HELEN SAGITA SIMBOLON NIM RSA1C213002

dokumen-dokumen yang mirip
Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF) Vol. 05 No. 01, Pebruari 2016, ISSN:

ANALISIS KESALAHAN SISWA TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATERI KUBUS DAN BALOK BERDASARKAN PROSEDUR NEWMAN

Kesalahan Siswa Tipe Kepribadian Thinking dan Feeling dalam Menyelesaikan Masalah Program Linear

PROSES BERPIKIR KRITIS SISWA SMA TIPE KEPRIBADIAN THINKING DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA

BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian

ANALISIS PENGETAHUAN PROSEDURAL SISWA TIPE KEPRIBADIAN SENSING DALAM MENYELESAIKAN SOAL MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA ARIABEL

KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SEKOLAH DASAR DALAM PENYELESAIAN MASALAH MATEMATIS

Scaffolding untuk Mengatasi Kesalahan Menyelesaikan Soal Cerita Sistem Persamaan Linear Dua Variabel

PROFIL KESULITAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA MATERI POKOK BANGUN RUANG SISI DATARDITINJAU DARI KECERDASAN VISUAL-SPASIAL SISWA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI FEBRUARI,

ANALISIS KESALAHAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL (SPLDV) DAN SCAFFOLDING- NYA BERDASARKAN ANALISIS KESALAHAN NEWMAN

DESKRIPSI KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIKA SISWA DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP SISWA

Penjenjangan Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika FMIPA UNNES dalam Menyelesaikan Masalah Matematika

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORITIK

Nailul Asrof ( /8/A2) S1 PGSD Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI BANGUN RUANG SISI DATAR

ANALISIS KEMAMPUAN MULTI REPRESENTASI MATEMATIS BERDASARKAN KEMAMPUAN AWAL MATEMATIS MAHASISWA

BAB III METODE PENELITIAN

Penerapan Metode Smart Games untuk Meningkatkan Hasil Belajar Bilangan Berpangkat Pada Siswa Kelas IX SMPN 1 Kalidawir.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penyelesaian soal open ended, pedoman wawancara dan lembar tes kepribadian.

BAB III METODE PENELITIAN. kualitatif. Metode penelitian berarti cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada saat ini telah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

PENERAPAN METODE POLYA PADA SOAL CERITA PROGRAM LINEAR

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PERUBAHAN WUJUD BENDA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. oleh peserta didik dapat diterima baik dan berpengaruh terhadap pemahaman serta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

PEMBELAJARAN MATERI BANGUN RUANG SISI LENGKUNG MELALUI PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK DI SMP

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Nazom Murio: Mahasiswa FKIP Universitas Jambi Page 1

BAB I PENDAHULUAN. bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Geografi FKIP Unsyiah Volume 2, Nomor 2, Hal 70-77, Mei 2017

Profil Berpikir Logis dalam Memecahkan Masalah oleh Mahasiswa Calon Guru Tipe Camper

Rohmah, Analisis Kesalahan Mahasiswa Dalam Menyelesaikan Soal Pembuktian

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

PROFIL PEMECAHAN MASALAH SPLDV DENGAN LANGKAH POLYA DITINJAU DARI KECERDASAN LOGIS MATEMATIS SISWA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. serta bertanggung jawab. Salah satu cara memperoleh sumber daya manusia yang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan suatu bangsa guna

DESKRIPSI KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA KONSEP PENCEMARAN LINGKUNGAN. (Artikel) Oleh ERVIN HIDAYAT

BAB I PENDAHULUAN. siswa dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan

2015 MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN LOGIS MATEMATIS SERTA KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMP MELALUI LEARNING CYCLE 5E DAN DISCOVERY LEARNING

PENGEMBANGAN MODUL PADA MATERI SEGI EMPAT UNTUK SISWA KELAS VII SMP BERDASARKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

DESKRKIPSI KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS SULAWESI BARAT

DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP DAN GAYA BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

Kelebihan model PBL menurut Pannen, Mustafa, Sekarwinahayu (2005:65) yaitu: fokus pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrie Noor Aini, 2013

Scanned by CamScanner

NASKAH PUBLIKASI. SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika.

