BAB I PENDAHULUAN. Fenomena munculnya Good Corporate Governance mulai dikenal karena

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dalam maupun luar negeri (Teguh Haryono, 2012). Bank harus memberi prioritas

BAB I PENDAHULUAN. menjaga kestabilan moneter dan sebagai lalu lintas pembayaran. Banyaknya

BAB I PENDAHULUAN. global. Hal itu dapat dilihat dari indeks kepercayaan perbankan atau Banking

BAB I PENDAHULUAN. perbankan syariah di Indonesia. Pengembangan perbankan syariah yang

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang sehat. Dalam studi yang dilakukan oleh Asian Development

BAB I PENDAHULUAN. memiliki unit audit internal atau biasa disebut GAI (Grup Audit Internal) untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Istilah Good Corporate Governance (GCG) kian populer dan ditempatkan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan milik swasta maupun pemerintah melaksanakan Good Corporate

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Kehidupan ekonomi masyarakat pada era saat ini tidak terlepas dari dunia

BAB I PENDAHULUAN. posisi tiga terbawah dalam menerapkan Good Corporate Governance di Asia,

BAB 1 PENDAHULUAN. disalurkan kembali kemasyarakat untuk menjalankan proses perekonomian.

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan laba pada tingkat yang diinginkannya. Angka profitabilitas

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. lemahnya praktek good corporate governance pada korporasi atau perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan praktek tata kelola lembaga keuangan yang sehat (Good

IMPLEMENTASI GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) PADA BUMD KABUPATEN SUMENEP (STUDI PADA PT. BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) BHAKTI SUMEKAR SUMENEP)

BAB I PENDAHULUAN. dibuktikan dengan banyak perusahaan-perusahaan baru yang mulai tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. Jika manajer perusahaan melakukan tindakan-tindakan yang mementingkan diri sendiri dengan

BAB I PENDAHULUAN. dunia, maka seharusnya dalam menjalankan segala aktivitas kehidupan sesuai

BAB I PENDAHULUAN. melanda hampir ke seluruh negara menjadikan Corporate Governance menjadi

I. PENDAHULUAN. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan perusahaan milik negara yang

BAB I PENDAHULUAN. Skandal perusahaan-perusahaan publik tidak hanya terjadi di negara-negara besar,

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Industri yang bergerak di bidang keuangan (sektor perbankan),

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi global sangat mempengaruhi kinerja perusahaan-perusahaan di

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang tentu sangat perlu akan kehadiran sektor

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. diungkapkan oleh perusahaan adalah Good Corporate Governance (GCG),

KEBIJAKAN MANAJEMEN RISIKO

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai skandal penipuan dan manipulasi laporan keuangan yang telah

BAB 1 PENDAHULUAN. kesimpulan bahwa sistem corporate governance yang buruk dalam. menimpa negara-negara ASEAN. Praktik-praktik corporate governance

BAB I PENDAHULUAN. mengenai kemampuan atau kinerja perusahaan dalam menghasilkan return di. strategi bisnis agar terhindar dari kebangkrutan.

BAB I PENDAHULUAN. Badan Usaha, maka Korporat menjalankan aktifitas usaha baik secara internal

BAB I PENDAHULUAN. dengan semakin kompleksnya kegiatan usaha bank yang mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. menentukan antara arah dan kinerja perusahaan (Monks & Minow,

BAB I PENDAHULUAN. kegagalan penerapan Good Corporate Governance (Daniri, 2005). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. kelola perusahaan yang baik dikenal dengan istilah Good Corporate Governance

- 2 - PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Angka 1 sampai dengan angka 13 Cukup jelas.

BAB I PENDAHULUAN. efektivitas pencapaian tujuan perusahaan. Seiring dengan berkembangnya. mendorong kesinambungan dan kelangsungan hidup perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh faktor internal melainkan juga dipengaruhi oleh masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang mempengaruhi perekonomian menjadi tidak stabil. Banyak

BAB I PENDAHULUAN. memiliki rata-rata nilai corporate governance rendah diantara lima negara lain

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Setiap perusahaan pada suatu periode akan melaporkan semua kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. berhasil diraih organisasi dalam setahun. Isi dari laporan tahunan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. terbukti dengan banyaknya pendirian bank-bank. Baik itu bank milik pemerintah

