BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Definisi sehat sendiri ada beberapa macam. Menurut World Health. produktif secara sosial dan ekonomis.

I. PENDAHULUAN. semakin terbuka lebar kebebasan untuk memilih aneka jenis dan kualitas barang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi terganggu akibat aktivitas yang tidak seimbang. Pola makan yang salah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 latar belakang. Manusia sebagai mahluk berbudaya memiliki kemampuan untuk merubah keadaan dirinya

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan aktivitasnya sehari-hari. Undang-undang kesehatan No. 23

BAB I PENDAHULUAN. alternatif oleh masyarakat pada umumnya, menjadi sesuatu yang positif dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang masalah

2015 RUMAH SAKIT KHUSUS JANTUNG KOTA BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan cara duduk atau berdiri, ditambah dengan daya tarik gravitasi telah

BAB I PENDAHULUAN. sosial, budaya, lingkungan, ekonomi serta politik. Pada kalangan masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. ada disekitarnya. Demikian halnya dengan nenek moyang kita yang telah

yang dirasakan individu terhadap pengobatan.

BAB I PENDAHULUAN. penyebab kematian. Berdasarkan Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun

I. PENDAHULUAN. Ada kecenderungan masyarakat di Prabumulih kembali pada polapengobatan

BAB I PENDAHULUAN. Sakit merupakan kondisi yang tidak menyenangkan mengganggu aktifitas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. merealisasikan tercapainya Millenium Development Goals (MDGs) yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kenyataannya pada saat ini, perkembangan praktik-praktik pengobatan

BAB I PENDAHULUAN. menerima pengakuan ini adalah Imhotep dari Mesir yang jauh lebih tua

BAB I PENDAHULUAN. keberlangsungan hidup manusia. Disamping kebutuhan-kebutuhan lainnya seperti

BAB I PENDAHULUAN. berkembang menjalankan segala aktivitas hidupnya. Sehat termasuk manusia seutuhnya meliputi aspek fisik, emosi, sosial,

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkatnya angka harapan hidup (life expectancy); semakin banyak

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengalami berbagai perkembangan penyakit yang bersifat degeneratif.

BAB I PENDAHULUAN. sepenuhnya mampu mengatasi setiap masalah kesehatan, terlebih dengan. semakin beranekaragamnya penyakit dan faktor-faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi kesehatan di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat berarti dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Setiap masyarakat atau suku bangsa pada umumnya memiliki berbagai

BAB III METODE PENELITIAN

dr. Moh. Danurwendo Sudomo, Sp.Ok

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajad Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun Oleh : GALIH SETIA ADI NIM.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keperawatan jiwa adalah proses interpesonal yang berupaya untuk

Kuesioner Penelitian. Gambaran Perilaku Pencarian Pengobatan Pada. Masyarakat Dusun V Desa Patumbak. Kabupaten Deli Serdang.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mutu pelayanan kesehatan pada seluruh masyarakat. Menurut WHO kesehatan adalah

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang dalam kesibukan dan aktivitas yang terus dijalani, tidak

BAB I PENDAHULUAN. Angka penderita kanker di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Persepsi merupakan proses akhir dari pengamatan. yang diawali oleh penginderaan, yaitu proses diterimanya

I. PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hal penting bagi kesejahteraan masyarakat. Kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Sehat dapat diartikan bahwa suatu keadaan yang sempurna baik secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di negara-negara yang sedang berkembang, seperti Indonesia yang kondisi

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Seperti kita ketahui bahwa masalah kesehatan bukanlah merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dan memeliharanya. Salah satu cara untuk menjaga amanat dan anugrah yang Maha Kuasa yaitu

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dan saat ini masyarakat mulai memasukkan kebutuhankebutuhan

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia disamping

BAB I PENDAHULUAN. mengadaptasikan keinginan-keinginan dengan kenyataan-kenyataan yang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya. (Pratiwi, 2011). Menurut Leininger (1984) manusia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Perubahan gaya hidup menyebabkan terjadi pergeseran penyakit di