I. PENDAHULUAN. belajar mengajar di sekolah. Oleh karena itu kompetensi guru dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Matematika berperan sebagai induk dari semua mata pelajaran dan merupakan

Alamat Korespondensi: Jl. Ir. Sutami No. 36A Kentingan Surakarta, , 2)

IDENTIFIKASI TINGKAT KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF (TKBK) SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL OPEN ENDED PADA MATERI SEGIEMPAT DI KELAS VIII SMP

Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Matematika merupakan ilmu universal yang berguna bagi kehidupan

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia, FKIP, UNS Surakarta. Dosen Program Studi Pendidikan Kimia, FKIP, UNS Surakarta

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PENGAJUAN DAN PEMECAHAN MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

PENERAPAN TEKNIK FORMASI REGU TEMBAK DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN PECAHAN MATA PELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS V SD

Profil Berfikir Kritis Siswa Kepribadian Steadiness Style dalam Memecahkan Masalah Matematika

MENINGKATKAN DISIPLIN BELAJAR MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK LATIHAN BERTANGGUNGJAWAB

Tugas Matakuliah Pengembangan Pembelajaran Matematika SD Dosen Pengampu Mohammad Faizal Amir, M.Pd S-1 PGSD Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan Sekolah Menengah Atas (SMA). Matematika perlu. diberikan kepada semua siswa mulai dari sekolah dasar untuk

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA GAYA BELAJAR ACCOMODATOR

yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif. solving), penalaran (reasoning), komunikasi (communication), koneksi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dan Taylor mendefinisikan, metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

PROFIL FUNGSI KOGNITIF SISWA KELAS V SD BERKEMAMPUAN MATEMATIKA RENDAH DALAM MEMECAHKAN MASALAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu cabang ilmu yang membuat peserta didik dapat mengembangkan kemampuan

PROSES BERPIKIR SISWA DENGAN KECERDASAN LINGUISTIK DAN LOGIS MATEMATIS DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA

BAB III METODE PENELITIAN. ganda; kedua, menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti

Tri Muah ABSTRAK. SMP Negeri 2 Tuntang Kabupaten Semarang

ANALISIS KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL TINGGI DAN GAYA KOGNITIF FIELD INDEPENDENT (FI)

BAB I PENDAHULUAN. baik dalam kehidupan seseorang, keluarga maupun Bangsa dan Negara mengingat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pepatah mengatakan bahwa pengalaman adalah guru terbaik begitu pula

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. suatu negara dapat mencapai sebuah kemajuan adalah pendidikan. Pendidikan

I. PENDAHULUAN. Pada kurikulum biologi SMP materi sistem gerak yang dipelajari di kelas VIII,

Keefektifan CTL Berbantuan Macromedia Flash Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis pada Materi Segiempat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan bagi bangsa Indonesia merupakan aspek yang sangat penting,

E.ISSN P.ISSN Vol.3 No.1 Edisi Januari 2018

BAB III METODE PENELITIAN

Hubungan antara Kemampuan Penalaran Matematis dan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

ARTIKEL ILMIAH ANALISIS TINGKAT KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA EKSTROVERT DAN INTROVERT DALAM MENYELESAIKAN SOAL MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL DI KELAS VIII SMPN 1 KOTA JAMBI Oleh: HELEN SAGITA SIMBOLON NIM RSA1C213002 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI SEPTEMBER 2017

