Persepsi Praktisi dan Akademisi terhadap Penerapan Teknologi BIM di Arsitektur

dokumen-dokumen yang mirip
Awareness dan Pemanfaatan BIM : Studi Eksplorasi

Kecenderungan Penggunaan Software Pemodelan dalam Proses Desain Terkait Alasan dan Usia Pengguna

Persepsi Pengguna terhadap Kualitas Pencahayaan di Meja Kerja

Korespondensi antara Faktor Penyebab Kemacetan dan Solusinya

Peran Panca Indra dalam Pengalaman Ruang

Faktor Faktor yang Mempengaruhi Suatu Kota Menurut Tanggapan Masyarakat Studi Kasus : Kota Bandung, Jawa Barat

Analisis Faktor-faktor Penyebab Membeli Apartemen

Persepsi Masyarakat dalam Penerapan Rumah Hemat Energi

Definisi Kebetahan dalam Ranah Arsitektur dan Lingkungan- Perilaku

Korespondensi antara Kriteria Tempat Kerja Alternatif Impian terhadap Profesi Pekerja

Persepsi Masyarakat terhadap Permukiman Bantaran Sungai

Kriteria Ruang Publik untuk Masyarakat Usia Dewasa Awal

Kriteria Fasilitas Olahraga Ideal bagi Masyarakat Perkotaan

Persepsi Kriteria Kenyamanan Rumah Tinggal

Persepsi Masyarakat terhadap Konsep Bangunan Pintar sebagai Usaha Penghematan Energi

Kegiatan Joging dan Tempat-Tempat Aktivitas Joging di Lingkungan Kota

Persepsi Penilaian dan Keinginan Pengunjung terhadap Pasar Dadakan Sunday Morning (Sunmor) di Kawasan Kampus Universitas Gadjah Mada, D.

Penilaian Masyarakat terhadap Penggunaan Material Bambu pada Bangunan

Pentingnya Ruang Terbuka di dalam Kota

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Era of Documentation Sumber: Autodesk, 2016b

Keluhan dan Harapan Masyarakat terhadap Karakteristik Toilet Umum di Indonesia

Ruang Hobi Ideal. Dimas Nurhariyadi. Abstrak

Kajian Angkutan Umum yang Baik terkait Korespondensi Lokasi Tempat Tinggal dan Profesi Komuter

KORELASI TINGKAT KEPENTINGAN DAN KEPUASAN ELEMEN KOTA BERDASARKAN PERSEPSI MASYARAKAT INDONESIA

Preferensi Masyarakat dalam Memilih Karakteristik Taman Kota Berdasarkan Motivasi Kegiatan

Ekspektasi Wisatawan dalam Memilih Penginapan sesuai Anggaran

Respon Masyarakat terhadap Konsep Perumahan Berbasis Agama: Perumahan Islami

Persepsi Masyarakat tentang Penggunaan Energi dalam Rumah Tinggal Berdasarkan Profesi

Studi Preferensi dalam Pemilihan Apartemen Ideal

Kriteria Ruang yang Mendukung Motivasi Membaca

Faktor-Faktor yang Berpengaruh pada Persepsi Publik terhadap Kawasan Bersejarah

Persepsi dan Harapan Masyarakat Kota terhadap Keberadaan Permukiman Padat

Studi Persepsi Masyarakat tentang Museum Ideal

Preferensi Masyarakat terhadap Material Bangunan

Alternatif Pemilihan Kawasan Pusat Olahraga di Kota Bandung

Rumah Impian Mahasiswa

Persepsi Pengguna terhadap Kualitas Pencahayaan Ideal Kantor

Pemahaman Masyarakat Mengenai Dampak Pembangunan HunianTerkait Global Warming dan Penerapan Green Building

Tingkat Kenyamanan Taman Kota sebagai Ruang Interaksi- Masyarakat Perkotaan

Karakteristik Fisik-Sosial dan Kriteria Kamar yang Membuat Betah

Preferensi Hunian yang Ideal Bagi Pekerja dan Mahasiswa pada Kelompok Umur Dewasa Awal / Early Adulthood

Urgensi Kekhasan Pola Kerja Merancang bagi Arsitek

Kepentingan Ruang Terbuka di dalam Kota

korespondensi antara kerusakan ekologi dan penyebabnya.

