PENGARUH HADIS DALAM ILMU FIQIH DAN TEOLOGI (Kajian Tokoh dan Pemikiran Imam Syafii)

dokumen-dokumen yang mirip
MADZHAB SYAFI I. Makalah Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah: Ilmu Fiqh Dosen: Kurnia Muhajarah,M.S.I

Biografi Singkat Empat Iman Besar dalam Dunia Islam

BAB IV KUALITAS MUFASIR DAN PENAFSIRAN TABARRUJ. DALAM SURAT al-ahzab AYAT 33

BAB III PROSES IJMA MENURUT ABDUL WAHAB KHALLAF DAN PROSES PENETAPAN HUKUM DALAM KOMISI FATWA MUI

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

E٤٨٤ J٤٧٧ W F : :

BAB II BIOGRAFI IMAM SYAFI I. Idris ibn Al - Abbas ibn Usman ibn Syafi i ibn Al - Sa ib ibn Ubaid ibn Abd

BAB IV YANG BERHUTANG. dibedakan berdasarkan waktu dan tempat. Fatwa fatwa yang dikeluarkan oleh

POLA PEMIKIRAN IMAM SYAFI I DALAM MENETAPKAN HUKUM ISLAM. Oleh : Drs. Abdul Karim, M.Ag (Dosen Fakultas Tarbiyah UIN Alauddin Makassar)

FIQHUL IKHTILAF (MEMAHAMI DAN MENYIKAPI PERBEDAAN DAN PERSELISIHAN) Oleh : Ahmad Mudzoffar Jufri

BAB IV ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK DAN IMAM SHAFI I TERHADAP. A. Komparasi Pendapat Imam Malik dan Imam Shafi i terhadap Ucapan

DIPLOMA PENGAJIAN ISLAM. WD4013 USUL FIQH (Minggu 1)

Pelajaran Berharga dari Sisi Kehidupan Al-Imam Asy-Syafi i Rahimahullah

BAB IV ANALISIS PENDAPAT IMAM AL-SYAFI I TENTANG KEWARISAN KAKEK BERSAMA SAUDARA. A. Analisis Pendapat Imam al-syafi i Tentang Kewarisan Kakek Bersama

BAB IV ANALISIS KETENTUAN KHI PASAL 153 AYAT (5) TENTANG IDDAH BAGI PEREMPUAN YANG BERHENTI HAID KETIKA MENJALANI MASA IDDAH KARENA MENYUSUI

IMA>MIYAH TENTANG HUKUM MENERIMA HARTA WARISAN DARI

HADITS SUMBER AJARAN ISLAM KEDUA. Oleh Drs. H. Aceng Kosasih, M. Ag

BAB I PENDAHULUAN. hidup atau sudah meninggal, sedang hakim menetapkan kematiannya. Kajian

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman Rasulullah SAW, hadis belumlah dibukukan, beliau tidak sempat

Mazhab menurut bahasa: isim makan (kata benda keterangan tempat) dari akar kata dzahab (pergi) (Al-Bakri, I ânah ath- Thalibin, I/12).

BAB IV ANALISIS PENDAPAT MAZHAB H{ANAFI DAN MAZHAB SYAFI I TENTANG STATUS HUKUM ISTRI PASCA MULA> ANAH

BAB IV ANALISIS HEDGING TERHADAP KENAIKAN HARGA BAHAN BAKAR MINYAK-BBM DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

`BAB I A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. tidak mau seorang manusia haruslah berinteraksi dengan yang lain. Agar kebutuhan

Berpegang kepada Al-Qur'an dan As-Sunnah, dan tidak bertaqlid kepada seseorang

Al-Qur an Al hadist Ijtihad

BAB II BIOGRAFI IMAM SYAFI I. dalam pribadinya, perilakunya serta peninggalannya yang telah membuat

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG IMAM SYAFI I. Muhammad bin Idris asy-syafi i al-quraisyi. Adapun nasab beliau adalah

Bab 34 Bagaimana Cara Dicabutnya Ilmu

SUMBER HUKUM ISLAM 1

HUKUM MENGENAKAN SANDAL DI PEKUBURAN

Al-Hadits Tuntunan Nabi Mengenai Islam. Presented By : Saepul Anwar, M.Ag.

Kerangka Dasar Agama dan Ajaran Islam

IMAM SYAFI I DAN SEJARAH ILMU USHUL FIQIH

ILMU QIRAAT 1 DIPLOMA PENGAJIAN AL- QURAN DAN AL-SUNNAH 2014 MINGGU KE-3

studipemikiranislam.wordpress.com RUANG LINGKUP AJARAN ISLAM

BAB II GAMBARAN UMUM GADAI EMAS (AR-RAHN) DALAM FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL-MAJLIS UALAMA INDONESI (DSN-MUI) TENTANG RAHN DAN RAHN EMAS

Kekeliruan Sebagian Umat Islam di Bulan Rajab

SUMBER AJARAN ISLAM. Erni Kurnianingsih ( ) Nanang Budi Nugroho ( ) Nia Kurniawati ( ) Tarmizi ( )

BAB V PENUTUP. 1. Pemikiran Kiai Said Aqil Siroj tidak terlepas dari Nahdltul Ulama dalam

STRATEGI BIMBINGAN QIRA AT SAB AH

Surat Untuk Kaum Muslimin

INTENSIFIKASI PELAKSANAAN ZAKAT FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA TENTANG

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

Article Review. : Jurnal Ilmiah Islam Futura, Pascasarjana UIN Ar-Raniry :

Menggapai Ridha Allah dengan Birrul Wâlidain. Oleh: Muhsin Hariyanto

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

Ji a>lah menurut masyarakat Desa Ngrandulor Kecamatan Peterongan

BAB II IMAM SYAFI I DAN ISTIMBATH HUKUM

Memburu Malam Seribu Bulan

yang sama bahwa Allah mempunyai sifat-siafat. Allah mempunyai sifat melihat (al-sami ), tetapi Allah melihat bukan dengan dhat-nya, tapi dengan