ANALISIS TINGKAT KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA EKSTROVERT DAN INTROVERT DALAM MENYELESAIKAN SOAL MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL DI KELAS VIII SMPN 1 KOTA JAMBI Oleh : Helen Sagita Simbolon 1), Kamid 2), Syaiful 2) 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jambi 2 Dosen Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jambi Email: 1 helensagitasimbolon@gmail.com ABSTRAK Seseorang yang mampu berpikir kritis adalah orang yang tidak begitu saja menerima atau menolak sesuatu. Erat kaitannya dengan kepribadian yang dimiliki oleh seseorang. Kepribadian seseorang akan mempengaruhi kemampuan berpikir kritis yang dimilikinya. Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis tingkat kemampuan berpikir kritis siswa ekstrovert dan introvert dalam menyelesaikan soal. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa ekstrovert mampu memenuhi indikator berpikir kritis yaitu kemampuan menolak informasi bila tidak benar atau relevan. Tingkat kemampuan berpikir kritis siswa ekstrovert 25% berada pada level 3 (kritis) dan 75% berada pada level 1 (tidak kritis). Sedangkan siswa introvert mampu memenuhi indikator berpikir kritis yaitu kemampuan menolak informasi bila tidak benar atau relevan dan hampir memenuhi kemampuan mendeteksi kekeliruan konsep dan memperbaiki kekeliruan konsep. Tingkat kemampuan berpikir kritis siswa introvert 25% berada pada level 3 (kritis), 25% berada pada level 2 (cukup kritis) dan 50% berada pada level 1 (tidak kritis). Kata Kunci : berpikir kristis, ekstrovert, introvert, spldv. PENDAHULUAN Perkembangan pendidikan yang semakin maju menyadarkan manusia terhadap hakikat dan pentingnya kegunaan matematika baik sebagai ilmu pengetahuan yang diajar-kan di sekolah maupun sebagai ilmu terapan yang digunakan sehari-hari. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern yang mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan data pikir manusia. Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) (2006:139) mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Menandakan bahwa setelah mempelajari matematika siswa dituntut harus mempunyai berbagai macam kemampuan berpikir yang harus terus dikembangkan oleh guru saat belajar matematika. Salah satu dari kemampuan berpikir yang harus dimiliki siswa adalah kemampuan berpikir kritis. Kemampuan berpikir kritis sangat penting dimiliki siswa karna akan berguna dalam kehidupan sehari-hari. Wijaya (2010:72) mengungkapkan gagasannya mengenai berpikir kritis, yaitu kegiatan menganalisis ide atau gagasan kearah yang lebih spesifik, membedakannya secara tajam, memilih, mengidentifikasi, mengkaji dan mengembangkannya ke arah yang lebih sempurna. Kemampuan berpikir kritis sa- Helen S Simbolon : Mahasiswa Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jambi Page 1

