BAB 3 HASIL DAN PEMBAHASAN. 3.1 Penerapan AHP dalam Menentukan Prioritas Pengembangan Obyek Wisata Di Kabupaten Toba Samosir

dokumen-dokumen yang mirip
Fasilitas Penempatan Vektor Eigen (yang dinormalkan ) Gaji 0,648 0,571 0,727 0,471 0,604 Jenjang 0,108 0,095 0,061 0,118 0,096

PENERAPAN AHP (ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS) UNTUK MEMAKSIMALKAN PEMILIHAN VENDOR PELAYANAN TEKNIK DI PT. PLN (PERSERO) AREA BANYUWANGI

BAB III METODE PENELITIAN

Penyebaran Kuisioner

METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMILIHAN GALANGAN KAPAL UNTUK PEMBANGUNAN KAPAL TANKER DI PULAU BATAM

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Amalia, ST, MT

BAB III TEORI HIERARKI ANALITIK. Proses Hierarki Analitik (PHA) atau Analytical Hierarchy Process (AHP)

Analytic Hierarchy Process (AHP)

repository.unisba.ac.id DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

1. KUESIONER KEPADA MANAJEMEN (MENCARI BOBOT FAKTOR) Responden Yangterhormat, Mulai

PEMILIHAN OBJEK WISATA DI SUMATERA UTARA DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

METODE PENELITIAN. San Diego Hills. Visi dan Misi. Identifikasi gambaran umum perusahaan dan pasar sasaran

BAB IV METODE PENELITIAN. keripik pisang Kondang Jaya binaan koperasi BMT Al-Ikhlaas. yang terletak di

BAB 3 METODE PENELITIAN

HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN MOTTO

Bab 3 Kerangka Pemecahan Masalah

PEMILIHAN SUPPLIER ALUMINIUM OLEH MAIN KONTRAKTOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

MODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PENILAIAN DESA DALAM PROGRAM DESA MAJU INHIL JAYA. Muh. Rasyid Ridha

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MAHASISWA DALAM PEMILIHAN TEMPAT KERJA MELALUI METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP)

IV METODE PENELITIAN Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperkuat dan mendukung analisis penelitian adalah:

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Analytic Hierarchy Process

Penerapan Metode Analytical Hierarchy Process dalam Analisis Profil Badan Usaha Milik Negara Tempat Kerja bagi Lulusan Program Studi Matematika

APLIKASI ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) PADA PEMILIHAN SOFTWARE MANAJEMEN PROYEK

BAB III METODE PENELITIAN. Obyek pada penelitian ini adalah CV. Bagiyat Mitra Perkasa. Lokasi

Analisa Pemilihan Kualitas Android Jelly Bean Dengan Menggunakan Metode AHP Pendekatan MCDM

PENENTUAN KOMODITAS UNGGULAN PERTANIAN DENGAN METODE ANALY TICAL HIERARCHY P ROCESS (AHP) Jefri Leo, Ester Nababan, Parapat Gultom

III. METODE PENELITIAN

IV. PEMBOBOTAN PARAMETER DAN PENENTUAN KEPUTUSAN

III. METODE PENELITIAN. informasi dari kalangan aparat pemerintah dan orang yang berhubungan erat

Pengertian Metode AHP

BAB IV METODOLOGI PENGAMBILAN KEPUTUSAN

EVALUASI KEANDALAN KESELAMATAN KEBAKARAN PADA GEDUNG FISIP II UNIVERSITAS BRAWIJAYA, MALANG.

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini adalah Pamella Swalayan 1. Jl. Kusumanegara

Sabdo Wicaksono Skripsi, Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Gunadarma, Jakarta

ANALISIS FAKTOR PEMILIHAN APLIKASI CHATTING PARA PENGGUNA SMARTPHONE ANDROID DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN. lokasi penelitian secara sengaja (purposive) yaitu dengan pertimbangan bahwa

JURNAL ILMIAH TEKNIK INDUSTRI

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMBERIAN BONUS KARYAWAN MENGGUNAKAN METODE AHP SKRIPSI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. yang di lakukan oleh Agus Settiyono (2016) dalam penelitiannya menggunakan 7

PENENTUAN URUTAN PRIORITAS USULAN PENANGANAN RUAS-RUAS JALAN DI KOTA SAMARINDA

Majalah Ilmiah UPI YPTK, Volume 21, No.21, Oktober 2014 ISSN :