Bab I PENDAHULUAN UKDW. Piagam Audit atau Audit Charter, dimana Piagam Audit tersebut wajib dimiliki

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 46 /POJK.03/2017 TENTANG PELAKSANAAN FUNGSI KEPATUHAN BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Krisis Corporate Governance pertama terjadi pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-undang No.10 tahun 1998 Pasal 1 tentang perbankan, dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang berbasis syariah dalam tiga dekade terakhir, lembaga keuangan telah

BAB I PENDAHULUAN. yang menarik. Isu mengenai corporate governance ini mulai mengemuka,

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat selama dekade terakhir ini. Disamping adanya dukungan

I. PENDAHULUAN. perkapita, kesempatan kerja, distribusi pendapatan, dan lain-lain. Sasaran itu terus

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan penting dalam pendirian perusahaan adalah untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Keruntuhan ekonomi yang menimpa bangsa ini tidak bisa lepas dari adanya

BAB I PENDAHULUAN. yang melaksanakan Corporate Governance (CG) dengan baik akan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu instrumen hutang yang ditawarkan penerbit (issuer) atau yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. memberikan fasilitas pelayanan dalam lalu lintas pembayaran. Bank juga

-2- II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Ayat (3) Khusus bagi kantor cabang dari bank yang berkedudukan di luar negeri, pelaksanaan pengawasan terhada

BAB I PENDAHULUAN. global yang ketat dan terbuka dengan dinamika perubahan yang begitu cepat.

Mengenal Otoritas Jasa Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN /POJK.03/2017 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh suatu kerangka tata kelola (corporate governance

BAB1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Kesimpulan Umum hasil Self Assessment atas Penerapan Tata Kelola BPR

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk membiayai kegiatan investasi serta memberikan fasilitas

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ini membuat perusahaan - perusahaan berusaha meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian dunia terhadap struktur ekonomi dan moneter dalam negeri sebuah

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang memadai diberikan oleh perusahaan karena mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. yang tidak sepadan (mismatched), tidak hati-hati (prudent), tidak

BAB I PENDAHULUAN. peran serta sektor perbankan. Bank pada prinsipnya sebagai lembaga

BAB I PENDAHULUAN. merupakan lembaga intermediasi keuangan (financial intermediary institution)

BAB I PENDAHULUAN. mana didasarkan pada Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 sebagai landasan

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami kemajuan yang pesat. Hal ini juga menunjukkan bahwa perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dan menyalurkan dana masyarakat secara efektif dan

Tugas Manajemen Risiko NAMA KELOMPOK : 1. Aditya Bangun Subagja Heru Setyawan Ella Rizky Aisah

BAB I PENDAHULUAN. keuangan maupun nonkeuangan. Bank Indonesia menjelaskan bahwa fungsi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. pengaruh corporate governance terhadap manajemen laba dan implikasinya

1. PENDAHULUAN. dimana kegiatan utamanya adalah menerima simpanan giro, tabungan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk menguji mekanisme corporate governance

BAB I PENDAHULUAN. untuk mempertahankan operasinya tanpa melakukan rekapitulasi sehingga pada

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Analisa pengaruh..., Wendy Endrianto, FE UI, 2010.

PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/23/PBI/2011 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH

BAB I Latar Belakang. Praktik perbankan di Indonesia saat ini yang diatur dalam Undang-Undang Perbankan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat/unit-unit ekonomi yang mengalami kelebihan dana (Surplus Unit)

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan pemiliknya atau pemegang saham, atau

Sub Sektor Bank BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. efektif dan efisien agar bisa bersaing dengan perusahaan lain di dalam negeri

Konsep Dasar Kegiatan Bank

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) PADA DUNIA PERBANKAN ISNIAR BUDIARTI. Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi UNIKOM

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan informasi mengenai perasahaan yang go public kepada pihakpihak

BAB 1 PENDAHULUAN. yang baik. Penerapan corporate governance dalam dunia usaha merupakan

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 45 /POJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA DALAM PEMBERIAN REMUNERASI BAGI BANK UMUM