ngat diperlukan untuk menganalisis suatu permasalahan hingga pada tahap pencarian solusi untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Berpikir kritis digunakan dalam berbagai situasi dan kesempatan dalam upaya memecahkan persoalan kehidupan. Menurut Somakim (2011:43) kemampuan berpikir kritis sangat penting bagi siswa karena dengan kemampuan ini siswa mampu bersikap rasional dan memilih alternatif pilihan yang terbaik bagi dirinya. Menanamkan kebiasaan berpikir kritis bagi pelajar perlu dilakukan agar mereka dapat mencermati berbagai persoalan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Namun kenyataannya, berdasarkan hasil penelitian Syahbana (2012:54) menunjukkan bahwa masih rendahnya rata-rata kemampuan berpikir kritis matematis siswa SMP. Tingkat kemampuan berpikir kritis setiap siswa tentunya berbeda-beda. Banyak faktor yang menyebabkan perbedaan tersebut salah satunya adalah tipe kepribadian siswa tersebut. Tipe kepribadian merupakan sikap yang khas yang dimiliki setiap individu dalam berperilaku yang dapat dibedakan dengan individu lain. Setiap kepribadian siswa tentunya berbeda-beda tidak ada kepribadian siswa yang sama seutuhnya, disini peran guru juga penting untuk mengetahui bagaimana guru mem-perlakukan siswa tersebut ketika proses pembelajaran dikelas. Carl G. Jung mengelompokkan tipe kepribadian menjadi dua kelompok besar berdasarkan bagaimana memusatkan perhatiannya yaitu tipe kepribadian ekstrovert dan tipe kepribadian introvert. Kepribadian ekstrovert yaitu individu yang mempunyai ciri-ciri tidak suka belajar sendiri, suka mengambil tantangan, tidak banyak pertimbangan (easy going) dan memerlukan umpan balik dari guru pada saat proses pembelajaran. Sedangkan kepribadian introvert adalah individu yang mempunyai ciri-ciri suka belajar sendiri, berhati-hati dalam mengambil keputusan, tenang dan rajin. Tipe ekstrovert merupakan tipe yang memerlukan umpan balik dari guru, tidak suka belajar dan tidak banyak pertimbangan oleh karna itu guru harus selalu memberi umpan balik dan lebih memperhatikan tipe ekstrovert namun bukan berarti tipe introvert tidak diperhatikan. Menurut Widayanti (2016:84) perbedaan sifat dan perilaku tiap individu mempengaruhi output mereka ketika memecahkan masalah karena orang satu dengan yang lain berbeda dalam menerima informasi, memproses informasi dan cara menindaklanjuti masalah. Hal ini berarti kepribadian setiap siswa mempunyai pengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis siswa ketika menyelesaikan soal matematika. Berdasarkan hasil ulangan siswa selama peneliti PPL di sekolah tersebut masih sangat rendah, hanya beberapa siswa yang bisa memenuhi KKM. Selain itu, peneliti memberikan test materi SPLDV kepada 36 siswa kelas VIII hasilnya, hanya lima siswa yang dapat menjawab soal dengan benar selebihnya hanya menjawab satu soal dan sama sekali tidak menjawab. Sebagian siswa tidak mengerti maksud dari soal yang diberikan. Hal ini juga diperkuat oleh guru yang mengampuh dan mengajar di kelas VIII, jika kemampuan berpikir kritis disekolah tersebut masih terbilang kurang, masih perlu bimbingan dan arahan saat mengerjakan soal cerita apalagi materi SPLDV. Sebagian siswa masih sangat sulit dalam menganalisis maksud dari soal yang diberikan sehingga tidak mampu menyelesaikan soal dengan baik. Berbagai macam kepribadian yang ada pada diri siswa secara tidak langsung berdampak pada tingkat kemampuan berpikir kritisnya. Salah satu materi yang ada dalam kelas VIII semester genap adalah sistem persamaan linear dua variabel (SPLDV). Cara dalam penyelesaian soal SPLDV yaitu cara eliminasi, subsitusi, eliminasi subsitusi dan grafik. Dalam menyelesaikan soal SPLDV siswa diharuskan mampu untuk merumuskan masalah, menganalisis soal, mengubah menjadi model matematika dan menentukan penyelesaian apa yang akan digunakan. Oleh sebab itu berdasarkan wawancara guru dan hasil analisis peneliti ketika prapenelitian soal SPLDV ini cocok digunakan untuk melihat kemampuan berpikir kritis siswa, dimana indikator kemampuan berpi- Helen S Simbolon : Mahasiswa Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jambi Page 2

