BAB IV ANALISA. seperti pencapaian lokasi hingga lingkungan yang memadai.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KONSEP. perencanaan Rumah Susun Sederhana di Jakarta Barat ini adalah. Konsep Fungsional Rusun terdiri dari : unit hunian dan unit penunjang.

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB III : DATA DAN ANALISA

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN. apartemen sewa untuk keluarga baru yang merupakan output dari proses analisis

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. yang mampu mengakomodasi kebutuhan dari penghuninya secara baik.

Asumsi Pedagang dengan Jumlah Unit. = (90x3) + (230x2) = 730 orang. - 50% asal Jakarta = 50/100 x % asal luar Jakarta = 50/100 x 730

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V. KONSEP PERENCANAAN dan PERANCANGAN. Bina Nusantara adalah sebagai berikut :

BAB IV PENGAMATAN PERILAKU

BAB IV ANALISA PERANCANGAN

BAB V KONSEP. Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin

BAB VI HASIL RANCANGAN. perancangan tapak dan bangunan. Dalam penerapannya, terjadi ketidaksesuaian

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V HASIL RANCANGAN

Kegiatan ini dilakukan penghuni apartemen

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V. KONSEP PERANCANGAN

BAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY

BAB V KONSEP. marmer adalah Prinsip Sustainable Architecture menurut SABD yang terangkum

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

shelter of emosion BAB III ANALISA

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pemikiran yang melandasi perancangan dari proyek Mixed-use Building

Minggu 5 ANALISA TAPAK CAKUPAN ISI

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB 4 ANALISA DAN BAHASAN

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB V KONSEP PERENCANAAN

Jenis dan besaran ruang dalam bangunan ini sebagai berikut :

SEKOLAH MENENGAH TUNANETRA BANDUNG

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB IV ANALISA. Berdasarkan referensi dari studi banding: susun untuk menambah efisiensi kerja. pembukaan kios di pagi hari.

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

RENCANA TAPAK. Gambar 5.1 Rencana tapak

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. menghasilkan keuntungan bagi pemiliknya. aktivitas sehari-hari. mengurangi kerusakan lingkungan.

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV ANALISA. Kegiatan yang terjadi di dalam asrama dibagi berdasarkan pengelompokan jenis. kegiatan yang dilakukan oleh pengguna asrama, yaitu :

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan. bab sebelumnya didasarkan pada sebuah tema arsitektur organik yang menerapkan

BAB III DATA DAN ANALISA

BAB V KONSEP. V.1.1. Tata Ruang Luar dan Zoning Bangunan

BAB VI HASIL RANCANGAN. wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik,

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan

BAB V KONSEP PERANCANGAN

[STASIUN TELEVISI SWASTA DI JAKARTA]

PERANCANGAN KOTA. Lokasi Alun - Alun BAB III

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang

BAB 4 HASIL DAN BAHASAN

BAB VI KONSEP PERANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB 6 HASIL PERANCANGAN. konsep Hibridisasi arsitektur candi zaman Isana sampai Rajasa, adalah candi jawa

DENAH LT. 2 DENAH TOP FLOOR DENAH LT. 1

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. a. Aksesibilitas d. View g. Vegetasi

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

SEKOLAH TINGGI SENI TEATER JAKARTA

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI KONSEP RANCANGAN

Gambar 4. Blok Plan Asrama UI. Sumber : Survei. Untuk kamar AC diletakkan pada lantai 1 agar mudah dalam

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Perencanaan dasar pengunaan lahan pada tapak memiliki aturanaturan dan kriteria sebagai berikut :

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perancangan Kembali Citra Muslim Fashion Center di Kota Malang ini

BAB IV ANALISIS PERANCANGAN. ini dilakukan sebagai pendekatan dalam desain Rumah Susun yang

BAB IV: TINJAUAN KHUSUS PROYEK


BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. adalah High-Tech Of Wood. Konsep High-Tech Of Wood ini memiliki pengertian

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. PT. BMW Indonesia ini adalah adanya kebutuhan perusahaan untuk memenuhi

BAB V KONSEP PERANCANGAN. 5.1 Konsep Utama: Optimalisasi Lahan dengan Pengembangan Elemen Pembatas Sarana

BAB V KONSEP PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI KESIMPULAN. berdasarkan kebutuhan pengguna? 6.1 Penilaian Pengguna Mengenai Komponen Setting Fisik Ruang Terbuka Publik Kawasan Eks MTQ

