BAB IV ANALISIS POLA ASUH ORANG TUA DALAM MEMBINA KEPRIBADIAN ANAK DI DUKUH GALANG WOLU GALANG PENGAMPON WONOPRINGGO PEKALONGAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL ANALISIS POLA ASUH ORANG TUA BURUH TANI DALAM MEMBINA KEBERAGAMAAN ANAK DESA BUMIREJO ULUJAMI PEMALANG

1. a. Seberapa sering kamu dan seluruh keluargamu menghabiskan waktu bersamasama? b. Apa saja yang kamu lakukan bersama dengan keluargamu?

Kuesioner A. PROKRASTINASI AKADEMIK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, manusia selalu membutuhkan

BAB IV ANALISIS PERANAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PENYESUAIAN SOSIAL ANAK DI DESA WONOSARI KECAMATAN KARANGANYAR

Seorang wanita memiliki kesempatan dan potensi yang lebih. besar untuk berperan secara langsung dalam pendidikan anak, terlebih

PETUNJUK PENELITIAN. Nama : Usia : Pendidikan terakhir :

LAMPIRAN A-1 SKALA DEPRESI PADA REMAJA

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB V PEMBAHASAN. mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat

LAMPIRAN 1. DATA VALIDITAS & RELIABILITAS ALAT UKUR

BAB IV ANALISIS PEMAHAMAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ANAK JALANAN DI DESA ROWOSARI KECAMATAN ULUJAMI KABUPATEN PEMALANG

KISI KISI ANGKET. : RAHMI YULIA : AID : Dr.Drs. H.Hendra Sofyan, MSi : Dr. K.A. Rahman, M.Pd.I

BAB III KONDISI PSIKIS DAN BEHAVIORAL REMAJA SULUNG DENGAN STATUS SEBAGAI ANAK SULUNG DALAM KELUARGA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

LAMPIRAN A. Skala Penelitian (A-1) Beck Depression Inventory (A-2) Skala Penerimaan Teman Sebaya (A-3) Skala Komunikasi Orangtua-Anak

BAB IV ANALISIS DATA. peneliti, maka peneliti menganalisis dengan analisis deskriptif komparatif.

BAB IV ANALISIS POLA PENDIDIKAN KEAGAMAAN ANAK DI KELUARGA RIFA IYAH DESA PAESAN KECAMATAN KEDUNGWUNI KABUPATEN PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa

63 Perpustakaan Unika LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB I PENDAHULUAN. Perhatian dunia pendidikan terhadap remaja semakin besar dan. meningkat.banyak ahli maupun praktisi yang memberikan perhatian besar

BAB III PERKEMBANGAN KEAGAMAAN ANAK BURUH PABRIK DI WONOLOPO

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di

LAMPIRAN A 1. SKALA KETERATURAN SHALAT LIMA WAKTU 3. RELIABILITAS SKALA KETERATURAN SHALAT LIMA 4. RELIABILITAS SKALA REGULASI EMOSI

Bagan Pengambilan Keputusan Pada Anak Bungsu Remaja Akhir

BAB I PENDAHULUAN. dengan gejala-gejala lain dari berbagai gangguan emosi.

KARENA KITA ADALAH ORANGTUA: Percikan Cerita Pengasuhan Anak

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

POLA ASUH MELALUI KOMUNIKASI EFEKTIF AUD. Zumrotus Sholichati PPL PLS UNY

Di Unduh dari : Bukupaket.com

UJI VALIDITAS DUKUNGAN WALI KELAS. Koefisien Validitas

Kegiatan Sehari-hari

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah bahkan sekolah dewasa ini di bangun oleh pemerintah agar anak-anak

LAMPIRAN HASIL WAWANCARA. Hasil penelitian melalui wawancara dengan tiga keluarga di RT 14 Kelurahan Way Halim Bandar Lampung:

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tugas perkembangan yang sangat penting yaitu mencapai status

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini, setiap orang dituntut untuk memiliki keahlian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

KATA PENGANTAR. Penulis. Universitas Kristen Maranatha

3. Emosi subyek ketika menjawab pertanyaan interview. 4. Bagaimana kebudayaan etnis Cina dalam keluarga subyek?

Dibalik perjuangan seorang "PAPA"

BAB IV ANALISIS PERSEPSI ORANG TUA TERHADAP BIMBINGAN BELAJAR BAGI ANAK USIA SEKOLAH DASAR DI DESA SASTRODIRJAN KECAMATAN WONOPRINGGO KABUPATEN

LAMPIRAN A SKALA PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. satu hal penting yang perlu didapatkan oleh setiap manusia. Manusia

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB III METODE PENELITIAN

: PETUNJUK PENGISIAN SKALA

BAB IV HASIL PENELITIAN. 1. Strategi Guru Pendidikan Agama Islam dalam Pembinaan akhlak karimah. terhadap Allah SWT di SMP Islam Al Azhaar Tulungagung

BAB IV ANALISIS PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBENTUK KARAKTER SMP NEGERI 1 WONOPRINGGO

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV ANALISIS PERANAN ORANG TUA DALAM MENGEMBANGKAN PENGAMALAN IBADAH ANAK DALAM KELUARGA DI DESA KEMASAN KECAMATAN BOJONG KABUPATEN PEKALONGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat pada anak-anaknya (Friedman et al., 2010). yang masih bertanggung jawab terhadap perkembangan anak-anaknya.