kir kritis yang akan dilihat adalah mampu menolak informasi bila tidak benar atau tidak relevan (K1), mampu mendeteksi kekeliruan dan memperbaiki kekeliruan konsep (K2), mampu untuk mengambil keputusan atau kesimpulan setelah seluruh fakta dikumpulkan atau dipertimbangkan (K3) dan ketertarikan untuk mencari solusi baru (K4). Karena pada dasarnya seseorang yang memiliki kemampuan berpikir kritis memiliki pemikiran yang masuk akal dan reflektif dalam menganalisis, memilih, memecahkan masalah, dan membuat keputusan dengan alasan yang dapat dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, penulis melakukan penelitian dengan judul Analisis Tingkat Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Ekstrovert dan Introvert dalam Menyelesaikan Soal Materi Sistem Persamaaan Linear Dua Variabel di Kelas VIII SMPN 1 Kota Jambi. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis dan mendeskripsikan tingkat kemampuan berpikir kritis siswa ekstrovert dan introvert dalam menyelesaikan soal materi sistem persamaan linear dua variabel di kelas VIII SMPN 1 Kota Jambi. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah kualitatif deskriptif dengan subjek berjumlah delapan orang siswa kelas VIII-B SMPN 1 Kota Jambi, dimana empat siswa yang memiliki kepribadian ektrovert dan empat siswa yang memiliki kepribadian introvert. Instrumen dalam penelitian ini adalah tes MBTI (Myers-Briggs Type Indicator) untuk memilih subjek penelitian, lembar soal tes berpikir kritis materi sistem persamaan linear dua variabel, dan pedoman wawancara. Adapun prosedur pengumpulan data dilakukan dengan memberikan tes pemilihan subjek yaitu melalui tes MBTI dan dipilih empat orang subjek yang memiliki kepribadian ekstrovert dan empat orang subjek yang memiliki kepribadian introvert berdasarkan nilai tertinggi menurut hasil tes MBTI dan dicocokkan dengan ciri dan karakteristik secara teoritis, kemudian setelah subjek diperoleh kedelapan siswa itu diberikan lembar soal berpikir kritis materi sistem persamaan linear dua variabel. Untuk melihat validasi data pada penelitian ini menggunakan uji kredibilitas data yang dilakukan adalah dengan menggunakan triangulasi teknik dan triangulasi sumber yaitu dengan pengecekan data dengan sumber yang sama tetapi dengan teknik yang berbeda yaitu hasil jawaban lembar tes berpikir kritis dan hasil wawancara serta pengecekan data dengan sumber yang berbeda tetapi waktu dan teknik sama. Selanjutnya setelah masing-masing subjek menyelesaikan soal maka selanjutnya dilakukan wawancara terkait lembar tes berpikir kritis yang diberikan. Menurut Bogdan dan Biklen (Moleong, 2014:248), analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milah yang menjadi satuan yang dapat dikelola, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. Sementara itu, analisis data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan teknis analisis yang mengacu pada pendapat Miles dan Huberman (2014:15-21) yang meliputi: (1) reduksi data yakni data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya. Reduksi data dalam penelitian ini akan memfokuskan pada siswa yang memiliki kepribadian ekstrovert dan introvert dan hasil jawabannya yang memenuhi indikator berpikir kritis; (2) penyajian data adalah pemaparan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penyusunan informasi secara sistematis dalam rangka memperoleh kesimpulan sebagai temuan penelitian, serta pengklasifikasian dan identifikasi data mengenai jawaban siswa berdasarkan indikator berpikir kritis dan dipaparkan berdasarkan pada setiap soal jawaban subjek penelitian; (3) penarikan kesimpulan dalam penelitian ini yakni kesimpulan yang akan diambil yaitu tingkat kemampuan berpikir kritis siswa ekstrovert dan introvert. Dimana dalam penelitian ini kesimpulan yang diambil berdasarkan ke- Helen S Simbolon : Mahasiswa Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jambi Page 3