International Fash on Institute di Jakarta

RUMAH SUSUN DAN PASAR DI JAKARTA BARAT

BAB VI HASIL RANCANGAN. tema Sustainable Architecture yang menerapkan tiga prinsip yaitu Environmental,

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

SAINS ARSITEKTUR II GRAHA WONOKOYO SEBAGAI BANGUNAN BERWAWASAN LINGKUNGAN DI IKLIM TROPIS. Di susun oleh : ROMI RIZALI ( )

BAB V KONSEP PERANCANGAN. konsep dasar yang digunakan dalam Pengembangan Kawasan Wisata Pantai Boom Di

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. perumahan di Kota Sleman dan lahan pertanian masih tetap. penggunaan tanah sebagai pertimbangan utama, juga harus

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN. Redesain terminal Arjosari Malang ini memiliki batasan-batasan

5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2)

BAB VI PENERAPAN KONSEP PADA RANCANGAN. memproduksi, memamerkan dan mengadakan kegiatan atau pelayanan yang

Transkripsi:

BAB IV ANALISA IV.1. ANALISA ASPEK LINGKUNGAN IV.1.1. Analisis Pemilihan Tapak Penentuan tapak dilakukan melalui perbandingan 2 tapak yang dipilih sebagai alternatif dalam memperoleh tapak dengan kriteria-kriteria seperti pencapaian lokasi hingga lingkungan yang memadai. Gambar 7: Alternatif Tapak I Gambar 8: Alternatif Tapak II 49

ASPEK YANG DIAMATI ALTERNATIF TAPAK I ALTERNATIF TAPAK II Akses Pencapaian Lokasi UPT Kesesuaian peruntukkan lahan Kelancaran Lalu Lintas Sekitar Tapak Kondisi Bangunan dan Aktivitas Lingkungan Sekitar Kebisingan dan Keramaian di Lingkungan Sekitar Bentuk Tapak Arah Kedatangan terbesar Sirkulasi Kendaraan Sekitar Tapak Total Bobot (Tanda ) 17 19 Tabel 6: Perbandingan Alternatif Tapak I dan Alternatif Tapak II Kesimpulan : Berdasarkan hasil perbandingan dan analisa dari kedua tapak, maka alternatif tapak II yang dipilih karena scoring point yang membuktikan bahwa tapak II memiliki beberapa keuggulan untuk dijadikan lokasi pembangunan Rumah Susun Sederhana di Jakarta Barat. 50

IV.1.2. Potensi Sekitar Tapak Gambar 9: Lokasi Tapak 1. Pusat Promosi dan Pemasaran Bunga dan Tanaman Hias Rawabelong dengan segala aktivitas perdagangan yang berlangsung 24 jam nonstop akan diringankan apabila para pedagangnya memiliki tempat tinggal yang berlokasi tidak jauh dari tempat mereka mencari nafkah. 2. Kios Bunga Hias yang sudah menjadi budaya masyarakat setempat dalam berdagang tanaman dan bercocok tanam, diluar UPT pun masyarakat dapat bergerak secara mandiri untuk membudidayakan tanaman untuk dijual kembali. 3. Masjid Jami Al Madinah sebagai tempat ibadah, pada khususnya akan berpotensi mendukung aktivitas religi para penghuni rusun yang beragama islam. 51

4. SLTP PGRI 26 sebagai salah satu sarana pendidikan di daerah Rawa Belong, akan mendukung proses pendidikan bagi anak-anak para penghuni rusun. IV.1.3. Keterkaitan Tapak dan Lingkungan Potensi tapak dengan kondisi lingkungan sekitar harus memiliki hubungan timbal balik (simbiosis mutualisme), baik dari segi aksesibilitas, konteks perkotaan dan budaya setempat. Berikut beberapa bangunan yang berada di sekitar tapak, yang berfungsi sebagai acuan dalam desain rumah susun: BANGUNAN GAYA CIRI UPT Rawa Belong Kios Tanaman Hias Modern Tropis Bervariasi - Atap pelana & skylight - Plafond tinggi - Banyak bukaan - Kolom expose - Terdiri dari 2 lapis - Atap beton dan pelana - Bersifat terbuka - Berupa kios - Sebagian ada yang memanfaatkan rumah pribadi 52

