BAB I PENDAHULUAN. dan agamanya, semenjak dahulu menjadi perhatian khas dari para ilmuwan dan para

dokumen-dokumen yang mirip
PEDOMAN WAWANCARA UNTUK INFORMAN KUNCI

HASIL WAWANCARA. Konteks Tatap Muka dalam Komunikasi Antarpribadi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. terdapat suatu aturan yang sudah disepakati dalam masyarakat tersebut. Salah satu

I. PENDAHULUAN. Wilayah tanah air Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan dihuni oleh berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Adat istiadat merupakan salah satu perekat sosial dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada

BAB I PENDAHULUAN. yang dinamakan kematian. Peristiwa hukum tersebut menimbulkan akibat

BAB I PENDAHULUAN. Toba, Melayu, Jawa, Pak-pak, Angkola, Nias dan Simalungun dan sebagainya. Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Pengrajin bambu merupakan mata pencaharian sebagian besar masyarakat

I. PENDAHULUAN. yang sangat luas yaitu di Dunia. Jumlah penduduk yang begitu besar tanpa di

PENDAHULUAN Latar Belakang

Lampiran 1 Peta Lokasi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sensus penduduk pada tahun 2010 adalah mencapai suku bangsa (Na'im &

BAB I PENDAHULUAN. hak dan kewajiban yang baru atau ketika individu telah menikah, status yang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dengan beragam etnis dan budaya. Terdiri

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia merupakan negara hukum yang berasaskan Pancasila

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. generasi ke generasi lainnya dalam suatu masyarakat tertentu.

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. pihak laki-laki. Ideologi Patriakat tumbuh subur dalam masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebudayaan adalah salah satu yang dimiliki oleh setiap negara dan

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Bangsa yang majemuk, artinya Bangsa yang terdiri dari beberapa suku

I. PENDAHULUAN. Banyak istilah yang diberikan untuk menunjukan bahwa bangsa Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA. Definisi Keluarga dan Pendekatan Teori. Definisi Keluarga

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan suatu sistem nilai yang berlaku dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. komunitas masyarakat matrilineal paling besar di dunia (Kato, 2005).

I. PENDAHULUAN. satu suku di Indonesia yang bertempat tinggal di ujung selatan Pulau Sumatera.

2015 NILAI-NILAI SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT ETNIS MINANGKABAU SEBAGAI PEDAGANG DI PASAR AL-WATHONIYAH, CAKUNG, JAKARTA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Minangkabau merupakan salah satu dari antara kelompok etnis utama bangsa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Hukum adat merupakan salah satu sumber penting untuk memperoleh bahan-bahan bagi

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Dengan adanya kemajuan teknologi dan fenomena global village yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu masyarakat. Hal ini disebabkan karena hukum waris itu sangat erat kaitannya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KONSEP DASAR KOPERASI

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah bangsa yang besar dan majemuk yang terdiri dari

BAB IV PRAKTEK PEWARISAN HARTA PUSAKA TINGGI TIDAK BERGERAK DALAM MASYARAKAT ADAT MINANGKABAU DI NAGARI PARIANGAN DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB 11 PROFIL DESA KOTO PERAMBAHAN. Kampar Timur Kabupaten Kampar. Menurut beberapa tokoh masyarakat, Desa

I. PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir terjadi peningkatan jumlah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke luar negeri.

BAB I PENDAHULUAN. 104).Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan

BAB V KESIMPULAN. pemahaman bahwa perempuan berada dalam posisi yang kuat. Perempuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia dan kebudayaan merupakan suatu kesatuan yang erat. Semua

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan komunikasi. Dalam buku Komunikasi AntarBudaya, Jalaluddin Rakhmat dan Deddy

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu

BAB I PENDAHULUAN. terjadi sebuah perubahan. Perlawanan budaya merupakan sebuah perjuangan

I. PENDAHULUAN. daerah di Indonesia. Sumatera Barat dengan sistem pemerintahan nagari yang. tersendiri yang berbeda dengan masyarakat Indonesia.