BAB I PENDAHULUAN. dan pemerintah yang digunakan sebagai dasar pertimbangan pengambilan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Fenomena munculnya Good Corporate Governance mulai dikenal karena sering diwacanakan seiring meningkatnya kesadaran masyarakat, stakeholder, pemerintah maupun manajemen perusahaan itu sendiri akan perlunya suatu sistem yang baik dalam meningkatkan transparansi. Dewasa ini, untuk menciptakan situasi perekonomian yang baik bagi semua pihak, Good Corporate Governance berkembang diberbagai perusahaan baik yang sifatnya publik maupun swasta. Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI) telah berdiri di Indonesia untuk menangani mengenai masalah ini. Secara logika, perusahaan yang baik harus mempunyai sistem pengendalian yang baik, jika itu dilakukan maka perusahaan akan terkendali dan menghasilkan output yang baik, maka disinilah perlunya Good Corporate Governance dalam mewujudkan semua itu, namun kenyataannya penerapan Good Corporate Governance dalam perusahaan khususnya di Indonesia masih relatif rendah, maka tidak heran jika perusahaan di Indonesia umumnya belum dapat maksimal secara kualitas (Willyz, 2010). Survei yang dilakukan oleh Political and Economic Risk Consultancy (PERC) di negara Asia menghasilkan bahwa Indonesia menempati posisi paling terakhir dalam menerapkan Good Corporate Governance. 1

2 Tabel 1.1 Skor Peringkat Good Corporate Governance di Asia No. Negara Skor Tahun 2012 1. Singapura 0,67 2. Jepang 1,90 3. Hongkong 2,64 4. Taiwan 5,46 5. Malaysia 5,59 6. Philipina 6,10 7. Thailand 6,57 8. Korea Selatan 6,90 9. China 7,00 10. Vietnam 7,75 11. Indonesia 8,50 Keterangan : makin tinggi skor, makin buruk Good Corporate Governance Sumber : Political and Economic Risk Consultancy (PERC) 2012 Survei lain yang dilakukan oleh Asian Corporate Governance Association (ACGA) menghasilkan bahwa 11 negara yang ada di Asia untuk dapat dibandingkan dan dikatakan telah mengikuti standar internasional haruslah mendapatkan nilai 80%. Hal ini terlihat bahwa negara Singapura yang memiliki nilai 69% masih membutuhkan jalan yang panjang untuk mencapai nilai 80%. Apalagi Indonesia yang baru mencapai setengah dari target yaitu 37%. (Asian Corporate Governance Association, 2012).

3 Tabel 1.2 Market Category Scores Good Corporate Governance di Asia Hal ini tentu saja membuat semua sektor industri yang ada di masingmasing negara perlu melakukan Good Corporate Governance tak terkecuali perusahaan di sektor perbankan (Martin, 2012). Pemerintah memberikan dorongan yang sangat kuat terhadap penerapan Good Corporate Governance di Indonesia. Bukti dari kepedulian pemerintah dapat dilihat dari dibuatnya berbagai regulasi yang mengatur tentang Good Corporate Governance. Berawal dari dibentuknya Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) melalui Surat Keputusan Menko Bidang Perekonomian Nomor: KEP/49/M.EKON/11/2004. Terdiri dari Sub-Komite Publik dan Sub- Komite Korporasi. Kemudian juga dikeluarkan Surat Edaran Ketua Bapepam Nomor Se-03/PM/2000 tentang Komite Audit yang berisi himbauan perlunya Komite Audit dimiliki oleh setiap Emiten (Alamsyah, 2010).

4 Bank merupakan lembaga kepercayaan yang kegiatan operasionalnya adalah menghimpun dana masyarakat dan menyalurkan kepada usaha yang membutuhkan, maka bank harus beroperasi secara sehat dalam rangka menjaga kepercayaan masyarakat. Agar bank dapat beroperasi secara sehat, bank harus melaksanakan prinsip-prinsip Good Corporate Governance dengan baik. Penerapan Good Corporate Governance di sektor perbankan diatur oleh Bank Indonesia dalam Peraturan Bank Indonesia No. 8/14/PBI/2006 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance Bagi Bank Umum. Pengaturan tersebut dilakukan agar perbankan di Indonesia dapat beroperasi secara sehat, sehingga memberikan kontribusi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional dengan menggerakkan sektor riil (Endang, 2012). Pengaturan dan implementasi Good Corporate Governance memerlukan komitmen dari top management dan seluruh jajaran organisasi. Pelaksanaannya dimulai dari penetapan kebijakan dasar (strategic policy) dan kode etik yang harus dipatuhi oleh semua pihak dalam perusahaan. Bagi perbankan Indonesia, kepatuhan terhadap kode etik yang diwujudkan dalam satu kata dan perbuatan merupakan faktor penting sebagai landasan penerapan Good Corporate Governance. Berdasarkan pertimbangan di atas dan tingginya tingkat kompleksitas serta risiko bisnis perbankan, Komite Nasional Kebijakan Governance memandang perlu untuk mengeluarkan Pedoman Good Corporate Governance Perbankan Indonesia (Indonesian Banking Sector Code) sebagai pelengkap dan bagian tak terpisahkan dari Pedoman Umum Good Corporate Governance. Perbankan dalam