Klasik - Atap beton - Kubah beton dicat - Warna dominan hijau - Terdiri dari 2 lapis Masjid Jami Al Madinah Tropis - Atap pelana - Dinding bata - Terdiri dari 1 lapis lantai SLTP PGRI 26 Bervariasi - Atap menggunakan material genteng - Dinding bata Perumahan Warga Tabel 7: Analisa Bangunan Sekitar Tapak IV.1.4. Analisa Pencapaian Dan Sirkulasi Dalam Tapak Pencapaian tapak berdasarkan kegiatan : 1. Pencapaian pengelola dan servis yang mempunyai pintu masuk khusus menuju ruang pengelola dan terpisah dari aktivitas penghuni agar tidak menganggu sirkulasi penghuni dan pengunjung. 2. Pencapaian penghuni Rusun merupakan sirkulasi utama yang mudah dicapai dan tidak memotong arus lalu lintas. 53

Pengembangan sistem sirkulasi memiliki beberapa kriteria yang harus dipikirkan. Sirkulasi yang baik dapat dilihat dari alur yang terencana dan memiliki kesinambungan tanpa adanya gesekkan pada tiap-tiap jalur. Penggunaan lahan yang dilakukan secara efisien dapat merangsang pembentukkan pusat orientasi dari sebuah tapak. Berikut alternatif pola sirkulasi memasuki tapak : ALTERNATIF POLA SIRKULASI Pola Jalan Masuk Tunggal KETERANGAN Pejalan kaki dan kendaraan memasuki tapak melalui satu jalur utama karena tidak adanya perbedaan sirklasi jalan masuk antar penghuni, pengelola dan servis. Pola Jalan Masuk Ganda Terdapat perbedaan jalur masuk antara penghuni, pengelola dan servis karena alur sirkulasi yang dipisah. Pola Jalan Masuk Gabungan Ada perbedaan jalur masuk penghuni, pengelola dan servis serta sirkulasi kendaraan dan pejalan kaki karena jalur yang dipisah, namun di sisi lain tersedia pula jalur masuk bersama. Tabel 8: Analisa Pola Sirkulasi Tapak Pola sirkulasi gabungan dipilih karena lebih efektif dan fleksibel tetapi tetap memisahkan jalur pedestrian dan sirkulasi kendaraan, namun terdapat juga pintu masuk lain yang dapat digunakan bersama-sama. 54

Sirkulasi Pintu Masuk Kendaraan Sirkulasi Pintu Masuk Pejalan Kaki alternatif 1 Panah ungu sebagai jalur masuk utama kendaraan dengan pertimbangan arah masuk tapak dari Jalan Rawa Belong agar memudahkan akses pencapaian lokasi. alternatif 1 Akses pedestrian yang terdapat pada sekeliling bangunan untuk memudahkan pencapaian ruang dan akses sirkulasi yang fleksibel terhadap pejalan kaki. alternatif 2 Panah kuning sebagai side entrance, sehingga akses sirkulasi utama (panah ungu) berada di sebelah dalam jalur utama dari Jalan Rawa Belong dan harus melewati site dan bangunan. alternatif 2 Jalur pedestrian yang terpotong dan tidak seluruhnya mengelilingi bangunan sehingga membuat batas akses sirkulasi manusia terhadap bangunan. Tabel 9: Analisa Sirkulasi Tapak Berdasarkan hasil analisa terhadap 2 varian dari masing-masing kriteria, bahwa alternatif 1 sebagai pilihan analisa dengan berbagai pertimbangan yang sesuai kebutuhan dan perencanaan desain bangunan Rumah Susun Sederhana di Jakarta Barat. 55

IV.1.5. Analisa Orientasi Tapak Rumah susun dengan segala aspek pendukung dan aktivitasnya juga ditentukan oleh analisa orientasi tapak dalam menentukan arah bangunan. Berikut alternatif orientasi tapak: ALTERNATIF 1 - Jalan raya sebagai orientasi tapak. - Menghadap arah utara. - Dapat memaksimalkan fungsi, jalur pencapaian lokasi dan bentuk bangunan. ALTERNATIF 2 - Rumah warga sebagai orientasi tapak. - Menghadap arah barat. - Kurang dapat memaksimalkan fungsi, jalur pencapaian lokasi dan bentuk bangunan. Tabel 10: Analisa Orientasi Tapak Dalam hal ini alternatif 1 dengan jalan utama sebagai arah orientasi tapak agar sesuai dengan pertimbangan pencapaian target dan peraturan daerah setempat. Kriteria yang mempengaruhi proses tersebut adalah: 1. Best view 2. Kegiatan di dalam dan luar tapak 3. Jalur pencapaian lokasi 56