BAB I LATAR BELAKANG A. Latar belakang

BAB IV ANALISIS PENGGUNAAN METODE PEMBIASAAN DALAM MENGHAFAL DOA HARIAN DI KB AL BAROKAH KURIPAN PEKALONGAN SELATAN

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Dusun Ngelo. Tengah dengan luas wilayah ha/m 2

BAB IV ANALISIS PERANAN GURU DALAM PENANGGULANGAN. PENYIMPANGAN PERILAKU PESERTA DIDIK MTs. MA ARIF NU BUARAN PEKALONGAN MELALUI SPIRITUAL TREATMENT

(Elisabeth Riahta Santhany) ( )

INSTRUMEN PENELITIAN PROFIL PROAKTIVITAS PESERTA DIDIK SMP PETUNJUK PENGISIAN

BAB III BEBERAPA UPAYA ORANG TUA DALAM MEMBINA EMOSI ANAK AKIBAT PERCERAIAN. A. Fenomena Perceraian di Kecamatan Bukit Batu

MENGENAL MODEL PENGASUHAN DAN PEMBINAAN ORANGTUA TERHADAP ANAK

SKALA I. 3. Sebaiknya jawaban bersifat spontan dan tidak didasarkan atas apa yang dianggap benar.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAMPIRAN 1 KUESIONER FAKTOR-FAKTOR PROKRASTINASI AKADEMIK SEBELUM UJI COBA. No. Pernyataan SS S N TS STS

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pentingnya perilaku asertif bagi setiap individu adalah untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia sepanjang rentang kehidupannya memiliki tahap-tahap

hmm. Kakak adalah anak laki-laki satu-satunya. Sementara saya adalah anak perempuan satu-satunya. Kami hanya dua bersaudara tapi tidak satu pun kedama

LAMPIRAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB IV ANALISIS PENYESUAIAN DIRI REMAJA DALAM ASUHAN IBU TIRI DI DESA KECEPAK BATANG. Diri Remaja dalam Asuhan Ibu Tiri di Desa Kecepak Batang.

LAMPIRAN 1. Angket Pola Asuh Orangtua. 1. Nama : 2. Umur : 3. Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan 4. Kelas : 5. Pendidikan Orangtua :

BAB V PEMBAHASAN. anak menilai bahwa perilaku tantrum adalah suatu perilaku yang masih

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah internasional adalah sekolah yang melayani siswa yang berasal dari sejumlah

Pendidikan Keluarga (Membantu Kemampuan Relasi Anak-anak) Farida

Human Relations. Faktor Manusia dalam Human Relations (Learning how to Learn)-Lanjutan. Ervan Ismail. S.Sos., M.Si. Modul ke: Fakultas FIKOM

LAMPIRAN 1 KUESIONER KEMANDIRIAN

BAB I PENDAHULUAN. menetap dari hasil interaksi dan pengalaman lingkungan yang melibatkan proses

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendapatnya secara terbuka karena takut menyinggung perasaan orang lain. Misalnya

BAB III KARAKTER TANGGUNG JAWAB ANAK YANG BERADA DI SANGGAR GENIUS CEU WITA YATIM MANDIRI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERKEMBANGAN EMOSI DITINJAU DARI POLA ASUH ORANG TUA PADA ANAK KELOMPOK B RAUDHATUL ATHFAL DI KECAMATAN KALIJAMBE KABUPATEN SRAGEN TAHUN AJARAN

Skor Pola Asuh Orang Tua dan Tipe Pola Asuh Responden (n = 42)

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB IV ANALISIS POLA BIMBINGAN ORANG TUA ASUH DALAM MENANAMKAN KEDISIPLINAN ANAK DI PANTI ASUHAN YATIM PIATU ROHADI KALIWUNGU KENDAL

BAB I PENDAHULUAN. baik secara ukuran (pertumbuhan) maupun secara perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas Nomor 2 Tahun Dalam Undang-Undang

Transkrip Wawancara dengan Suami Broken Home

BABI. PENDAillJLUAN. Ketika anak mulai menginjak masa awal kanak-kanak (2-6 tahun), anak

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kekayaan sumber daya alam di masa depan. Karakter positif seperti mandiri,

LAMPIRAN C KUESIONER PENELITIAN

LAMPIRAN. Tabel Karakteristik ADHD dan gangguan Sensori Integrasi (SI) Karakteristik Permasalahan ADHD Gangguan SI Terlalu lelah.