Hubungan Karakteristik Penduduk dengan Pemilihan Ruang Publik di Kampung Luar Batang, Jakarta Utara

Preferensi Masyarakat tentang Tipologi Sekolah yang Meningkatkan Semangat dan Minat Belajar Siswa

Tingkat Kenyamanan Jalur Pejalan Kaki Jalan Asia Afrika, Bandung

Preferensi Pejalan Kaki terkait Kondisi Lingkungan untuk Menciptakan Kenyamanan Termal di Jalan Rajawali Surabaya

Persepsi Masyarakat terhadap Suasana pada Bangunan Kolonial yang Berfungsi sebagai Fasilitas Publik

Ruang Favorit dalam Rumah

Korespondensi antara Kualitas Hunian Sewa dan Tingkat Kepuasan Mahasiswa

Lingkungan Rumah Ideal

Kota Impian: Perspektif Keinginan Masyarakat

DAFTAR PUSTAKA. xiv

Proposal. Workshop Mata Kuliah AR 2250 Studio Komputasi Arsitektur. Aswin Indraprastha. 23 September 2015

BAB I PENDAHULUAN. dengan life cycle. Life cycle bangunan tersebut memiliki beberapa fase dari mulai

Moda Transportasi yang Efektif dan Efisien bagi Mahasiswa ITB

Preferensi Pasangan Berlibur Terhadap Jenis Penginapan dan Keadaan Interior

MENARA SINAR MAS DI KAWASAN MEGA KUNINGAN, JAKARTA DRAFT LAPORAN TUGAS AKHIR AR 4099

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam berbagai bidang industri, tidak terkecuali dalam industri game.

Ketertarikan Publik terhadap Keberadaan Creative Space

Perencanaan Fasilitas Permukiman di Kawasan Periferi Kasus : Kelurahan Sudiang Raya, Kecamatan Biringkanaya, Makassar

IV. KONDISI UMUM PT. ENVIROSPACE CONSULTANT INDONESIA

Identifikasi Pola Perumahan Rumah Sangat Sederhana di Kawasan Sematang Borang Kota Palembang

Mushola di dalam Rumah

BUILDING INFORMATION MODELING

Prioritas Pengembangan Kawasan Pusat Olahraga berdasarkan Tingkat Kepentingan dan Kepuasan Pengunjung

Eksternalitas Penggunaan Ruang Publik sebagai Pasar Kaget (Pop-up Market) bagi Masyarakat Dewasa Muda Kota Bandung

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Persepsi Masyarakat terhadap Transportasi Umum di Jababodetabek

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

Faktor Dominan yang Mempengaruhi Kebetahan di Kafe: Motivasi dan Preferensi Gender

APLIKASI PESAN ANTAR MAKANAN DENGAN MENGGUNAKAN LBS PADA SMARTPHONE ANDROID

DOKUMENTASI PELATIHAN LABORATORIUM KOMUNIKASI DAN DIGITAL ARSITEKTUR

Citra Kota Bandung: Persepsi Mahasiswa Arsitektur terhadap Elemen Kota

PENGGUNAAN FISIKAL MODEL DALAM PERANCANGAN ARSITEKTUR

Rumah Baca sebagai Representasi Pemikiran Arsitektur Achmad Tardiyana

Autodesk Revit Project Completion. Greg Gegana, S.Ars, M.Arch BIM CONSULTANT JAKARTA. Seri Building Information Modeling

Identifikasi Faktor Kebutuhan Area Transisi :

Kajian Karakteristik Fisik Kawasan Komersial Pusat Kota

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pertimbangan Pemilihan Titik-Titik Temu Transportasi Publik

ANALISIS DAN PERANCANGAN E- LEARNING PADA INSTITUT PENDIDIKAN YAYASAN KENANG INDONESIA

Penelitian Kualitatif (Latar Belakang, Definisi, dan Perdedaannya)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan paradigma post positivis. Post positivis 36 yaitu

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebetahan di Kafe: Perbedaan Preferensi Gender dan Motivasi

