P A S P A L U M V O L I V N o. 2 S e p t e m b e r

dokumen-dokumen yang mirip
FLUKTUASI HARGA CABAI MERAH KERITING

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BPS. 2012

PEMBENTUKAN HARGA CABAI MERAH KERITING

TEKNOLOGI PRODUKSI BAWANG MERAH OFF-SEASON MENGANTISIPASI PENGATURAN IMPOR PRODUK B. MERAH. S u w a n d i

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

II. TINJAUAN PUSTAKA Agribisnis Cabai Merah

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari

I. PENDAHULUAN. (b) Mewujudkan suatu keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH SISTEM PENGELOLAAN USAHATANI CABAI MERAH TERHADAP JUMLAH PRODUKSI DAN TINGKAT PENDAPATAN

BAB 1. PENDAHULUAN. Indonesia. Bawang merah bagi Kabupaten Brebes merupakan trademark

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Atas Dasar Harga Berlaku di Indonesia Tahun Kelompok

I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhannya meningkat, sementara sektor lain mengalami pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. pencaharian sebagai petani. Hal ini ditunjang dari banyaknya lahan kosong yang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor yang berkembang pesat dalam pertanian Indonesia. Jenis tanaman yang

Good Agricultural Practices

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu mempunyai peran cukup besar dalam memenuhi kebutuhan pangan

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

STRATEGI DAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas

I. PENDAHULUAN. pertanian. Tidak dapat dipungkiri bahwa sektor pertanian memegang peranan

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

BAB VI INDIKATOR DINAS PERTANIAN YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD RENSTRA D I N A S P E R T A N I A N RENSTRA VI - 130

I. PENDAHULUAN. Cabai merupakan salah satu komoditas hortikultura yang banyak dibutuhkan

PENETAPAN KINERJA ( PK ) TAHUN 2013 (REVISI) DINAS PERTANIAN PROVINSI JAWA TIMUR

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS BAWANG MERAH. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

gizi mayarakat sebagai sumber vitamin, mineral, protein, dan karbohidrat. Produksi hortikultura yaitu sayuran dan buah-buahan menyumbang pertumbuhan

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

BAB VI INDIKATOR DINAS PERTANIAN YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD RENSTRA D I N A S P E R T A N I A N RENSTRA VI - 130

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Namun, secara umum tanaman cabai disebut sebagai pepper atau chili.

I. PENDAHULUAN. Indonesia menurut lapangan usaha pada tahun 2010 menunjukkan bahwa sektor

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-I Tahun

PENDAHULUAN. dapat diakses oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan hortikultura juga

Potensi Efektivitas Asuransi Pertanian Terhadap Pendapatan Bersih Petani Cabai Besar Kabupaten Garut

VII. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN. 1. Baik pada daerah dataran rendah maupun dataran tinggi, rendahnya

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan Ekonomi Masyarakat di Kabupaten Tanah Datar Bergerak disektor Pertanian dan Peternakan.

IX. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. A. Kesimpulan. 1. Pada daerah sentra produksi utama di Indonesia, perkembangan luas panen,

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

I. PENDAHULUAN. struktur pembangunan perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura

V. GAMBARAN UMUM KERAGAAN BAWANG MERAH Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisikan latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan.

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor potensial yang memiliki peranan

STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS CABAI MERAH DI KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN MAGELANG

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pertanian dalam arti luas mencakup perkebunan, kehutanan, peternakan dan

I. PENDAHULUAN. Produksi (kg)

II. TINJAUAN PUSTAKA. 5 Khasiat Buah Khasiat Cabai Merah.

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang. peluang karena pasar komoditas akan semakin luas sejalan dengan

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional.