mampuan berpikir kritis siswa dalam menyelesaikan soal akan diadopsi dari karakter Ferret yaitu sebagai berikut: a) Kemampuan untuk menolak informasi bila tidak benar atau tidak relevan (K1) b) Kemampuan mendeteksi kekeliruan dan memperbaiki kekeliruan konsep (K2) c) Kemampuan untuk mengambil keputusan atau kesimpulan setelah seluruh fakta dikumpulkan dan dipertimbang-kan (K3) d) Ketertarikan untuk mencari solusi baru (K4) Berikut tingkat kemampuan berpikir kritis siswa berdasarkan karakteristik Ferret: Tabel 2.1 Tingkat Kemampuan Berpikir Kritis Tingkat Kemampuan Berpikir Kritis Indikator Berpikir Kritis yang dicapai Siswa Level 3 ( (K1, K2, K3, K4), (K1, K2, K3) atau (K1, K2, K4). Level 2 (Cukup K1, K3, K4), (K2, K3, K4), (K1, K2), (K1, K3), (K1, K4), (K2, Level 1 (Tidak K3), atau (K2, K4). (K3, K4), (K1), (K3), atau (K4) HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHA- SAN Deskripsi Data Hasil Tes MBTI (Myers- Briggs Type Indicator) Tes ini lakukan dengan siswa mengerjakan tes kepribadian Indicator MBTI. Tes ini berupa perintah untuk menjawab soal dengan memilih salah satu pilihan jawaban yang terdiri dari dua pilihan jawaban sesuai dengan kriteria yang ada pada diri sendiri. Terdapat 25 soal dengan dua pilihan jawaban yaitu A dan B, dimana jawaban A menunjukkan ciri ekstrovert dan jawaban B menunjukkan ciri introvert. Untuk menentukan kelompok siswa yang memiliki kepribadian ekstrovert dan introvert digunakan kategori berdasarkan pendapat yang dikemukan oleh Zaman dan Abdillah (2009:74) dimana jika siswa memilih jawaban paling banyak A, berarti siswa tersebut cenderung memiliki kepribadian ekstrovert, jika jawaban siswa paling banyak B, berarti siswa tersebut cenderung memiliki kepribadian introvert. Tes kepribadian dilakukan pada tanggal 29 Maret 2017 diikuti oleh 36 siswa. Setelah pelaksanaan tes MBTI, dilakukan pemeriksaan dan diperoleh hasil yaitu 28 siswa ekstrovert dan 8 siswa intro-vert. Tabel 3.1 Persentase Perolehan Hasil Kepribadian Siswa Kepribadian Frekuensi Persentase Ekstrovert 28 77,78% Introvert 8 22,22% Total 36 100% Berdasarkan tabel 3.1 menunjukan bahwa dari kelas yang diambil peneliti sebagai subjek penelitian, mayoritas siswa memiliki kepribadian ekstrovert yakni sebesar 77,78% dari jumlah siswa, sedangkan introvert hanya 22,22%. Setelah melihat hasil skor pada tes MBTI, peneliti menetapkan empat orang siswa sebagai subjek penelitian masing-masing dari setiap kepribadian, dipilih berdasarkan skor tertinggi dari hasil tes MBTI. Hasil Lembar Soal Tes Berpikir Kritis dan Wawancara Siswa Ekstrovert dan Introvert Setelah didapat delapan orang subjek penelitian, selanjutnya subjek tersebut diberikan lembar soal tes berpikir kritis materi sistem persamaan linear dua variabel pada tanggal 05 April 2017 yang terdiri dari 2 soal yang telah divalidasi oleh para dua dosen pendidikan matematika serta guru mata pelajaran matematika dan telah dinyatakan valid. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat kemampuan berpikir kritis siswa berkepribadian ekstrovert dan introvert dalam menyelesaikan soal materi sistem persamaan linear dua variabel. Kemampuan berpikir kritis ini ditelusuri melalui indikator kemampuan berpikir kritis yaitu kemampuan untuk mendeteksi kekeliruan dan memperbaiki kekeliruan konsep, kemampuan untuk mengambil keputusan atau kesimpulan setelah seluruh fakta dikumpulkan dan dipertimbangkan, dan ketertarikan untuk mencari solusi baru. dan wawancara subjek SE.01 mampu memenuhi 3 indikator berpikir kritis yaitu K1, K2, dan K3 pada soal nomor 1 dan 2, sedangkan indikator K4 pada soal nomor 1 Helen S Simbolon : Mahasiswa Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jambi Page 4