KELOMPOK 1 : AHMAD AHMAD FUAD HASAN DEDDY SHOLIHIN

BAB IV ANALISIS PENDAPAT HUKUM TENTANG IDDAH WANITA KEGUGURAN DALAM KITAB MUGHNI AL-MUHTAJ

KAIDAH FIQHIYAH. Pendahuluan

PEMIKIRAN IMAM SYAFI I TENTANG KEDUDUKAN MASLAHAH MURSALAH SEBAGAI SUMBER HUKUM

Etimologis: berasal dari jahada mengerahkan segenap kemampuan (satu akar kata dgn jihad)

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HIBAH SEBAGAI PENGGANTI KEWARISAN BAGI ANAK LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DI DESA PETAONAN

E٤٢ J٣٣ W F : :

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRODUK KEPEMILIKAN LOGAM MULIA (KLM) DI PT. BRI SYARIAH KCP SIDOARJO

Ikutilah Sunnah dan Jauhilah Bid'ah

BAB I PENDAHULUAN. hukum yang berlaku dalam Islam tidak boleh bertentangan dengan al-qur an. Di

SUMBER SUMBER HUKUM ISLAM

HUKUM BARANG TEMUAN DALAM ISLAM ( STUDI KOMPARATIF MAZHAB SYAFI I DAN MAZHAB MALIKI ) ADAM


BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

dan Ketegasannya Terhadap Syiah

Definisi Khutbah Jumat

BAB IV ANALISIS. A. Analisis Pendapat Imam Syafi i tentang Zakat Harta bagi Anak Belum. Dewasa dan Orang di Bawah Pengampuan

RISALAH KEDUDUKAN AL- ADAH WA AL- URF DALAM BANGUNAN HUKUM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam tradisi studi ushul fiqh dikenal lima macam hukum syar i yang

B A B I P E N D A H U L U A N. Puasa di dalam Islam disebut Al-Shiam, kata ini berasal dari bahasa Arab

MAKALAH SUMBER HUKUM DAN AJARAN ISLAM

I TIKAF. Pengertian I'tikaf. Hukum I tikaf. Keutamaan Dan Tujuan I tikaf. Macam macam I tikaf

BAB I PENDAHULUAN. Imam Ahmad bin Hanbal merupakan salah satu dari tokoh madzab dalam Agama

HAK WARIS DZAWIL ARHAM

Imam Syafi i. Imam Syafi i

Kata Kunci: Ajjaj al-khatib, kitab Ushul al-hadis.

BAB IV ANALISIS DATA

BAB V PENUTUP. yang berbeda. Muhammadiyah yang menampilkan diri sebagai organisasi. kehidupan serta sumber ajaran. Pada sisi ini, Muhammadiyah banyak

IJTIHAD SEBAGAI JALAN PEMECAHAN KASUS HUKUM

BAB II KONSEPSI DASAR TENTANG JUAL BELI DALAM ISLAM.. yang berarti jual atau menjual. 1. Sedangkan kata beli berasal dari terjemahan Bahasa Arab

Khutbah Jum'at. Keutamaan Muharam. Bersama Dakwah 1

BAB II MUKHTALIF AL-HADITS. Mukhtalif al-hadits secara bahasa dapat dipahami dengan hadis-hadis

BAB VI PENUTUP. Universitas Indonesia Islam kultural..., Jamilludin Ali, FIB UI, 2010.

Bab 26 Mengadakan Perjalanan Tentang Masalah Yang Terjadi dan Mengajarkan kepada Keluarganya

Berpegang Teguh dengan Alquran dan Sunnah

Proposal Ke-11 Permintaan Opini Dewan Pengawas Syariah (DPS) Tentang Pengolahan Daging Qurban Menjadi Sosis atau Kornet

BAB IV ANALISIS. Setelah mengetahui legalitas şallallahu alaihi wasallam dan alaihi

Puasa Sunah Asyura: Waktu dan Keutamaannya

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP PRAKTIK PENJATUHAN TALAK SEORANG SUAMI MELALUI TELEPON DI DESA RAGANG KECAMATAN WARU KABUPATEN PAMEKASAN

Pendidikan Agama Islam

DONOR ORGAN TUBUH. Oleh Nurcholish Madjid

Fidyah. "Dan orang-orang yang tidak mampu berpuasa hendaknya membayar fidyah, dengan memberi makanan seorang miskin." (Al Baqarah : 184)

Hukum Selamatan Kematian (Tahlilan)

BAB I PENDAHULUAN. Sungguh, al-quran ini memberi petunjuk ke (jalan) yang paling lurus... (Q.S. Al-Israa /17: 9) 2

KEHUJJAHAN HADIS MENURUT IMAM MAZHAB EMPAT

Pendidikan Agama Islam

Belajar Ilmu Hadis (1) Pendahuluan

BAB III TINJAUAN TENTANG KEDUDUKAN DAN TUGAS LEMBAGA JURU DAMAI DALAM PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ

Transkripsi:

PENGARUH HADIS DALAM ILMU FIQIH DAN TEOLOGI (Kajian Tokoh dan Pemikiran Imam Syafii) Syaroji Sy Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) al-haudl Ketapang, Kalimantan Barat Abstrak: Umat Islam memang sepakat bahwa al-qur an menjadi sumber utama, akan tetapi di sana lebih menjelaskan tentang garis-garis besar. Sementara itu, rincian yang lebih mengerucut sedikit ditemukan. Untuk itu, munculah berbagai ulama tafsir guna menjelaskan hal-hal yang lebih mudah dipahami oleh umat. Selain itu, sumber hadis pun begitu, di sana banyak hadis-hadis yang masih perlu diteliti akan keabsahannya, dan hadis pun tidak lepas dari penafsiran ulama. Imam Syafii ialah salah satu empat madzhab di mana merupakan kiblat madzhab sebagian besar umat muslim di Indonesia. Di mana hadis-hadis sangat berpengaruh bagi beliau dalam menetapkan hukum-hukum syariat yang ditawarkan itu menjadi kajian yang membutuhkan analisis kritis berdasarkan pemikiran secara teologis. Melalui hadis-hadis yang sepaham dan sesuai interpretasi beliau, maka akan berpengaruh pada hasil dari hukum-hukum yang telah dirumuskan maupun ilmu fiqih yang dicetuskannya. Sehingga, produk syariat Imam Syafii lebih cenderung digunakan sebagian besar umat muslim bahkan di dunia. Kata kunci: Imam Syafii, hadis, hukum syariat, ilmu fiqih, pemikiran. Abstrac: Moeslem are agree that The Qur an is a prime resources, but there are more explain about in outline. And something is more details only few to find. So as to come some interpretationist of The Qur an were explained something so more easy to understood moeslem. Be sides it, like that hadis there are hadis need researched to validity and hadid don t lost of interprtationist. Imam Syafi i is the one of four madzhabs where is be madzhab oriented for those of Moeslem in Indonesia. Hadis is very influence him to make syariah laws that offered to be studied and needed critic analysis grounded on thought in a theologist. Pass through of hadis that agree in interpretation with him, so will influence to report of laws were

