BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi stabilitas nasional, ekonomi dan politik, yang imbasnya

WALIKOTA BENGKULU PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR SAMISAKE

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia menyebabkan munculnya. menurunnya konsumsi masyarakat. Untuk tetap dapat memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Perdesaan (PNPM-MP) salah satunya ditandai dengan diberlakukannya UU No. 6

BAB I PENDAHULUAN. menengah (UMKM) mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Sakur, Kajian Faktor-Faktor yang Mendukung Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah, Spirit Publik, Solo, 2011, hal. 85.

BAB I PENDAHULUAN. faktor yang memicu orang-orang untuk mencari pekerjaan.

BAB I PENDAHULUAN. dalam kondisi ini. Akibat adanya rasionalisasi maupun pemutusan hubungan kerja

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 238 Juta Jiwa. Dengan jumlah mayoritas muslim mencapai

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh suatu bangsa dalam upaya untuk meningkatkan pendapatan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelaku bisnis di Indonesia sebagian besar adalah pelaku usaha mikro, kecil

BAB I PENDAHULUAN. (UMKM) dalam pertumbuhan perekonomian suatu negara sangat penting. Ketika

2015 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PENGUSAHA AIR MINUM ISI ULANG

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 53 TAHUN 2014 TAHUN 2014 TENTANG

WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

BAB I PENDAHULUAN. rentan terhadap pasar bebas yang mulai dibuka, serta kurang mendapat dukungan

BAB I PENDAHULUAN. Pemberlakuan otonomi daerah pada dasarnya menuntut Pemerintah Daerah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) merupakan kegiatan usaha yang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. usaha. Kredit tersebut mempunyai suatu kedudukan yang strategis dimana sebagai salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Pekerjaan merupakan suatu kebutuhan individu dalam memenuhi. perekonomiannya, bermacam-macam pekerjaan telah menjadi pilihan setiap

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mulyadi, 2014 Pengaruh Perilaku Kewirausahaan Terhadap Keberhasilan Usaha

I. PENDAHULUAN. (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN PINJAMAN DANA BERGULIR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah.

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun

BAB II TINJAUAN UMUM USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan dalam banyak hal. Baik itu dari segi pemerintahan, pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Sektor UMKM adalah salah satu jalan untuk

96% responden telah beroperasi antara 4 tahun hingga lebih dari 10 tahun, hanya 4% yang baru beroperasi selama 1-3 tahun.

BAB I PENDAHULUAN. makmur yang merata secara material dan spiritual seperti yang tertuang pada

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG

Perekonomian Indonesia

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR BAGI KOPERASI, USAHA MIKRO KECIL, DAN MENENGAH

10. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan;

BAB I PENDAHULUAN. dari peran para pengusaha (entrepreneur) baik besar, menengah maupun kecil.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG

PENGEMBANGAN MODEL PELATIHAN AKUNTANSI DALAM UPAYA PENINGKATAN KOMPETENSI KEUANGAN PADA PELAKU USAHA MIKRO,KECIL dan MENENGAH (UMKM) DI PONOROGO

BAB I PENDAHULUAN. bagian penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Hal itu disebabkan dalam

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 113 TAHUN 2015 TENTANG

BAB III BERBAGAI KEBIJAKAN UMKM

BAB I PENDAHULUAN. pasar belum tentu dapat dimanfaatkan oleh masyarakat yang kemampuan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Menimbang: a. bahwa Koperasi dan Usaha Kecil memiliki peran dan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dalam memerangi kemiskinan dan pengangguran.

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR BAGI USAHA MIKRO DAN KECIL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 20 SERI E

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan Badan Usaha Milik Negara ( BUMN) memiliki peran, dan fungsi

DENI HAMDANI, 2015 PENGARUH PERILAKU KEWIRAUSAHAAN, PERSAINGAN, DAN MODAL KERJA TERHADAP TINGKAT PENDAPATAN PEDAGANG

PENDAHULUAN. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) adalah suatu usaha yang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 96 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. negara. Khususnya bagi industri-industri, perusahaan dan pelaku ekonomi lainnya

I. PENDAHULUAN. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM-MP)

Strategi Pengembangan UMKM dengan Mengatasi Permasalahan UMKM Dalam Mendapatkan Kredit Usaha

BAB I PENDAHULUAN. besar mengalami kebangkrutan dan memberikan beban berat bagi negara

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan usaha yang tergolong besar (Wahyu Tri Nugroho,2009:4).

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dalam perekonomian. karena sektor ini akan banyak menyerap tenaga kerja.