IV.1.6. Analisa Penataan Ruang Luar Analisa ini bertujuan dalam mewujudkan suasana atau atmosfer yang mendukung kegiatan dan kebutuhan yang terdapat pada bangunan. RUANG LUAR AKTIF - Merupakan ruang terbuka yang mengandung unsur-unsur kegiatan aktif manusia di dalamnya. - Parkir, pedestrian, jalur sirkulasi kendaraan, plaza, dan taman terbuka. - Kebiasaan sebagian besar penghuni dalam bercocok tanam, diharapkan penerapan penghijauan akan memberkan kontribusi maksimal pada bangunan, para penghuni maupun lingkungan sekitarnya. - Pedestrian serta plaza yang berfungsi sebagai promenade dan ruang transisi antara ruang luar RUANG LUAR PASIF - Merupakan ruang luar terbuka yang tidak mengandung unsurunsur kegiatan manusia. - Penyaring polusi udara (filtrasi) dan suara yang ditimbulkan lalu lintas kendaraan (sound barrier). - Sebagai pendukung penampilan bangunan disamping memelihara lingkungan yang bisa dipandang berguna untuk pengalihan pemandangan terhadap aktifitas Rusun. - Berfungsi dalam membatasi elemen visual yang tidak diinginkan. bangunan dan ruang dalam. Tabel 11: Analisa Penataan Ruang Luar Penataan menggunakan kedua metode di atas yaitu aktif dan pasif sekaligus. Aktif terdapat pada taman dan ruang terbuka hijau yang berada di atas / pada bangunan, sedangkan pasif terdapat di sekitar tapak. 57

IV.1.7. Zoning Dalam Tapak Berikut analisa penzoningan dalam tapak: rumah warga dan jalan setapak matahari barat jalan raya dan rumah warga masjid Gambar 10: Analisa Zoning Tapak Gambar 11: Zoning Tapak Penzoningan dilakukan berdasarkan pertimbangan kondisi lingkungan tapak, arah orientasi bangunan, sirkulasi dan pencapaian dalam tapak serta sifat kegiatan yang ditentukan berdasarkan kebisingan. 58

Pertimbangan zoning pada tapak: 1. Publik Berada di bagian depan berfungsi sebagai ruang penerima terhadap siapapun yang memasuki kawasan Rusun. Ruang publik yang berada di sekitar area bangunan dan titik tertentu untuk memberikan akses bagi penghuni dan pengunjung Rusun untuk menikmati ruang terbuka, rekreasi dan area komunal untuk bersosialisasi. 2. Semi privat Berisikan ruang-ruang dengan kegiatan khusus bagi sesama penghuni Rusun. Sebagai ruang perantara publik dan area privasi agar tidak mengganggu kepentingan dan fungsinya masing-masing. 3. Privat Diletakkan agak masuk ke dalam tapak dan jauh dari jalan raya untuk mengurangi kebisingan karena bagian tersebut berisikan ruang-ruang huni. Diletakkan di bagian belakang, agar mudah dalam pengelolaan dan hubungan dengan area servis. 4. Servis Diletakkan di bagian samping, agar langsung berhubungan dengan side enterance atau servis enterance. Berisikan ruang pelayanan dan maintenance gedung. 59

IV.1.8. Analisa Orientasi Matahari Cahaya siang yang lebih banyak dan lebih menyengat dibanding pagi hari dapat mengurangi kenyamanan khususnya kondisi thermal di dalam bangunan. Ruang-ruang yang mendapat pancaran cahaya matahari langsung secara intens menyebabkan aktivitas terganggu serta timbulnya pengalihan fungsi ruang yang tidak seharusnya. Gambar 12: Analisa Orientasi Matahari Pada bagian sisi sebelah selatan, bangunan mendapatkan cahaya matahari timur. Pancaran cahaya tersebut identik dengan manfaat yang dihasilkan serta fungsinya untuk menerangi beberapa ruang dalam bangunan. Melalui bukaan-bukaan yang tepat, diharapkan cahaya yang menembus bangunan khususnya pada pagi dan siang hari akan mengurangi penggunaan listrik sebagai penerangan. 60