defined or fiqih is sparkes. So Imam Syafi i s product syariah is tended used for those of Moeslem in the word. Keywords: Imam Syafii, through of hadis, syariah laws, defined or fiqih, critic analysis Prolog Sejak awal kaum muslimin, sepakat bahwa dalam segala perkara mereka harus berpegang pada kitab suci al-qur an. Sementara itu, al-qur an melengkapi secara garis besar dan tidak terdapat rincian yang menyeluruh. Untuk itu, perlu ada dukungan hadis dan beberapa pemikiran ulama seperti ijma dan qiya>s. Dalam sejarah perkembangan Islam, khususnya di bidang madzhab lebih dikenal dengan empat madzhab. Mereka adalah Imam Abu Hanifah, Ahmad bin Hambal, Imam Malik, dan Imam Syafii. Masing-masing imam menawarkan berbagai ilmu-ilmu di bidang fikih atau hukum-hukum syariat Islam. Tawaran tentang hukum syariat imam-imam tersebut pastilah merujuk pada sumber utama al-qur an dan hadis. Memang, umat Islam sepakat bahwa al-qur an menjadi sumber utama, akan tetapi di sana lebih menjelaskan tentang garis-garis besar. Sementara itu, rincian yang lebih mengerucut sedikit ditemukan. Untuk itu, muncullah berbagai ulama tafsir guna menjelaskan hal-hal yang lebih mudah dipahami oleh umat. Selain itu, sumber hadis pun begitu, di sana banyak hadis-hadis yang masih perlu diteliti akan keabsahannya, dan hadis pun tidak lepas dari penafsiran ulama. Berdasarkan empat madzhab tersebut, pada kesempatan kali ini fokus membincangkan, mengkaji berbagai corak pemikiran Imam Syafii. Tidak hanya itu, pandangan beliau tentang hadis yang mampu mempengaruhi produksi hukum-hukum syariat yang ditawarkan itu menjadi kajian yang membutuhkan analisis kritis. Melalui hadis-hadis yang sepaham dan sesuai interpretasi beliau, maka akan berpengaruh pada hasil dari hukum-hukum yang telah dirumuskan. Imam Syafii merupakan kiblat madzhab sebagian besar umat muslim di Indonesia. Untuk itu, dalam pembahasan ini adalah Imam Syafii, meliputi biografi, corak pemikirannya, hingga seberapa jauh pengaruh hadis-hadis bagi beliau dalam menetapkan hukum-hukum ilmu fikih yang dicetuskannya. Sehingga, produk syariat Imam Syafii lebih cenderung digunakan sebagian besar umat muslim bahkan di dunia. Biografi Imam Syafii Imam Syafii adalah salah seorang ulama yang sangat masyhur. Setiap orang yang memperhatikannya akan tertarik untuk mengetahui lebih dalam V o l u m e 0 5 / N o 0 2 / A g u s t u s 2 0 1 7 222

pribadi, perilaku, dan peninggalannya yang telah membuat orang yang memperhatikannya menghormati, memuliakan, dan mengaguminya. Nama lengkapnya adalah Muhammad bin Idris bin al-abba>s bin Uthma>n bin Sha>fi bin al-sa>ib al-quraishi>. la lahir pada tahun 150 H / 767 M di Fustat (Kairo) Mesir. Ia sering juga dipanggil dengan nama Abu> Abdullah, karena salah seorang putranya bernama Abdullah. Setelah menjadi ulama besar dan mempunyai banyak pengikut, ia lebih dikenal dengan nama Imam Syafii dan mazhabnya disebut mazhab Syafii. Kata Sha>fii> dinisbatkan kepada kakeknya yang ketiga, yaitu Sha>fii> bin al-sa>ib bin Abi>d bin Abdul Yazi>d bin Hashi>m bin al-mutalib bin Abdul Mana>f. Sedangkan ibunya bernama Fa>t}imah binti Abdullah bin al- Hasan bin Husain bin Ali> bin Abi> T{a>lib. Dari garis keturunan ayahnya, Imam Syafii bersatu dengan keturunan Nabi Muhammad SAW pada Abdul Manaf, kakek Nabi SAW yang ketiga. Sedangkan dari pihak ibunya, ia adalah cicit dari Ali> bin Abi> T{a>lib. Dengan demikian, kedua orang tuanya berasal dari bangsawan Arab, Quraish. 1 Kedua orang tua Syafii meninggalkan Makkah menuju Gaza (suatu tempat di Palestina) ketika masih dalam kandungan. Tidak beberapa lama setelah tiba di Gaza, ayahnya jatuh sakit dan meninggal dunia. Beberapa bulan sepeninggal ayahnya ia dilahirkan dalam keadaan yatim. Syafii diasuh dan dibesarkan oleh ibunya sendiri dalam kehidupan yang sangat sederhana, bahkan banyak menderita kesulitan. Setelah Syafii berumur dua tahun, ibunya membawanya pulang ke kampung asalnya Makkah, di sinilah Syafii tumbuh dan dibesarkan. 2 Dari segi urutan masa, Imam Syafii merupakan imam ketiga dari empat orang imam yang masyhur. Tetapi, keluasan dan jauhnya jangkauan pemikirannya dalam menghadapi berbagai masalah yang berkaitan dengan ilmu dan hukum fikih menempatkannya menjadi pemersatu semua imam. Sehingga menampakkan dengan jelas pribadinya yang ilmiah. 3 Bila kedua imam pendahulunya, yaitu Abu Hanifah dan Malik bin Anas masingmasing telah menjadi pemimpin pendekatan ahlu al-ra yi dan ahlu alhadi>th, maka Imam Syafii menggunakan kedua pendekatan itu dalam memahami kandungan al-qur an dan Sunnah. Sikap inilah yang membuat Syaikh Muhammad Abu> Zahrah berpendapat bahwa Imam Syafii telah 1 Dahlan Abdul Azis, Ensiklopedia Islam, Jilid 4, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, t.th.), hlm. 327. 2 Ibid. 3 Mustofa Muhammad Asy-Syakah, Islam Tidak Bermazhab, (Jakarta: Gema Insani Press, 1995), h1m. 349. V o l u m e 0 5 / N o 0 2 / A g u s t u s 2 0 1 7 223