BAB I PENDAHULUAN. jumlah asset maksimal 0 sampai Rp 50 juta dan omzet total 0 sampai 300 juta.

BAB 1 PENDAHULUAN. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) menjadi hal yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. nasional telah menunjukkan bahwa kegiatan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan dengan meluncurkan program-program pemberdayaan. Sejak periode

PENJELASAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 10 TAHUN 2010 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PENGEMBANGAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Muhammad Rizki, 2015

I. PENDAHULUAN. usaha besar yang mengalami gulung tikar didera krisis. Pada saat yang bersamaan pula,

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang Pembentukan Provinsi Jawa Barat (Berita Negara Republik Indonesia tanggal 4 Juli 1950) jo.

BAB I PENDAHULUAN. baik dan benar. Salah satu kegiatan manajemen itu ialah kegiatan pemasarannya.

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERDAYAAN, PENGEMBANGAN DAN PERLINDUNGAN KOPERASI DAN USAHA KECIL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITAR SERI C PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2012

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

EVALUASI PERTUMBUHAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH (UMKM) DI SURAKARTA TAHUN

GUBERNUR LAMPUNG PERATURAN GUBERNUR LAMPUNG NOMOR 30 TAHUN 2007

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertama, Kedua, Ketiga, Keempat, Kelima, Keenam, Pertama, Kedua, Ketiga, Keempat, Kelima,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG. Nomor : 08 Tahun 2015

PROFIL KOTA BONTANG GAMBARAN UMUM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) 1. Pengertian Usaha Kecil Menengah dan Mikro

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki masyarakat yang banyak. Hal tersebut

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Ketua Komisi VI DPR RI. Anggota Komisi VI DPR RI

BAB I PENDAHULUAN. lagi. Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, Hasan dalam Republika

RANCANGAN PROGRAM RENCANA AKSI PENGEMBANGAN KBU PKBM MITRA MANDIRI

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 7/39/PBI/2005 TENTANG PEMBERIAN BANTUAN TEKNIS DALAM RANGKA PENGEMBANGAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

A. Latar Belakang Indonesia adalah sebuah negara yang memiliki potensi ekonomi tinggi, potensi yang mulai diperhatikan dunia internasional.

BAB I PENDAHULUAN. menghambat usaha untuk memobilisasi tabungan.

BUPATI PAKPAK BHARAT

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dan kesehatan. Dari sudut pandang politik, ini terlihat bagaimana. kesehatan yang memadai untuk seluruh masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. dibanding usaha besar yang hanya mencapai 3,64 %. Kontribusi sektor

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR... TAHUN...

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 5/ 18 /PBI/2003 TENTANG PEMBERIAN BANTUAN TEKNIS DALAM RANGKA PENGEMBANGAN USAHA MIKRO DAN KECIL

KOPERASI SIMPAN PINJAM SEBAGAI SUMBER PEMBIAYAAN BAGI USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH (UMKM) DI PROPINSI JAWA TIMUR

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan bagian terbesar dalam perekonomian Indonesia, indikator tingkat partisipasi masyarakat dalam berbagai sektor kegiatan ekonomi. UMKM selama ini terbukti dapat diandalkan sebagai katup pengaman di masa krisis, melalui mekanisme penciptaan kesempatan kerja dan nilai tambah. Peran dan fungsi strategis ini sesungguhnya dapat ditingkatkan dengan memerankan UMKM sebagai salah satu pelaku usaha komplementer bagi pengembangan perekonomian nasional, dan bukan subordinasi dari pelaku usaha lainnya. Keberhasilan dalam meningkatkan kemampuan UMKM berarti memperkokoh perekonomian masyarakat. Hal ini akan membantu mempercepat proses pemulihan perekonomian nasional, dan sekaligus memberi dukungan nyata terhadap pemerintah daerah dalam melaksanakan otonomi pemerintahan. Berdasarkan UU Nomor 20 Tahun 2008 tentang UMKM, Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang- Undang ini. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang- Undang ini. Saat ini, UMKM berkembang dengan pesat di seluruh Indonesia tak terkecuali dengan perkembangan UMKM di Provinsi Banten yang merupakan