BAB I PENDAHULUAN. melakukan aktifitas dengan baik dibutuhkan badan yang sehat. Pola hidup sehat,

BAB 1 PENDAHULUAN. ke bagian otak sehingga mengakibatkan hilangnya fungsi otak (Smeltzer &

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan adalah hipertensi. Hipertensi adalah keadaan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. darah dalam tubuh dengan mengekskresikan solute dan air secara. saja tetapi juga di negara berkembang. Di Amerika Serikat,

I. PENDAHULUAN. Seperti yang disebutkan oleh organisasi kesehatan dunia (WHO) bahwa. dirinya sendiri, seperti tidak mudah takut, benci, dan bijaksana.

Makalah Holistic Care BAB 1 PENDAHULUAN

2016 MANFAAT HASIL PELATIHAN TOTOK WAJAH MERIDIAN SEBAGAI KESIAPAN MENJADI BEAUTY THERAPIST

BAB I PENDAHULUAN. Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 2011, pada tahun UHH adalah 66,4

KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan kesehatan yaitu jumlah penduduk yang besar dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes melitus adalah suatu kondisi di mana kadar gula di dalam

BAB I PENDAHULUAN. meluas ke rongga mulut. Penyakit-penyakit didalam rongga mulut telah menjadi perhatian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian adalah deskriptif kuantitatif dengan teknik wawancara semi

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. kesehatan (dokter, perawat, terapis, dan lain-lain) dan dilakukan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia akan bisa menjalani aktifitas kehidupannya dengan baik.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan dalam bidang kesehatan adalah salah satu bentuk kongkret

Akupunktur - pengobatan alternatif untuk sakit dan kondisi lain

BAB I PENDAHULUAN. mendasar bagi manusia. World Health Organization (WHO) sejaterah seseorang secara fisik, mental maupun sosial.

BAB II METODE PENELITIAN. metode penelitian yang meneliti hubungan diantara variabel-variabel yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. pengobatan tradisional yang berbeda-beda. Di Indonesia masih banyak jenis

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan tidak dapat diukur dengan uang ataupun harta kekayaan yang lainnya.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan dalam pekerjaan. Perubahan gaya hidup tersebut diantaranya adalah

BAB I PENDAHULUAN. sarana pelayanan kefarmasian oleh apoteker (Menkes, RI., 2014). tenaga teknis kefarmasian (Presiden, RI., 2009).

BAB I PENDAHULUAN. rutinitas yang padat dan sangat jarang melakukan aktifitas olahraga akan. penyakit termasuk salah satunya adalah penyakit stroke.

BAB I PENDAHULUAN. Hidup bebas tanpa Stroke merupakan dambaan bagi semua orang. Tak heran

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi masyarakat dalam bidang perikanan di Indonesia, telah

BAB I PENDAHULUAN. kematian nomor tujuh di Indonesia dengan persentase 5,7 persen dari keseluruhan

BAB I PENDAHULUAN. unipolar, penggunaan alkohol, gangguan obsesis kompulsif (Stuart & Laraia,

SOSIO ANTROPOLOGI KESEHATAN.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembangunan (UU Kesehatan No36 Tahun 2009 Pasal 138)

BAB I PENDAHULUAN. melalui upaya peningkatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta perbedaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) adalah salah satu diantara penyakit tidak menular

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN. Depkes RI (2007 dalam Nastiti, 2012) menjelaskan bahwa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat dipungkiri. Selama ini masyarakat memenuhi berbagai kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Berkomunikasi merupakan keharusan bagi setiap individu, karena dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, dan aspek-aspek lainnya. Aspek-aspek ini saling berkaitan satu dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Indonesia memiliki sumber daya hayati dan merupakan salah satu negara