Karakter Fisik Spasial Tempat Favorit Dewasa Muda

Bab 1. Pendahuluan. menggunakan bantuan aplikasi CAD (Computer-Aided Design) untuk. menggunakan komputer ini disebut sebagai mesin Computer based

BAB 1 PENDAHULUAN. dimilikinya. Binus International merupakan salah satu universitas yang dikelola

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1. 1 Top 8 Mobile Operating System. (Sumber:

Analisis Faktor yang Mempengaruhi Tempat dengan Desain Menarik di Bandung

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut adalah metode pemodelan (notation), proses (process) dan tool yang

PENGARUH MANAJEMEN PROYEK TERHADAP KEBERHASILAN DESAINER INTERIOR DI SURABAYA

PENGARUH MANAJEMEN PROYEK TERHADAP KEBERHASILAN DESAINER INTERIOR DI SURABAYA

Preferensi Masyarakat dalam Menikmati Streetscape Perkotaan yang Ideal

EVALUASI PROSES PENELUSURAN LITERATUR DAN PENERAPAN TOPIK-TEMA DALAM PERANCANGAN ARSITEKTUR

Eksplorasi Desain Kualitas Ruang pada Perpustakaan Sekolah untuk Meningkatkan Minat Baca pada Siswa

Cinthia Ayu Berlian P., Randy Putranto Adhi, Arif Hidayat *), Hari Nugroho *)

Penggunaan Drone sebagai Media Digitasi Penggambaran 3 Dimensi Bangunan dan Pemetaan Kawasan

BAB I PENDAHULUAN I-1

Transkripsi:

TEMU ILMIAH IPLBI 206 Persepsi Praktisi dan Akademisi terhadap Penerapan Teknologi BIM di Arsitektur Irfan Irwanuddin (), Aswin Indraprastha (2), Hanson E. Kusuma (2) () Program Studi Magister Arsitektur, SAPPK, Institut Teknologi Bandung. (2) Kelompok Keilmuan Perancangan Arsitektur, SAPPK, Institut Teknologi Bandung. Abstrak Pada skala global ataupun di Indonesia, tidak dapat dipungkiri bahwa urgensi untuk mengadaptasi teknologi BIM akan semakin menguat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkap bagaimana perspektif para akademisi maupun praktisi di bidang arsitektur terhadap teknologi BIM. Studi pendahuluan yang bersifat kualitatif ini menggunakan metode pengumpulan data dengan kuesioner yang dibagikan kepada pihak - pihak yang berkaitan dengan bidang arsitektur. Hasil analisis awal yang bersifat kualitatif digunakan untuk membuat klasifikasi antara responden praktisi dan akademisi terhadap teknologi BIM. Responden yang mengenal BIM cenderung menyatakan bahwa BIM merupakan software yang efisien, informatif, integratif, kolaboratif, komunikatif, dan sulit diadaptasi. Responden yang tidak mengenal BIM menyebutkan beberapa software CAD dan alasan penggunaannya, seperti familiaritas, fitur, kemudahan, kesederhanaan, kecepatan dan popularitas. Dari hasil analisis, ditemukan bahwa praktisi lebih cenderung memahami BIM dibandingkan akademisi. Kata-kunci: akademisi, BIM, praktisi Pengantar Sebagai salah satu Negara ASEAN yang memiliki pertumbuhan tercepat di Asia Tenggara, Indonesia kini dihadapkan pada kondisi akan semakin tingginya jumlah proyek konstruksi, ditambah dengan adanya kebijakan ASEAN Economic Community dan undangan investasi dari Presiden saat ini, yang di perkirakan akan semakin memperbesar tantangan para praktisi di bidang AEC di Indonesia (Indraprastha, 205). Perguruan tinggi sebagai pusat pengembangan ilmu pengetahuan secara tidak langsung memiliki tanggung jawab dalam mendidik dan memper-siapkan lulusan yang mampu merespon perubahan ini. Beberapa Negara seperti Norwegia, Finlandia, Amerika, Inggris, dan Denmark telah mengadopsi BIM sebagai sistem dalam bidang konstruksi di negara masing masing (Wong, Wong, & Nadeem, 2009). Diantara negara negara ASEAN yang turut andil dalam ASEAN Economic Community, Singapura telah menjadi pelopor di bidang implementasi BIM. Tercatat, sejak tahun 997, teknologi ini telah dirintis sebagai standar dalam Izin Mendirikan Bangunan (IMB), dan sertifikasi fire safety (Khemlani, 2005). Tentunya, sebuah revolusi dari teknologi CAD menuju BIM bukanlah perkara mudah. Dalam skala individu, proses adaptasi BIM membutuhkan pemahaman yang berbeda dari teknologi CAD. Karena konsep dasar dari BIM adalah strukturisasi dan koordinasi informasi digital dari modeling sebuah bangunan (Çetiner, 200). Oleh karena itu, tahap awal dari adaptasi BIM adalah dimulai dari pemahaman terlebih dahulu. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengungkap kecenderungan akademisi dan praktisi terhadap BIM, dan diungkap pula alasan yang menyebabkan responden yang tidak mengenal BIM masih menggunakan teknologi CAD sebagai data tambahan. Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 206 H 67

