BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) kematian merupakan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan jaman. Oleh karena itu ilmu kedokteran forensik bermanfaat bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. Kematian merupakan fase akhir dalam kehidupan tiap manusia. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia akan mengalami kematian. Undang-Undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. kedokteran forensik sering digunakan untuk penentuan kematian seseorang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kematian menurut World Health Organization (WHO) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup (WHO). Menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) kematian merupakan

PENGARUH LAMA WAKTU KEMATIAN TERHADAP KEMAMPUAN PERGERAKAN SILIA CAVITAS NASI HEWAN COBA POST MORTEM YANG DIPERIKSA PADA SUHU KAMAR DAN SUHU DINGIN

PENGARUH LAMA WAKTU KEMATIAN TERHADAP KEMAMPUAN PERGERAKAN SILIA NASOPHARYNX HEWAN COBA POST MORTEM YANG DIPERIKSA PADA SUHU KAMAR DAN SUHU DINGIN

PENGARUH PERBEDAAN SUHU DAN LAMA WAKTU KEMATIAN TERHADAP KEMAMPUAN PERGERAKAN SILIA CAVITAS NASI HEWAN COBA POST MORTEM

PENGARUH LAMA WAKTU KEMATIAN TERHADAP KEMAMPUAN PERGERAKAN SILIA TRAKEA HEWAN COBA POST MORTEM YANG DIPERIKSA PADA SUHU KAMAR DAN SUHU DINGIN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH LAMA WAKTU KEMATIAN TERHADAP KEMAMPUAN PERGERAKAN SILIA TRAKEA HEWAN COBA POST MORTEM YANG DIPERIKSA PADA SUHU KAMAR DAN SUHU DINGIN

BAB IV METODE PENELITIAN. Forensik dan Medikolegal, Thanatologi forensik, dan Sitologi forensik.

MATI. Mati : penghentian penuh menyeluruh dari semua fungsi vital tanpa kemungkinan dihidupkan lagi Ada beberapa istilah :

Tanda Kematian Tidak Pasti Tanda Kematian Pasti Lebam Mayat ( Livor Mortis )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bronkus merupakan saluran nafas yang terbentuk dari belahan dua trakea

BAB 6 PEMBAHASAN. tingkat waktu kematian terhadap kemampuan pergerakan silia cavitas nasi hewan

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Dalam proses hukum untuk kasus kecelakaan lalu. lintas, peran dokter sangat penting, baik itu

PENGARUH LAMA WAKTU KEMATIAN TERHADAP KEMAMPUAN PERGERAKAN SILIA BRONKUS HEWAN COBA POST MORTEM YANG DIPERIKSA PADA SUHU KAMAR DAN SUHU DINGIN

PENGARUH LAMA WAKTU KEMATIAN TERHADAP KEMAMPUAN PERGERAKAN SILIA BRONKUS HEWAN COBA POST MORTEM YANG DIPERIKSA PADA SUHU KAMAR DAN SUHU DINGIN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai 200 buah. Panjangnya antara 2-6 μm dengan diameter 0,3 μm. Sel-sel silia

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Disiplin ilmu yang terkait dengan penelitian ini meliputi ilmu kedokteran

Penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan tidak ada obatnya, kematian tidak dapat dihindari dalam waktu yang bervariasi. (Stuard & Sundeen, 1995).

LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH. Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan. guna mencapai derajat sarjana strata-1 kedokteran umum MOHAMAD AMMAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut ilmu kedokteran, kematian pada manusia dapat ditinjau melalui dua sisi yang

Pengaruh kadar hemoglobin terhadap lebam mayat (livor mortis)

BAB IV METODE PENELITIAN. Forensik dan Medikolegal, Thanatologi forensik, Sitologi forensik.

TINJAUAN MEDIKOLEGAL PERKIRAAN SAAT KEMATIAN

PERAWATAN JENAZAH DALAM ASUHAN KEPERAWATAN

BAB 1 PENDAHULUAN adalah 32 per 1000 kelahiran hidup, sedangkan target Millenium

Luka Akibat Trauma Benda Tumpul a Luka Lecet (Abrasi)

PERBANDINGAN ANTARA DURASI WAKTU PEMBEKUAN TERHADAP TERJADINYA PEMBUSUKAN JARINGAN GINJAL PADA KELINCI

PERBANDINGAN ANTARA DURASI WAKTU PEMBEKUAN TERHADAP TERJADINYA PEMBUSUKAN JARINGAN GINJAL PADA KELINCI JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA. Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat sarjana strata-1 kedokteran umum MOHAMAD AMMAR G2A009191