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial dan makhluk biologis senantiasa menjalankan dan mempertahankan kehidupannya. Dalam menjalankan serta mempertahankan kehidupannya, manusia cenderung menjaga kesehatannya dari berbagai penyakit baik penyakit menular maupun penyakit tidak menular. Pengertian Kesehatan menurut Undang-Undang no.23 tahun 1992 adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Selain itu, adapun pengertian sehat menurut UU Pokok Kesehatan No. 9 tahun 1960, Bab I Pasal 2 dan WHO tahun 1948, menyebutkan bahwa sehat adalah keadaan yang meliputi kesehatan badan (jasmani), rohani (mental), dan sosial, serta bukan hanya keadaan bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan. Kesehatan adalah hal yang sangat penting bagi setiap manusia. Kesehatan juga merupakan salah satu kebutuhan dasar disamping sandang, pangan, papan, dan pendidikan. Dengan tubuh yang sehat, manusia dapat beraktivitas dengan baik. Sebaliknya aktivitas yang padat serta pola hidup manusia yang kurang baik dapat menyebabkan seseorang terserang penyakit. Pada dasarnya, bila penyakit sudah datang, manusia akan mencari upaya penyembuhan. Penyembuhan terhadap suatu penyakit di dalam sebuah masyarakat dilakukan dengan cara-cara yang berlaku di dalam masyarakat tersebut atau sesuai dengan kepercayaan masyarakat tersebut. Ketika manusia menghadapi masalah-masalah di dalam hidup, diantaranya sakit, maka manusia berusaha mencari obat dan berbagai cara untuk kesembuhan 1

2 penyakitnya. Dalam mencari upaya pengobatan, bukan hanya faktor kepercayaan, faktor pengalaman, faktor sosial budaya dan faktor ekonomi saja yang mendorong seseorang mencari pengobatan, namun organisasi sistem pelayanan kesehatan, baik moderen maupun tradisional juga menentukan dan berpengaruh terhadap perilaku mencari pengobatan. Secara umum, sistem medis dapat dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu sistem medis ilmiah yang merupakan hasil perkembangan ilmu pengetahuan (terutama dalam dunia Barat) dan sistem medis tradisional yang hidup dari aneka warna kebudayaan-kebudayaan manusia. Pengobatan modern adalah pengobatan yang dilakukan secara ilmiah. Pengobatan tradisional merupakan suatu sistem pengobatan yang bersumber dari pengetahuan dari pengalaman pribadi dan keterampilan turun-temurun. Menurut UU RI No.23 tahun 1992 tentang kesehatan, pengobatan tradisional diartikan sebagai salah satu upaya pengobatan dan atau perawatan cara lain di luar ilmu kedokteran dan atau ilmu keperawatan, mencakup cara (metoda), obat, dan orang yang melakukan pengobatannya yang mengacu kepada pengetahuan dan keterampilan turun-temurun baik yang asli maupun yang berasal dari luar Indonesia dan diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku dalam masyarakat. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1076/MENKES/SK/VII/2003 halaman 2 tentang Penyelenggaraan Pengobatan Tradisional, pengobatan tradisional adalah pengobatan dan atau perawatan dengan cara, obat, dan pengobatnya yang mengacu kepada pengalaman, keterampilan turun-temurun dan atau pendidikan/pelatihan, dan diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku dalam masyarakat. Pengobatan adalah salah satu upaya yang dilakukan guna mendapatkan kesembuhan. Beragam jenis pengobatan mulai ditawarkan kepada pasien, baik pengobatan medis yang biasa dilakukan oleh dokter di