IV.1.9. Analisa Kebisingan Sumber kebisingan berasal dari kondisi Jl. Salam sebagai akses utama dari lokasi tapak. Jalur tersebut merupakan jalur aktif kendaraan umum yang dilewati oleh mikrolet M24 dari dan menuju Jl. Rawa Belong, Jl. Kebon Jeruk dan sekitarnya. Kondisi ini tentunya menjadi permasalahan bagi penghuni rusun yang ingin beristirahat pada siang hari, dimana mereka sibuk beraktivitas pada malam harinya. Gambar 13: Kondisi Kebisingan Tapak Alternatif yang dapat dilakukan yaitu dengan melakukan set-back pada bagian ruang huni berupa koridor yang menghadap jalan dan membuat sound barrier berupa pepohonan maupun dinding masif yang akan mengurangi kebisingan sekaligus sebagai elemen pemanis bagi jalur pedestrian di sekitar bangunan. 61

Gambar 14: Analisa Kebisingan IV.2. ANALISA ASPEK MANUSIA IV.2.1. Pelaku, Jenis dan Urutan Kegiatan Pelaku kegiatan pada bangunan Rumah Susun terdiri dari penghuni tetap, pengunjung, dan pengelola. Penghuni terdiri dari orang dewasa dan anakanak, pengunjung (kerabat/keluarga) terdiri dari berbagai golongan dan yang terakhir adalah pengelola yang dibagi menjadi bagian administrasi dan teknis. Kegiatan utama penghuni dengan kebiasaan beraktivitas dagang tanpa kenal waktu, pengunjung yang bisa berkunjung dengan ketentuan yang berlaku, dan pengelola dengan daya dan upaya untuk menjaga kuantitas pelayanan rumah susun dalam meningkatkan kualitas bangunan dan mendukung sistem kehidupan bermasyarakat. 62

Analisa Kegiatan Penghuni Rusun parkir entrance fasilitas kegiatan sosial ruang huni kegiatan pribadi Gambar 15: Diagram Kegiatan Penghuni Rusun Analisa Kegiatan Pengunjung Rusun parkir entrance fasilitas lapor Kegiatan sosial ruang huni kegiatan pribadi Gambar 16: Diagram Kegiatan Pengunjung Rusun 63

Analisa Kegiatan Pengelola Rusun parkir entrance ruang administrasi kantor pengelola ruang maintenance Gambar 17: Diagram Kegiatan Pengelola Rusun Berikut persepsi karakter sesuai analisa pola kegiatan dari manusia yang terkait dalam bangunan tersebut: Penghuni Rusun - Aktivitas dagang berlangsung sekitar pukul 23.00-05.00, sehingga siang hari adalah waktu untuk beristirahat. - Membudayakan penghijauan melalui perilaku bercocok tanam. Pengunjung Rusun - Terdiri dari berbagai jenis golongan manusia dan kebutuhan yang berbeda-beda terhadap fungsi rusun. Pengelola Rusun - Pengelolaan operasional dan teknis yang harus waspada selama 24 jam dalam mendukung keamanan dan kenyamanan penghuni. 64

IV.2.2. Kebutuhan Ruang, Pengguna, Sifat, dan Kegiatan Unit Kegiatan Penghuni Rusun RUANG PENGGUNA SIFAT RUANG KEGIATAN Kamar Tidur /Hunian Penghuni Privat, Tertutup Beristirahat, Tidur Pantry Pengunjung Servis, Terbuka Masak, Cuci Piring Ruang Jemur Pengunjung Servis, Terbuka Menjemur Pakaian Kamar Mandi Umum Pengunjung Publik, Tertutup Buang Air, Mandi, Cuci Baju Taman Hijau Pengunjung Publik, Terbuka Bercocok Tanam, Relaksasi, Bersosialisasi Tabel 12: Kebutuhan Ruang, Pengguna, Sifat, dan Kegiatan Penghuni Unit Kegiatan Pengunjung Rusun RUANG PENGGUNA SIFAT RUANG KEGIATAN Plaza Pengunjung, Pengelola Publik, Terbuka Sirkulasi Manusia, Bersosialisasi Ruang komunal Pengunjung Publik, Terbuka Bersosialisasi Kamar Mandi Umum Pengunjung Publik, Tertutup Buang Air, Mandi, Cuci Baju Kamar Tamu /Hunian Pengunjung Servis, Tertutup Beristirahat, Tidur Taman Hijau Pengunjung Publik, Terbuka Relaksasi, Bersosialisasi Tabel 13: Kebutuhan Ruang, Pengguna, Sifat, dan Kegiatan Pengunjung 65