METODE PENELITIAN. Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara

Pertemuan 9 (AHP) - Mochammad Eko S, S.T

BAB II LANDASAN TEORI

Seleksi Material Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process Dan Pugh Gabriel Sianturi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS PENENTUAN RATING RISIKO PROYEK PT. XYZ METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROSES (AHP)

PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHICAL PROCESS (AHP) UNTUK PEMILIHAN DOSEN BERPRESTASI DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS SISTEM PEMBAYARAN PERKULIAHAN DI UKRIDA MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di lembaga-lembaga pendidikan dan pemerintah di

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Kawasan Pengembangan Pariwisata Nasional

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 2 LANDASAN TEORI Analytial Hierarchy Process (AHP) Pengertian Analytical Hierarchy Process (AHP)

PENGAMBILAN KEPUTUSAN ALTERNATIF ELEMEN FAKTOR TENAGA KERJA GUNA MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KERJA DENGAN SWOT DAN ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS

DARTAR ISI Bab 1 Pendahuluan Bab 2 Tinjauan Pustaka Bab 3 Metodologi Penelitian

OLEH : TOMI DWICAHYO NRP :

PENERAPAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) GUNA PEMILIHAN DESAIN PRODUK KURSI SANTAI

BAB II. KAJIAN PUSTAKA. perumahan yang terletak di jalan Kedungwringin Patikraja, Griya Satria Bukit

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB IV PEMBAHASAN. commit to user

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Analisis Keputusan TIP FTP UB

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENENTUAN DALAM PEMILIHAN JASA PENGIRIMAN BARANG TRANSAKSI E-COMMERCE ONLINE

BAB III METODE PENELITIAN

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN BARANG ELEKTRONIK DENGAN METODE AHP

BAB III METODE FUZZY ANP DAN TOPSIS

Rekam Jejak Dosen Sebagai Model Pengambilan Keputusan Dalam Pemilihan Dosen Berprestasi

PENERAPAN METODE ANP DALAM MELAKUKAN PENILAIAN KINERJA KEPALA BAGIAN PRODUKSI (STUDI KASUS : PT. MAS PUTIH BELITUNG)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Ekonomi dan Produk Domestik Regional Bruto. Istilah ekonomi berasal dari bahasa Yunani, terdiri atas kata oikos dan

MODEL ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS UNTUK MENENTUKAN TINGKAT PRIORITAS ALOKASI PRODUK

III. METODOLOGI A. Kerangka Pemikiran

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS PEMILIHAN SUPPLIER MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP)

A. KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

Sesi XIII AHP (Analytical Hierarchy Process)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. A. Lokasi Penelitian dan Fokus penelitian Penelitian ini dilakukan di Provinsi Jawa Timur tepatnya Kota

Jurnal SISTEMASI, Volume 4, Nomor 3, September 2015 : 54 59

III. METODE PENELITIAN

PENERAPAN METODE AHP DALAM MENENTUKAN JALUR PENGOBATAN PADA PENDERITA WASIR

PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM MENENTUKAN NASABAH KARTU KREDIT BANK RAKYAT INDONESIA DENGAN METODE FUZZY ANALYTIC HIERARCHY PROCESS

ANALISA DAN APLIKASI METODE ZERO ONE DAN ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM PERANCANGAN BECAK

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV. commit to user

BAB III MENENTUKAN PRIORITAS DALAM AHP. Wharton School of Business University of Pennsylvania pada sekitar tahun 1970-an

Prioritas Pengembangan Jaringan Jalan Pendukung Kawasan Strategis Di Pulau Sumbawa

Sistem Penunjang Keputusan Penetapan Dosen Pembimbing dan Penguji Skipsi Dengan Menggunakan Metode AHP

Transkripsi:

29 BAB 3 HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Penerapan AHP dalam Menentukan Prioritas Pengembangan Obyek Wisata Di Kabupaten Toba Samosir Penerapan AHP dalam menentukan prioritas pengembangan obyek wisata dilakukan melalui langkah-langkah berikut: a. Menetapkan sasaran studi b. Membuat kriteria yang sesuai yaitu: Infrastruktur, aksebilitas, fasilitas dan keamanan. c. Menetapkan responden penelitian dan menyusun kuesioner penelitian. - Sumber data: Data primer berupa pengisian kuisioner perbandingan antar kriteria dan perbandingan antar alternatif oleh masyarakat Kabupaten Toba Samosir yang berkunjung ke tempat wisata tersebutdan berumur diatas17 tahun. - Sampel yang digunakan adalah sampel acak sederhana (simple random sampling). Populasinya adalah masyarakat di Kabupaten Toba Samosir yang berjumlah 179.704 orang. (Data dari BPS Kabpuaten Toba Samosir 2015). Dalam hal ini peneliti hanya mengambil sampel sebanyak 100 orang yang dirasakan sudah cukup mewakili. - Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Toba Samosir pada tanggal 28 April 2017 sampai 12 Mei2017. d. Menyusun masing-masing alternatif yaitu Ponot, TB Centre dan,, Bul-bul dan. e. Perhitungan nilai hirarki prioritas pengembangan obyek wisata berdasarkan perkalian bobot kriteria dan masing-masing dari Infrastruktur, aksebilitas, fasilitas dan keamanan. 29

30 Menentukan Prioritas Pengembangan Obyek Wisata Infrastruktur Aksebilitas Fasilitas Keamanan Ponot Bul-bul Gambar 3.1 Struktur Hierarki Penentuan Prioritas Pengembangan Obyek Wisata 3.2 Perhitungan Faktor Pembobotan Hirarki untuk Semua Kriteria Hasil analisis preferensi gabungan dari 100 responden dengan cara menghitung rata-rata geometrik untuk setiap perbandingan berpasangan antar keriteria.berikut adalah cara menghitung rata-rata geometrik : G = Elemen sedangkan Untuk ( ), untuk. Begitu seterusnya untuk elemen matriks yang lain menggunakan perhitungan yang sama. Maka matriks perbandingan hasil analisis preferensi gabungan untuk semua kriteria terdapat pada tabel 3.1 dibawah ini 30

31 Tabel 3.1 Matriks Faktor Pembobotan Hirarki untuk Semua Kriteria Infrastruktur Aksebilitas Fasilitas Keamanan Infrastruktur 1 1 1 ½ Aksebilitas 1 1 1 ½ Fasilitas 1 1 1 1 Keamanan 2 2 1 1 Menyederhanakan matriks pada tabel 3.2 diawali dengan mengubah bobot yang sudah diperoleh sebelumnya dari matriks faktor pembobotan (tabel 3.1) menjadi bilangan desimal yang berguna untuk, agar nilai bobot lebih mudah dinormalkan di tahap selanjutnya. Setelah itu dilakukan penjumlahan nilai pada masing-masing kolom matriks. Tabel 3.2 Matriks Faktor Pembobotan Hirarki untuk Semua Kriteria yang Disederhanakan Infrastruktur Aksebilitas Fasilitas Keamanan Infrastruktur 1.0000 1.0000 1.0000 0.5000 Aksebilitas 1.0000 1.0000 1.0000 0.5000 Fasilitas 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 Keamanan 2.0000 2.0000 1.0000 1.0000 5.0000 5.0000 4.0000 3.000 Menormalkan matriks dengan membagi nilai masing-masing sel pada Tabel 3.3 dengan jumlah masing-masing kolomnya. Maka, akan diperoleh bobot relatif yang dinormalkan. Nilai vektor eigen dihasilkan dari rata-rata bobot relatif untuk setiap baris. Dengan perhitungan sebagai berikut: Nilai elemen Untuk elemen, dan begitu seterusnya. Vektor eigen Vektor eigen baris pertama, dan begitu seterusnya. Menghitung nilai eigen maksimum (λ maksimum) yang didapat dengan 31