Persepsi Praktisi dan Akademisi terhadap Penerapan Teknologi BIM di Arsitektur Metode Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif (Creswell, 20) yang memiliki kemampuan mengidentifikasi dan mengeksplo-rasi faktor-faktor penting dalam suatu persoalan yang diteliti (Groat & Wang, 2002). Tujuan menggunakan metode ini untuk membuka kemungkinan jawaban yang luas dan konstruktif dari keseluruhan responden. Arsitek Arsitek Junior Desainer interior Drafter kontraktir Pegawai Swasta Wiraswasta 4 5 27 4 0 0 20 0 40 Metode Pengumpulan Data Metode yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan survey online dalam bentuk kuesioner. Kuesioner online ini dibagikan dengan cara snowball-non-random-sampling kepada siapapun yang memiliki profesi berkaitan dengan dunia arsitektur (praktisi dan akademisi), baik melalui media sosial atau kanal pribadi. Beberapa responden yang didapat melalui kanal pribadi tersebut juga diminta untuk menyebarkan kepada teman teman mereka yang sekiranya relevan dalam memberikan informasi yang dibutuhkan. Dari proses tersebut, didapatkan total 8 responden. Dengan jumlah responden dari kelompok profesi praktisi sebanyak 4 responden, dan dari kelompok profesi akademisi sebanyak 8 responden. Dapat dilihat pada Gambar bahwa profesi dari masing masing responden pun beragam. Didalamnya, profesi yang tergolong sebagai praktisi terdiri dari wira-swasta ( orang), pengawas arsitek ( orang), pegawai swasta ( orang), karyawan BUMN konstruksi ( orang), general affair ( orang), drafter ( orang), desainer interior ( orang), arsitek junior (4 orang), arsitek lepas (5 orang), dan arsitek (27 orang). Sedangkan yang tergolong sebagai akademisi adalah terdiri dari asisten lab ( orang), dosen ( orang), dan mahasiswa (4 orang). Kuesioner online berisi pertanyaan yang disusun secara kualitatif. Pertanyaan kualitatif menggunakan struktur pertanyaan terbuka (openended) guna menggali informasi sebanyak banyaknya. Dalam pembahasan kali ini, data yang digunakan adalah data teks kualitatif. H 68 Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 206 Diagram. Distribusi jenis profesi responden. Selanjutnya, responden dibagi berdasarkan dua klasifikasi, yakni mengenal BIM dan tidak mengenal BIM dengan menggunakan sistem two-way question. Kemudian dari masing masing dua pertanyaan tersebut terdapat pertanyaan terbuka (open-ended) untuk menggali opini responden, serta pertanyaan jenis checklist untuk mengggali jenis - jenis software apa saja yang responden kenali sebagai data tambahan. Metode Analisis Data Analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif menggunakan metode analisis konten, analisis distribusi, dan analisis korespondensi. Terlebih dahulu dilakukan metode analisis konten guna membuka informasi mengenai opini responden yang mengenal dan tidak mengenal BIM. Selanjutnya, analisis distribusi dilakukan untuk mengetahui frekuensi opini dari responden yang paling dominan. Pada tahap akhir, dilakukan analisis korespondensi guna mengungkap kecenderungan praktisi dan akademisi terkait pemahaman mengenai BIM. Analisis dan Interpretasi Di tahap pertama content analysis, dilakukan tahap open coding, yakni tahapan untuk mengidentifikasi kata kunci dari data teks yang ada. Contoh open coding dari jawaban responden mengenai BIM dapat dilihat dalam kutipan hasil kuesioner berikut. BIM adalah sistem software permodelan yang terintegrasi khususnya hingga dunia industri konstruksi. mulai dari perencanaan hingga pemilihan spesifikasi teknis mampu dipecahkan