Tujuan Umum Pembelajaran Mampu berkomunikasi dengan menerapkan prinsip budaya setempat (Minangkabau)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Urbanisasi merupakan salah satu gejala yang banyak menarik

BAB I PENDAHULUAN. dan perilaku hidup serta perwujudannya yang khas pada suatu masyarakat. Hal itu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. tidak hilang seiring dengan kemajuan zaman, karena budaya merupakan kekayaan

Analisis Hukum Islam Terhadap Pembagian Waris Dalam Adat Minang (Studi Kasus Di Desa Biaro Gadang, Sumatera Barat)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV PENUTUP. keluarga. Inti utama dari etika adalah menjaga sebuah tradisi, agar tercipta

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kebanggaan dan nilai tersendiri bagi kelompok sukunya. Setiap suku

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebudayaan merupakan sebuah cara hidup yang dimiliki oleh sekelompok

TUGAS KARYA ILMIAH MEMBANGUN BISNIS KULINER MASAKAN PADANG. : Dwi Hermanto NIM : KELAS : S1 T1 02 JURUSAN : TEKNIK INFORMATIKA

KONFLIK INTERPERSONAL ANTAR ANGGOTA KELUARGA BESAR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Wartawan atau jurnalis merupakan orang yang bertugas atau

sosial kaitannya dengan individu lain dalam masyarakat. Manusia sebagai masyarakat tersebut. Layaknya peribahasa di mana bumi dipijak, di situ

BAB I PENDAHULUAN. seperti marsombuh sihol dan rondang bittang serta bahasa (Jonris Purba,

Dahulu bangso nan baharago kini pitih nan paguno (Dahulu bangsa yang berharga, kini uang yang berguna)

BAB I PENDAHULUAN. beli dan dilanjutkan dengan menggunakan alat tukar seperti uang.

BAB I PENDAHULUAN. kepada kelompok usaha kecil dan menengah semakin meningkat karena berbagai studi

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Suku bangsa Minangkabau merupakan salah satu dari sekian banyak

BAB I PENDAHULUAN. penuturnya dilindungi oleh Undang-undang Dasar Dalam penjelasan Undangundang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Buruh TKBM di Pelabuhan Belawan didominasi oleh suku Toba. penggunaan marga, penggunaan bahasa, berkumpul di Lapo Tuak,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masyarakat batak toba menganut sistem kekeluargaan patrilineal yaitu

BAB I PENDAHULUAN. dalam sekelompok masyarakat. Masyarakat terbentuk oleh

BAB I PENDAHULUAN. manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari individu lain. 1. Pertalian darah menurut garis bapak (Patrilineal)

BAB I PENDAHULUAN. satu suku yang dapat ditemui di Sumatera bagian Utara yang ber-ibukota Medan.

BAB I PENDAHULUAN. watak pada individu. Karena salah satu faktor yang mempengaruhi terbentuknya

ANGGARAN DASAR ANGGARAN RUMAH TANGGA

CIVIC EDUCATION. Identitas Nasional. Oleh : Idzan Mustafidah ( ) Dosen Pengampu : H. M. Sudiyono, M. Pd

Tanah, dan Kepemilikan Harta Benda lainnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang berkembang pun dipengaruhi oleh kehidupan masyarakatya.

