INTISARI GAMBARAN KELENGKAPAN ADMINISTRASI RESEP DI PUSKESMAS LOKPAIKAT KABUPATEN TAPIN TAHUN 2014 Mochammad Arief Budiman 1 ; Erna Prihandiwati, S.F., Apt 2 ; Marliya Suta, A.Md., Far 3 Medication Error adalah kejadian yang merugikan pasien akibat pemakaian obat, tindakan, dan perawatan selama dalam penanganan tenaga kesehatan yang sebetulnya dapat dicegah. Dalam pelayanan resep apoteker dan tenaga teknis kefarmasian harus melakukan skrining resep yang meliputi persyaratan administratif, kesesuaian farmasetika dan pertimbangan klinis. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persentase kelengkapan dan ketidaklengkapan administrasi resep dan mengetahui persentase kategori ketidaklengkapan administrasi resep di Puskesmas Lokpaikat Kabupaten Tapin. Penelitian dilakukan di Puskesmas Lokpaikat Kabupaten Tapin dengan menggunakan metode deskriptif. Populasi yang digunakan yaitu resep obat di Puskesmas Lokpaikat Kabupaten Tapin pada tahun 2014. Dan cara pengambilan sampel menggunakan teknik Random Sampling atau teknik acak dengan menggunakan rumus Slovin. Hasil penelitian ini mendapatkan resep sebanyak 374 lembar yang tidak memenuhi kriteria kelengkapan administrasi. Persentase ketidaklengkapan administrasi resep sebagai berikut: Tidak ada nama dokter = 30,5%, Tidak ada SIP/NIP dokter = 100%, Tidak ada paraf dokter = 49,2%, Tidak ada alamat pasien = 15%, Tidak ada umur pasien = 10%, Tidak ada berat badan pasien = 100%, Tidak ada tanda R/ = 19% dan tidak mencantumkan cara pemakaian yang jelas = 10%. Kata Kunci : Medication Error, skrining resep, persentase ketidaklengkapan administrasi resep 1,2 Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin 3 Puskesmas Lokpaikat Kabupaten Tapin
ABSTRACT OVERVIEW OF ADMINISTRATIVE COMPLETENESS RECIPE IN PUSKESMAS LOKPAIKAT KABUPATEN TAPIN ON 2014 Mochammad Arief Budiman 1 ; Erna Prihandiwati, S.F., Apt 2 ; Marliya Suta, A.Md., Far 3 Medication Error is adverse events in patients affected by drug use, treatment and care during the handling of health workers who actually can be prevented. In the service of the recipe, pharmacists and pharmacy technical personnel should conduct an evaluation covering prescription are administrative requirements, suitability pharmaceutical and clinical considerations. Purpose of this study was to determine the percentage of completion and incompleteness administrative recipe and determine the percentage of administrative incompleteness category recipes in Puskesmas Lokpaikat Kabupaten Tapin. Research conducted in Puskesmas Lokpaikat Kabupaten Tapin by using descriptive method. Population used is recipes in Puskesmas Lokpaikat kabupaten Tapin on 2014. And how sampling using is random sampling or random technique using Slovin formula. The results of this research to get the recipe as much as 374 recipe which does not meet the criteria for administrative completeness. The percentage of administrative incompleteness following recipe : no doctor name = 30,5%, no doctor SIP/NIP = 100%, no doctor signature = 49,2%, no patient address = 15%, no patient age = 10%, no patient body weight = 100%, no sign R/ = 19%, and no specify how to use the clear = 10%. Keywords : Medication Error, evaluation prescription, percentage of administrative incompleteness recipe 1,2 Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin 3 Puskesmas Lokpaikat Kabupaten Tapin
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasien adalah setiap orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan baik secara langsung maupun tidak langsung kepada dokter atau dokter gigi (Anonim, 2004). Obat adalah semua bahan tunggal atau campuran yang digunakan oleh semua makhluk untuk bagian dalam maupun bagian luar guna mencegah, meringankan maupun menyembuhkan penyakit (Syamsuni, 2007). Medication Error (ME) adalah kejadian yang merugikan pasien akibat pemakaian obat, tindakan dan perawatan selama dalam penanganan tenaga kesehatan yang sebetulnya dapat dicegah (Depkes, 2004). Data tentang kejadian medication error terutama di Indonesia tidak banyak diketahui. Hal tersebut kemungkinan karena tidak teridentifikasi secara nyata, tidak dapat dibuktikan, atau tidak dilaporkan (Siregar, dkk. 2006). Salah satu faktor penyebab terjadinya medication error adalah kegagalan komunikasi (salah interpretasi) antara prescriber (penulis resep) dengan dispenser (pembaca resep) (Rahmawati dan Oetari, 2002). Menurut Cohen (1999) salah satu faktor yang meningkatkan resiko kesalahan dalam pengobatan adalah Resep. Kelengkapan resep merupakan aspek yang sangat penting dalam peresepan karena dapat membantu mengurangi terjadinya medication error. Keputusan Menteri Kesehatan
Tahun 2004 tentang Standar pelayanan Kefarmasian di Apotek, menetapkan bahwa semua tenaga kefarmasian dalam melaksanakan tugas profesinya di Apotek agar mengacu pada standar pelayanan kefarmasian. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor. 51 Tahun 2009 pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggungjawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 menyebutkan bahwa Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian harus memahami dan menyadari kemungkinan terjadinya kesalahan pengobatan (medication error) dalam proses pengobatan. Dalam pelayanan resep Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian harus melakukan skrining resep yang meliputi: a. Persyaratan administratif, meliputi : 1) Nama, SIP dan alamat dokter 2) Tanggal penulisan resep 3) Tanda tangan/paraf dokter penulis resep 4) Nama, alamat, umur dan berat badan pasien 5) Cara pemakaian yang jelas 6) Tanda R/, nama obat dan komposisi obat b. Kesesuaian farmasetika meliputi bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas, inkompatibilitas, cara dan lama pemberian.
c. Pertimbangan klinis meliputi efek samping, alergi, interaksi, kesesuaian indikasi, dosis, pasien. Penelitian dari Fenny Azeria Puteri (2014) tentang evaluasi kelengkapan administrasi resep di apotek Sukma Sari Banjarmasin tahun 2013 menunjukan bahwa adanya ketidaklengkapan resep yang dapat memicu terjadinya medication error. Hasil penelitian menunjukkan ketidaklengkapan resep terdapat pada unsur SIP dokter (10,50%), alamat dokter (10,14%), tanggal penulisan resep (3,26%), paraf dokter (27,17), alamat pasien (35,86%), umur pasien (5,43%), berat badan pasien (99,27%) serta cara pemakaian yang jelas (2,53%). Akibat dari medication error dapat merugikan pasien. Mengacu pada penelitian tentang medication error diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Gambaran Kelengkapan Administrasi Resep di Puskesmas Lokpaikat Kabupaten Tapin Tahun 2014.