2 salah satu provinsi di Indonesia. Banten sebagai salah satu provinsi yang memiliki jumlah penduduk padat serta memiliki tingkat pengangguran yang tinggi walaupun Banten merupakan daerah industri tetapi masih banyak masyarakatnya yang hidup dibawah garis kemiskinan terutama Kota Cilegon. Dapat dilihat tabel dibawah ini: Tabel 1.1 Garis Kemiskinan dan Penduduk Miskin di Kota Cilegon, 2010 2014 Tahun Garis Kemiskinan Penduduk Miskin Jumlah 2010 246 662 16 765 2011 261 962 15 453 2012 277 875 15 000 2013 295 100 15 900 2014 306 253 15 530 Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Cilegon Source: BPS-Statistic of Cilegon City Dari tabel diatas dapat terlihat bahwa jumlah penduduk miskin di Kota Cilegon berfluktuatif setiap tahunnya, hal ini dikarenakan Badan Pusat Statistik (BPS) Cilegon saat ini sulit mendapatkan data kemiskinan di Kota Cilegon. Hal tersebut karena sebagian warga dinilai kurang pro-aktif saat dikunjungi petugas survei. Petugas BPS kerap kesulitan saat mengunjungi objek warga, banyak sasaran survei tidak mau menjawab pertanyaan petugas. Dari data tersebut terlihat bahwa terjadi peningkatan jumlah penduduk miskin pada tahun 2012-2013 sebanyak 900 orang. Untuk mengentaskan kemiskinan Walikota Cilegon memiliki program One District One Billion (Satu Kecamatan Satu Miliar), dengan cara memberikan bantuan dana bergulir kepada masyarakat untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat Kota Cilegon, hal ini sesuai dengan Peraturan Walikota Cilegon Nomor.25 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Dana Bergulir Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Kota Cilegon. Program One District One Billion ini ditujukan kepada calon wirausaha baru, serta pelaku usaha ekomoni mikro dan kecil yang tengah meretas jalan untuk berusaha, mereka yang ingin

3 mengembangkan ekonomi keluarga, dan juga mereka yang ingin mengembangkan kapasitas usahanya, Adapun calon wirausahawan baru ini adalah warga miskin atau Rumah Tangga Sasaran (RTS) yang selama ini mendapat bantuan dari pemerintah seperti beras bersubsidi (raskin), BOS dan sebagainya yang memiliki kemauan untuk berwirausaha, namun terkendala masalah modal. Sedangkan pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) adalah warga yang sudah lama menekuni dunia usaha, namun memerlukan tambahan modal untuk pengembangan usahanya. Dengan digulirkannya program tersebut, diharapkan adanya peningkatan pelayanan kepada masyarakat dalam mengakses permodalan yang cepat dan mudah. Pada tahap awal kegiatan program ini, Pemkot Cilegon menargetkan setiap tahun lahir 100 wirausahawan baru di setiap kecamatan, berarti bila ada 8 kecamatan, maka sekitar 800 wirausahawan baru lahir di wilayah Kota Cilegon. Lembaga Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat (LPEM) didirikan oleh Walikota Cilegon yang ditetapkan melalui peraturan walikota Cilegon No. 29 Tahun 2005 pada tanggal 7 Oktober. Namun dalam perjalanan perkembangannya LPEM mengalami perubahan melalui peraturan walikota No. 11 tahun 2007 tertanggal 19 April 2007, maka sejak itu LPEM berubah nama menjadi Unit Pelaksana Teknis Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat (UPT-PEM) yang dipimpin oleh seorang kepala UPT dimana teknis operasional maupun administrasi dibawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Badan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat dan Keluarga Berencana (BPMKB) Kota Cilegon. UPT-PEM adalah kegiatan untuk memampukan dan memberikan tanggungjawab kepada masyarakat dalam mengelola kegiatan usaha/wirausaha untuk meningkatkan kesejahteraannya. Dalam meningkatkan pendapatan masyarakat UPT-PEM memberikan pinjaman modal kepada masyarakat untuk berwirausaha. UPT-PEM didirikan bertujuan untuk : 1. Memberdayakan keluarga/anggota keluarga yang tidak bekerja agar dapat melakukan kegiatan usaha ekonomi produkif. 2. Menumbuhkan dan meningkatkan minat usaha masyarakat yang tidak bekerja, miskin dan menganggur/phk.