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Pada Tahun Kelompok

ISU STRATEGIS DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB IV PROGRAM DAN KEGIATAN DINAS PERTANIAN KABUPATEN MAJALENGKA. dan sasaran pembangunan yang telah ditetapkan. Kebijakan dan program

I PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik 2009

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Selama beberapa dekade terakhir sektor pertanian masih menjadi tumpuan

Analisis Tingkat Keuntungan Usahatani Padi Sawah sebagai Dampak dari adanya Subsidi Pupuk di Kabupaten Tabanan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

OPTIMASI USAHATANI SAYURAN DENGAN SISTEM DIVERSIFIKASI SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Tahun Manggis Pepaya Salak Nanas Mangga Jeruk Pisang

DAFTAR ISI.. DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR LAMPIRAN.

Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

RENCANA KINERJA TAHUNAN DINAS PERTANIAN KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2015 KETERANGAN

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memiliki peran yang sangat besar dalam perekonomian

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENINGKATAN PENDAPATAN RUMAH TANGGA PERDESAAN MELALUI PENGEMBANGAN KOMODITAS BERNILAI TINGGI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Agribisnis menurut Arsyad dalam Firdaus (2008:7) adalah suatu kesatuan

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki arti dan kedudukan penting dalam pembangunan nasional. Sektor ini berperan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. datang adalah hortikultura. Hortikultura merupakan komoditas pertanian yang

BAB I PENDAHULUAN. Sutisna, 2015 TENGKULAK DAN PETANI Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

AGRIBISNIS BAWANG MERAH

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. adalah mencukupi kebutuhan pangan nasional dengan meningkatkan. kemampuan berproduksi. Hal tersebut tertuang dalam RPJMN

Transkripsi:

P A S P A L U M V O L I V N o. 2 S e p t e m b e r 2016 51 KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MENANGANI HARGA CABAI MERAH KERITING (capsicum annum L) (Studi Kasus Tinjauan Kebijakan Pemerintah pada Harga Cabai Merah keriting) di Sentra Produksi Kecamatan Cikajang dan Pasar Induk Kramat Jati Jakarta GOVERNMENT POLICY IN ADDRESSING THE PRICE CHILI curly red (capsicum annuum L) (Case Study Overview of Government Policy on Price Chilli Red clover) in the District Production Centers Cikajang and the Kramat Jati Market in Jakarta DetySukmawati, Lies Sulistyowati, Maman H.Karmana, E kusnadi Wikarta UniversitasWinayaMukti,Universitas Padjadjaran Fakultas Pertanian detysukmawati@ymail.com Abstract Price is a major factor, therefore, that the policy of raising agricultural output through price incentives to succeed, the government must know exactly how the response of supply / supply in the agricultural sector to price changes. The response will vary according to the type of commodity even among the farmers in the category of the same plant, depending on the purpose of the farmers do farming and economic conditions. The amount of supply response is also very informative for policy makers in evaluating policy -pembuat made in the field pertanian.penelitian descriptively based on data from the Provincial Agriculture Office, 2015 West Java, Central Market Analysis of Agricultural Products Production Centers Cikajang Garutdan District Information Center Market Commodity Price Kramat Jati Jakarta. Policy directives coming horticultural commodities focused on chili, red onion and orange. Although the production of chili western Java had a surplus in terms of supply nationally, but the price of red chilli curls in particular always fluctuates, so if there is a price increase indicated a shortage of supply or shortage of production, so that the planting area three commodities were directed not at the park area, but the area outside the area and planting and planted not in the rainy season, but farmers are directed to plant in the dry season. The policy comprises: the pattern of production, regional development, institutional strengthening farmers, build supply chain and minimize supply chain, new technologies to increase production, the development of the field school, land registration and certification of products. Keywords: Government Policies, Land Registration, Product Certification.