I. PENDAHULUAN. sebagaimana yang telah diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara majemuk yang memiliki beragam suku bangsa,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Objek Penelitian Landasan Dasar, Asas, dan Prinsip K3BS Keanggotaan Masa Waktu Keanggotaan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1997 TENTANG KETRANSMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. terdahulu, dan harta ini berada dibawah pengelolahan mamak kepala waris (lelaki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Republik Indonesia (NRI) memiliki wilayah yang sangat luas

*9740 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 15 TAHUN 1997 (15/1997) TENTANG KETRANSMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

HUKUM KEKERABATAN A. PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (Undang-Undang No.1 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Sejak akhir tahun 2015 yang lalu Indonesia dan negara-negara Asean

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suku Batak merupakan salah satu suku yang tersebar luas dibeberapa

BAB I PENDAHULUAN. keluarga dalam ikatan suatu perkawinan.ikatan perkawinan adalah ikatan lahir

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. Suku Lampung terbagi atas dua golongan besar yaitu Lampung Jurai Saibatin dan

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat agar terjalin suatu kehidupan yang nyaman. komunitas selalu terlibat dalam pemakaian bahasa, baik dia bertindak

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penting dan strategis dalam pembangunan serta berjalannya perekonomian bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. mengandalkan titik perekonomiannya pada bidang pertanian. Pada umumnya mata

BAB I PENDAHULUAN. (1996) memberikan uaraian mengenai berbagai dampak industrialisasi yang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Daerah Sumatera Barat beserta masyarakatnya, kebudayaannya, hukum adat dan agamanya, semenjak dahulu menjadi perhatian khas dari para ilmuwan dan para cendikiawan dari berbagai bangsa untuk diteliti. Hal ini disebabkan karena Minangkabau dinilai mempunyai adat istiadat dan budaya yang istimewa dari pada suku bangsa Indonesia lainnya. Perbedaannya karena sistem kekerabatan yang menurut garis ibu atau matrilineal dan kehidupan sosial, budaya, dan ekonomi masyarakat, pada dasarnya diatur oleh adat istiadat dan kebiasaan dengan sistem hubungan keluarga bilateral atau seasal. Parsudi Suparlan (1982) menyatakan, sistem kekerabatan adalah serangkaian aturan-aturan yang mengatur penggolongan orang-orang yang sekerabat yang melibatkan adanya berbagai tingkat, hak dan kewajiban orang-orang yang sekerabat, yang membedakannya dengan orang-orang yang tergolong tidak sekerabat. Sistem kekeluargaan yang dianut orang Minang ternyata mampu bertahan dan mampu menyebar ke luar wilayah budayanya sendiri dan dapat peka terhadap perubahan. Pola yang digunakan masyarakat Minang dalam berwirausaha adalah pola pembinaan badunsanak, dimana mereka memiliki rasa senasib sepenanggungan (rasa kebersamaan dan rasa kekeluargaan), menciptakan saling terbuka, saling percaya, saling menjaga, dan seiya sekata dengan pola awak samo awak dalam

mengembangkan suatu usaha yang dikelola oleh keluarga (http://www.cimbuak.net/ content/view/494/5/cimbuak_net Minangkabau Community Portal, 30/04/2008). Suku Minangkabau adalah suatu suku yang dikenal di Indonesia karena penduduknya yang taat beragama Islam, suka berdagang dan merantau, tiga ciri tersebut merupakan pembentuk keutuhan identitas orang Minang. Terlepas dari semua keunikan di atas, suku bangsa Minangkabau memang terkenal dengan tradisi merantaunya. Merantau dalam pengertian disini adalah meninggalkan kampung halaman mereka dan menetap di tempat lain yang dianggap dapat memberikan kehidupan yang layak (Amir, 1982 : 219). Biasanya dalam periode di negeri orang inilah orang Minang yang merantau mulai mencari suatu bidang untuk dapat menghidupi dirinya. Bidang usaha yang ditekuni suku Minangkabau adalah berjualan makanan. Ini terlihat dari berdirinya warung-warung padang mulai dari restoran sampai pedagang nasi pinggir jalan. Pepatah bijak mengatakan Dimana bumi di pijak disana langit di junjung. Karena kemampuannya menjalin tali silaturahmi maka orang minang diterima di seantero nusantara. Dimanapun kita berada, selalu ditemukan orang minang, dan dimanapun orang minang berada, disana selalu ada masakan Padang (http://ksuheimi.blogspot.com2007/10/sisir.tanduk.html, 25/02/2008). Menurut Pelly, orang Minangkabau melihat hidup memburuh menduduki prestise yang paling rendah, karena itu sangat tidak populer di kalangan mereka, barulah pada generasi kedua para perantau banyak yang tertarik dengan lapangan kehidupan pegawai yang mempunyai pendidikan menengah keatas, sedangkan