dengan efisien. ini luar biasa sekali. (Arsitek, Jakarta) Teknologi modeling BIM dapat meng-hadirkan informasi yang lebih mendetail, khusunya dalam hal perencanaan struktur dan konstruksi bangunan sehingga proses perancangan tidak berjalan parsial antara desain visual dan teknis. (Mahasiswa, Surabaya) Berdasarkan data teks di atas, didapatkan beberapa kata kunci dari opini responden tentang BIM yaitu terintegrasi, efisien, mendetail, dan tidak berjalan parsial. Selanjutnya, dilakukan axial coding untuk mengelompokkan kata kunci yang telah didapat untuk digolongkan ke dalam kategori. Dalam tahap ini diperlukan diskusi kelompok guna menghindari bias dari hasil pengategorian. Untuk jenis responden yang mengenal BIM, ditemukan 6 kategori, sedangkan untuk jenis responden yang tidak mengenal BIM, juga ditemukan sebanyak 6 kategori. Setelah itu, kategori kategori ini digunakan pada tahap analisis distribusi. Berikut contoh axial coding mengenai opini responden baik praktisi maupun akademi yang mengenal BIM dan yang tidak mengenal BIM dapat dilihat pada Tabel dan Tabel 2. Dari seluruh kategori yang didapat, dilakukan analisis distribusi dengan cara menganalisis frekuensi masing masing kategori. Analisis dilakukan untuk mengklasifikasi dan mengungkap di antara praktisi dan akademisi yang mengenal BIM manakah yang kecenderungannya yang paling kuat. Hasil analisis distribusi untuk responden praktisi yang mengenal BIM dapat dilihat pada Diagram 2. Dari data distribusi, terlihat bahwa opini dari praktisi mengenai BIM adalah Informatif dengan jumlah (6,%), Integratif dengan jumlah 2 (,%), Efisien dengan jumlah 4 (,%), Kolaboratif dengan jumlah (8,%), Komunikatif dengan jumlah (8,%), dan Sulit Diadaptasi dengan jumlah paling kecil, yakni (2,8%). Tabel. Contoh axial coding opini responden yang mengenai BIM No Kategori Kata Kunci Informatif 2 Integratif Irfan Irwanuddin Membantu maintenance bangunan Tabel 2. Contoh axial coding alasan responden yang menggunakan software CAD (tidak mengenal BIM) Efisien Informatif Integratif Kolaboratif Komunikatif Sulit Diadaptasi Modeling Analitis Informasi struktur yang lebih mendetail Informasi Utilitas Memperjelas Detail Memudahkan aspek arsitektural, struktural, dan teknikal Integrasi Formula RAB No Kategori Kata Kunci Kemudahan 2 Familiar Lebih mudah penggunaannya mempermudah menginformasikan ide Mudah dipelajari Mudah digunakan familiar di kalangan mahasiswa software modelling yang paling populer modeling arsitektur pertama yang dipelajari Diagram 2. Praktisi yang mengenal BIM. 4 2 0 5 0 5 Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 206 H 69