menyatukan fiqh ahlu al-ra yi dan fiqh ahlu al-hadi>th dengan kadar ukuran yang seimbang. 4 Ahmad asy-syurbasy berpendapat, Imam Syafii lebih dekat dengan pendekatan ahlu al-hadi>th, namun kemudian beralih kepada pendekatan ahlu al-rayi. Barangkali kedua pendapat tersebut menunjukkan betapa besar andil Imam Syafii dalam mengembangkan kedua pendekatan itu. Abu> Zahrah menilai Imam Syafii telah menyatukan dan menempatkan secara setara kedua pendekatan itu, sementara Asy-Syurbasy berpendapat bahwa Imam Syafii telah menyatukan kedua pendekatan itu tetapi dengan menarjih salah satunya, atau condong kepada salah satu pendekatan itu. Terlepas dari kesamaan atau perbedaan penilaian dalam hal itu; yang jelas pribadi Imam Syafii, ilmu, adab, agama dan tingkah lakunya menunjukkan model tersendiri yang amat langka dalam dunia ilmu dan ulama. Hal inilah yang antara lain yang melatarbelakangi Imam Ahmad bin Hanbal berpendapat, bahwa Imam Syafii adalah mujtahid abad kedua hijriyah. Menurut Imam Ahmad, Umar bin Abdul Azi>s adalah mujaddid kurun seratus tahun pertama, sedangkan pada kurun kedua, ia berharap mujaddid itu adalah Imam Syafii. 5 Potensi keilmuan Imam Syafii telah menonjol sejak ia masih kecil. Kelebihan itu terus berkembang hingga ia wafat. Di mana wafat beliau setelah salat Maghrib hari Kamis malam Jumat, akhir dari bulan Rajab, tahun 204 H, tepatnya pada 28 Juni 819 M, di Mesir dalam usia 54 tahun. 6 Imam Syafii sendiri pernah mengungkap masa kanak-kanaknya dengan kata-kata aku berada di tempat seorang alim yang rnengajarkan tulismenulis dan membaca al-qur an kepada murid-muridnya, kemudian aku menghafalnya. 7 Selain kehidupan Imam Syafii, terdapat latar belakang pendidikan dan guru ia. Pendidikan Imam Syafii dimulai dari belajar membaca al- Qur an. Sejak usia dini ia telah memperlihatkan kecerdasan dan daya hafal Yang luar biasa. Dalam usia sembilan tahun, Imam Syafii sudah menghafal seluruh isi al-qur an, Imam Syafii berangkat ke dusun Baduwi, Banu> Huzai>l, untuk mempelajari bahasa Arab yang asli dan fasih. Di sana, selama bertahun-tahun Imam Syafii mendalami bahasa, sastra, dan adat istiadat Arab yang asli. Berkat ketekunan dan kesungguhan Imam Syafii 4 Ibid. 5 Ibid., hlm. 350 6 Suradjuddin Abbas, Sejarah dan Keagungan Madzhab Syafii, (Jakarta: Radar Jaya, 1995), hlm. 34. 7 Ibid V o l u m e 0 5 / N o 0 2 / A g u s t u s 2 0 1 7 224

kemudian dikenal sangat ahli dalam bahasa Arab dan kekusastraan, mahir dalam membuat syair, serta mendalami adat istiadat Arab yang asli. 8 Kemahiran Imam Syafii dalam bersyair mendapat pengakuan dari ahli-ahli syair, di antaranya Yu>nus bin Abdul Ala>. Dalam halaqah-halaqah yang ia bina, ia sering mengawalinya dengan membimbing para penuntut ilmu dengan masalah-masalah yang berkenaan dengan al-qur an dan diakhiri dengan halaqah yang membahas masalah syair. 9 Setelah belajar di dusun Baduwi, Imam Syafii kembali ke Makkah dan belajar ilmu fikih pada Imam Muslim bin Kha>lid al-zanni>, seorang ulama besar dan mufti di kota Makkah, sampai memperoleh ijazah berhak mengajar dan memberi fatwa. Selain itu, Imam Syafii juga mempelajari berbagai cabang ilmu agama lainnya seperti ilmu hadits dan ilmu al-qur an. Untuk ilmu hadits, ia berguru pada ulama hadits terkenal di zaman itu, Imam Sufyan bin Uyainah, sedangkan untuk ilmu al-qur'an kepada ulama besar Imam Ismai>l bin Qastantin. Di samping seorang yang cerdas, Imam Syafii juga sangat tekun dan tidak kenal lelah dalam belajar. Pada usia sepuluh tahun, ia sudah membaca seluruh isi kitab al-muwat}t}a, karangan Imam Malik dan pada usia lima belas tahun telah menduduki kursi mufti di Makkah. Selain menuntut ilmu, Imam Syafii hidup serba kekurangan dan penuh penderitaan. Diriwayatkan karena kemiskinan dia hampir-hampir tidak bisa mempersiapkan peralatan belajar yang diperlukan sehingga dia terpaksa mencari-cari kertas yang tidak terpakai atau telah terbuang, akan tetapi masih dapat dipergunakan untuk menulis. 10 Sekalipun Imam Syafii telah mempelajari dan menghafal kitab al- Muwat}t}a' susunan Imam Malik di bawah gurunya Sufyan bin Uyainah, tetapi ia belum puas jika tidak belajar di bawah penyusunnya sendiri, pada waktu itu berusia 21 tahun dengan surat pengantar dari guru Muslim bin Kha>lid dengan maksud berguru kepada Imam Malik, sekaligus memperdalam ilmu fikih yang amat diminatinya. Diceritakan bahwa dalam perjalanan antara Makkah dan Madinah yang ditempuh selama 8 hari Imam Syafii sempat menghatamkan al-qur an sebanyak 16 kali. Setibanya di Madinah, ia lalu shalat di Masjid Nabi SAW, baru kemudian menemui Imam Malik. Selama di Madinah, Imam Syafii tinggal di rumah gurunya, Imam Malik, ia sangat dikasihi oleh gurunya dan kepadanya diserahi tugas untuk mendiktekan isi kitab al-muwat}t}a' kepada murid-murid Imam Malik. 8 Dahlan Abdul Azis, Ensiklopedia, hlm. 327. 9 Mustofa Muhammad Asy-Syakah, Islam, hlm. 356. 10 Departemen Agama RI., Pengantar Ilmu Fiqh, (Jakarta: Proyek Pembinaan Perguruan Tinggi Agama, 1981), hlm. 89. V o l u m e 0 5 / N o 0 2 / A g u s t u s 2 0 1 7 225