BAB 1 PENDAHULUAN. Siswa-siswi yang sedang berada di tingkat pendidikan SMA. seringkali menjadi kekhawatiran bagi orang tua dan guru, karena

1 Perpustakaan Unika LAMPIRAN

Kisi-kisi Alat Ukur Resilience

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa usia dini merupakan periode emas (golden age) bagi perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja atau Adolescene berasal dari bahasa latin, yaitu adolescere yang

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS POLA ASUH ORANG TUA DALAM MEMBINA KEPRIBADIAN ANAK DI DUKUH GALANG WOLU GALANG PENGAMPON WONOPRINGGO PEKALONGAN Pada bab ini, peneliti akan menganalisis pola asuh orang tua dalam membina kepribadian anak di Dukuh Galang Wolu Galang Pengampon Wonopringgo Pekalongan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif sehingga analisis dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif kualitatif yaitu pemberian predikat pada variabel penelitian sesuai dengan kondisi yang sebenarnya. Sedangkan pola berpikir yang digunakan dalam proses analisis data adalah pola berpikir induktif. Pola berpikir induktif adalah proses analisis data yang dilakukan dari fakta-fakta khusus yang diperoleh dari penelitian dan kemudian dikerucutkan ke dalam suatu kesimpulan umum. Oleh karena itu, peneliti akan mendeskripsikan hasil penelitian yang telah dilakukan dan kemudian peneliti akan menganalisisnya berdasarkan pengetahuan dan kemampuan yang peneliti miliki. A. Analisis Tipe Kepribadian Anak di Dukuh Galang Wolu Galang Pengampon Wonopringgo Pekalongan Kepribadian merupakan kualitas total tingkah laku seseorang yang ditunjukkan dalam kebiasaan cara berpikir dan ekspresinya, sikap dan interesnya, cara berperilaku, dan falsafah hidupnya sendiri. 1 1 Ki Fudyartanta, Psikologi Kepribadian: Paradigma Fisiologis, Tipologis, Psikodinamik, dan Organismik-Holistik (Jogjakarta: Pustaka Pelajar, 2012), hlm. 30-31. 79

80 Berdasarkan data yang telah peneliti jabarkan pada bab sebelumnya tentang tipe kepribadian anak di Dukuh Galang Wolu Galang Pengampon Wonopringgo Pekalongan dalam penelitian ini, setelah dianalisa terdapat empat tipe kepribadian yang paling dominan pada anak di Dukuh Galang Wolu Galang Pengampon Wonopringgo Pekalongan. Hasil dari penelitian akan dimasukkan ke dalam tabulasi sebagai berikut : Tabel XV Tipe Kepribadian Anak di Dukuh Galang Wolu Galang Pengampon Wonopringgo Pekalongan N o Tipe Kepribadian Subjek Penelitian 1 Indikator Tipe Sanguin I F Al A F. T A D N A. U d Peramah dan periang Y - Y - - - - - - dalam pergaulan Umumnya cukup - - - - Y - - - pemberani Selalu senang pada Y Y Y - - Y - - - permainan dan hiburan Bersemangat - - Y - Y - - - - Sangat mudah dipengaruhi - Y - - - - - - Y oleh lingkungannya Bertindak sesuai emosinya - Y - - - - - Y - atau keinginannya Kurang bisa menguasai Y - - - Y - - Y Y diri atau penguasaan diri lemah Jumlah Tipe Sanguin (S) 3 3 3-2 2-2 2 2 Indikator Tipe Flegmatik I F Al A F. T A D N A. U d Cenderung tenang - - - - - - Y - - Pendiam - - - - - - Y - - Tidak mudah marah - - Y Y - - Y - - Pergaulannya kurang - - - - Y lancar Cenderung mengambil mudahnya dan tidak mau - Y - Y - - - - -

81 susah Cenderung egois - - - - Y - - - - Jumlah Tipe Flegmatik 1 1 1 2 1-4 - - (F) 3 Indikator Tipe I F Al A F. T A D N Melankolik A. U d Perasaannya sangat kuat - - - - - Y - - - Sangat sensitif Y Y - - Y Y - Y Y Sangat mudah dikuasai - - - - - Y - - - oleh perasaan Jumlah Tipe Melankolik 1 1 - - 1 3-1 1 (M) 4 Indikator Tipe Kolerik I F Al A F. A Mampu melaksanakan tugas dengan setia dan bertanggung jawab atas tugas yang diembannya Kurang mampu merasakan perasaan orang lain Kurang mampu mengembangkan rasa kasihan kepada orang yang sedang menderita Perasaannya kurang bermain T. U A d Y Y Y Y Y Y Y Y Y - Y - - - - - - - - Y - - - - - - - - Y - - - - - - - Jumlah Tipe Kolerik (K) 1 4 1 1 1 1 1 1 1 5 Indikator Tipe Asertif I F Al A F. T A D N A. d Mampu menyatakan pendapat secara tegas dan kritis, tetapi perasaannya halus sehingga tidak menyakiti perasaan orang lain Mampu mengekspresikan perasaan sendiri dengan cara yang terbuka dan jujur U - - - - - Y - - - Y - Y Y Y Y - Y Y Jumlah Tipe Asertif (A) 1-1 1 1 2-1 1 D N