dan 2 subjek tidak mampu memenuhinya. Karena subjek tidak mampu untuk memberikan solusi atau penyelesaian baru selain solusi atau penyelesaian yang subjek gunakan untuk menyelesaikan masalah dalam soal tersebut. Jadi dapat disimpulkan subjek SE.01 mampu memenuhi tiga indikator yaitu K1, K2 dan K3. dan wawancara pada subjek SE.02 mampu memenuhi indikator K1, K2, dan K3 pada soal nomor 1, tetapi pada soal nomor 2 subjek tidak mampu memenuhi K1, K2, dan K3 dikarenakan subjek tidak mengerti maksud dari soal nomor 2 dan tidak mampu menyelesaikannya, sedangkan indikator K4 pada soal nomor 1 dan 2 subjek tidak mampu memenuhinya. Karena subjek tidak mampu untuk memberikan solusi atau penyelesaian baru selain solusi atau penyelesaian yang subjek gunakan untuk menyelesaikan masalah dalam soal tersebut. Jadi dapat disimpulkan SE.02 tidak mampu memenuhi semua indikator berpikir kritis yaitu K1, K2, K3, dan K4. dan wawancara Pada subjek SE.03 ha-nya mampu memenuhi indikator K1 pada soal nomor 1, sedangkan K2 dan K3 pada soal nomor 1 subjek tidak mampu memenuhinya karena subjek tidak mampu memperbaiki kekeliruan konsep yang ada dan tidak mampu membuat kesimpulan dengan benar. Pada soal nomor 2 subjek mampu memenuhi K1, K2, dan K3, sedangkan indikator K4 pada soal nomor 1 dan 2 subjek tidak mampu memenuhinya. Karena subjek tidak mampu untuk memberikan solusi atau penyelesaian baru selain solusi atau penyelesaian yang subjek gunakan untuk menyelesaikan masalah dalam soal tersebut. Jadi dapat disimpulkan subjek SE.03 hanya mampu memenuhi satu inidikator yaitu K1. dan wawancara pada subjek SE.04 subjek mampu memenuhi indikator ber-pikir kritis K1, K2 dan K3 pada soal nomor 1. Pada soal nomor 2 subjek hanya memenuhi indikator K1, sedangkan pada indikator K2 dan K3 subjek tidak mampu memenuhinya karena subjek tidak mampu mendeteksi kekeliruan dan memperbaikinya serta subjek juga tidak mampu menyelesaikan soal nomor 2 sedangkan indikator K4 pada soal nomor 1 dan 2 subjek tidak mampu memenuhinya. Karena subjek tidak mampu untuk memberikan solusi atau penyelesaian baru selain solusi atau penyelesaian yang subjek gunakan untuk menyelesaikan masalah dalam soal tersebut. Jadi dapat disimpulkan SE.04 hanya memenuhi satu indikator berpikir kritis yaitu K1. dan wawancara pada subjek SI.01 mampu memenuhi 3 indikator berpikir kritis yaitu K1, K2, dan K3 pada soal nomor 1 dan 2, sedangkan indikator K4 pada soal nomor 1 dan 2 subjek tidak mampu memenuhinya. Karena subjek tidak mampu untuk memberikan solusi atau penyelesaian baru selain solusi atau penyelesaian yang subjek gunakan untuk menyelesaikan masalah dalam soal tersebut (subjek hanya menggunakan satu cara). Jadi dapat disimpulkan subjek SI.01 mampu memenuhi tiga indikator yaitu K1, K2 dan K3. dan wawancara pada subjek SI.02 hanya mampu memenuhi indikator K1 pada soal nomor 1, sedangkan K2 dan K3 pada soal nomor 1 subjek tidak mampu memenuhinya karena subjek tidak mampu memperbaiki kekeliruan konsep yang ada dan tidak mampu membuat kesimpulan dengan benar. Pada soal nomor 2 subjek mampu memenuhi K1, K2, dan K3, sedangkan indikator K4 pada soal nomor 1 dan 2 subjek tidak mampu memenuhinya. Karena subjek tidak mampu untuk memberikan solusi atau penyelesaian baru selain solusi atau penyelesaian yang subjek gunakan untuk menyelesaikan masalah dalam soal tersebut. Jadi dapat disimpulkan subjek SI.02 hanya mampu memenuhi satu inidikator yaitu K1. dan wawancara pada subjek SI.03 mampu memenuhi 3 indikator berpikir kritis yaitu K1, K2, dan K3 pada soal nomor 1. Pada soal nomor 2 subjek memenuhi indikator K1 dan K2, sedangkan indikator K3 tidak mam- Helen S Simbolon : Mahasiswa Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jambi Page 5