32 menjumlahkan hasil perkalian jumlah kolom dengan vektor eigen. maksimum = (5,0000 x 0,2042) + (5,0000 x 0,2042) + (4,0000 x 0,2458) +(3,0000 x 0,3458) = 4,0625 Karena matriks berordo 4 (yakni terdiri dari 4 alternatif), nilai indeks konsistensi yang diperoleh: CI = = = = Untuk n = 4, RI = 0,900 (tabel Saaty), maka : CR = = = < 0,100 Karena CR< 0,100 berarti preferensi responden adalah konsisten. Dari hasil perhitungan pada Tabel 3.3 menunjukkan bahwa : kriteria keamanan merupakan kriteria yang paling penting bagi masyarakat di Kabupaten Toba Samosir dalam pengembangan obyek wisata dengan bobot 0,3458 atau 34,58%, berikutnya adalah kriteria fasilitas dengan nilai bobot 0,2458 atau 24,58%, kemudian kriteria aksebilitas dengan nilai bobot 0,2042 atau 20,42%, dan kriteria infrastruktur dengan nilai bobot 0,2042 atau 20,42%. Tabel 3.3 Matriks Faktor Pembobotan Hirarki untuk Semua Kriteria yangdinormalkan Infrastruktur Aksebilitas Fasilitas Keamanan vektor eigen Rangking Infrastruktur 0.2000 0.2000 0.2500 0.1667 0.2042 4 Aksebilitas 0.2000 0.2000 0.2500 0.1667 0.2042 3 Fasilitas 0.2000 0.2000 0.2500 0.3333 0.2458 2 Keamanan 0.4000 0.4000 0.2500 0.3333 0.3458 1 3.3 Perhitungan Faktor Evaluasi untuk Kriteria Infrastruktur Matriks perbandingan berpasangan pada table 3.4 adalah hasil analisis preferensi gabungan dari 100 rensponden dengan cara menghitung rata-rata geometrik untuk setiap perbandingan berpasangan antar keriteria.berikut adalah cara menghitung rata-rata geometrik : G = 32

33 Elemen sedangkan Untuk ( ), untuk. Begitu seterusnya untuk elemen matriks yang lain menggunakan perhitungan yang sama. Maka matriks perbandingan hasil analisis preferensi gabungan untuk kriteria Infrastrukturterdapat pada tabel 3.4. Tabel 3.4 Matriks Faktor Evaluasi untuk Kriteria Infrastruktur Bul-bul Ponot 1 1/3 1/2 1/2 1/2 3 1 2 2 2 2 ½ 1 1 1 Bul-bul 2 ½ 1 1 2 2 ½ 1 1/2 1 Menyederhanakan matriks pada tabel 3.5 diawali dengan mengubah bobot yang sudah diperoleh sebelumnya dari matriks faktor pembobotan (tabel 3.4) menjadi bilangan desimal yang berguna untuk, agar nilai bobot lebih mudah dinormalkan di tahap selanjutnya. Setelah itu dilakukan penjumlahan nilai pada masing-masing kolom matriks. Tabel 3.5 Matriks Faktor Evaluasi untuk Kriteria Infrastruktur yang Disederhanakan Bul-bul Ponot 1.0000 0.3333 0.5000 0.5000 0.5000 3.0000 1.0000 2.0000 2.0000 2.0000 2.0000 0.5000 1.0000 1.0000 1.0000 Bul-bul 2.0000 0.5000 1.0000 1.0000 2.0000 2.0000 0.5000 1.0000 0.5000 1.0000 10.0000 2.8333 5.5000 5.0000 6.5000 Menormalkan matriks dengan membagi nilai masing-masing sel pada Tabel 3.6 dengan jumlah masing-masing kolomnya. Maka, akan diperoleh bobot relatif yang 33

34 dinormalkan. Nilai vektor eigen dihasilkan dari rata-rata bobot relatif untuk setiap baris. Dengan perhitungan sebagai berikut: Nilai elemen Untuk elemen, dan begitu seterusnya. Vektor eigen Vektor eigen baris pertama, dan begitu seterusnya. Menghitung nilai eigen maksimum (λ maksimum) yang didapat dengan menjumlahkan hasil perkalian jumlah kolom dengan vektor eigen. maksimum = (10,0000 x 0,0971) + (3,8333 x 0,3449) + (5,5000 x 0,1824) +(5,000 x 0,2132) + (6,5000 x 0,1624) = 5,0731 Karena matriks berordo 5 (yakni terdiri dari 5 alternatif), nilai indeks konsistensi yang diperoleh: CI = = = = Untuk n = 5, RI = 1,120 (tabel Saaty), maka : CR = = = < 0,100 Karena CR< 0,100 berarti preferensi responden adalah konsisten. Dari hasil perhitungan pada tabel 3.6 diatas diperoleh urutan prioritas untuk kriteria infrastruktur yaitu menjadi prioritas utama dengan nilai bobot 0,3449 atau 34,49%, kemudian Bul-bul dengan nilai bobot 0,2132 atau 21,32%, dengan nilai bobot 0,1824 atau 18,24%, dengan nilai bobot 0,1624 atau 16,24% dan Terju Ponot dengan nilai bobot 0,0971 atau 9,71% 34