52 P A S P A L U M V O L I V N o. 2 S e p t e m b e r 2016 Pendahuluan. Rangsangan ekonomi dalam bentuk tingkat harga yang menguntungkan, merupakan faktor paling penting bagi petani untuk meningkatkan produksinya, seperti juga berlaku bagi setiap bagi setiap produsen di sektor-sektor lain. Petani pada akhirnya akan merasa tidak ada untungnya memperluas lahan garapan, menerapkan teknologi baru, memakai pupuk berkualitas baik tetapi dengan harga lebih mahal daripada pupuk organik, dan melakukan diversifikasi produksi apabila semua itu tidak menambah penghasilan netonya. Dalam kata lain, harga merupakan faktor utama, sementara intensifikasi dan ekstensifikasi, dan sebagainya hanyalah merupakan faktor-faktor penunjang untuk meningkatkan produksi. Pada akhirnya petani sendiri yang menentukan untuk menambah produksi atau tidak, karena dia yang melakukan produksi, bukan pemerintah atau pihak lain. Karena harga merupakan faktor utama, oleh karena itu agar kebijakan menaikkan output pertanian lewat pemberian insentif harga bisa berhasil, pemerintah harus mengetahui betul bagaimana respons penawaran / suplai di sektor pertanian terhadap perubahan harga. Respons akan berbeda menurut jenis komoditi bahkan antar petani di dalam katagori tanaman yang sama, tergantung pada tujuan petani melakukan kegiatan bertani dan kondisi ekonominya. Besarnya respons penawaran juga sangat informatif bagi pembuat pembuat kebijakan dalam mengevaluasi kebijakan yang dibuat dalam bidang pertanian. Teori dasar dari respons penawaran pertanian adalah bahwa faktor-faktor insentif, termasuk harga berpengaruh positif terhadap output atau penawaran pertanian. Respons penawaran pertanian dapat dianalisis dari titik output agregat atau suplai, output subsektor (yakni output tanaman)atau tanaman secara individu (misalnya padi, jagung, teh dan sebagainya). Tingkat agregat yang dipilih tergantung daripada tujuan dari studi yang akan dilakukan dan tentu tergantung pada ketersedian data. Output atau suplai pertanian dapat dilihat dalam salah satu dari berikut ini : (a) luas lahan yang digarap; (b) output per ha; dan (c) hasil panen (Mamingi,1996 dalam Tambunan, 2003) Di Indonesia, sudah cukup banyak studi mengenai respons penawaran terhadap perubahan harga dari output pertanian, tetapi kebanyakan dari studistudi tersebut mengenai subsektor padi. Di antaranya adalah penelitianpenelitian dari Sumodiningrat (1983) dan Soeharno (1993). Dari hasil studinya, Sumodiningrat menyimpulkan bahwa harga produk yang menguntungkan petani merupakan faktor utama bagi petani untuk meningkatkan produksinya lewat, misalnya mengadopsi teknologi baru atau menggunakan pupuk berkualitas baik. Dalam kata lain, respons petani terhadap perubahan harga jauh lebih besar daripada responnya terhadap insentif-insentif lain. Di studinya Soeharno mengungkap pada perumusan masalahnya bahwa pentingnya harga sebagai suatu rangsangan ekonomi bagi peningkatan produk pertanian (Tambunan,2003)