BAB I PENDAHULUAN. sebagai akibat berubahnya energi listrik menjadi panas. 1 Kerusakan yang timbul

KEMANDIRIAN REMAJA AKHIR PUTERI PASCA KEMATIAN AYAH

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) yang umum dikenal sebagai kencing manis adalah

KEMATIAN KARENA DEHIDRASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Hubungan antara perubahan gambaran histologis kulit dengan tingkat kesukaran terlepasnya bulu pada tikus putih (rattus norvegicus)

BAB I PENDAHULUAN. Pasien yang masuk ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) rumah sakit tentunya

BAB I PENDAHULUAN. sektor kehidupan seperti gangguan sosioekonomi, dampak politik dan

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan tumor ganas yang berasal dari epitel

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data

BAB I PENDAHULUAN. bahwa dengan berakhirnya kehidupan seseorang, mikro-organisme. tidak diwaspadai dapat ditularkan kepada orang orang yang menangani

BAB 1 PENDAHULUAN. orang yang memiliki kebiasaan merokok. Walaupun masalah. tahun ke tahun. World Health Organization (WHO) memprediksi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Penelitian Eksperimen (Experimental Research)

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Asam format yang terakumulasi inilah yang menyebabkan toksik. 2. Manifestasi klinis yang paling umum yaitu pada organ mata, sistem

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap rumah sakit diwajibkan menyelenggarakan rekaman atau. rekam medis. Menurut Huffman (1994), rekam medis adalah rekaman atau

Gambaran histologik usus halus pada hewan coba selama 24 jam postmortem

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGARUH PERAWATAN BAYI LEKAT TERHADAP PENINGKATAN BERAT BADAN PADA BAYI DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RS PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA

MODUL FORENSIK TANATOLOGI. Penulis : Dr.dr. Rika Susanti, Sp.F Dr. Citra Manela, Sp.F Dr. Taufik Hidayat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada tubuh mayat. Kegunaan thanatologi antara lain 2,3,10

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR...i DAFTAR ISI... iii DAFTAR GAMBAR...vi DAFTAR TABEL... vii DAFTAR SINGKATAN... ix DAFTAR LAMPIRAN...

BAB I PENDAHULUAN. 10 tahun hingga 12 tahun dan berakhir pada usia 18 tahun hingga 22 tahun.

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Hipoglikemia atau kadar gula darah di bawah nilai. normal, bila terjadi berlarut-larut dan berulang dapat

PERBANDINGAN ANTARA DURASI WAKTU PEMBEKUAN TERHADAP TERJADINYA PEMBUSUKAN JARINGAN PARU-PARU PADA KELINCI LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kejang demam merupakan salah satu kejadian bangkitan kejang yang

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai

LAMPIRAN 1. Ethical Clearance

HASIL DAN PEMBAHASAN

Konsep Sel, Jaringan, Organ dan Sistem Organ

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu mengalami proses perkembangan semasa hidupnya, mulai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seluruh makhluk biologis akan mengalami kematian. dengan cara yang bermacam macam yang pada dasarnya

DAFTAR ISI PERSETUJUAN PEMBIMBING PENETAPAN PANITIA PENGUJI PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ABSTRAK ABSTRACT RINGKASAN SUMMARY KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju terlebih lagi bagi negara berkembang. Angka kematian akibat

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Infertilitas adalah suatu keadaan dimana pasangan. suami-istri yang telah menikah selama satu tahun atau

BAB I PENDAHULUAN. Tubuh manusia dirancang oleh Tuhan untuk bergerak dalam melakukan

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan

BAB I PENDAHULUAN. 50% dari jumlah korban sengatan listrik akan mengalami kematian. 1 Banyaknya

BAB I PENDAHULUAN. Kematian merupakan hal yang pasti akan dialami. setiap makhluk hidup. Kematian menurut ilmu kedokteran

BAB 1 PENDAHULUAN. angka kesakitan dan angka kematian yang tinggi. 1. mematikan namun dapat dihindari. Berdasarkan laporan World Health

BAB I PENDAHULUAN. remote control, komputer, lift, escalator dan peralatan canggih lainnya

BAB 1 PENDAHULUAN. neonatus dan 50% terjadi pada minggu pertama kehidupan (Sianturi, 2011). Menurut data dari

MENGENAL BAHAYA FORMALIN, BORAK DAN PEWARNA BERBAHAYA DALAM MAKANAN

BAB 1 PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Hasil Uji Statistik Trombosit Range dengan. Perdarahan Kulit dan Perdarahan Mukosa 64

I. PENDAHULUAN. berpotensi menyebabkan gangguan kesehatan. Bising dikategorikan sebagai salah

MANUAL KETERAMPILAN KLINIK (CLINICAL SKILL LEARNING) DEPARTEMEN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL PEMERIKSAAN LUAR PADA JENAZAH

BAB I PENDAHULUAN. dengan panas, api, bahan kimia, listrik, atau radiasi. 1. mortalitas yang tinggi, terutama pada usia dibawah 40 tahun.