35 Tabel 3.6 Matriks Faktor Evaluasi untuk Kriteria Infrastruktur yang Dinormalkan Bul-bul Vektor eigen Rangking Bul-bul 0.1000 0.1176 0.0909 0.1000 0.0769 0.0971 5 0.3000 0.3529 0.3636 0.4000 0.3077 0.3449 1 0.2000 0.1765 0.1818 0.2000 0.1538 0.1824 3 0.2000 0.1765 0.1818 0.2000 0.3077 0.2132 2 0.2000 0.1765 0.1818 0.1000 0.1538 0.1624 4 3.4 Perhitungan Faktor Evaluasi untuk Kriteria Aksebilitas Matriks perbandingan berpasangan pada table 3.7 adalah hasil analisis preferensi gabungan dari 100 rensponden dengan cara menghitung rata-rata geometrik untuk setiap perbandingan berpasangan antar keriteria.berikut adalah cara menghitung rata-rata geometrik : G = Elemen sedangkan Untuk ( ), untuk. Begitu seterusnya untuk elemen matriks yang lain menggunakan perhitungan yang sama. Maka matriks perbandingan hasil analisis preferensi gabungan untuk kriteria Aksebilitas terdapat pada tabel 3.7 Tabel 3.7 Matriks Faktor Evaluasi untuk Kriteria Aksebilitas Bulbul Ponot 1 1/4 ½ ½ 1 4 1 3 2 2 35

36 2 1/3 1 1 1 Bul-bul 2 1/2 1 1 2 1 1/2 1 ½ 1 Menyederhanakan matriks pada tabel 3.8 diawali dengan mengubah bobot yang sudah diperoleh sebelumnya dari matriks faktor pembobotan (tabel 3.7) menjadi bilangan desimal yang berguna untuk, agar nilai bobot lebih mudah dinormalkan di tahap selanjutnya. Setelah itu dilakukan penjumlahan nilai pada masing-masing kolom matriks. Tabel 3.8 Matriks Faktor Evaluasi untuk Kriteria Aksebilitas yang Disederhanakan Bul-bul Ponot 1.0000 0.2500 0.5000 0.5000 1.0000 4.0000 1.0000 3.0000 2.0000 2.0000 2.0000 0.3333 1.0000 1.0000 1.0000 Bul-bul 2.0000 0.5000 1.0000 1.0000 2.0000 1.0000 0.5000 1.0000 0.5000 1.0000 10.0000 2.5833 6.5000 5.0000 7.0000 Menormalkan matriks dengan membagi nilai masing-masing sel pada Tabel 3.9 dengan jumlah masing-masing kolomnya. Maka, akan diperoleh bobot relatif yang dinormalkan. Nilai vektor eigen dihasilkan dari rata-rata bobot relatif untuk setiap baris. Dengan perhitungan sebagai berikut: Nilai elemen Untuk elemen, dan begitu seterusnya. Vektor eigen Vektor eigen baris pertama, dan begitu seterusnya. Menghitung nilai eigen maksimum (λ maksimum) yang didapat dengan menjumlahkan hasil perkalian jumlah kolom dengan vektor eigen. maksimum = (10,0000 x 0,1033) + (2,5833 x 0,3869) + (6,5000 x 0,1651) 36