Persepsi Praktisi dan Akademisi terhadap Penerapan Teknologi BIM di Arsitektur Hasil ini menunjukkan bahwa opini dominan dari para praktisi mengenai BIM adalah Informatif. Yang dimaksud dengan informatif disini adalah karakter dari BIM yang mencakup spesifikasi, dokumentasi, dan informasi terstruktur yang tertanam dalam objek modeling yang secara langsung akan memudahkan transisi dari dokumentasi hingga manajemen (Gu, N., Singh, V., London, K., 204). Hasil analisis distribusi untuk responden dari akademisi yang mengenal BIM dapat dilihat pada Diagram. Terlihat bahwa opini dari akademisi mengenai BIM adalah Informatif dengan jumlah (5,5%), Integratif dengan jumlah 0 (2,%), Komunikatif dengan jumlah 4 (2,9%), Efisien dengan jumlah (9,7%), Sulit Diadaptasi dengan jumlah 2 (6,4%), dan Kolaboratif dengan jumlah paling kecil, yakni (,2%). Efisien Informatif Integratif Kolaboratif Komunikatif Sulit Diadaptasi Diagram. Akademisi yang mengenal BIM. Hasil ini menunjukkan bahwa opini dominan dari para akademisi mengenai BIM adalah Integratif. Yang dimaksud dengan integratif disini adalah kemampuan untuk koordinasi setiap fase baik dalam desain maupun konstruksi, sehingga work-flow yang dihasilkan berjalan lebih efisien (Eastman, C., P. Teicholz, R. Sacks, and K. Liston., 2008). Bagi responden dari praktisi dan akademisi yang tidak mengenal BIM, software yang digunakan adalah CAD. Dari data yang didapat, terungkap beberapa jenis software CAD yang digunakan, beserta opini mengenai software tersebut yang dapat dilihat pada Diagram 4 dan Diagram 5. Jenis software yang paling sering digunakan oleh praktisi dan akademisi yang tidak H 70 Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 206 2 4 0 0 5 0 5 menggunakan BIM diantaranya adalah Google Sketchup dengan jumlah 6 (6,2%), Autodesk AutoCAD dengan jumlah 5 (26,%), Autodesk ds Max dengan jumlah 4 (7%), dan sisanya Vray, dan Rhinoceros dengan jumlah masing masingnya (,8%). Sedangkan alasan responden menggunakan software tersebut diantaranya adalah Mudah dengan jumlah (48,5%), Umum Digunakan dengan jumlah (,8%), Sederhana dengan jumlah 8 (0,%), Familiar dengan jumlah 7 (%), Kelengkapan Fitur dengan jumlah 6 (8,8%), dan Ringan dengan jumlah paling sedikit yakni (4,4%). Dari hasil analisis diatas dapat terlihat bahwa Software CAD yang paling banyak digunakan responden yang tidak mengenal BIM adalah Google Sketchup, dengan alasan tertinggi karena kemudahannya. Jika dilihat progresnya selama ini, secara umum perubahan dari sistem manual ke CAD membutuhkan 20 tahun, dari CAD ke BIM membutuhkan 7 tahun, dan hal selanjutnya bisa saja terjadi dalam waktu yang semakin singkat lagi sesuai dengan kebutuhan pada zamannya (Deamer, 204) Autodesk Ds Max Autodesk AutoCAD Google Sketchup Rhinoceros Vray Diagram 4. Jenis Software selain BIM yang digunakan. Fimiliar Kelengkapan Fitur Mudah Ringan Sederhana Umum Digunakan Diagram 5. Alasan Praktisi dan Akademisi menggunakan CAD 4 5 6 0 0 20 0 40 7 6 8 0 0 20 0 40