mereka yang hanya memiliki ijazah sekolah dasar cenderung memilih okupasi buruh dan pedagang (Pelly, 1984: 47-48). Rumah makan merupakan salah satu mata pencaharian orang Minang baik di kampung maupun di rantau. Dalam pendirian dan aktivitas di rumah makan, terdapat berbagai kesepakatan-kesepakatan yang dibicarakan secara bersama-sama antara pemilik dan karyawan. Asal usul rumah makan sebagai salah satu mata pencaharian terbesar dari orang Minangkabau berawal dari ditinggalkannya sektor pertanian dengan kesadaran bahwa dengan bertani tidak akan menjadi kaya, sehingga mereka biasanya akan lari ke sektor perdagangan seperti tekstil, kelontong dan rumah makan (www.cimbuak.net/content/view/63/71, 30/04/2008) Lapau atau rumah makan juga merupakan bentuk usaha keluarga yang biasanya menjadi pekerjaan sampingan dari suami dan istri. Dengan demikian usaha rumah makan dikelola oleh keluarga sendiri. Tetapi dengan perkembangan ekonomi banyak juga yang merekrut karyawan dengan sistem upah yang berbeda-beda sesuai dengan ketentuan dari masing-masing pemilik rumah makan. Pada rumah makan minang biasanya bermula dari sebuah bisnis keluarga yang melibatkan sebagian anggota keluarga di dalam kepemilikan dan operasionalnya (Rudito,1991:46). Perbedaan yang dapat dilihat dari bisnis yang menggunakan nilai-nilai kekeluargaan pada bisnis orang Minang dengan bisnis yang menggunakan nilai-nilai kekeluargaan modern pada bisnis orang Cina adalah sebagai berikut : Nilai-nilai kekeluargaan yang ada pada bisnis orang Minang dicirikan sebagai berikut;

1. Etika-etika ekonomi orang Minangkabau berhubungan dengan sistem kekeluargaan, dalam kaitannya dengan proses sosial dan realitas ekonomi politik dan perubahan sosial yang lebih mencakupinya; 2. Kenyataan bahwa sebagian besar orang Minangkabau masih mendukung ekonomi keluarga menurut garis keturunan ibu (matrilineal), terutama saudara perempuan dan anak dari saudara perempuan yang memacu mereka untuk melakukan akumulasi ekonomi; 3. Etika ekonomi orang Minang lebih bersifat kompetitif; memiliki orientasi pada kemajuan yang lebih terarah pada keberhasilan ekonomi dan mobilitas yang lebih tinggi; dan menempatkan dirinya secara berbeda ke tahap yang lebih tinggi dalam usaha dagang kecil dan kegiatan kewirausahaan lainnya; 4. Di kalangan orang Minangkabau, para wanita sangat didukung untuk kepemilikan dan pewarisan rumah, juga dalam mengelola sumber-sumber rumah tangga, dan mereka memainkan peran penting dalam kegiatan jual beli. Dalam konteks ini biasanya mereka terlibat dalam perdagangan kecil, pengelolaan kedai-kedai nasi atau rumah makan kecil dan sebagainya (Hefner, 1999 : 262-276). Sedangkan nilai-nilai kekeluargaan yang ada pada bisnis orang Cina dicirikan sebagai berikut; 1. Keluarga Cina dan perusahaan keluarga memiliki jaringan legendaris yang menjelajahi Asia Tenggara, yang saling menjalin berbagai perekonomian dengan garis keturunan atau sesuku (clan) tempat mereka saling dukung segala bentuk perusahaan keluarga dengan tingkat kewirausahaan yang tinggi; 2. Rumah tangga Cina terlibat dalam pembaruan dan penciptaan kembali (Patriakalisme) berbasiskan keluarga, dimana tuntutan keluarga perusahaan atas tenaga kerja dan upah anak yang dipekerjakan, terutama anak wanita; 3. Keluarga Cina lebih siap menghimpun pendapatan untuk memenuhi keperluan keluarga, tunduk kepada otoritas keluarga, dan menyumbang banyak jam kerja tanpa bayaran kepada perusahaan keluarga yang dipandang sebagai perusahaan rumah tangga bersama; 4. Sistem kekeluargaan dan hubungan sosial Cina disusupi oleh ambivalensi yang dicirikan oleh dinamika pembangunan yang tidak hanya kondusif dengan realisasi ambivalensi yang merusak kemungkinan dapat bertahannya bisnis keluarga yang berjangka panjang. (Hefner, 1999:180-260) Pegelolaan dan bisnis keluarga biasanya berdasarkan kemitraan dimana semua saudara maupun anak adalah mitra, dan semuanya bergiliran dalam mengurus dan menangani segala urusan dan mengatur pembayaran bagi masing-masing anggota dan semuanya mendapat bagian sesuai dengan bagiannya (Walton, 1996 : 6-7).