Unit Kegiatan Pengelola Rusun RUANG PENGGUNA SIFAT RUANG KEGIATAN Ruang Administrasi dan Keuangan Staff Administrasi dan keuangan Publik, Tertutup Pengurusan Masalah Administrasi dan Keuangan Ruang Manajemen Gedung (Building Management) Staff Pengelola Gedung Semi Privat, Tertutup Mengelola Manajemen Gedung Ruang Unit Pelayanan dan Utilitas Staff Pengelola Teknis Gedung Semi Privat, Tertutup Mengelola Sistem Pengoperasian, Pemeliharan Rutin & Preventif Ruang Kepala Pengelola Gedung Staff Pengelola Semi Privat, Tertutup Aktivitas Kerja Kepala Pengelola Ruang Rapat Pengelola Staff Pengelola Semi Privat, Tertutup Diskusi dan Rapat Laporan Bulanan Kamar Mandi Staff Pengelola Servis, Tertutup Buang Air Tabel 14: Kebutuhan Ruang, Pengguna, Sifat, dan Kegiatan Pengelola Unit Kegiatan Penunjang Rusun RUANG PENGGUNA SIFAT RUANG KEGIATAN Ruang Serba Guna Pengunjung, Pengelola Publik, Tertutup Acara Formal / Nonformal Ruang Komersil/ Retail Pengunjung, Pengelola Publik Kegiatan Jual-Beli Kebutuhan Seharihari Musholla Pengunjung, Pengelola Publik, Tertutup Beribadah Lapangan Olah- Raga Pengunjung, Pengelola Publik, Terbuka Berolahraga, Beraktivitas Sosial 66

Ruang Terbuka Hijau Pengunjung, Pengelola Publik, Terbuka Relaksasi, Rekreasi, Bercocok Tanam, Bersosialisasi Ruang Komunal Pengunjung, Pengelola Publik, Terbuka, Ramai Bersosialisasi, Berbincang, Berkumpul Santai Tabel 15: Kebutuhan Ruang, Pengguna, Sifat, dan Kegiatan Penunjang Unit Kegiatan Servis Rusun RUANG PENGGUNA SIFAT RUANG KEGIATAN Pos Keamanan Staff Keamanan Servis, Tertutup Menjaga Keamanan 24 jam (Monitoring) Ruang ME & Genset Staff Servis, Tertutup Penempatan Mekanikal & Elektikal, Genset Gudang Staff Servis, Tertutup Penyimpanan Barang-Barang Servis Tabel 16: Kebutuhan Ruang, Pengguna, Sifat, dan Kegiatan Servis IV.2.3. Kebutuhan dan Dimensi Ruang Keseluruhan jumlah kios dagang maupun los (area grosiran) dapat mensinyalir jumlah pedagang. Keseluruhan jumlah kios dan los dalam bangunan adalah 320 buah. Asumsi jumlah kios tersebut akan menjadi acuan jumlah pedagang yang membutuhkan ruang huni. Selanjutnya jumlah tersebut akan disesuaikan dengan lahan yang tersedia dan peraturan bangunan setempat sehingga mewakili jumlah keseluruhan penghuni rusun. 67

ASAL PEDAGANG PROSENTASE JUMLAH PEDAGANG JAKARTA 50% 50/100 x 320 = 160 JAWA BARAT 30% 30/100 x 320 = 96 JAWA TENGAH 12,5% 12,5/100 x 320 = 40 JAWA TIMUR 7,5% 7,5/100 x 320 = 24 TOTAL 100% 320 pedagang Source : Survey lapangan dengan asumsi jumlah kios Tabel 17: Asal dan Jumlah Pedagang Prosentase Pembagian Ruang Luas Tapak ; 9800 m 2 KDB 50% : 4900 m 2 KLB 4 : 4 x 9800 m 2 : 39200 m 2 Perencanaan Prosentase Pembagian Ruang o Ruang Huni 30% = 11760 m 2 o Fasilitas Penunjang 30% = 11760 m 2 o Servis 10% = 3920 m 2 o Sirkulasi 20% = 7840 m 2 o Ruang Terbuka 10% = 3920 m 2 Besaran standar kebutuhan ruang rusuna per orang yaitu 9 m 2. Dasar pemikiran bahwa dalam satu keluarga muda rata-rata terdiri 4 anggota keluarga (orang tua ditambah 2 anak) maka kebutuhan ruang minimal 21 m 2 dan maksimal 36 m 2. (Perencanaan dan Pengelolaan Rumah Susun Sederhana) 68