Setelah opini praktisi dan akademisi terhadap BIM diungkap, tahap terakhir yang dilakukan adalah analisis korespondensi. Tujuan dari analisis ini adalah mengungkap kecenderungan antara praktisi dan akademisi terhadap teknologi BIM. Analisis dilakukan berdasarkan data teks yang didapat melalui metode two-way question di awal kuesioner. Lalu menggunakan metode perbandingan korelasi X dan Y untuk mendapatkan data kecenderungan di antara kedua penggolongan profesi tersebut. Hasil dari analisis korespondensi dapat dilihat pada Diagram 6. Dari diagram 6 dapat dilihat bahwa praktisi lebih cenderung mengenal BIM dibandingkan akademisi c 0,5 0,0 0,05 0,00-0,05-0,0 Mengenal/Tidak Mengenal Penggolongan Profesi Tidak Akademisi Ya Praktisi -0,0-0,05 0,00 0,05 0,0 0,5 c2 Diagram 6. Kecenderungan Praktisi dan Akademisi terhadap BIM (hasil analisis korespondensi, nilai significant value 0.0). Dari sudut pandang akademisi, hal ini dikarenakan adanya resiko yang cukup besar jika akademisi memiliki fokus terlalu banyak pada aspek yang terlalu teknis ketimbang menjaga kemampuan kritis dalam mendesain (Holzer, 204). Sedangkan bagi praktisi, BIM memiliki kemampuan koordinasi, manajemen, dan pengembangan yang dibutuhkan oleh praktisi yang mana akademisi tidak terlalu membutuhkan hal tersebut (Holzer, 204). Di sinilah terjadinya celah antara akademisi dan praktisi terkait BIM. Bagi akademisi, adaptasi teknologi BIM dalam pendidikan merupakan aspek yang sangat teknis, Irfan Irwanuddin sehingga tidak terlalu menjadi perhatian utama dibandingkan kemam-puan kritis dalam mendesain. Sedangkan di dunia praktisi, adaptasi BIM justru memudahkan pekerjaan sehingga adaptasi BIM ini dinilai menguntungkan. Kesimpulan Dalam pemahaman mengenai BIM, tampak bahwa kecenderungan praktisi lebih unggul dibandingkan akademisi. Sebagian besar praktisi memahami BIM sebagai software yang Informatif, sedangkan sebagian besar akademisi memahami BIM sebagai software yang integratif. Adapun beberapa responden yang tidak mengenal BIM, kebanyakan menggunakan Google Sketchup karena faktor kemudahannya. Meskipun data kecenderungan praktisi dan akademisi menunjukkan perbedaan yang tidak terlalu signifikan (kemungkinan kesalahan sebesar 0%), tetapi arah dari kecenderungan yang didapat dari hasil analisis korespondensi tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan Holzer. Penelitian ini mengungkap pandangan praktisi dan akademisi mengenai pemahaman terhadap BIM. Adapun kemungkinan-kemungkinan yang perlu digali lagi pada penelitian selanjutnya adalah mengenai faktor-faktor yang menyebabkan kecenderungan akademisi terhadap BIM tidak sekuat praktisi. Daftar Pustaka Çetiner, O. (200). A Review of Building Information Modeling Tools from an Architectural Design Perspective. Handbook of Research on Building Information Modeling and Construction Informatics, 9-28. Creswell, J. W. (20). Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods Approaches. California: Sage Publication. Deamer, P. (204). Marx, BIM, and Contemporary Labor. Building Information Modeling: BIM in Current and Future Practice, -9. Eastman, C., P. Teicholz, R. Sacks, and K. Liston. (2008). BIM Handbook: A Guide to Building Information Modeling: For Owners, Managers, Designers, Engineers, and Contractors. Hoboken: John Wiley & Sons. Groat, L., & Wang, D. (2002). Architectural Research Methods. New York: John Wiley & Sons. Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 206 H 7

Persepsi Praktisi dan Akademisi terhadap Penerapan Teknologi BIM di Arsitektur Gu, N., Singh, V., London, K. (204). BIM Ecosystem: The Coevolution of Products, Processes, and People. Building Information Modeling: BIM in Current and Future Practice, 97-20. Holzer, D. (204). BIM and Parametric Design as Game Changer. Proceedings of the 9th International Conference on Computer-Aided Architectural Design research in Asia CAADRIA 204, (pp. 79-88). Hong Koong. Indraprastha, A. (205). Integration of Building Information Modeling (BIM) Course into Design Curriculum Case Study: Study Program of Architecture, Institut Teknologi Bandung. 9th BIM Academic Symposium, (p. 8). Washington, D.C. Khemlani, L. (2005). CORENET e-plancheck: Singapore's Automated Code Checking System. AECBytes. Wong, K. A., Wong, K. F., & Nadeem, A. (2009). Comparative Roles of Major Stakeholders for the Implementation of BIM in Various Countries. Changing Roles: New Roles, New Challenges. H 72 Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 206