3 rumah sakit, maupun pengobatan-pengobatan secara alternatif (pengobatan non medis). Namun, tidak jarang masyarakat Indonesia pada khususnya sering mempertimbangkan berbagai sisi pengobatan secara medis. Pertama dari sisi ekonomi, yaitu beban biaya yang harus dikeluarkan begitu mahal untuk memperoleh suatu kesembuhan, karena terapi pengobatan yang dilakukan bukan hanya satu atau dua kali saja, maka total jumlah pengeluaran yang harus dikeluarkan pun akan menjadi besar. Kedua, ada pula yang melihat dari sisi efek samping, dengan mengkonsumsi obat kimia, lambat laun akan menunjukkan efek samping. Dengan demikian masyarakat mulai mencari dan tertarik untuk mencoba jasa pengobatan alternatif yang mampu menyembuhkan penyakit-penyakit berat dan mampu meminimalisir konsumsi obat berbahan kimia. Untuk memahami sistem penyembuhan, perlu diketahui konteks budaya. Budaya yang dimaksud adalah falsafah dan cara pandang, dimana kedua hal ini akan menentukan bagaimana sistem penyembuhan tersebut dipakai. Cara pandang orang Barat didasarkan pada pandangan reduksiisme, yaitu mencoba memahami suatu sistem dengan memecah menjadi bagianbagian kecil. Hal ini membuat ilmu pengetahuan dan praktik mempunyai pola reduksionis pula dan mengutamakan aspek analitikal. Sedangkan, pengobatan tradisional Tiongkok menggunakan prinsip holisme yaitu pandangan bahwa manusia sebagai sesuatu yang utuh dan merupakan kesatuan antara tubuh, pikiran dan jiwa (body, mind & spirit). Sebelum membahas lebih lanjut mengenai pengobatan alternatif, perlu kita ketahui bahwa budaya Tiongkok adalah salah satu budaya yang memberikan banyak pengaruh terhadap perkembangan pengobatan alternatif hingga saat ini. Dasar pengobatan Tiongkok adalah memandang alam semesta dan segala sesuatunya saling berinteraksi dengan prinsip sama-sama

4 menguntungkan (mutualistis). Tidak ada yang boleh disingkirkan atau ditinggalkan, tidak ada yang dianalisis atau diinterpretasikan tanpa rujukan secara keseluruhan. Manusia adalah bagian integral dari energi alam semesta (mikrokosmos dalam makrokosmos). Perlakuan-perlakuan yang digunakan pengobatan Tiongkok juga melibatkan energi yang dicari untuk mengembalikan harmoni dan menyeimbangkan setiap individu ke dalam lingkungan yang sesuai. Para praktisi menggunakan akupunktur, pengobatan herbal, latihan Qigong, dan meditasi untuk menyeimbangkan kembali energi pada tubuh pasien. Prinsip pengobatan Tiongkok tidaklah menunggu sampai penyakit datang. Memahami prinsip-prinsip ini dan menerapkannya dalam kehidupan seharihari adalah bagian dari sistem kesehatan Tiongkok. Sejarah pengobatan Tiongkok bermula sejak 5000 tahun yang lalu di daerah aliran sungai Kuning dimana telah mengalami suatu proses panjang, setelah mengalami perkembangan dari zaman ke zaman lalu mulai dibukukan sekitar 2500 tahun yang lalu yang di kenal dengan The Yellow Emperor s Classics of Internal Medicine. Metode pengobatan Tiongkok pada awalnya adalah untuk memenuhi kebutuhan pengobatan para Kaisar di Tiongkok pada masa lampau. Sebelum obat diberikan kepada Kaisar, obat harus diuji coba terlebih dahulu langsung pada tubuh manusia (bukan pada hewan). Bila obat yang telah menjalankan uji coba tersebut ternyata terbukti mampu untuk menyembuhkan, barulah diberikan kepada Kaisar dan selanjutnya dicatat untuk penggunaan di masa mendatang. Teknik pengobatan Tiongkok melihat tubuh manusia sebagai sebuah sistem yang saling berinteraksi, baik antara organ tubuh maupun dengan alam. Dalam interaksi tersebut keseimbangan antara manusia, lingkungan, dan alam semesta menjadi sangat penting. Bila terjadi harmoni dalam interaksi itu