4 3. Mengatasi permodalan Usaha Mikro Kecil yang belum memenuhi persyaratan perbankan (Non Bankable) 4. Mengembangkan potensi komoditas unggulan Usaha Kecil 5. Meningkatkan akses, memenuhi kebutuhan input, menyediakan media pemasaran, mengembangkan potensi pasar. Salah satu program yang dikelola UPT-PEM adalah One District One Million, ini merupakan program kerja sama antara Pemkot Cilegon dengan PT Krakatau Steel, yang diluncurkan pada pertengahan Juni 2011 dan efektif dilaksanakan Juli 2011, adapun dana yang dialokasikan untuk program ini sebesar Rp 9 miliar yang bersumber dari APBD Kota Cilegon Rp 5 miliar dan PT Krakatau Steel sebesar Rp 4 miliar. Di Kota Cilegon terdapat 8 kecamatan, tiap kecamatan dialokasikan sebesar Rp 1 miliar, sehingga dana yang digulirkan sebesar Rp 8 miliar, sedangkan sisanya sebesar Rp 1 miliar disiapkan untuk operasional dan cadangan bila kebutuhan terus meningkat. Pinjaman dana dalam program One District One Million ini bervariasi, pinjaman dana bergulir tersebut mulai dari Rp 300 ribu hingga Rp 30 juta, besaran pinjaman dana dapat dilihat pada tabel berikut di bawah ini: Tabel 1.2 Besaran Pinjaman Dana UPT-PEM Tingkatan Pinjaman Besaran Dana Perintisan Rp 300.000 Rp 2.000.000 Penguatan Rp 2.500.000 Rp 4.500.000 Pengembangan Rp 5.000.000 Rp 30.000.000 Sumber: data UPT-PEM Kota Cilegon Hasil yang ingin dicapai pemerintah untuk jangka pendek adalah dapat teratasinya permasalahan UMKM dalam mengakses modal, pasar dan tekhnologi. Khusus untuk permodalan diharapkan UMKM yang terjerat bank keliling dapat tertolong atau terbantu, melalui pinjaman modal yang disalurkan UPT- PEM dengan tingkat suku bunga hanya 3-6%. Sedangkan hasil jangka panjang yang ingin dicapai adalah meningkatnya pendapatan pengusaha, meningkatkan indeks pembangunan manusia (IPM), selain itu dengan tumbuh berkembangnya usaha UMKM akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja.

5 Jenis pinjaman pada program ini diantaranya : perintisan usaha sasaran RTS, penguatan usaha sasaran UMK Non RTS termasuk koperasi, dan pengembangan usaha, sasaran UMK dan koperasi. 1. Biaya/Jasa administrasi pinjaman : 0-6% per tahun 2. Jangka waktu pinjaman : 1 bulan 24 bulan (2 tahun) 3. Jenis usaha : perdagangan, jasa, pengolahan, pertanian 4. Angsuran pinjaman : harian/mingguan/bulanan Untuk jasa pinjaman atau bunga dibedakan antara Rumah Tangga Sasaran (RTS) dan pelaku UMKM. Bunga untuk RTS 0% - 3% per tahun, sedangkan bunga untuk pelaku UMKM 6% per tahun. Bila dibandingkan dengan bunga yang berlaku saat ini, maka dalam program One District One Billion ini jauh sekali di bawah bunga perbankan, apalagi dihadapkan dengan bank keliling. Prosedur peminjaman adalah warga dapat langsung mengajukan pinjaman dana ke kantor UPT-PEM dengan persyaratan yang ringan seperti fotokopi KTP, fotocopi KK, dan lain-lain. Pengelola UPT-PEM sebanyak empat orang yang terdiri dari Kepala Kantor, Tenaga Seleksi/Analis Pinjaman, Kasir, dan Tenaga Konsultasi Manajemen. Guna memperlancar tugas UPT-PEM, maka di tiap-tiap kelurahan ditunjuk seorang pendamping yang bertugas menyeleksi warga yang mengajukan pinjaman dana, membina, dan sekaligus menagih uang angsuran. Jenis usaha para penerima dana bergulir beragam yang meliputi usaha martabak, warung nasi uduk, warung makan, bengkel motor, usaha keripik, warung sembako, dan lain-lain. Untuk lebih jelasnya lagi berikut data jumlah orang yang mendapat dana pinjaman disetiap kecamatan di kota Cilegon:

6 Tabel 1.3 Jumlah Penerima Pinjaman UPT-PEM Berdasarkan Kecamatan Di Kota Cilegon Tahun 2013 No Kecamatan Jumlah Dana Jumlah orang 1. Grogol 256.300.000 104 orang 2. Cibeber 363.600.000 141 orang 3. Ciwandan 345.900.000 116 orang 4. Purwakarta 105.100.000 46 orang 5. Cilegon 161.900.000 93 orang 6. Jombang 376.600.000 221 orang 7. Citangkil 497.000.000 159 orang 8. Pulomerak 193.000.000 89 orang Sumber : data UPT-PEM Kota Cilegon Program ini bertujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat miskin (RTS), meningkatkan minat masyarakat untuk berusaha, serta mewujudkan usaha mikro kecil (UMK) dan koperasi yang tangguh dan mandiri dengan sasaran, RTS, UMK dan koperasi. Namun pemerintah Kota Cilegon menghadapi kendala-kendala yang dapat menghambat pelaksanaan programprogram yang dijalankan oleh pemerintah Kota Cilegon seperti : 1. Masyarakatnya tidak mempunyai keberanian untuk mengambil resiko maka tidak akan berhasil usahanya. Dalam berwiraswasta dibutuhkan keberanian bagi pelaku usaha untuk siap menghadapi segala resiko apabila usahanya tidak dapat berjalan dengan baik pelaku usaha harus mampu menemukan solusinya sehingga usahanya dapat berjalan kembali. 2. Begitu pula dengan kreativitas yang tinggi, masih banyak pelaku usaha di Kota Cilegon yang tidak memiliki kreativitas sehingga tidak dapat menciptakan inovasi-inovasi atau ide-ide apabila usahanya dan akhirnya usahanya menjadi pailit. 3. Masyarakat Kota Cilegon kurang mempunyai Kemampuan mencari peluang. Sedangkan dalam berwirausaha sangat dibutuhkan, tidak hanya otak yang cerdas atau modal yang besar saja akan tetapi seorang pelaku

7 usaha sangat dibutuhkan kemampuan untuk mencari peluang dalam bisnisnya. 4. Masyarakat Kota Cilegon kurang memiliki jiwa kepemimpinan, kurang tegas dan kurang disiplin dalam menjalankan usahanya, sehingga banyak pelaku bisnis di Kota Cilegon yang tidak berjalan dengan baik. 5. Masyarakat Kota Cilegon kurang memiliki kemampuan manajerial, hal ini karena banyak pelaku usaha tidak memanaj usahanya dan tidak memisahkan mana uang pribadi dan mana uang usaha. Segala permasalahan diatas dapat menghambat keberhasilan usaha seseorang. Perilaku kewirausahaan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan usaha. Tanpa adanya perilaku kewirausahaan yang baik dan positif maka keberhasilan usaha pun tidak akan tercapai. Seorang wirausaha akan berhasil dalam usahanya apabila memiliki perilaku kewirausahaan. Permasalahan tersebut diperkuat dengan survey yang telah dilakukan oleh UPT-PEM. Secara spesifik, masalah usaha kecil yang ada di kota Cilegon yaitu: Rendahnya perilaku kewirausahaan, pinjaman dana bergulir dipandang sebagai hibah oleh masyarakat, tingginya tunggakan pinjaman kurang lancar, sarana kerja terbatas, kemampuan teknis pegawai belum memadai, kesejahteraan pegawai rendah. Berdasarkan fakta di atas, penulis tertarik untuk meneliti dengan judul PENGARUH PERILAKU KEWIRAUSAHAAN TERHADAP KEBERHASILAN USAHA PARA PENERIMA PINJAMAN MODAL USAHA (Survey Di Unit Pelaksana Teknis Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Kecamatan Grogol Kota Cilegon). 1.2. Rumusan Masalah Dari uraian pada latar belakang masalah, terlihat bahwa yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Bagaimana gambaran perilaku kewirausahaan dan keberhasilan usaha para penerima pinjaman UPT-PEM di Kecamatan Grogol Kota Cilegon? 2) Bagaimana pengaruh perilaku kewirausahaan terhadap keberhasilan usaha para penerima pinjaman UPT-PEM di Kecamatan Grogol Kota Cilegon?

8 1.3. Tujuan Penelitian 1) Untuk mengetahui gambaran perilaku kewirausahaan dan keberhasilan usaha para penerima pinjaman UPT-PEM di Kecamatan Grogol Kota Cilegon. 2) Untuk mengetahui pengaruh perilaku kewirausahaan terhadap keberhasilan usaha para penerima pinjaman UPT-PEM di Kecamatan Grogol Kota Cilegon 1.4. Manfaat Penelitian 1) Secara teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran untuk memperkaya khasanah ilmu kewirausahaan, khususnya terkait dengan keberhasilan usaha yang bisa dicapai dengan memaksimalkan faktor-faktor yang mempengaruhinya. 2) Secara praktis a. Bagi Pengusaha : diharapkan penelitian ini dapat memberikan gambaran serta informasi mengenai faktor yang mempengaruhi keberhasilan usaha penerima pinjaman, sehingga diharapkan kedepannya para wirausaha bisa lebih meningkatkan faktor keberhasilan usaha. b. Bagi Dinas terkait : sebagai bahan pertimbangan dinas terkait dalam hal ini UPT-PEM untuk lebih memperhatikan dan selektif dalam memilih penerima pinjaman bisa dilihat dari prospek usaha yg dilakukan penerima pinjaman agar dapat meningkatkan keberhasilan usaha mikro/kecil di kota Cilegon.