82 1. Tipe Sanguin Menurut Paul Gunadi orang yang berkepribadian sanguin memiliki ciri-ciri antara lain memiliki banyak kekuatan, bersemangat, dapat membuat lingkungannya gembira dan senang. Akan tetapi, tipe ini memiliki kelemahan antara lain: cenderung impulsif, bertindak sesuai emosinya atau keinginannya, sangat mudah dipengaruhi oleh lingkungannya dan rangsangan dari luar dirinya, dan kurang bisa menguasai diri atau penguasaan diri lemah. 2 Tipe kepribadian sanguin sebagaimana yang tercantum di atas dimiliki oleh anak di Dukuh Galang Wolu. Berdasarkan hasil penelitian ada lima anak yang lebih dominan pada tipe kepribadian sanguin. Mereka adalah I anak Ibu H, Al Anak Bapak T, F.A anak Ibu K, D Anak Ibu M, dan N anak Ibu E. I memiliki kepribadian yang peramah dan periang dalam pergaulan, selalu senang pada permainan dan hiburan, namun kurang bisa menguasai diri. Menurut penuturan Ibu H, I sangat cerewet baik di rumah, ataupun sedang bersama tetangga dan temantemannya. 3 Al memiliki ciri kepribadian yaitu peramah dan periang dalam pergaulan, umumnya cukup pemberani, selalu senang pada permainan dan hiburan, dapat membuat lingkungannya gembira dan senang, serta bersemangat. Hal ini sesuai dengan observasi yang telah peneliti lakukan dimana sepulang sekolah Al langsung pergi keluar rumah dan 2 Sjarkawi, Pembentukan Kepribadian Anak: Peran Moral, Intelektual, Emosional, dan Sosial Sebagai Wujud Integritas Membangun Jati Diri (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008),, hlm.11 3 H, Wawancara Pribadi, Dukuh Galang Wolu, 4 Maret 2015

83 berkumpul dengan teman-temannya yang saat itu akan bermain layangan. Hubungan pertemanan Al dengan teman-temannya cukup baik, bahkan dia sering memberikan candaan-candaan kepada temantemannya. 4 Sedangkan F.A dalam kesehariannya dia kurang bisa menguasai diri namun dia memilik semangat yang tinggi. Semangat F.A ini terbukti ketika ada tugas sekolah dia langsung mengerjakannya. Seperti penuturan Ibu K berikut ini. Iya. Kemarin saja katanya ada tugas membuat prakarya, langsung dikerjakan minta bantuan saya. Katanya biar bisa langsung dikumpulkan. Dilembur semalaman sampai pukul 24.00 WIB. Eh ternyata tugasnya bukan buat yang itu, ya sudah buat lagi akhirnya. 5 Sedangkan D dalam kesehariannya kurang bisa menguasai diri dan cenderung bertindak sesuai emosinya. Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara dengan Ibu M serta diperkuat dengan observasi yang peneliti lakukan. Ibu M memberikan jawaban dimana anaknya mudah marah dan menangis, susah untuk dikendalikannya. 6 Dan N mudah dipengaruhi oleh lingkungannya dan kurang bisa menguasai diri. 2. Tipe Flegmatik Flegmatik mempunyai sifat dasar yaitu pendiam, tenang, netral (tidak ada warna perasaan yang jelas), dan stabil. Sifat yang lainnya pada orang yang bertipe kepribadian flegmatik adalah merasa cukup puas, tidak peduli (acuh tak acuh), dingin hati (tak mudah terharu), pasif, 4 Hasil Observasi terhadap Al Anak dari Bpk T, Dukuh Galang Wolu, 11 Maret 2015 5 K, Wawancara Pribadi, Dukuh Galang Wolu, 6 Maret 2015 6 M, Wawancara Pribadi, Dukuh Galang Wolu, 6 Maret 2015