Berkaitan dengan kepribadian Imam Syafii, Muhammad Shatta> al- Dimyat}i>, dalam kitabnya I'anat al-t{a>libi>n Juz I menyebutkan sebagai berikut: Bahwasanya Imam Syafii membagi malam menjadi tiga bagian, sepertiga untuk belajar, sepertiga untuk shalat dan sepertiganya lagi untuk tidur dan beliau setiap harinya menghafalkan al Qur'an sekali sedangkan pada bulan Ramadhan beliau menghafalkan sampai 60 kali khataman yang kesemuanya itu beliau baca sewaktu dalam shalat. 11 Kepribadian tersebut sangat relevan untuk diaplikasikan bagi generasi muda saat ini, di mana kemajuan zaman dan teknologi mampu mempengaruhi pemikiran-pemikiran dan pola hidup mereka. Mencetak generasi Qurani memang perlu ditanamkan sejak dini, sehingga nilai-nilai Qurani itu diharapkan mampu mengkristal di jiwa umat muslim. Karya-karya Imam Syafii Imam Syafii menyusun banyak karya tulis yang berkaitan ilmu fikih dan ilmu hadits. Yaqu>t al-hanawi> menyatakan bahwa Imam Syafii telah menyusun 147 buah karya tulis, tidak termasuk al-risa>lah dan al-um. Hanya saja kita tidak dapat mengatakan bahwa semua karya tulis Imam Syafii berbentuk kitab. Karya tulis itu misalnya, S{ala>t al-khus}u>s}, Kariyyul Ibili wa al-rawa>hil, muza>ra ah, al-musa>qah, kita>b al-raza>, kita>b Khatabut Tabi>b, S{ala>t al-khau>f, S{ala>t al-jana>iz, dan Yami>n Maa> al-shahi>d. Hanya risalah-risalah tipis. 19 Adapun kitab-kitab karangan Imam Syafii Menurut riwayat yang hingga sekarang ini masih tercatat adalah sebagai berikut. 1. Kitab al-risa>lah, kitab ini disusun berkaitan dengan kaedah usul fikih yang di dalamnya, diterangkan mengenai pokokpokok pegangan Imam Syafii di dalam meng-istinbat}-kan hukum atau kitab ini berisi khusus tentang usul fikih. 2. Kitab al-um, kitab ini adalah satu-satunya kitab fikih yang disusun oleh Imam Syafii dan kitab ini adalah kitab fikih yang penjelasannya tidak ada bandingannya pada masa sekarang ini, di dalam kitab ini terdapat pula kitab-kitab sebagai berikut: a) Kitab Ja>mi' al-ilmi, yang berisi tentang pembelaan Imam Syafii mengenai sunnah Nabi. b) Kitab Ibt}a>l al-istihsa>n, kitab ini berisi tentang tanggapan Imam Syafii kepada para ulama Ira>q 11 Muhammad Shatta> al-dimya>ti>, Ianat al-t{a>libi>n, Juz I, (Mesir: Must}afa> al-halabi>, 1942), hlm. 16. V o l u m e 0 5 / N o 0 2 / A g u s t u s 2 0 1 7 226

(Baghdad) yang sebagian dari mereka suka mengambil hukum dengan cara istihsa>n. 3. Kitab al-raddu 'ala> Muhammad bin Hasan, yaitu kitab yang berisi tentang pertahanan imam Syafii terhadap Imam Muhammad ibnu Hasan kepada ulama ahli Madinah. 4. Kitab Sira>j al-hadi>th, yaitu kitab yang berisi mengenai pembelaan Imam Syafii terhadap Imam al-auza>i>. 5. Kitab Ikhtila>f al-hadi>th, yaitu kitab yang berisi di dalamnya mengungkapkan perbedaan-perbedaan ulama dalam persepsi tentang hadits mulai dari sanad sampai kepada rawi yang dapat dipegangi, termasuk analisis beliau tentang hadits yang menuntutnya supaya dapat dijadikan sebagai pegangan hujjah. 6. Kitab al-musnad, kitab ini berisi sandaran (sanad) Imam Syafii dalam meriwayatkan hadits Nabi yang beliau himpun dalam kitab al-um. 12 Corak Pemikirannya Dalam meng-istinbat}-kan (mengambil dan menetapkan) suatu hukum. Imam Syafii dalam bukunya al-risa>lah menjelaskan bahwa ia memakai lima dasar, yaitu al-qur an, Sunnah, Ijma, Qiya>s, dan istidla>l (penalaran). Kelima dasar inilah yang kemudian dikenal sebagai dasar-dasar mazhab Imam Syafii. Dasar pertama dan utama dalam menetapkan hukum adalah al-qur an. Imam Syafii terlebih dahulu melihat makna lafz}i> (perkataan) al-qur an. Kalau suatu masalah tidak menghendaki makna lafz}i> barulah ia mengambil makna maja>zi> (kiasan). Kalau di dalam al-qur an tidak ditemukan hukumnya, ia beralih kepada sunnah Nabi SAW. Dalam hal sunnah, ia juga memakai hadi>th ahad (perawinya satu orang) di samping yang mutawa>tir (perawinya banyak orang), selama syarat-syarat hadits ahad itu mencukupi. Jika di dalam sunnah pun belum dijumpai nas}-nya, ia mengambil ijma sahabat. Setelah mencari dan tidak ditemukan ketentuan hukumnya barulah ia melakukan qiya>s. Jika ia tidak menjumpai dalil dari ijma dan qiya>s, ia memilih jalan istidla>l, yaitu menetapkan hukum berdasarkan kaidah-kaidah umum agama Islam. 13 Fiqh Sha>fii>. Fikih merupakan campuran antara Fiqh Ahlu al-ra yi dengan Fiqh Ahlu al- Hadi>th. Kedua metode tersebut memiliki cara 12 Munawar Khalil, Biografi Empat Serangkai Imam Mazhab, ( Jakarta: Bulan Bintang, 1954), hlm. 241-243. 13 Muhammad bin ldri>s Al-Sha>fii>, al-risalah, (Beiru>t Libanon: Da>r al-fikr, t.th.), hlm.512. Lihat juga Imam Sha>fii>, Al-Risa>lah, Ahmadie Thoha (terj.), (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1986), hlm. 125 dan 181. V o l u m e 0 5 / N o 0 2 / A g u s t u s 2 0 1 7 227