5 maka terdapat kesehatan, sebaliknya ketidakharmonisan akan mendatangkan penyakit. Pada pengobatan modern setiap penyakit diberikan obat/terapi untuk melawan kuman/penyebab penyakit tersebut, sementara pengobatan Tiongkok lebih mengutamakan membangun keseimbangan tubuh sehingga tubuh akan mampu melawan penyakit dengan sendirinya. Pengobatan tradisional Tiongkok juga sangat erat hubungannya dengan pengobatan alternatif, kadangkala di kalangan masyarakat Tionghoa ataupun non-tionghoa begitu mendengar kata pengobatan alternatif, yang terbersit dalam pikiran mereka seringkali mengacu kepada pengobatan tradisional Tiongkok. Pengobatan alternatif banyak sekali ragamnya, seperti pijat refleksi, pengobatan dengan menggunakan prana (chi), serta terapi. Mulai dari terapi tenaga dalam, terapi akupuntur sampai terapi akupresur. Pada intinya baik pengobatan medis maupun alternatif memiliki tujuan yang sama, yaitu memberikan kesembuhan. Pengobatan secara alternatif dan tradisional biasanya ditempuh sebagai pilihan terakhir ketika pengobatan medis sudah tidak dapat lagi memberikan harapan mengenai kesembuhan yang diinginkan. Pengobatan secara alternatif memang sudah banyak dirasakan keampuhannya oleh para pasien, pasien merasa puas dengan jasa pengobatan yang diberikan karena penyakit yang diderita dapat disembuhkan tanpa melalui operasi. Begitu juga dengan jasa pengobatan alternatif melalui akupresur yang marak dan mulai bermunculan guna mengobati penyakit dan memberikan kesembuhan bagi pasien. Dalam menunjukkan keberadaannya jasa pengobatan ini menggunakan nama pribadi mereka sebagai nama klinik pengobatan dari jasa yang ditawarkan. Kenyataan itu dapat kita temui di khususnya kota Bandung, terdapat salah satu klinik pengobatan Akupresur Ny. Yuli Hokian Shaolin Shi yang sudah terbukti dapat menyembuhkan penyakit kanker, tumor, pengapuran, dan lain-

6 lain. Akupresur Ny. Yuli Hokian Shaolin Shi bisa dikatakan sudah cukup terkenal, khususnya di kalangan masyarakat kota Bandung. Pasien yang datang merupakan pasien penderita penyakit keras seperti kanker, jantung koroner, sinusitis, pengapuran, dan lain-lain. Banyak yang terbukti sembuh setelah menjalani terapi akupresur ini. Metode yang digunakan untuk penyembuhan tidak berbeda jauh dengan pengobatan akupuntur, hanya saja tidak menggunakan jarum melainkan benda-benda tumpul. Akupresur Ny. Yuli Hokian Shaolin Shi ini sendiri berasal dari negeri Tiongkok, ajaran ini bermula dari buku seorang guru besar akupresur yang mengajarkan ilmu akupresurnya secara langsung kepada Ibu Yuli selaku pendiri klinik. Buku ini berasal dari Hokian Shaolin, berbahasa mandarin, dan saat itu guru ini menerjemahkan buku ini dari bahasa mandarin ke bahasa indonesia. Pengobatan akupresur banyak dipilih oleh para penderita kanker dalam mencari kesembuhan, karena selain sederhana, tanpa operasi dan obatobatan, biayanya juga relatif murah. Alat yang digunakan untuk menyembuhkan penyakit pasien selain dengan menggunakan tangan, juga menggunakan alat bantu berupa kayu dengan panjang kira-kira 10-15cm dengan bagian yang tumpul di kedua sisinya. Selain dengan cara dipijat, ada satu metode yang digunakan untuk menyembuhkan penyakit yaitu dengan terapi Bio Energi (Qigong) yang dipercaya dapat melarutkan sel-sel kanker. Awal proses pemijatan, pasien akan merasakan sakit, tapi begitu terapi selesai, tubuh akan terasa segar kembali. Lama proses pengobatan tergantung dari berat-ringannya penyakit pasien, dan frekuensi kedatangan pasien untuk menjalani terapi pengobatan akupresur ini, semakin sering pasien menjalani terapi, maka semakin cepat pula kesembuhan yang akan diperoleh. Seperti yang sudah dijabarkan di atas, penulis melihat bahwa cukup banyak masyarakat yang mengetahui eksistensi pengobatan alternatif, tetapi masyarakat yang memilih untuk menjalani terapi pengobatan alternatif relatif