37 +(5,0000 x 0,2066) + (7,0000 x 0,1381) = 5,1054 Karena matriks berordo 5 (yakni terdiri dari 5 alternatif), nilai indeks konsistensi yang diperoleh: CI = = = = Untuk n = 5, RI = 1,120 (tabel Saaty), maka : CR = = = < 0,100 Karena CR< 0,100 berarti preferensi responden adalah konsisten. Dari hasil perhitungan pada tabel 3.9 diatas diperoleh urutan prioritas untuk kriteria aksebilitas yaitu menjadi prioritas utama dengan nilai bobot 0,3869 atau 38,69%, kemudian Bul-bul dengan nilai bobot 0,2066 atau 20,66%, dengan nilai bobot 0,1651 atau 16,51%, dengan nilai bobot 0,1381 atau 13,81% dan Ponot dengan nilai bobot 0,1033 atau 10,33%. Tabel 3.9 Matriks Faktor Evaluasi untuk Kriteria Aksebilitas yang Dinormalkan Bul-bul Vektor eigen Rangking Bul-bul 0.1000 0.0968 0.0769 0.1000 0.1429 0.1033 5 0.4000 0.3871 0.4615 0.4000 0.2857 0.3869 1 0.2000 0.1290 0.1538 0.2000 0.1429 0.1429 3 0.2000 0.1935 0.1538 0.2000 0.2857 0.2066 2 0.1000 0.1935 0.1538 0.1000 0.1429 0.1381 4 3.5 Perhitungan Faktor Evaluasi untuk Kriteria Fasilitas Matriks perbandingan berpasangan pada table 3.10 adalah hasil analisis preferensi 37

38 gabungan dari 100 rensponden dengan cara menghitung rata-rata geometrik untuk setiap perbandingan berpasangan antar keriteria.berikut adalah cara menghitung rata-rata geometrik : G = Elemen sedangkan Untuk ( ), untuk. Begitu seterusnya untuk elemen matriks yang lain menggunakan perhitungan yang sama. Maka matriks perbandingan hasil analisis preferensi gabungan untuk kriteria fasilitas terdapat pada tabel 3.10 Tabel 3.10 Matriks Faktor Evaluasi untuk Kriteria Fasilitas Bulbul Ponot 1 1/3 ½ 1/2 1 3 1 2 2 2 2 1/2 1 1 2 Bul-bul 2 1/2 1 1 2 1 1/2 ½ 1/2 1 Menyederhanakan matriks pada tabel 3.11 diawali dengan mengubah bobot yang sudah diperoleh sebelumnya dari matriks faktor pembobotan (tabel 3.10) menjadi bilangan desimal yang berguna untuk, agar nilai bobot lebih mudah dinormalkan di tahap selanjutnya. Setelah itu dilakukan penjumlahan nilai pada masing-masing kolom matriks. Tabel 3.11 Matriks Faktor Evaluasi untuk Kriteria Fasilitas yangdisederhanakan Bulbul Ponot 1.0000 0.3333 0.5000 0.5000 1.0000 3.0000 1.0000 2.0000 2.0000 2.0000 2.0000 0.5000 1.0000 1.0000 2.0000 Bul-bul 2.0000 0.5000 1.0000 1.0000 2.0000 38

39 1.0000 0.5000 0.5000 0.5000 1.0000 9.0000 2.8333 5.0000 5.0000 8.0000 Menormalkan matriks dengan membagi nilai masing-masing sel pada Tabel 3.12 dengan jumlah masing-masing kolomnya. Maka, akan diperoleh bobot relatif yang dinormalkan. Nilai vektor eigen dihasilkan dari rata-rata bobot relatif untuk setiap baris. Dengan perhitungan sebagai berikut: Nilai elemen Untuk elemen, dan begitu seterusnya. Vektor eigen Vektor eigen baris pertama, dan begitu seterusnya. Menghitung nilai eigen maksimum (λ maksimum) yang didapat dengan menjumlahkan hasil perkalian jumlah kolom dengan vektor eigen. maksimum = (9,0000 x 0,1108) + (2,8333 x 0,3473) + (5,0000 x 0,2097) +(5,0000 x 0,2097) + (8,0000 x 0,1225) = 5,0582 Karena matriks berordo 5 (yakni terdiri dari 5 alternatif), nilai indeks konsistensi yang diperoleh: CI = = = = Untuk n = 5, RI = 1,120 (tabel Saaty), maka : CR = = = < 0,100 Karena CR< 0,100 berarti preferensi responden adalah konsisten. Dari hasil perhitungan pada tabel 3.12 diatas diperoleh urutan prioritas untuk kriteria fasilitas yaitu menjadi prioritas utama dengan nilai bobot 0,3473 atau 34,73%, kemudian Bul-bul dengan nilai bobot 0,2097 atau 20,97%, dengan nilai bobot 0,2097 atau 20,97%, dengan nilai bobot 0,1225 atau 12,25% dan Ponot dengan nilai bobot 0,1108 atau 11,08%. 39