5 pedoman ini meliputi Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yang dijalankan secara konvensional maupun syariah (Moh Wahyudin, 2008) Perbankan syariah merupakan institusi atau lembaga keuangan yang tumbuh dan berkembang di Indonesia sejak 16 tahun yang lalu diawali dengan berdirinya Bank Muamalat Indonesia. Perkembangan bank syariah diikuti dengan berkembangnya lembaga keuangan syariah di luar struktur perbankan, antara lain Asuransi Takaful, Pasar Modal Syariah, Pegadaian Syariah, dan Baitul Maal wat Tamwil (BMT) (Neni, 2009). Perkembangan yang begitu pesat akhir-akhir ini dari aktivitas perbankan syariah menuntut segera diimplementasikannya praktik-praktik Good Corporate Governance Indonesia dalam pengelolaan perbankan agar dapat memberikan perlindungan yang maksimum kepada semua pihak yang berkepentingan dalam stakeholder, terutama nasabah. Disamping itu penerapan Good Corporate Governance Indonesia dapat membantu bank syariah meminimalisasi kualitas pembiayaan yang tidak baik, meningkatkan akurasi penilaian bank, infrastruktur, kualitas pengambilan keputusan bisnis, dan mempunyai sistem deteksi dini terhadap high risk business area, product, dan services. (Endri, 2009). Secara Institusional perjalanan bank syariah pada tahun 2005 dari 3 Bank Umum Syariah (BUS) dan 19 Unit Usaha Syariah (UUS) sekarang menjadi 11 Bank Umum Syariah (BUS) dan 24 Unit Usaha Syariah (UUS) pada Juni 2013. Dari segi jaringan kantor, pada tahun 2007 terdapat 401 kantor dan sekarang menjadi sekitar 1887 lebih kantor pada akhir tahun 2013 (Statistik Perbankan Syariah Bank Indonesia Juni 2013).

6 Perkembangan bisnis perbankan syariah memang berkembang pesat di Indonesia namun masih ada persoalan yang menghambat bisnis perbankan syariah. Pertama, ketersediaan produk dan standardisasi produk perbankan syariah. Hal ini dikarenakan selama ini masih banyak bank syariah yang belum menjalankan bisnisnya sesuai prinsip syariah. Standardisasi ini diperlukan dengan alasan industri perbankan syariah memiliki perbedaan dengan bank konvensional. Apalagi, produk bank syariah tidak hanya diperuntukkan bagi nasabah muslim, melainkan juga nasabah nonmuslim. Kedua, tingkat pemahaman (awareness) produk bank syariah. Hingga saat ini, sangat sedikit masyarakat yang tahu tentang produk-produk perbankan syariah dan istilah-istilah di perbankan syariah. Selain itu, masalah ketiga industri perbankan syariah adalah sumber daya manusia (SDM). Masalah yang terjadi adalah pihak perbankan kesulitan untuk mencari SDM perbankan syariah yang berkompeten dan mumpuni (Nur Azifah, 2012). Bank syariah dikembangkan sebagai lembaga bisnis keuangan yang melaksanakan kegiatan usahanya sejalan dengan prinsip-prinsip dasar dalam ekonomi Islam. Tujuan ekonomi Islam bagi bank syariah tidak hanya terfokus pada tujuan komersil yang tergambar pada pencapaian keuntungan maksimal semata, tetapi juga mempertimbangkan perannya dalam memberikan kesejahteraan secara luas bagi masyarakat. Kontribusi untuk turut serta dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat tersebut merupakan peran bank syariah dalam pelaksanaan fungsi sosialnya. Fungsi sosial tersebut yang paling nampak diantaranya diwujudkan melalui aktivitas penghimpunan dan penyaluran zakat, infaq, sadaqah, hibah dan waqaf (ZISW). Selain itu bank syariah juga