84 tidak mempunyai banyak minat, bersifat lambat, sangat hemat, dan tertib/teratur. 7 Tipe orang flegmatik adalah orang-orang yang hatinya tertutup, bekerja rajin, dapat dipercaya, tetapi pergaulannya kurang lancar. Mereka senang tinggal dirumah saja, dalam pertemuan-pertemuan tidak disukai orang lain karena pendiam. Mereka bekerja teliti dan cermat, kuat pendiriannya, suka tugas-tugas akademik. 8 Berdasarkan hasil penelitian yang telah dianalisis sesuai tabulasi di atas, terdapat dua anak yang lebih dominan pada tipe kepribadian flegmatik, yaitu A anak Ibu T.S dan Ad anak Ibu B. Baik A maupun Ad sama-sama tidak mudah marah, mereka tergolong penurut. Selain itu, A cenderung untuk mengambil mudahnya dan tidak mau susah. Hal ini sesuai dengan penuturan Ibu T.S dimana ketika anaknya ini ada masalah dengan temannya, A lebih memilih untuk mengalah. 9 Sedangkan Ad cenderung tenang dan juga pendiam, dalam kehidupan sehari-harinya bahkan saat sedang bermain bersama temantemannya ia lebih banyak diam. 10 3. Tipe Melankolik Seseorang yang termasuk tipe ini memiliki ciri yaitu perasaannya sangat kuat dan sangat sensitif. Orang bertipe seperti ini memiliki 7 Syamsu Yusuf LN dan Juntika Nurihsan, Teori Kepribadian (Bandung: PT Remaja RosdaKarya, 2007), hlm. 26. 8 Ki Fudyartanta, Op.Cit., hlm. 85. 9 T.S, Wawancara Pribadi, Dukuh Galang Wolu, 5 Maret 2015 10 Hasil Observasi terhadap H dan A Anak dari Ibu B, Dukuh Galang Wolu, 13 Maret 2015

85 kelemahan antara lain: sangat mudah dikuasai oleh perasaan dan cenderung perasaan yang mendasari hidupnya sehari-hari adalah perasaan murung. 11 Tipe kepribadian melankolik juga dimiliki oleh anak di Dukuh Galang Wolu. Pada tipe ini, seseorang lebih mengedepankan perasaan ketimbang yang lainnya. Dalam hal ini hanya ada satu anak yang lebih dominan pada tipe kepribadian melankolik, yaitu T.U anak Ibu Y.J. T.U memiliki kepribadian yang sangat sensitif, ia akan mudah marah ketika keinginannya tidak dituruti, dan ketika marah biasanya ia akan masuk kamar. T.U juga termasuk tipe yang perhatian. Menurut penuturan ibu Y.J, anaknya ini sangat perhatian apalagi kalau dia tahu orang tuanya sedang mempunyai masalah. Berikut penuturan Ibu Y.J: 4. Tipe Kolerik Ya kalau seperti tadi, memperingatkan saya untuk jangan marah-marah, kemudian ketika saya sedang emosi dan meresponnya dengan memarahi dia, ya dia diam saja. Kalau TU itu begitu perhatian sekali sama saya. Kalau dia tahu saya punya masalah dia akan mendekati saya bertanya kadang memberi saran. Saya suruh pergi ndak mau. Dia takut kalau saya benar-benar meninggalkan rumah, soalnya saya pernah bilang mau pergi saja daripada di rumah pusing terus. 12 Orang bertipe ini mampu melaksanakan tugas dengan setia dan bertanggung jawab atas tugas yang diembannya. Namun orang bertipe ini memiliki kelemahan antara lain: kurang mampu merasakan perasaan 11 Sjarkawi, Op. Cit., hlm. 12. 12 Y.J, Wawancara Pribadi, Dukuh Galang Wolu, 6 Maret 2015

86 orang lain, kurang mampu mengembangkan rasa kasihan kepada orang yang sedang menderita, dan perasaannya kurang bermain. 13 Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dianalisis berdasarkan tabulasi di atas hanya ada satu anak yang lebih dominan pada tipe kepribadian kolerik yaitu F anak Ibu J. F tergolong disiplin dalam kaitannya dengan tugas dari sekolah, ia selalu mengerjakan meskipun tugas yang diberikan dirasa cukup sulit, namun ia tidak pernah meminta bantuan orang tuanya, ia akan pergi ke rumah temannya untuk meminta bantuan. Ia beranggapan bahwa jika ia meminta bantuan kepada orang tuanya pun mereka tidak akan bisa mengajarinya. F juga tidak peduli terhadap keadaan orang tuanya yang kurang dalam hal ekonomi, apapun yang ia butuhkan harus segera ia dapatkan, ketika tidak dituruti maka ia akan marah kepada orang tuanya itu. 14 B. Analisis Penerapan Pola Asuh Orang Tua dalam Membina Kepribadian Anak di Dukuh Galang Wolu Galang Pengampon Wonopringgo Pekalongan Setelah melakukan tahap pengumpulan dan penyajian data, peneliti akan menganalisis pola asuh yang diterapkan orang tua di Dukuh Galang Wolu. Orang tua di Dukuh Galang Wolu mempunyai cara yang berbedabeda dalam mengasuh dan mendidik anak-anaknya. Cara pengasuhan orang tua di Dukuh Galang Wolu dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya 13 Sjarkawi, Loc. Cit., hlm. 12. 14 J, Wawancara Pribadi, Dukuh Galang Wolu, 4 Maret 2015

