama HD rerata sekitar 2 tahun. Penelitian lain yang dilakukan oleh Widiana et al di tempat yang sama pada tahun 2003 melibatkan 56 pasien dengan umur rerata sekitar 48 tahun, sebagian besar laki-laki, dan lama HD rerata 5 tahun. Bila dibandingkan karakteristik usia dan jenis kelamin responden kurang lebih sama, namun karakteristik lama HD cukup berbeda jauh. Hal ini kemungkinan disebabkan karena adanya pemindahan dan perluasan ruang bangsal HD pada tahun 2008 sehingga pada penelitian kami banyak didapatkan pasien yang baru menjalani HD. 5.2. Diskusi Data Pruritus Penilitian ini menunjukkan bahwa pruritus masih merupakan masalah yang cukup banyak dihadapi oleh pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani HD. Sebanyak 54 pasien (50%) pasien dari 108 pasien mengeluhkan adanya pruritus, dengan sebagian besar berderajat ringan (32,4%), sisanya berderajat sedang (13,9%) dan berat (3,7%). Widiana et al 8 melaporkan bahwa 40 (71,4%) dari 56 pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani HD mengalami pruritus. Sebagian besar pruritus dilaporkan berderajat ringan (32,1%), sementara hanya 19,6% yang berderajat sedang dan 19,6% yang berderajat berat. Akhyani et al 13 melaporkan prevalensi pruritus mencapai 70 orang (41,9%) dari 167 pasien pada suatu penelitian di Iran. Pada penelitian ini juga didapat bahwa 36 orang (51,4%) mengeluhkan pruritus ringan, 8 orang (11,4%) mengeluhkan pruritus sedang, dan 26 orang (37,1%) mengeluhkan pruritus berat. Sementara Giovambattitsta 22 melaporkan prevalensi pruritus sebesar 50% pada pasien penyakit ginjal kronik di sebuah rumah sakit di Italia. Razeghi et al 26 menemukan adanya pruritus pada 80 orang (49%) dari 164 orang. Penelitian lain menyebutkan angka-angka antara 30-70%. 9,23,24 Bila dibandingkan antara penelitian kami dengan penelitian-penelitian lain di atas memang bisa dilihat terdapat perbedaan pada prevalensi pruritus. Perbedaan besar antara prevalensi ini kemungkinan disebabkan keluhan pruritus 27

28 sendiri bersifat sangat subjektif untuk setiap orang. Angka prevalensi pruritus pada penelitian kami berbeda cukup jauh dengan prevalensi pada penelitian Wibisana et al yang juga mengambil data di RSCM. Kemungkinan hal ini terjadi karena perbedaan jumlah sample dan perbedaan pasien. (Wibisana et al melakukan penelitian pada tahun 2003 pada 56 pasien). Dapat dikatakan bahwa pruritus tetap merupakan masalah yang signifikan bagi pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani HD di RSCM. Walaupun begitu, tidak didapat perbedaan bermakna dari derajat pruritus dari semua penelitian. Hampir semua penelitian menyebutkan bahwa pruritus derajat ringan adalah yang terbanyak dari semua pasien yang mengalami pruritus. 5.3. Diskusi Hubungan VAS Pruritus dengan Kadar Kalsium Serum Pada penelitian ini kami mencoba menemukan hubungan antara kadar kalsium serum dengan tingkat pruritus. Dengan uji Mann-Whitney didapatkan perbedaan yang bermakna antara skor Visual Analog Scale (VAS) pruritus pada kelompok pasien yang kadar kalsiumnya normal dengan kelompok pasien hiperkalsemia. (p<0,001). Kemudian dengan uji Spearman didapatkan bahwa terdapat korelasi positif sedang (r=0,495) yang bermakna (p<0,001) antara kadar kalsium pasien dengan skor VAS pruritus pasien. Seperti kita ketahui, tingginya kadar kalsium darah akan lebih memudahkan terbentuknya kristal antara kalsium dengan fosfat yang bila mengendap di kulit akan menimbulkan rangsang gatal. Wibisana et al 8 mendapatkan data bahwa terdapat hubungan yang kuat dan bermakna antara skor pruritus dengan produk kalsium-fosfat. Pada penelitian tersebut produk kalsium-fosfat dianggap tinggi bila perkalian kadar keduanya dalam serum lebih dari 70. Dilaporkan juga bahwa pasien dengan produk kalsium fosfat di atas 70 memiliki resiko 1,87 kali lebih banyak untuk mengalami pruritus derajat sedang-berat dibandingkan pasien dengan produk kalsium fosfat 70 atau kurang. Kentaro et al 9 juga menyebutkan adanya hubungan yang bermakna antara produk kalsium-fosfat dengan pruritus. Pada penelitian tersebut juga disebutkan bahwa kadar fosfat serum lebih berperan dalam mencetuskan pruitus daripada kadar kalsium serum. Hal ini kemungkinan disebabkan adanya ion lain yang juga bisa membentuk kristal dengan fosfat. Penelitian lain oleh Narita et al 11 juga

29 menyebutkan adanya hubungan antara pruritus dengan kadar kalsium dan fosfat serum. Friga et al 10 juga melaporkan bahwa terdapat korelasi kuat antara intensitas pruritus dengan produk kalsium fosfat. Pada penelitian ini juga ditemukan hubungan pruritus dengan intoksikasi aluminum dan kadar hormon paratiroid. Pada penelitian kami tidak dilakukan pengukuran kadar aluminum dan hormon paratiroid. Dugue et al 14 juga menyatakan bahwa terdapat hubungan antara pruritus dengan kadar kalsium serum, namun tidak dengan kadar fosfat serum Beberapa penelitian lain menunjukkan hasil yang berbeda mengenai hubungan pruritus dengan kalsium fosfat. Dyachenko et al 12 melaporkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara pruritus dengan hemoglobin, kreatinin, urea, fosfat, kalsium, albumin, hormon paratiroid dan fosfatase alkali. Adanya perbedaan hasil ini menunjukkan bahwa walaupun kadar kalsium serum dapat dikatakan berpengaruh terhadap pruritus, namun kadar kalsium ini bukanlah satusatunya faktor penyebab pruritus. Faktor-faktor yang berperan terhadap pruritus dalam HD masih harus diteliti lebih lanjut lagi. Beberapa penelitian mencoba mencari faktor-faktor tersebut. Kentaro et al 9 menyebutkan bahwa pria, usia di atas 30 tahun, dan lama HD kurang dari 5 tahun merupakan faktor resiko untuk pruritus derajat berat pada HD. Walaupun begitu, Mesic et al 24 menyebutkan walaupun pesien dengan pruritus cenderung sedikit lebih tua daripada yang tidak mengalami pruritus, namun perbedaan ini tidak bermakna. Juga disebutkan tidak adanya hubungan antara pruritus dengan jenis kelamin, lama HD dan penyakit yang mendasari penyakit ginjal kronik pada pasien. Kato et al 23 juga menyebutkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara angka kejadian pruritus dengan usia, jenis kelamin, lama HD, penyakit yang mendasari, dan jumlah cairan yang ditarik selama HD. Pada penelitian kami tidak dinilai hubungan pruritus dengan faktor-faktor resiko selain hiperkalsemia.