7 mengeluarkan zakat dari keuntungan operasinya serta memberikan pembiayaan kebajikan (qardh). Fungsi sosial ini diharapkan akan memperlancar alokasi dan distribusi dana sosial yang dibutuhkan oleh masyarakat, terutama mereka yang sangat membutuhkan. Bank syariah memiliki fungsi bisnis dan fungsi sosial, maka dalam mengevaluasi kinerjanya juga harus dilakukan secara komprehensif. Bank syariah harus dievaluasi pencapaian kinerja bisnis sekaligus kinerja sosialnya (Azis, 2009). Kondisi kesehatan maupun kinerja keuangan bank syariah dapat dianalisis melalui laporan keuangan. Analisis laporan keuangan dapat membantu untuk mengetahui penilaian tingkat kinerja keuangan bank yang dilakukan dengan menggunakan analisis rasio keuangan. Bank Mandiri merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dibidang perbankan. Bank-bank yang bermodal di atas Rp50 triliun yang memperoleh predikat sangat bagus yaitu Bank Mandiri dengan skor 93,76. Predikat sangat bagus untuk Bank Syariah di Indonesia yang bermodal Rp 1 triliun hingga kurang dari Rp 10 triliun adalah Bank Syariah Mandiri dengan perolehan skor 95,69 berpredikat sangat bagus. Predikat sangat bagus dari Bank Mandiri dan Bank Syariah Mandiri tidak menjadikan kinerja keuangan bank pada tahun selanjutnya membaik dan dapat mempertahankan predikat yang sangat bagus. Perbankan di Indonesia harus mengantisipasi dampak krisis yang dapat meningkatkan risiko tinggi sehingga menyebabkan kinerja keuangan bank menurun. Sistem perbankan yang sehat dinilai dari kinerja keuangan bank yang baik. Kinerja keuangan bank yang sehat dapat menumbuhkan kepercayaan

8 masyarakat begitu pula sebaliknya, penurunan kinerja keuangan bank dapat menurunkan kepercayaan masyarakat (Candra, 2013). Masalah yang muncul pada saat perusahaan berkembang pesat pertanggungjawabannya tidak hanya kepada pihak manajemen perusahaan saja tetapi kepada dewan direksi, komisaris dan pemegang saham. Pihak pihak tersebut juga membutuhkan informasi mengenai perkembangan usaha suatu perusahaan, bahkan pihak tersebut mempunyai fungsi sebagai pengawas. Pihak yang berperan dalam hal ini adalah Komite Audit (Dewi, 2010). Salah satu bentuk dari tata kelola perusahaan yang baik adalah adanya sebuah sistem pengawasan yang efektif dan berimbang (check and balance) di perusahaan. Dewan Komisaris sebagai perwakilan dari pemegang saham merupakan salah satu pihak yang melakukan fungsi pengawasan atas perusahaan demi tercapainya kepentingan pemegang saham dan dalam melaksanakan tugasnya, dewan komisaris dibantu oleh komite audit. Komite audit adalah suatu komite independen yang dibentuk dan bertanggung jawab kepada Dewan Komisaris dalam melaksanakan fungsi pengawasan terhadap pengelolaan perusahaan yang dilakukan oleh direksi atau manajemen (Erland, 2012). Komite audit memegang peranan penting dalam mewujudkan dan mengawasi pelaksanaan Good Corporate Governance menuju terciptanya suatu kinerja yang diharapkan perusahaan. Komite audit dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya memerlukan interkasi dengan audit internal (Moh Wahyudin, 2008).