40 Tabel 3.12 Matriks Faktor Evaluasi untuk Kriteria Failitas yang Dinormalkan Bul-bul Bulbul Vektor eigen 0.1111 0.1176 0.1000 0.1000 0.1250 0.1108 5 0.3333 0.3529 0.4000 0.4000 0.2500 0.3473 1 0.2222 0.1765 0.2000 0.2000 0.2500 0.2097 3 0.2222 0.1765 0.1000 0.2000 0.2500 0.2097 2 0.1111 0.1765 0.1000 0.1000 0.1250 0.1225 4 Rangking 3.6 Perhitungan Faktor Evaluasi untuk Kriteria Keamanan Matriks perbandingan berpasangan pada table 3.13 adalah hasil analisis preferensi gabungan dari 100 responden dengan cara menghitung rata-rata geometrik untuk setiap perbandingan berpasangan antar keriteria.berikut adalah cara menghitung rata-rata geometrik : G = Elemen sedangkan Untuk ( ), untuk. Begitu seterusnya untuk elemen matriks yang lain menggunakan perhitungan yang sama. Maka matriks perbandingan hasil analisis preferensi gabungan untuk kriteria keamanan terdapat pada tabel 3.13 Tabel 3.13 Matriks Faktor Evaluasi untuk Kriteria Keamanan Bul-bul Ponot 1 ¼ ½ ½ 1/2 40

41 4 1 2 2 2 2 ½ 1 2 1 Bul-bul 2 ½ ½ 1 1 2 ½ 1 1 1 Menyederhanakan matriks pada tabel 3.14 diawali dengan mengubah bobot yang sudah diperoleh sebelumnya dari matriks faktor pembobotan (tabel 3.13) menjadi bilangan desimal yang berguna untuk, agar nilai bobot lebih mudah dinormalkan di tahap selanjutnya. Setelah itu dilakukan penjumlahan nilai pada masing-masing kolom matriks. Tabel 3.14 Matriks Faktor Evaluasi untuk Kriteria Keamanan yang disederhanakan Bul-bul Ponot 1.0000 0.2500 0.5000 0.5000 0.5000 4.0000 1.0000 2.0000 2.0000 2.0000 2.0000 0.5000 1.0000 2.0000 1.0000 Bul-bul 2.0000 0.5000 0.5000 1.0000 1.0000 2.0000 0.5000 1.0000 1.0000 1.0000 11.0000 2.7500 5.0000 6.5000 5.5000 Menormalkan matriks dengan membagi nilai masing-masing sel pada Tabel 3.3 dengan jumlah masing-masing kolomnya. Maka, akan diperoleh bobot relatif yang dinormalkan. Nilai vektor eigen dihasilkan dari rata-rata bobot relatif untuk setiap baris. Dengan perhitungan sebagai berikut: Nilai elemen Untuk elemen, dan begitu seterusnya. Vektor eigen Vektor eigen baris pertama, dan begitu seterusnya. Menghitung nilai eigen maksimum (λ maksimum) yang didapat dengan 41

42 menjumlahkan hasil perkalian jumlah kolom dengan vektor eigen. maksimum = (11,0000 x 0,0899) + (2,7500 x 0,3597) + (5,0000 x 0,2106) +(6,5000 x 0,1599) + (5,5000 x 0,1799) = 5,0599 Karena matriks berordo 5 (yakni terdiri dari 5 alternatif), nilai indeks konsistensi yang diperoleh: CI = = = = Untuk n = 5, RI = 1,120 (tabel Saaty), maka : CR = = = < 0,100 Karena CR< 0,100 berarti preferensi responden adalah konsisten. Dari hasil perhitungan pada tabel 3.15 diatas diperoleh urutan prioritas untuk kriteria keamanan yaitu menjadi prioritas utama dengan nilai bobot 0,3597 atau 35,97%, kemudian dengan nilai bobot 0,2106 atau 21,06%, dengan nilai bobot 0,1799 atau 17,99%, Bul-bul dengan nilai bobot 0,1599 atau 15,99% dan Ponot dengan nilai bobot 0,0899 atau 8,99%. Tabel 3.15 Matriks Faktor Evaluasi untuk Kriteria Keamanan yang Dinormalkan Bul-bul Vektor eigen Rangking Bul-bul 0.0909 0.0909 0.1000 0.0769 0.0909 0.0899 5 0.3636 0.3636 0.4000 0.3077 0.3636 0.3597 1 0.1818 0.1818 0.2000 0.3077 0.1818 0.2106 2 0.1818 0.1818 0.1000 0.1538 0.1818 0.1599 4 0.1818 0.1818 0.2000 0.1538 0.1818 0.1799 3 42