tersendiri dalam ber-istinbat}. Ahlu al-ra yi adalah para cendekiawan yang memiliki pandangan luas, tetapi kemampuan mereka untuk menerima athar dan sunnah-sunnah sangat terbatas. Sementara itu, Ahlu al-hadi>th sangat gigih mengumpulkan hadits, athar dan beberapa hal lainnya yang berkaitan dengan perbuatan para sahabat. Namun mereka bukan ahli muna>qasah dan istinbat}. Jadi, ahli fikih hendaknya mampu menggunakan ra yi dan sekaligus hadi>th. Imam Syafii adalah seorang ahli dalam kedua metode itu. Kecerdasannya yang sangat tinggi menjadikannva seorang yang sangat mahir dalam rayi dan muna>qasah. 14 Pada saat yang sama ia juga seorang ulama daiam ilmu hadits yang mampu membangkitkan para ahli hadits lainnya. Sehingga oleh para ulama pada zamannya ia dijuluki penolong sunnah. Lebih dari itu, ia tidak sekadar ahli dalam kedua pendekatan itu, tetapi juga mampu untuk menyatukan keduanya dan membangun fikih di atasnya serta mencetuskan ilmu ushul fikih yang merupakan salah satu unsur pokok dalam mazhabnya. 1. Dalam pandangan Imam Syafii, pendekatan ahli hadi>th lebih jelas dalam masalah usul. Karenanya, ia menggunakan al-qur an sebagai sumber hukum dan pokok-pokok syariat. Setelah itu la merujuk pada hadits. Jika dengan penggunaan hadits telah dianggap cukup dalam menetapkan hukum, maka ia tidak menggunakan ra yi. Prinsip yang digunakan adalah seperti yang diucapkannya, apapun pendapat yang telah aku kemukakan, bila kemudian ternyata ada yang berlawanan denga pendapat itu, maka pernyataan Rasulullah saw. itu pendapatku. 15 2. Imam Syafii menolak penggunaan kaidah istihsa>n, sebagaimana dinyatakan dalam kitab Ibt}a>l al-istihsa>n. Metode ini adalah metode yang biasa digunakan Abu Hanifah. Menurut Imam Syafii, dalam penerapan metode ini seorang ahli fikih setelah merujuk kepada al- Qur an, sunnah, ijma, qiya>s, ia menetapkan hukum yang dipandangnya baik, dan bukan hanya berpegang kepada dalil al- Qur an dan sunnah. Imam Syafii menyatakan, bila ijtihad ditetapkan dengan menggunakan metode istihsa>n tanpa sepenuhnya bersandar kepada pokok syariat atau nas al-qur an dan sunnah, maka ijtiha>d tersebut batil. 16 Di literatur lain dijelaskan bahwa para fuqaha> belum memiliki kesepakatan tentang batas dan syarat syaratnya ijma itu, apakah ijma itu hanya kaum muslimin secara menyeluruh, apakah ijma harus mencakup 14 Ibid., hlm. 513. 15 Must}fa> Muhammad al-shakah, Islam, hlm. 359. 16 Dahlan Abdul Azis, Ensiklopedia, hlm. 329. V o l u m e 0 5 / N o 0 2 / A g u s t u s 2 0 1 7 228