KEHILANGAN DAN BERDUKA. Adalah suatu situasi aktual maupun potensial yang dapat dialami individu ketika

ENTOMOLOGI FORENSIK. Oleh Maria Krishanta Manek : Rico Rotinggo : Roman Rolanda Mesada :

BAB I PENDAHULUAN. kegemukan atau obesitas selalu berhubungan dengan kesakitan dan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, dan tingkat pendapatan semakin meningkat. Salah satu penanda

HUBUNGAN GRAVIDITAS DAN RIWAYAT ABORTUS DENGAN KEJADIAN RETENSIO PLASENTA PADA IBU BERSALIN DI RSUD

BAB I PENDAHULUAN. terkendali. Kanker menyerang semua manusia tanpa mengenal umur, jenis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hormon androgen yang berguna untuk mempertahankan tanda-tanda kelamin

BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DAN RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Angka kematian tidak wajar yang kadang-kadang belum. diketahui penyebabnya saat ini semakin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. kematian neonatal yaitu sebesar 47,5%. 1 Penyebab kematian neonatal. matur 2,8%, dan kelainan konginetal sebesar 1,4%.

spiritual Firdawsyi nuzula, S.Kp.,M.Kes Akademi kesehatan rustida prodi diii keperawatan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut World Health Organization (WHO) kematian merupakan hilangnya tanda kehidupan secara permanen yang terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, Pasal 117 menyatakan : Seseorang dinyatakan mati apabila fungsi sistem jantung, sirkulasi dan sistem pernafasan terbukti telah berhenti secara permanen, atau apabila kematian batang otak telah dapat dibuktikan. ¹ Pada dasarnya manusia menurut ilmu kedokteran manusia memiliki dua dimensi, yaitu sebagai individu dan sebagai kumpulan dari berbagai macam sel. Oleh sebab itu kematian manusia juga dapat dilihat dari kedua dimensi tadi, dengan catatan bahwa kematian sel (cellular death) akibat ketiadaan oksigen baru akan terjadi setelah kematian manusia sebagai individu (somatic death). 2 Kematian somatik mengakibatkan proses aerobik dalam sel-sel akan berhenti, sedangkan proses anaerobik masih berlangsung. Hal ini yang menyebabkan sel-sel yang membentuk tubuh akan tetap hidup secara sendirisendiri, meskipun sel-sel itu tidak mendapatkan supply oksigen. 2 Permasalahan dalam bidang forensik sekarang adalah bagaimana menentukan lama waktu kematian secara akurat. Berbagai metode untuk 1

2 menentukan lama waktu kematian hingga saat ini masih kontroversial. Padahal penentuan lamanya waktu kematian sangat penting dalam bidang forensik. Penentuan lama waktu kematian sebagai barang bukti dapat dilihat dari aspek formal dan material. Penentuan lama waktu kematian dalam aspek formal yang dijadikan ukuran sekarang adalah algor mortis (penurunan suhu tubuh), rigor mortis (kaku mayat), livor mortis (lebam mayat), decomposition (pembusukan), adiposera (lilin mayat), mummification (mumifikasi), maceration, dan vitreous humour potassium. Meskipun sebetulnya range dari variasi perubahan-perubahan itu sangat luas. Maka perlu alat bukti lain selain pembuktian alat bukti formal yaitu secara material yang lebih objektif dan akurat. 2,3 Penelitian terbaru saat ini adalah penelitian tentang pengamatan terhadap silia saluran pernafasan. Dimana untuk dapat bergerak silia mendapatkan energi dari mitokondria. Mitokondria terletak dibawah silia. Mitokondria inilah yang akan menyediakan adenosine trifostat (ATP) yang diperlukan untuk penggetaran silia. Apabila mitokondria sudah tidak dapat lagi menyediakan ATP, maka silia akan berhenti bergerak dan terjadi kematian seluler. Lalu, apakah penentuan saat kematian dapat dilihat dari perbedaan lama berhentinya gerakan silia nasopharynx post mortem pada medium yang berbeda. 4 Dalam penelitian ini, sampel yang ideal adalah sampel yang didapat dari pemeriksaan jenazah akan tetapi karena keterbatasan dalam mendapatkan jenazah maka dengan tidak mengurangi keilmiahan, peneliti menggunakan hewan coba yaitu kambing sehat. Dimana hewan coba tersebut dianggap sebagai prototipe ideal untuk penelitian secara histologis karena anatomis saluran pernafasannya