Bisnis keluarga mempunyai karakteristik dengan kepemilikan atau keterlibatan antara dua orang atau lebih anggota keluarga yang sama dalam kehidupan dan fungsi bisnisnya. Kebanyakan bisnis keluarga berukuran kecil dikarenakan adanya pertimbangan keluarga menjadi hal yang penting (Longenecker, 2001: 34-36). Keluarga dan bisnis muncul dengan alasan mendasar yang berbeda. Keluarga bertujuan untuk mengembangkan kesempatan dan penghargaan yang sama terhadap anggotanya, sedangkan tujuan bisnis adalah mencari keuntungan dan ketahanan hidup Banyak keuntungan yang berhubungan dengan keterlibatan keluarga diantaranya mereka akan terikat erat pada bisnis dalam keadaan susah dan senang, mereka juga terkadang dapat mengorbankan penghasilan demi berjalannya bisnis. Tetapi penurunan keuntungan bisnis bisa mengakibatkan karyawan yang bukan anggota keluarga mencari pekerjaan lain yang lebih menguntungkan. Para karyawan yang bukan anggota keluarga masih dipengaruhi oleh pertimbangan keluarga. Rumah makan kemudian menyebar ke berbagai daerah di Indonesia. Dari situ terlihat mengenai sifat kewiraswastaan masyarakat Minang dengan kemungkinan mobilitas mereka, meskipun pada kenyataannya di kota-kota besar, tidak selamanya rumah makan Minang itu dimiliki atau pemiliknya adalah orang Minang sendiri (http:malindo23.blogspot.com/2008/01/rumahmakan Minangkabau.html,25/02/2008). Dalam manajemen rumah makan Minang, tampak adanya rasa kekeluargaan, keadilan, yang semuanya dilandaskan pada kemampuan kerja dan profesionalisme. Pengelolaan rumah makan minang banyak yang menganut falsafah Minang yang demokratis, seperti Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing. Hubungan antara