keseluruhan pendapat para ulama ataukah pendapat mayoritas mereka saja. Dalam kitabnya al-um imam Syafii telah menolak teori Imam Malik mengenai kunsesus ulama lokal atau sedaerah saja (al-ijma al-mahalli> atau al-iqli>mi>). Beliau memberikan penjelasan bahwa yang beliau maksudkan adalah kesepakatan pendapat pada setiap masa, dan selalu dipengaruhi oleh ulama setiap generasi, agar masyarakat berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Selain itu dalam fikih Imam Syafii apabila seorang mujtahid tidak menemukan ketentuan hukum dalam nas} al-qur an dan hadits, maka dia harus mencarinya dengan jalan memeriksa, meneliti dan mencari illat atau sebab hukum yang terdapat di dalam nas} al-qur an dan Hadits. Kemudian jika illat suatu ketetapan hukum itu serupa atau mirip dengan illat suatu kasus yang baru, maka illat yang terdapat didalam nas} dapat dijadikan dasar untuk menetapkan ketentuan hukum yang baru, inilah yang disebut dengan Qiya>s. Dengan metode qiya>s inilah Imam Syafii berhasil meredakan silang pendapat antara kaum Ahlu al-ra yi dan kaum Ahlu al-hadi>th. dari penjelasan di atas jelaslah bahwa dalam fiqih Imam Syafii Ijma dulu baru Qiya>s. Selain menggunakan al-qur an, Hadits, Ijma, Qiya>s Imam Syafii juga memakai istidla>l, semua itu apabila beliau dalam suatu urusan yang bertalian dengan hukum sudah tidak mendapati dalil dari ijma dan tidak ada jalan dari qiya>s, maka barulah beliau mengambil dengan jalan istidla>l, mencari alasan, bersandarkan atas qaidah-qaidah agama meskipun dari agama ahli kitab, beliau tidak mau mengambil hukum dengan cara istihsa>n seperti yang biasa dikerjakan oleh para ulama dari pengikut Abu Hanifah di Baghdad dan lain-lain. 17 Sunnah dalam Pandangan Imam Syafii Imam Syafii memberikan batasan alasan atau argumen kepada ahlu al- ilmi mengenai khabar yang khusus atau istimewa, yaitu khabar yang diterima dari seorang ra>wi kepada ra>wi yang lainnya yang sanadnya sampai pada Rasulullah SAW. Argumen itu sendiri tidak akan terwujud atau terlaksana kecuali dengan alasan khusus, hingga mencakup beberapa hal, antara lain: 1. Agar yang menyampaikan orang yang kuat agamanya, jujur dalam tutur katanya, sadar apa yang ia katakan, mengetahui secara leterlek dalam memahami makna hadits dari lafalnya. 17 Fauzinesia, Sejarah Kehidupan dan Pemikiran Imam Syafii, dalam fauzinesia.blogspot.com, posted 18 Juni 2012 V o l u m e 0 5 / N o 0 2 / A g u s t u s 2 0 1 7 229

2. Menyampaikan hadits secara harfiah dari apa yang ia dengar dengan tidak menyampaikan secara makna, karena jika disampaikan dengan makna maka tidak akan diketahui alasan dari maknanya. Dan tidak akan diketahui apakah yang halal berubah menjadi haram. Kriteria hadits menurut Imam Syafii: 1. Asas dasar dengan sendirinya, dan tidak di-qiya>s-kan pada yang lain karena qiya>s itu lebih lemah dari dasar. 2. Menjadikan hadits sebagai kesaksian yang diketahui secara umum. Terkadang kesaksian-kesaksian itu mengalami perbedaan dan persamaan dalam beberapa hal. Dikatakan berbeda atau bertentangan apabila hadits yang rawinya seorang pria atau wanita dan tidak diterimanya salah satu dari keduanya dalam kesaksian. Hadits: Fula>n telah meriwayatkan hadits padaku dari Fula>nah. Hadits ini dapat diterima apabila perawi bukan penipu, dan kesaksiannya hanya diterima jika terdapat kata, sami tu, Raaitu, atau Ashhadani>. 18 Imam Syafii mendiskusikan dan menjelaskan kelemahan hadits dan menguraikan bahwa adanya pertentangan-pertentangan hadits dikarenakan banyak faktor. Suatu kontradiksi mungkin timbul disebabkan suatu hadits sudah di-nasakh oleh hadits yang lain atau karena adanya kesalahan yang dilakukan dalam periwayatannya. Kesalahan-kesalahan yang demikian mungkin menyebabkan adanya pertentangan yang dimaksud, dan masih banyak faktor lagi. Teori Imam Syafii tentang hadits paling baik dipahami melalui teks risalah: Setiap hadits yang diriwayatkan oleh seorang perawi yang dapat dipercaya yang bersumber pada Nabi, adalah otoritatif dan dapat ditolak hanya jika ada hadits otoritatif lain dari Nabi yang menentangnya. Jika peraturan terdahulu dicabut oleh peraturan yang datang kemudian, maka yang datang kemudian diterima, jika tidak ada informasi yang diketahui tentang pencabutan, maka dua hadits lebih dapat dipercaya itulah yang diikuti. Jika keduanya sama-sama dapat dipercaya, maka yang lebih sesuai dengan al-qur an dan Sunnah Nabi-lah yang dipilih. Hadits-hadits dari orang lain tidak dapat diperhitungkan jika berhadapan dengan hadits Nabi, baik hadits itu mendukung atau bertentangan dengannya. Jika orang-orang itu 18 Muhammad Taisir, Pandangan Imam Syafii tentang Sunnah, dalam link24shake.blogspot.com/2012/11/pandangan-imam-syafii-tentang-sunnah_9862.html, posted November 2012. V o l u m e 0 5 / N o 0 2 / A g u s t u s 2 0 1 7 230

bersikap hati-hati terhadap hadits dari Nabi maka mereka mesti mengikutinya. 19 Keteguhannya memegang hadits Nabi termanifestasikan dalam sikapnya yang menganggap semua hadits sama-sama mengikat dan jika dipertimbangkan maka ia menggunakan interpretasi yang mengharmoniskan dan ia tidak pernah menganggap dua hadits yang bertentangan jika ada cara untuk menerima keduanya. Jika kedua hadits tidak bisa dikompromikan maka ia akan memilih yang lebih sesuai dengan al-qur an dan mempertahankan bagian dari sunnah Nabi yang tidak dipersoalkan lagi. 20 Al-Qur an baginya merupakan dasar pengetahuan hukum dan penjelasan tentang segala sesuatu, spiritual dan temporal di mana orang beriman diharuskan mengamatinya. Ia membagi hukum al-qur an ke dalam kategori yang berbeda. Ada, ia mengamati peraturan umum yang dapat dijelaskan dengan konteks, akan tetapi juga ada aturan implisit. Ia menambahkan, ada peraturan umum dimana hanya sunnah yang dapat menentukan umum atau khusus. 21 Konsepnya ini dianggap sebagai unsur yang sangat penting dalam penafsiran ayat-ayat al-qur an. Ia membatasi penggunaan qiya>s atau analogi untuk masalah-masalah detail. Pada prinsipnya, Syafii mengakui hanya penalaran sistematis analogis yang ketat untuk mengeluarkan pendapat yang berubah-ubah dan keputusan yang bebas. Mengenai masalah yang tidak ada dalam al-qur an, Sunnah Nabi maupun ijma, maka hukum dapat disimpulkan dengan menggunakan analogi, dari apa yang telah diletakkan oleh otoritas-otoritas ini. Jadi Syafii memperbolehkan penalaran hanya melalui qiya>s atau analogi. Dalam ia menggunakan analoginya, ada perbedaan pemahaman sementara mencoba untuk menentukan paralelisme antara kasus yang ada dengan peraturan dalam al-qur an atau Sunnah, yang sama dalam beberapa hal tetapi tidak paralel, para pendahulunya bertumpu pada penalaran pribadi, tetapi ia tidak mau menerima alasan tersebut tanpa petunjuk tertentu yang jelas, dalam konteks yang menunjukkannya. Oleh karena itu pemikiran harus analogis dan tidak individual. 22 Adapun jelasnya tentang ini cukup kita mengikuti mengutip perkataan-perkataan ulama madzhab, salah satunya yaitu: 19 Ibid. 20 QS. Ali Imra>n: 103. 21 Muhammad Khoidduri, Islamic Jurisprudence, (Baltimore: Syafiis Risalah, 1961), hlm. 35. 22 Muhammad Muslehuddin, Filsafat Hukum Islam dan Pemikiran Orientalis: Studi Perbandingan Sistem Hukum Islam, Yudian Wahyudi (terj.), (Yogyakarta: PT. Tiara Wacana, 1997), hlm. 32. V o l u m e 0 5 / N o 0 2 / A g u s t u s 2 0 1 7 231