87 yaitu dari diri anak itu sendiri yang belum mandiri, manja, keras kepala, dan susah diatur. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Ibu J, Ibu K, dan Ibu E. Dalam wawancara dengan Ibu J pada tanggal 4 Maret 2015 beliau mengatakan kalau anaknya susah diatur, sehingga orang tua memilih membebaskan anak dan terserah apa yang dilakukan anak, karena apapun yang dikatakan orang tua, anak tidak akan menurutinya. 15 Hal ini didukung oleh teori yang dikemukakan Sri Lestari dalam buku berjudul Psikologi Keluarga: Penanaman Nilai dan Penanganan Konflik dalam Keluarga bahwa terdapat pandangan mengenai interaksi antara orang tua dan anak. sebagian pendapat menyatakan bahwa sikap orang tua tergantung pada perilaku anak (child effect model), dalam interaksi ini orang tua dipandang lebih adaptif dan perilakunya kepada anak merupakan reaksi terhadap perilaku anak. Anak-anak yang sangat bandel dan impulsif akan mendorong orang tua untuk bersikap keras, membuat orang tua merasa kehabisan akal, kurang afektif, sehingga memunculkan tindakan konfrontif atau melakukan pengabaian. 16 Faktor lain yang mempengaruhi penerapan pola asuh orang tua kepada anak-anaknya di Dukuh Galang Wolu adalah keadaan ekonomi keluarga yang kurang yang menjadikan orang tua sibuk bekerja mencari uang untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Hal ini sebagaimana yang dikatakan Ibu B, Ibu T.S, dan Bapak T. Serta faktor lain dimana para ibu yang menjadi ibu rumah tangga seringkali sibuk dengan urusannya. Sebagaimana yang dilakukan oleh Ibu Y.J dan Ibu M. 15 J, Wawancara Pribadi, Dukuh Galang Wolu, 4 Maret 2015 16 Sri Lestari, Psikologi Keluarga: Penanaman Nilai dan Penanganan Konflik dalam Keluarga (Jakarta: Kencana, 2013), hlm. 50.

88 Dalam melakukan penelitian terhadap orang tua di Dukuh Galang Wolu, peneliti menemukan pola asuh yang berbeda dari tiap orang tua. Ada tiga bentuk pola asuh yang diterapkan orang tua terhadap anaknya, yaitu pola asuh demokratis, pola asuh permisif, dan pola asuh otoriter. 1. Pola Asuh Demokratis Pola asuh demokratis yang diterapkan oleh sebagian orang tua di Dukuh Galang Wolu yaitu orang tua memberi kebebasan kepada anak untuk bergaul dengan siapapun, tetapi tetap mengawasi dan mengontrol kegiatan anak. orang tua yang menerapkan pola asuh demokratis terhadap anaknya yaitu Ibu H yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga. Hal ini sebagaimana dikatakan beliau: Ya diawasi. Kalau pas waktunya Dhuhur kadang saya cari. Tak suruh pulang dulu, shalat dan makan. Kadang pas lagi main di rumah temannya bilangnya mau belajar kelompok, saya coba cek ternyata memang benar lagi belajar meskipun belajarnya sebentar. Kebebasannya dalam hal bermain. Tapi ya ndak tak bebaskan sekali, masih tetap saya perhatikan. Saya juga tahu dia mainnya dimana. 17 Beliau menerapkan pola asuh demokratis ini karena beliau sadar yang namanya anak masih membutuhkan bimbingan dan arahan dari orang tua. Ibu H juga memberikan respon terhadap perilaku positif yang dilakukan oleh anak yaitu dengan memberikan hadiah berupa uang kepada anaknya itu dan beliau juga tidak memberi batasan kepada anak untuk melanjutkan sekolah dimana. Dan kaitannya dengan aturan beliau hanya memberikan aturan kepada anak untuk membantu pekerjaan 17 H, Wawancara Pribadi, Dukuh Galang Wolu, 4 Maret 2015

89 rumah ketika anaknya libur sekolah saja. Namun ketika anak melakukan kesalahan atau melanggar aturan beliau langsung memarahi anaknya. Namun disini beliau sedikit permisif dalam kaitannya dengan keperluan anak, dimana beliau akan menyiapkan kebutuhan anak hanya ketika anak bercerita kepada beliau. Sebagaimana hasil wawancara berikut ini: Kalau anak cerita dia butuh apa, pasti saya siapkan. Tapi kalau dia ndak cerita ya saya tidak tahu. Kaya kemarin itu si.. ada jadwal les pagi sebelum jam masuk sekolah, rencana itu dia mau bangun pagi, tapi ndak bilang sama saya, ya sudah akhirnya kesiangan karena tidak saya bangunkan. 18 Selanjutnya orang tua Di Dukuh Galang Wolu yang juga menerapkan pola asuh demokratis yaitu Ibu E yang juga berprofesi sebagai ibu rumah tangga. Beliau selalu mengawasi kegiatan anak, karena anak belum bisa mandiri. Di dalam rumah beliau menerapkan aturan kepada anak yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak, yaitu berupa doa-doa harian, dan anak akan sering melakukannya. Berikut kutipan wawancara dengan beliau: Aturannya paling kalau mau mandi, mau makan, dan mau tidur baca doa. Karena kan masih kelas 1 jadi ya yang sederhana dulu. Terus kalau sore harus sekolah TPQ, malamnya ngaji. 19 Beliau juga memberikan hadiah atau pujian kepada anak ketika anak melakukan sesuatu yang baik. Namun dalam mengasuh anak beliau beserta suaminya sedikit otoriter kepada anak ketika anak melakukan kesalahan. Hal ini sebagaimana yang dikatakan beliau: 18 H, Wawancara Pribadi, Dukuh Galang Wolu, 4 Maret 2015 19 E, Wawancara Pribadi, Dukuh Galang Wolu, 7 Maret 2015