P A S P A L U M V O L I V N o. 2 S e p t e m b e r 2016 53 Metode Penelitian. Penelitian dilakukan secara deskriptif berdasar data Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat 2015, Pusat Analisis Pasar Hasil Pertanian Sentra Produksi Cikajang Kabupaten Garut dan Pusat Informasi Harga Komoditas Pasar Induk Kramat Jati Jakarta. Hasil dan Pembahasan. Kawasan hortikultura diharapkan sebagai lokus sasaran wilayah pengembangan hortikultura. Melalui pendekatan kawasan, karakteristik hortikultura yang spesifik dengan keragaman komoditas yang ada serta dengan nilai ekonomi yang tinggi dan waktu panen yang berbeda, secara utuh dalam suatu wilayah akan saling melengkapi dan merupakan potensi ekonomi yang dapat dijadikan sandaran dalam meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat di wilayah tersebut. Kawasan sayuran buah khususnya untuk komoditas cabai, tomat dan paprika di 6 wilayah kabupaten provinsi jawa barat ditentukan dari pusat dan diharapkan untuk selanjutnya kawasankawasan daerah lain yang mempunyai potensi untuk menjadi kawasan tahun berikutnya diusulkan dari daerah masing-masing. Pemilihan kawasan cabai, tomat dan paprika di jawa barat juga didasarkan pada keunggulan-keunggulan yang dimiliki pada kawasan tersebut. Keunggulan tersebut adalah 1) mempunyai potensi untuk dikembangkan, 2) dekat dengan daerah distribusi, konsumsi dan dengan fasilitas perdagangan global, 3) terdapat kemudahan rantai pasok dari lahan produksi ke sentra pemasaran, seperti adanya STA, Packinghouse, transportasi, jalan usahatani, dll, 4) kelembagaan petani dan usaha, SDM pelaku serta dukungan pemerintah daerah yang baik, serta, 5) aplikasi penerapan GAP/SOP mulai kondusif. Arah pengembangan kawasan dilaksanakan dengan tujuan utama untuk pemenuhan konsumsi melalui pasar tradisional, pasar modern serta ekspor serta pemenuhan bahan baku industri untuk pasta, bubuk atau bahan olahan lain. Kebutuhan nasional untuk konsumsi cabai dan tomat ditargetkan dari hasil penggalian jumlah penduduk dan konsumsi (NBM) masing-masing komoditas, sedangkan untuk kebutuhan industri diasumsikan dari kebutuhan salah satu industri pengolahan cabai dan tomat yang membuthkan bahan baku paling besar yaitu PT Heintzs ABC. Tujuan dari pengembangan kawasan sayuran buah khususnya komoditas cabai, tomat dan paprika adalah mendorong pengembangan agribisnis untuk kebutuhan konsumsi dan bahan baku industri. Sedangkan sasaran pengembangan adalah (1) terbentuknya dan berkembangnya usaha agribisnis cabai, tomat dan paprika di jawa barat khususnya di Kabupaten Bandung, Bandung Barat, Ciamis, Tasikmalaya, Sumedang dan Garut, dan (2) peningkatan pendapatan petani (Departemen Pertanian, 2009).

54 P A S P A L U M V O L I V N o. 2 S e p t e m b e r 2016 Arahan kebijakan hortikultura yang akan datang terfokus pada komoditas cabai, bawang merah dan jeruk. Walaupun produksi cabai jawa barat mengalami surplus dalam artian pasokan secara nasional, tetapi harga cabai merah keriting khususnya selalu mengalami fluktuasi, sehingga jika terdapat kenaikan harga diindikasikan kekurangan pasokan atau kekurangan produksi, sehingga daerah penanaman ketiga komoditas tersebut diarahkan tidak pada daerah kawasan saja, tetapi daerah diluar kawasan dan penanaman dan ditanam tidak pada musim hujan saja, tetapi petani diarahkan untuk menanam di musim kemarau. Adapun kebijakan tersebut secara rinci : 1. Pengaturan pola produksi, diarahkan penanaman pada bulan Maret, April dan Mei.pada musim hujan luas tanam berkurang dikarenakan petani beralih ke sawah menanam padi. 2. Pengembangan kawasan, diluar daerah kawasan, dengan penanaman terkonsentrasi pada blok. Penanaman diluar kawasan dilatar belakangi daerah bukan sentra penananam dilakukan polikultur yang mengakibatkan penanaman tidak optimal dan terjadinya penyebaran hama penyakit. 3. Memperkuat kelembagaan petani 4. Membangun rantai pasok dan meminimalisasi rantai pasok, yang diakibatkan panjangnya rantai pasok, tetapi tidak menghilangkan tengkulak dikarenakan keberadaannya secara sosial banyak menolong petani yang berskala usaha kecil (rata-rata 0,2 hektar) 5. Teknologi baru yang digunakan untuk meningkatkan produksi, yaitu dengan penggunaan rain selter (pelindung hujan) pada waktu musim hujan, berguna untuk mengurangi rontoknya bunga cabai, dan irigasi tetes atau irigasi sederhana yang akan digunakan pada waktu penanaman di musim kemarau. 6. Pengembangan sekolah lapang : GHP,SGHP 7. Registrasi lahan usaha dan sertifikasi produksi yang dilakukan Badan Ketahanan Pangan guna keamanan keamanan pangan/konsumsi dalam rangka MEA (Masyarakat Ekonomi Asean) desember 2015. Dimana untuk komoditas cabai ada tiga negara lain yang mengusahakan komoditas ini yaitu Malaysia, India dan Thailand. Registrasi lahan usaha dilakukan dalam menghidupkan kembali Undang-undang Agraria yang tidak berjalan. Sertifikasi produksi dilakukan dikarenakan penanaman komoditas di petani masih menggunakan pestisida tinggi akibat mempertahankan dan peningkatan produksi. Arahan daya saing pada saat MEA, untuk komoditas sayuran dan buah-buahan diarahkan penanaman pada 2 komoditas tersebut untuk menanam sayuran dan buah-buahan yang tidak ada di negara lain, hal ini berdasar benih lokal yang tidak bisa diganti, dan ketersediaan benih impor yang mahal harganya.hal-hal kebijakan tersebut lebih jelasnya dapat digambarkan seperti pada Gambar dibawah ini.