anggota keluarga sangat dekat sekali, jadi sistem kekeluargaan atau kekerabatan memegang peranan penting dalam kesempatan kerja. Pada rumah makan Minangkabau tercermin sistem ekonomi pancasila yang memiliki sifat kerjasama antara semua pihak, dimana tindakan ditujukan bagi kepentingan umum. Sistem Ekonomi Pancasila digambarkan sebagai suatu sistem yang khas Indonesia karena berasaskan pada sistem kekeluargaan (http://www.kompas.com/kompas.cetak/0305/latar/331202.htm>,. Segi Positif dari rumah makan Minang yang melahirkan sistem kekeluargaan dalam suatu bisnis adalah sebagai berikut; 1. Sifat komunal dari orang Minangkabau merupakan faktor yang dapat mendukung usaha kegiatan di perantauan. Dimana mereka dapat saling membantu baik dalam kehidupan sosial maupun kegiatan permodalan yang terjadi pada para perantau di perkotaan; 2. Selain bersifat komunal yang dapat memajukan kegiatan usaha orang Minang, biasanya faktor lain yaitu adanya sifat keuletan dan agresifitas mereka dalam bekerja sama dalam suatu bisnis keluarga; 3. Suku Minang berkaitan erat dengan tradisi Saling Mengangkat dalam arti mereka yang telah mapan di perantuan akan membiayai keluarga mereka yang merantau untuk mengajak keluarga mereka mengikuti jejak mereka dan dengan bantuan dana maupun modal untuk hidup mandiri; 4. Banyak kegiatan bisnis dilakukan tanpa didukung oleh jaminan surat perjanjian, kontrak hukum dan bahkan secarik kertas karena mereka melakukan dengan rasa saling percaya, karena mereka merasa dari kampung halaman yang sama dan memiliki dialek bahasa yang sama; 5. Kebiasaan saling mengangkat berakar dari persepsi atau pandangan yang dibentuk oleh adat. Persepsi tentang keluarga sebagai suatu satuan yang tidak bisa dipisahkan karena anggota keluarga berkewajiban untuk saling bantu, bahkan tidak hanya dalam lingkungan keluarga besar (extended family), namun meluas sampai ikatan suku, sekampung halaman, atau sesama orang minang. Kebiasaan saling mengangkat berakar juga pada sistem nilai matrilineal dari orang minangkabau, dan biasanya terdapat pada usaha rumah makan minang yang biasanya membutuhkan tenaga kerja dari orang sekampung maupun dari kenalan-kenalan dekat; 6. Jaringan bisnis orang minang merupakan jaringan bisnis yang didasarkan pada ikatan kekeluargaan, ikatan kesukuan, kampung halaman atau kenalankenalan dekat yang sifatnya relatif longgar atau tidak mengikat para pekerjanya.

Sedangkan Segi Negatif dari rumah makan Minang yang melahirkan sistem kekeluargaan dalam suatu bisnis adalah sebagai berikut; 1. Dengan adanya bisnis keluarga yang pekerjanya berasal dari anggota keluarga sendiri bisa menimbulkan terjadinya percekcokan antar keluarga yang menjalankan suatu usaha atau bisnis yang bisa mengganggu hubungan kekerabatan yang ada; 2. Orang Minang tidak seperti Cina yang memperluas jaringan sosialnya dengan membuat kelompok usaha dan pusat finansial yang meluas hingga mendunia; 3. Usaha etnis Minang cenderung tidak mau melakukan upaya kapitalis yang tidak seperti Cina yang berusaha mencari laba sebesar-besarnya dengan meminta dukungan dari birokrasi pemerintahan; 4. Jaringan bisnis yang dimiliki orang Minang tidak seluas seperti Cina yang memiliki ikatan primordial yang kuat, karena jaringannya sangat sederhana yaitu antara orangtua dan anak atau hubungan dalam kekerabatan, karena jaringan bisnisnya memiliki komando yang didasarkan pada senioritas usia (http://library.usu.ac.id/modules.php?op=modload&name=download&file:i ndex&req=getit&lid=54). Ideologi kekeluargaan yang menekankan kesetaraan diantara para anggota garis keturunan dan suku yang merintangi realisasi ketidaksetaraan kultural yang ditimbulkan oleh meningkatnya ketergantungan pada tanaman cepat yang menghasilkan uang dan integrasi yang lebih luas jangkauannya dalam ekonomi dunia. Etika-etika ekonomi orang Minangkabau berhubungan dengan sistem kekeluargaan, dalam kaitannya dengan proses sosial dan realitas ekonomi politik dan perubahan sosial yang lebih mencakupinya. Kenyataan bahwa sebagian besar orang Minangkabau masih mendukung ekonomi keluarga menurut garis keturunan ibu, terutama saudara perempuan dan anak dari saudara perempuan yang memacu mereka untuk melakukan akumulasi ekonomi (Robert, 1999 : 273-276). Dilihat dari kenyataan tersebut, maka perlu kiranya kita mengkaji bagaimana corak usaha yang sama bisa berubah struktur maupun sistem pengelolaannya menurut ruang dan waktu walaupun eksistensinya tetap saja sama. Dalam proses perkembangannya, yang menjadi persoalan adalah sampai dimana sifat keaslian