43 3.7 Perhitungan Total Ranking/Prioritas Global 3. 7. 1 Faktor Evaluasi Total Dari seluruh evaluasi yang dilakukan terhadap semua kriteria dan alternatif pada pengembangan obyek wisata yakni infrastruktur, aksebilitas, fasilitas, dan keamanan, maka diperoleh nilai eigendari hubungan antara kriteria dengan alternatif. Tabel 3.16 Matriks Hubungan antara Kriteria dan Alternatif Sebelum diurutkan Infrastruktur Aksebilitas Fasilitas Keamanan Ponot 0.0971 0.1033 0.1108 0.0899 0.3449 0.3869 0.3473 0.3597 0.1824 0.1681 0.2097 0.2106 Bul-bul 0.2132 0.2066 0.2097 0.1599 0.1624 0.1381 0.1225 0.1799 Tabel 3.17 Matriks Hubungan antara Kriteria dan Alternatif Setelah diurutkan Infrastruktur Aksebilitas Fasilitas Keamanan 0.3449 0.3869 0.3473 0.3597 Bul-bul 0.2132 0.2066 0.2097 0.1599 0.1824 0.1681 0.2097 0.2106 0.2132 0.2066 0.2097 0.1599 Ponot 0.1624 0.1381 0.1225 0.1799 3. 7. 2 Total Rangking Untuk mendapatkan hasil rating pada pengembangan obyek wisata, maka akan dikalikan faktor evaluasi (vektor eigen) masing-masing alternatif dengan faktor evaluasi kriteria sebagai berikut: 0,0971 0,1033 0,1108 0,0899 0,0992 0,3449 0,3869 0,3473 0,3597 0,2042 0,3592 0,1824 0,1681 0,2097 0,2106 x 0,2042 = 0,1959 0,2132 0,2066 0,2097 0,1599 0,2458 0,1926 0,1624 0,1381 0,1225 0,1799 0,3458 0,1537 43

44 Dari hasil perkalian matriks di atas maka diperoleh pengembangan obyek wisata di Kabupaten Toba Samosir adalah sebagai berikut : 1. (0,3592 atau 35,92%) 2. (0,1959 atau 19,59%) 3. Bul- bul (0,1926 atau 19,26%) 4. (0,1537 atau 15,37%) 5. Ponot (0,0992 atau 9,92%) 44

BAB 4 KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pengolahan data dan pembahasan yang dilakukan penulis selama penelitian, penulis mengambil suatu kesimpulan sebagai berikut : 1. Indentifikasi pengembangan obyek wisata di Kabupaten Toba Samosir adalah TB Centre dan dengan bobot 0,3538 atau 35,38%, berikutnya adalah pantai bul-bul dengan bobot 0,2000 atau 20,00%, bukit gibeon dengan bobot 0,1958 atau 19,58%, taman eden dengan bobot 0,1559 atau 15,59% dan air terjun ponot dengan bobot 0,0946 atau 9,46%. 2. Faktor yang mempengaruhi prioritas pengembangan obyek wisata di Kabupaten Toba Samosir adalah faktor keamanan yang merupakan faktor yang paling prioritas dengan bobot 0,3458 atau 34,58 %, berikutnya adalah faktor fasilitas dengan bobot 0,2458 atau 24,58 %, faktor aksebilitas dengan bobot 0,2042 atau 20,42 %, dan faktor infrastruktur dengan bobot 0,2042 atau 20,42%. 4.2 Saran 1. Penelitian dengan metode AHP dapat dilakukan dengan menggunakan software Expert Choice dan 123ahp.com untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat. 2. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut baik dari segi responden, jangkauan yang lebih luas, faktor-faktor lain yang belum diteliti dan metode penelitian lain yang dapat digunakan untuk meneliti penelitian serupa. 3. Penelitian ini dapat dikembangkan kembali dengan responden yang benarbenar ahli dalam bidang infrastruktur sehingga tidak diperlukan responden yang banyak. 45