3 tidak jauh berbeda dengan manusia dan secara morfologinya besar sehingga diharapkan secara teknik akan lebih mudah. Nasopharynx dipilih sebagai organ yang diteliti dengan pertimbangan bahwa pada nasopharynx terdapat epitel kolumner pseudokompleks dengan silia dan sel goblet. Sehingga perubahanperubahan pergerakan silia dapat diamati post mortem. 5 Peneliti ingin mengetahui kemampuan bertahan sel untuk hidup pada suhu yang berbeda. Sehingga pada penelitian ini peneliti memberikan intervensi yaitu menempatkan sampel pada suhu kamar dan suhu dingin. Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin melakukan penelitian mengenai Pengaruh Lama Waktu Kematian Terhadap Kemampuan Pergerakan Silia Nasopharynx Hewan Coba Post Mortem Yang Diperiksa Pada Suhu Kamar dan Suhu Dingin sebagai alternatif dalam memperkirakan lama waktu kematian dengan pemeriksaan yang lebih objektif dan memberikan informasi rentang waktu sedini mungkin. 1. 2 Permasalahan Penelitian Apakah terdapat pengaruh lama waktu kematian terhadap kemampuan pergerakan silia nasopharynx hewan coba post mortem yang diperiksa pada suhu kamar dan suhu dingin?

4 1. 3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan apakah terdapat pengaruh lama waktu kematian terhadap kemampuan pergerakan silia nasopharynx hewan coba post mortem yang diperiksa pada suhu kamar dan suhu dingin. 1.3.2 Tujuan Khusus 1) Menganalisis ada tidaknya pergerakan silia yang diambil dari mukosa nasopharynx post mortem. 2) Menganalisis pengaruh perbedaan suhu terhadap gerakan silia mukosa nasopharynx post mortem (hingga berhenti). 3) Menganalisis pengaruh lama waktu kematian terhadap gerakan silia mukosa nasopharynx post mortem (hingga berhenti). 1. 4 Manfaat Penelitian Diharapkan hasil penelitian ini dapat : 1) Memperoleh bukti ada tidaknya sel yang mampu bertahan hidup setelah kematian. 2) Memperoleh bukti ada tidaknya hubungan antara kemampuan sel bersilia mampu bergetar dengan lamanya waktu kematian. 3) Memperoleh bukti adanya pengaruh suhu terhadap gerakan silia mukosa nasopharynx post mortem.

5 4) Memperoleh bukti adanya pengaruh lama kematian terhadap gerakan silia mukosa nasopharynx post mortem. 5) Mengisolasi sel hidup yang diambil dari mukosa nasopharynx hewan coba untuk penelitian lebih lanjut dalam tingkat seluler maupun molekuler. 6) Memberikan informasi kepada masyarakat tentang pengaruh lama waktu kematian terhadap kemampuan pergerakan silia nasopharynx hewan coba post mortem yang diperiksa pada suhu kamar dan suhu dingin. 1. 5 Orisinalitas Penulis telah berupaya melakukan penelusuran daftar pustaka dan tidak menjumpai adanya penelitian/publikasi sebelumnya yang telah menjawab permasalahan penelitian. Akan tetapi dijumpai penelitian yang mirip dalam segi variabel penelitian, yaitu : No Orisinalitas Metode Penelitian Hasil 1 Romanelli, dkk, ANOVA, Newman- Silia cavum nasi masih Nasal Ciliary Keuls sebagai multiple mempunyai kemampuan Motility : A New comparasion test;subyek bergerak 16 jam sampai 18 Tool Estimating penelitian:jenazah; jam. Motilitas silia tidak The Time Of Death, Int J legal Med, 2012, 126:427-433 5 variabel bebas: jenis kelamin, usia, penyakit; variabel terikat: motilitas silia memperlihatkan perbedaan signifikan antara anak muda dan orang tua, jenis kelamin tidak mempunyai korelasi dengan motilitas

6 silia. Pada beberapa penyakit motilitas silia tidak ditemukan, seperti pada penyakit kanker, syok sepsis dan multiple organ failure. Hal yang menyebabkan keadaan tersebut dimungkinkan karena infeksi dan kemoterapi berpengaruh yang dalam motilitas silia. Perbedaan dalam penelitian ini adalah peneliti menggunakan time series design dalam metode penelitian, variabel bebas penelitian adalah perlakuan pada suhu kamar, suhu dingin dan lama waktu kematian. Variabel terikat adalah kemampuan pergerakan silia post mortem hewan coba.

7