P A S P A L U M V O L I V N o. 2 S e p t e m b e r 2016 55 Kebijakan Pemerintah dalam Menangani Harga Cabai Merah Keriting Impor Harga Tinggi Fluktuasi Harga Harga Rendah Tidak Ada Solusi Penurunan Pasokan Penduduk Jabar Meningkat Pangsa Pasar meluas sampai ke Lampung Penetapan Harga Cabai Harga Referensi dari Direktorat Jendral Pemasaran Dalam Negeri (Januari 2014) Kemtrian Pertanian (November 2014) Pengaturan Pola Produksi Pengembangan Diluar Kawasan Pasar Induk Memperkuat Kelembagaan 5 Wilayah Sentra Produksi Jawa Barat Penggunaan Rain Shelter Irigasi Tetes Bak Penampung Pasar Cabai Malaysia India Thailand Membangun Rantai Pasok Pengembangan Sekolah Lapang Registrasi Lahan Usaha Sertifikasi Produk MEA Desember 2015 Gambar 1. Kebijakan Pemerintah dalam Menangani Harga Cabai Merah Keriting Kesimpulan. Arahan kebijakan hortikultura yang akan datang terfokus pada komoditas cabai, bawang merah dan jeruk. Walaupun produksi cabai jawa barat mengalami surplus dalam artian pasokan secara nasional, tetapi harga cabai merah keriting khususnya selalu mengalami fluktuasi, sehingga jika terdapat kenaikan harga diindikasikan kekurangan pasokan atau kekurangan produksi, sehingga daerah penanaman ketiga komoditas tersebut diarahkan tidak pada daerah kawasan saja, tetapi daerah diluar kawasan dan penanaman dan ditanam tidak pada musim hujan saja, tetapi petani diarahkan untuk menanam di musim kemarau. Adapun kebijakan tersebut terdiri dari : pengaturan pola produksi, pengembangan kawasan, memperkuat kelembagaan petani, membangun rantai pasok dan meminimalisasi rantai pasok, teknologi baru untuk meningkatkan produksi, pengembangan sekolah lapang, registrasi lahan dan sertifikasi produk.

56 P A S P A L U M V O L I V N o. 2 S e p t e m b e r 2016 DAFTAR PUSTAKA Departemen Pertanian. 2009. Profil Pengembangan Kawasan Cabai,Tomat Paprika. Departemen Pertanian Direktorat Jendral Hortikultura Direktorat Budidaya Tanaman Sayuran dan Biofarmaka. Jakarta. Tambunan,Tulus.T.H.2003. Perkembangan Sektor Pertanian di Indonesia: Beberapa Isu Penting.Ghalia Indonesia,Jakarta. Penulis Pertama adalah Staf Pengajar di Faperta Unwim, Penulis Kedua adalah, Penulis Ketiga adalahh Staf Pengajar di Unpad