90 hlm.77. Ya, pernah. Pas lagi rewel terus. Dinasehati pakai omongan masih tetap rewel. Terus sama abahnya dimasukkan ke kamar sebentar, akhirnya diam. 20 Anak dengan pola pengasuhan orang tua yang demokratis akan menunjukkan sikap atau perilaku tanggung jawab yang besar dan anakanak cenderung lebih mudah berkembang dengan baik. 2. Pola Asuh Permisif Orang tua yang menerapkan pola asuh permisif di Dukuh Galang Wolu adalah Ibu B, Ibu J, Ibu M, Ibu Y.J, Bapak T, dan Ibu T.S. Pola asuh permisif yang diterapkan oleh sebagian orang tua di Dukuh Galang Wolu yaitu orang tua cenderung tidak memperhatikan apa yang dilakukan anaknya serta memberikan kebebasan kepada anak. Sebagaimana dikatakan Agus Wibowo dalam bukunya yang berjudul Pendidikan Karakter Usia Dini bahwa ciri-ciri pola asuh permisif diantaranya orang tua memberikan kebebasan penuh pada anak untuk berbuat serta orang tua kurang kontrol dan perhatian terhadap anak. 21 Orang tua juga kurang menuntut sikap tanggung jawab dan keteraturan perilaku anak. Meskipun di dalam rumah ada aturan yang harus dilakukan anak, namun orang tua kurang tegas dalam menerapkan peraturan yang ada. Ketika anak lupa atau menunda-nunda dalam melakukan tugas rumah, orang tua tidak mengingatkan atau menegurnya. Disisi lain ketika anak melakukan suatu hal yang baik, entah itu mengerjakan tugas rumah atau yang lain, orang tua jarang 20 E, Wawancara Pribadi, Dukuh Galang Wolu, 7 Maret 2015 21 Agus Wibowo, Pendidikan Karakter Usia Dini (Jogjakarta: Pustaka Pelajar, 2013),

91 memberi hadiah atau pujian kepada anak. Ibu B yang sebelumnya hanya sebagai ibu rumah tangga, sekarang harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga karena suaminya menyerahkan urusan keluarga sepenuhnya kepada beliau, akibatnya urusan anak sedikit dikesampingkan. Beliau memberikan kebebasan penuh kepada anak tanpa ada pengawasan sama sekali. Berikut hasil wawancara dengan beliau:...suami saya menyerahkan urusan keluarga sepenuhnya kepada saya. Kalau suami saya ada uang diberikan ke saya. Kalau tidak ada ya sudah saya yang harus mikir, biarpun saya sakit atau hujan deras sekalipun saya harus cari uang... Ya itu tadi mereka tahu sendiri jadwal-jadwalnya. Sayanya kerja dari jam 14.00 sampai sore kadang juga sampai Maghrib. Paling ya uang sakunya sudah saya siapkan di tasnya. 22 Ibu B juga kurang terlibat dalam tugas yang anak kerjakan, dimana dalam hal ini adalah tugas sekolah. Namun dalam kaitannya dengan keperluan anak, Ibu B masih menyiapkan semua keperluan anak, dan beliau bersikap otoriter dalam menerapkan aturan kepada anak berupa jatah uang saku yang harus anak patuhi. Selanjutnya Ibu J juga lebih banyak bersikap permisif kepada anak. Ibu J yang kesehariannya menjadi ibu rumah tangga dimana waktu luang beliau juga banyak, namun beliau memberikan kebebasan penuh kepada anak, hal ini disebabkan karena anak susah diatur. Namun beliau peduli dan ingin terlibat dalam kaitannya dengan sekolah anak. Sebagaimana jawaban beliau berikut ini: 22 B, Wawancara Pribadi, Dukuh Galang Wolu, 5 Maret 2015