7 sedikit apabila dibandingkan dengan pengobatan Barat. Ketika seseorang memilih pengobatan alternatif sebagai pilihan pengobatannya, hal itu erat kaitannya dengan perilaku kesehatan. Ketika keputusan itu dibuat, disitulah determinan perilaku memiliki peranan penting. Determinan perilaku juga dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal yang berkaitan dengan perilaku kesehatan. Alasan seseorang memilih pengobatan alternatif pun beragam, seperti faktor kepercayaan, faktor sugesti, faktor mulut ke mulut, faktor sosial, faktor religi, dan faktor lainnya. Perilaku adalah satu aspek dari kebudayaan. Kebudayaan dan perilaku juga saling berpengaruh satu sama lain. (Notoadmojo, 2007:182) Berangkat dari fenomena ini, penulis tergerak untuk meneliti lebih lanjut tentang alasan apa yang menyebabkan seseorang memilih salah satu pengobatan alternatif, yaitu akupresur sebagai keputusan untuk menyembuhkan penyakitnya. Oleh karena itu dalam penelitian ini penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh Determinan Perilaku Terhadap Keputusan Seseorang Memilih Pengobatan Akupresur. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah yang telah diuraikan di atas, maka penulis merumuskan masalah-masalah yang akan diteliti, sebagai berikut: 1.2.1 Pengaruh determinan perilaku apa saja yang melatarbelakangi seorang pasien dalam memilih pengobatan akupresur?

8 1.2.2 Determinan perilaku manakah yang memiliki pengaruh paling besar dalam perilaku seseorang ketika memilih pengobatan akupresur? 1.3. Tujuan Penelitian Penulis mempunyai beberapa tujuan penelitian ini, tujuan itu adalah: 1.3.1 Mengetahui pengaruh determinan perilaku apa saja yang melatarbelakangi seorang pasien dalam memilih pengobatan akupresur. 1.3.2 Mengetahui determinan perilaku manakah yang memiliki pengaruh paling besar dalam perilaku seseorang ketika memilih pengobatan akupresur. 1.4. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : Mengungkapkan jawaban dari permasalahan pokok yang telah dipaparkan sebelumnya. Manfaat lainnya adalah menambah wawasan bagi penulis maupun orang lain dalam hal pengetahuan tentang terapi akupresur sebagai salah satu terapi pengobatan alternatif. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, khususnya pemahaman masyarakat dalam bidang kesehatan dan pengobatan. 1.5. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif deskriptif. Metode ini digunakan agar dapat mengumpulkan data kualitatif sebanyak mungkin sebagai data utama untuk menjelaskan permasalahan yang akan dibahas.

9 Data dalam penelitian ini akan dikelompokkan menjadi data primer dan data sekunder. Menurut Saryono dan Mekar Dwi Anggraeni dalam bukunya yang berjudul Metodologi Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dalam bidang kesehatan, menyebutkan bahwa dalam penelitian kualitatif, data primer dikumpulkan peneliti dengan wawancara mendalam, Focus Group Discussion dan observasi baik partisipatif atau non-partisipatif. Sedangkan data sekunder diperoleh dari gambar dan dokumen. (Saryono, Anggraeni 2013:13). Data primer penelitian ini diperoleh dengan melakukan wawancara serta observasi di lapangan. Untuk metode observasi, metode yang digunakan adalah observasi tidak langsung (observasi non-partisipan) yaitu peneliti melakukan pengamatan situasi atau observasi langsung terhadap subjek penelitian di lokasi penelitian, meliputi mencatat, mengambil gambar kegiatan terapi, penggunaan alat terapi serta fakta-fakta lain yang dirasa mendukung. Metode observasi didukung dengan menggunakan kamera untuk dokumentasi foto. Untuk metode wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam tetapi bersifat terbuka, dengan tujuan agar penulis dapat secara leluasa menggali data selengkap mungkin dan sedalam mungkin. Wawancara dilakukan guna memperoleh keterangan dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka dengan informan atau orang yang diwawancarai. Wawancara juga merupakan alat re-checking atau pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Informan yang dianggap dapat mewakili dalam penelitian ini akan terbagi menjadi 2 (dua) yaitu informan kunci dan informan biasa.