Imam Ahmad ibnu Hanbal mengatakan: saya pernah bertanya kepada Imam Syafii mengenai qiya>s (analogi), maka beliau menjawab: di kala keadaaan darurat. Yakni, Imam Syafii menentukan hukum secara qiya>s apabila keadaan memaksa, tidak ada nasakh dari al-qur an dan Sunnah. Maka jika masih terdapat nasakh al-qur an dan atau keterangan dari Sunnah Nabi, niscaya beliau tidak akan menetapkan hukum secara qiya>s (analogi). Epilog Berdasarkan penjelasan di atas menunjukkan bahwa Syafii sebagai pelopor hukum Islam yang menjadikan al-qur an merupakan dasar pengetahuan hukum dan penjelasan tentang segala sesuatu, spiritual dan temporal di mana orang beriman diharuskan mengamatinya. Dalam hal ini Syafii secara tidak langsung mengakui adanya peranan ilmu berasal dari Tuhan dan hadits-hadits Nabi saw. berfungsi menjelaskan al-qur an. Oleh karena itu al-qur an harus ditafsirkan dengan sinaran hadits, bahkan juga melengkapinya, bukan malah sebaliknya. Selain al-qur an dan hadis, imam Syafii juga merujuk sumber ijma, qiya>s, dan istidla>l. Kelima dasar inilah yang kemudian dikenal sebagai dasardasar mazhab Imam Syafii. Dalam merumuskan, beliau memperhatikan urutan-urutan yang sistematis. Sumber awal yakni mulai dari al-qur an, ketika di sana tidak ada maka jalur hadis. Dalam ajaran Syafii adalah membatasi penggunaan bebas pendapat pribadi dan menekankan otoritas hadits Nabi sebagai penentu hukum. Terdapat pada hadits-hadits inilah penekanan terhadap sunnah Nabi dalam menentukan suatu hukum. Konsep ini dianggap sebagai unsur yang sangat penting dalam penafsiran ayat-ayat al-qur an. Hadits Ahad yang diriwayatkan oleh seorang perawi yang dapat dipercaya yang bersumber pada Nabi, adalah otoritatif dan dapat ditolak jika ada hadits lain dari Nabi yang menentangnya. Selanjutnya, jika dari hadis belum menemukan nas}-nya, maka melangkah pada tahap ijma sahabat. Setelah mencari dan tidak ditemukan ketentuan hukumnya barulah ia melakukan qiya>s. Sedangkan mengenai penerimaan qiya>s itu berlaku apabila ia berfungsi memperluas arti dari pada al-qur an dan Sunnah. Dan qiya>s yang benarlah yang dianggap dan diambil oleh Syafii. Jika ia tidak menjumpai dalil dari ijma dan qiya>s, ia memilih jalan istidla>l, yaitu menetapkan hukum berdasarkan kaidah-kaidah umum agama Islam. Daftar Pustaka Abbas, Suradjuddin. Sejarah dan Keagungan Madzhab Syafii, Radar Jaya, 1995. Jakarta: V o l u m e 0 5 / N o 0 2 / A g u s t u s 2 0 1 7 232

Azis, Dahlan Abdul. Ensiklopedia Islam, Jilid 4, Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, t.th.p[ Agama, Departemen RI. Pengantar Ilmu Fiqh, Jakarta: Proyek Pembinaan Perguruan Tinggi Agama, 1981. al-dimyati>, Muhammad Shatta>, Ia>na>t al-t{a>libi>n, Juz I, Mesir: Must}afa> al- Halabi>, 1942. Fauzinesia, Sejarah Kehidupan dan Pemikiran Imam Syafii, dalam fauzinesia.blogspot.com, posted 18 Juni 2012. Khalil, Munawar, Biografi Empat Serangkai Imam Mazhab, Jakarta: Bulan Bintang, 1954. Khoidduri, Muhammad, Islamic Jurisprudence, Baltimore: Syafiis Risalah, 1961. Muhammad Taisir, Pandangan Imam Syafii tentang Sunnah, dalam link24shake.blogspot.com/2012/11/pandangan-imam-syafii-tentangsunnah_9862.html, posted November 2012. Muslehuddin, Muhammad, Filsafat Hukum Islam dan Pemikiran Orientalis: Studi Perbandingan Sistem Hukum Islam, Yudian Wahyudi (terj.), Yogyakarta: PT. Tiara Wacana, 1997. Al-Sha>fii>, Muhammad bin ldri>s, al-risa>lah, Beirut Libanon: Da>r al-fikr, t.th. Lihat juga Imam Syafii, Ar-Risalah, Ahmadie Thoha (terj.), Jakarta: Pustaka Firdaus, 1986. Asy-Syakah, Mustofa Muhammad, Islam Tidak Bermazhab, Jakarta: Gema Insani Press, 1995. V o l u m e 0 5 / N o 0 2 / A g u s t u s 2 0 1 7 233