92 Saya membebaskan dia. Terserah dia. Ya paling ngandani untuk belajar. Kalau saya tanya-tanya misal tentang pelajarannya juga dia jawabnya tapi tanya-tanya juga ndak bisa mengajari. Ya saya sadar sendiri sajalah. 23 Ibu M dan Ibu Y.J yang kesehariannya sebagai ibu rumah tangga serta Ibu T.S yang berprofesi sebagai dukun bayi juga memberikan kebebasan kepada anak dalam hal bermain serta tanpa ada pengawasan dari orang tua, sebelumnya mereka hanya menanyakan serta memperingatkan anak untuk tidak jauh-jauh ketika bermain. Hal ini sesuai hasil observasi yang peneliti lakukan terhadap R anak dari Ibu M. Hasil observasi menunjukkan bahwa memang Ibu M memberikan kebebasan kepada anak untuk bermain, dan beliau kurang kontrol terhadap apa yang dilakukan anak. Saat itu R sedang bermain layangan bersama teman-temannya, mereka baru berhenti ketika hujan turun. Namu R tidak pulang ke rumah, ia bersama teman-temannya berkumpul dihalaman rumah tetangga, kemudian pindah lagi ke Gardu. Di Gardu tersebut ia bersama dua orang temannya melewatkan waktu Ashar dan jadwal TPQ yang seharusnya mereka lakukan. Namun Ibu M tidak terlihat mencari untuk kemudian menyuruhnya berangkat sekolah, padahal Ibu M sendiri dari pagi sampai sore berada di rumah. 24 Dalam kaitannya dengan aturan yang diterapkan di dalam rumah, Ibu T.S kurang tegas terhadap anak. Ketika anak lupa tidak melakukan tugasnya, beliau tidak menegur atau mengingatkan anak. 23 J, Wawancara Pribadi, Dukuh Galang Wolu, 4 Maret 2015 24 Hasil Observasi terhadap R Anak dari Ibu M, Dukuh Galang Wolu, 15 Maret 2015

93 Di dalam mengasuh anak Bapak T juga bersikap permisif dalam kaitannya dengan pergaulan anak. Beliau membebaskan anak untuk berteman dengan siapa saja, beliau mengatakan ada senangnya juga ketika anak bermain, karena anak tidak akan minta uang terus. Dalam hal ini beliau hanya memperingatkan anak untuk tidak jauh-jauh. Bapak T hanya akan bersikap otoriter dalam kaitannya dengan ngaji dan sekolah. Anak-anak di Dukuh Galang Wolu yang diasuh dengan pola asuh permisif ini cenderung lebih terbiasa mandiri karena mereka sering melakukan sesuatu tanpa pengawasan orang tua, dan cenderung lebih bebas, tidak bisa mengontrol waktu dan sikap, karena mereka merasa benar melakukan apapun yang mereka kehendaki serta anak menjadi kurang bertanggung jawab terhadap aturan yang diterapkan keluarga. 3. Pola Asuh Otoriter Orang tua di Dukuh Galang Wolu yang menerapkan pola asuh otoriter yaitu Ibu K yang kesehariannya menjadi ibu rumah tangga sekaligus berjualan nasi dipagi hari. Beliau bersikap keras dalam mengasuh anaknya, beliau memberikan aturan-aturan yang harus dikerjakan anak, beliau hanya akan memberikan kebebasan kepada anak ketika anak ada tugas sekolah atau ada jadwal try out. Dalam kaitannya dengan pergaulan anak, beliau juga membatasi waktu bermain anak meskipun dalam memilih berteman dengan siapa beliau tidak memberikan batasan, hal ini karena beliau paham betul anaknya

94 hanya bermain disekitar rumah saja dan beliau kenal dengan temanteman anaknya. Ibu K menuturkan: Aturannya ya kalau sudah pukul 20.30 WIB harus tidur. Tapi ya kadang sampai malam masih melek aja nonton tv. Tak kandani terus. Apalagi sekarang sudah pegang HP, jadi mainan HP terus. Padahal saya ndak pernah ngizinin buat megang HP. Awalnya bapaknya itu bilang kalau dapat ranking bakal dibelikan HP, lah ternyata kok ranking..ya sudah langsung ditagih. Tapi sekarang ini sementara Hpnya tak sita. Aturan lainnya si tak suruh bantu mengerjakan tugas rumah, seperti menyapu dan melipat baju. Ya karena anak pertama kan ya... tapi harus diomeli dulu baru dia mau mengerjakan. Kalau pas sadar sendiri ya iya dipatuhi, kalau tidak harus disuruh dulu. 25 Orang tua yang menerapkan pola asuh otoriter membuat anak merasa terkekang dan cenderung agresif. Jadi dapat disimpulkan bahwa orang tua di Dukuh Galang Wolu menerapkan pola asuh yang berbeda-beda terhadap anaknya, hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu dari diri anak itu sendiri yang belum mandiri, manja, keras kepala, dan susah diatur, keadaan ekonomi keluarga yang kurang yang menjadikan orang tua sibuk bekerja mencari uang untuk memenuhi kebutuhan keluarga, serta para ibu yang menjadi ibu rumah tangga seringkali sibuk dengan urusannya. 25 K, Wawancara Pribadi, Dukuh Galang Wolu, 6 Maret 2015