10 Informan kunci adalah pasien-pasien yang pernah datang, sedang menjalani terapi akupresur, atau pasien yang sedang menunggu giliran untuk menjalankan terapi. Informan biasa adalah pendamping pasien yang datang bersamaan dengan pasien, Ibu Yuli selaku pemilik dan pendiri klinik akupresur ini sendiri, beserta dengan staff karyawan dan terapis yang bekerja di area klinik Akupresur Ny. Yuli Hokian Shaolin Shi. Dalam melakukan wawancara, penulis berperan sebagai instrumen utama yang tidak selalu terpaku pada panduan wawancara yang ada dan lebih bersikap terbuka. Instrumen penelitian tambahan yang digunakan adalah voice recorder. Wawancara ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai alasan apa yang melatarbelakangi seseorang dalam memilih terapi pengobatan akupresur sebagai pilihan untuk mengobati penyakit yang dideritanya. Populasi yang akan diteliti jumlahnya sangat besar, dikarenakan keterbatasan waktu, tenaga, dan populasi, peneliti membatasi sampel. Sampel yang diambil adalah sampel representatif yang dapat mewakili populasi. Penelitian hanya menggunakan sebagian dari populasi sebagai sumber data. Sebagian dari populasi yang mewakili suatu populasi inilah yang disebut sampel. Menurut Saryono, cara pengambilan sampel berdasarkan peluang kesempatan dikelompokkan menjadi dua yaitu, teknik acak/random (Simple Probability Sampling) dan teknik tidak acak (non-probability sampling). Penulis memilih metode Probability Sampling, dalam teknik pengambilan sampel, penentuan besaran sampel didasarkan pada persentase dari besarnya populasi. Jumlah populasi pasien yang aktif yang datang setiap harinya kurang lebih sebanyak 30 orang. Pasien dengan intensitas kedatangan minimal satu bulan sekali berjumlah

11 250-300 orang. Pasien dengan intensitas kedatangan setiap hari atau 2-3 hari sekali berjumlah 150-200 orang. Dari jumlah diatas, penulis menentukan jumlah sampel dengan perhitungan sebagai berikut : Persentase sampel yang diambil adalah 25%-30% dari jumlah populasi. Jumlah populasi ini penulis tentukan dengan cara mengambil angka minimal dari populasi yang telah disebutkan di atas, yaitu 150 dan 250 orang, dengan angka rata-rata keseluruhan (150+250) : 2 = 200 orang. Pada akhirnya, jumlah sampel yang diambil adalah 25% dari 200 orang, yaitu sebanyak 50 orang. Jika dibuat dalam rumus matematika menjadi sebagai berikut : Rata-rata populasi yang ada 150+250 2 = 200 orang. Jumlah sampel yang diambil 25 x 200 = 50 orang. 100 Data sekunder diperoleh dari buku-buku literatur, serta tulisan-tulisan lainnya. Data sekunder diharapkan dapat menambah dan menunjang pemahaman penulis terhadap permasalahan yang akan diteliti. 1.6. Batasan Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah pengobatan alternatif. Pengobatan alternatif yang dipilih adalah terapi akupresur. Objek penelitiannya adalah Akupresur Ny. Yuli Hokian Shaolin Shi yang berlokasi di Jalan Buah Batu no. 142C, Bandung dengan jumlah sampel sebanyak 75 orang.