9 Komite Audit merupakan salah satu faktor internal yang dapat mewujudkan terciptanya Good Corporate Governance. Komite audit memungkinkan komisaris melakuan pengawasan yang efektif dalam tiga bidang yaitu laporan keuangan, Good Corporate Governance, dan pengawasan perusahaan (Antonius, 2004). Perkembangan bank syariah yang begitu pesat juga membawa kekhawatiran tersendiri. Kekhawatiran tersebut berhubungan dengan kemurnian bank syariah dari prinsip-prinsip syariah. Antonio (2001) menjelaskan bahwa untuk menjaga kemurnian praktik bank syariah maka dibentuklah Dewan Pengawas Syariah (DPS). Salah satu pilar penting dalam pengembangan bank syariah adalah prinsip prinsip syariah (Shariah Compliance). Pilar inilah yang menjadi pembeda utama antara bank syariah dengan bank konvensional. Pengawasan syariah diperlukan untuk menjamin teraplikasinya prinsip prinsip syariah di lembaga perbankan, yang diperankan oleh Dewan Pengawas Syariah. Pokok-pokok hasil penelitian Bank Indonesia menyatakan bahwa nasabah yang menggunakan jasa bank syariah, sebagian memiliki kecenderungan untuk berhenti menjadi nasabah antara lain karena keraguan akan konsistensi penerapan prinsip syariah. Kepatuhan dan kesesuaian bank syariah terhadap prinsip syariah sering dipertanyakan oleh para nasabah. Secara implisit hal tersebut menunjukkan bahwa praktik perbankan syariah selama ini kurang memperhatikan prinsip-prinsip syariah, salah satu penyebab reputasi dan kepercayaan masyarakat pada bank syariah hal ini juga akan

10 berdampak pada loyalitas masyarakat menggunakan jasa bank syariah. Peningkatan reputasi dan kepercayaan nasabah dapat digunakan sebagai indikator keberhasilan perkembangan bank syariah dan sekaligus sebagai prediksi keberhasilan bank syariah di masa yang akan datang dalam rangka meningkatkan market share-nya (Siti, 2011). Dari gambaran mengenai tugas dan fungsi dari Komite Audit dan Dewan Pengawas Syariah, oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian bagaimana peran Komite Audit dan Dewan Pengawas Syariah dalam mewujudkan Good Corporate Governance pada Bank Syariah. Sehubungan dengan hal tersebut, penulis mengambil judul untuk penulisan skripsi ini yaitu : Pengaruh Peran Komite Audit dan Dewan Pengawas Syariah dalam mewujudkan Good Corporate Governance untuk Meningkatkan Kinerja Bank Syariah (Studi Kasus pada PT. Bank Syariah Mandiri). 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas, permasalahan yang terjadi adalah : 1. Apakah peran komite audit dan dewan pengawas syariah berpengaruh secara parsial maupun simultan terhadap Good Corporate Governance? 2. Apakah peran komite audit, dewan pengawas syariah dan Good Corporate Governance berpengaruh secara parsial maupun simultan terhadap kinerja bank syariah? 1.3 Batasan Masalah Penelitian ini dibatasi pada masalah sejauh mana pengawasan dan kedisplinan komite audit dan dewan pengawas syariah dalam melaksanakan

11 tugasnya mewujudkan Good Corporate Governance untuk meningkatkan kinerja bank syariah. Kinerja yang digunakan adalah kinerja keuangan yang diukur secara kualitatif melalui rasio rasio keuangan. 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui peran komite audit dan dewan pengawas syariah berpengaruh secara parsial maupun simultan terhadap Good Corporate Governance. 2. Untuk mengetahui peran komite audit, dewan pengawas syariah dan Good Corporate Governance berpengaruh secara parsial maupun simultan terhadap kinerja bank syariah. 1.5 Kegunaan Penelitian Terdapat beberapa manfaat yang dapat digunakan melalui penelitian ini, yaitu : 1. Bagi Komite Audit Penelitian ini dapat dijadikan masukan agar dalam melakukan pengawasan dan penelitian dapat memberikan masukan yang sangat baik guna menerapkan Good Corporate Governance. 2. Bagi Dewan Pengawas Syariah Memberikan masukan dalam melakukan pengawasan terhadap perbankan syariah di Indonesia menuju Good Corporate Governance. 3. Bagi Bank Syariah

12 Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi perkembangan kinerja bank syariah untuk mencapai Good Corporate Governance. 4. Bagi Peneliti Untuk memberikan pengalaman dan pengetahuan yang sangat berarti tentang peranan komite audit dan dewan pengawas syariah pada bank syariah yang merupakan salah satu instrumen Good Corporate Governance pada bank syariah. 5. Bagi Ilmu Pengetahuan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan, terutama yang berhubungan dengan akuntansi keuangan, audit internal dan akuntansi manajemen. 1.6 Lokasi dan Waktu Penelitian Guna memperoleh data yang objektif sebagaimana yang diperlukan dalam menyusun skripsi ini, maka penulis melakukan penelitian pada kantor cabang Bank Syariah Mandiri di Kota Bandung. Adapun penelitian ini dilakukan pada Oktober 2013 sampai dengan selesainya penelitian ini.