masih dapat dirasakan pada prinsip kebersamaan dengan sistem kekeluargaan itu masih berjalan. Sejauh mana sebenarnya karakteristik sistem kekeluargaan mempengaruhi pengelolaan rumah makan minang. Serta bagaimana sebenarnya sistem perekrutan dan pengupahan yang ada pada rumah makan Minangkabau. 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, yang menjadi perumusan masalah dari penelitian ini adalah : Bagaimanakah karakteristik sistem kekeluargaan pada pengelolaan rumah makan minang tipe sederhana? 1.3. Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui bagaimana karakteristik sistem kekeluargaan pada pengelolaan rumah makan minang sederhana. 2. Untuk mengetahui bagaimana sistem pengupahan secara kekeluargaan pada pengelolaan rumah makan minang sederhana. 3. Untuk mengetahui bagaimana bentuk sistem perekrutan pekerja secara kekeluargaan pada rumah makan minang sederhana.

1.4. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1. Manfaat Teoritis Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan keilmuan khususnya yang berkaitan dengan pengelolaan rumah makan minang dengan sistem kekeluargaan yang ditujukan bagi mahasiswa, khususnya mahasiswa sosiologi, masyarakat maupun wirausahawan. 2. Manfaat Praktis Melalui penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi bagi hasil-hasil penelitian lainnya dan dapat dijadikan bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya. Dan khususnya bagi masyarakat minang yang memiliki usaha rumah makan untuk dapat meningkatkan pengetahuannya tentang pengelolaan rumah makan minang.

1.5. Defenisi Konsep Untuk memperjelas maksud dan pengertian tentang konsep yang digunakan dalam tulisan ini, maka dibuat batasan konsep yang dipakai sebagai berikut : 1. Sistem Kekeluargaan / Familisme Adalah segala sesuatu yang dilakukan bersama-sama untuk kepentingan yang ditujukan kepada keluarga. Dengan kata lain, pertimbangan kepentingan keluarga pada kepentingan pribadi, masyarakat, bangsa dan negara. 2. Pengelolaan Adalah segala sesuatu hal yang bertujuan untuk mengurus suatu usaha atau, perusahaan maupun organisasi. 3. Rumah Makan Minang Adalah sebagai suatu usaha rumah makan yang khusus menyajikan masakan Padang dan dikelola / dimiliki oleh Orang Padang atau Urang Awak. 4. Upah Adalah uang yang biasanya dibayarkan sebagai pembalas jasa atau bayaran dari tenaga yang sudah dipakai. 5. Pekerja Adalah seseorang yang bekerja di sebuah tempat usaha baik itu di rumah makan, di pabrik, maupun badan usaha lainnya dan menawarkan keterampilan dan kemampuan yang diperlukan untuk menyediakan barang dan jasa. 6. Pemilik Adalah orang yang memiliki bisnis atau usaha yang menanamkan uang atau barangnya dengan mengharapkan adanya pendapatan atau keuntungan.