pu memenuhinya karena ketidaktelitian subjek dalam menyelesaikannya sehingga belum bisa membuat kesimpulan dengan benar sedangkan indikator K4 pada soal nomor 1 dan 2 subjek tidak mampu memenuhinya. Karena subjek tidak mampu untuk memberikan solusi atau penyelesaian baru, penyelesaian yang subjek gunakan untuk menyelesaikan masalah dalam soal tersebut. Jadi dapat disimpulkan subjek SI.03 mampu memenuhi dua indikator yaitu K1 dan K2. dan wawancara pada subjek SI.04 subjek mampu memenuhi indikator berpikir kritis K1, K2 dan K3 pada soal nomor 1. Pada soal nomor 2 subjek hanya memenuhi indikator K1, sedangkan pada indikator K2 dan K3 subjek tidak mampu memenuhinya karena subjek tidak mampu mendeteksi kekeliruan dan memperbaikinya serta subjek juga tidak mampu menyelesaikan soal nomor 2 sedangkan indikator K4 pada soal nomor 1 dan 2 subjek tidak mampu memenuhinya, karena subjek tidak mampu untuk memberikan solusi atau penyelesaian baru selain solusi atau penyelesaian yang subjek gunakan untuk menyelesaikan masalah dalam soal tersebut. Jadi dapat disimpulkan SI.04 hanya memenuhi satu indikator berpikir kritis yaitu K1. Berdasarkan deskripsi data hasil lembar tes berpikir kritis dan data hasil wawancara dapat diketahui tingkat kemampuan berpikir kritis masing-masing subjek penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya dan kembali disajikan dalam bentuk tabel 3.2: Tabel 3.2 Tingkat Kemampuan Berpikir Kritis Subjek Indikator Berpikir Kritis K1 K2 K3 K4 Level % Kepribadian Ekstrovert SE.01 - L.3 ( 25% SE.02 - - - - L.1 (Tidak SE.03 - - - L.1 (Tidak 75% SE.04 - - - L.1 (Tidak Kepribadian Introvert SI.01 - L.3 ( 25% SI.03 - - - L.2 (Cukup SI.02 - - - L.1 (Tidak SI.04 - - - L.1 (Tidak 25% 50% Pembahasan Pada hasil lembar jawaban tes dan hasil wawancara subjek SE dan SI secara umum ditemukan persamaan dan perbedaan seperti cara, strategi, langkah dan penyampaian pernyataan yang berbeda-beda dalam penyelesaiannya. Ini terjadi karena subjek memiliki kepribadian yang berbeda serta pada umumnya memang tidak ada seorang individu yang sama persis dalam melakukan sesuatu. Siswa yang memiliki kepribadian ekstrovert yang terpilih sebagai subjek penelitian memenuhi indikator berpikir kritis yaitu kemampuan menolak informasi bila tidak benar atau tidak relevan. Sedangkan indikator kemampuan mendeteksi kekeliruan dan memperbaiki kekeliruan konsep, kemampuan membuat keputusan atau kesimpulan setelah seluruh fakta dikumpulkan dan dipertimbangkan dan ketertarikan dalam mencari solusi baru, siswa ekstrovert belum mampu memenuhinya dengan benar. Siswa yang memiliki kepribadian introvert yang terpilih sebagai subjek penelitian memenuhi indikator berpikir kritis yaitu kemampuan menolak informasi bila tidak benar atau tidak relevan dan hampir dapat memenuhi kemampuan mendeteksi kekeliruan konsep dan memperbaiki kekeliruan konsep. Sedangkan untuk indikator kemampuan membuat keputusan atau kesimpulan setelah seluruh fakta dikumpulkan dan dipertimbangkan dan ketertarikan dalam mencari solusi baru, siswa introvert belum mampu memenuhinya dengan benar. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa introvert lebih unggul dibandingkan dengan siswa ektrovert. Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Arief (2016:17) hasil penelitian yang diperoleh bahwa siswa yang memiliki tipe kepribadian dalam dimensi introvert dikategorikan lebih unggul dalam tingkat berpikir kritis untuk menyelesaikan soal dibandingkan dengan siswa yang memiliki tipe kepribadian dalam dimensi ekstrovert. Helen S Simbolon : Mahasiswa Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jambi Page 6

KESIMPULAN Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat disimpulkan analisis tingkat kemampuan berpikir kritis siswa ekstrovert dan introvert dalam menyelesaikan soal materi sistem persamaan linear dua variabel sebagai berikut: a) Siswa yang memiliki kepribadian ekstrovert yang terpilih sebagai subjek penelitian memenuhi indikator berpikir kritis yaitu kemampuan menolak informasi bila tidak benar atau tidak relevan. Sedangkan untuk indikator kemampuan mendeteksi kekeliruan dan memperbaiki kekeliruan konsep, kemampuan membuat keputusan atau kesimpulan setelah seluruh fakta dikumpulkan dan dipertimbangkan dan ketertarikan dalam mencari solusi baru, siswa ekstrovert belum mampu memenuhinya de-ngan benar. Tingkat kemampuan berpikir kritis siswa ekstrovert adalah 25% berada pada level 3 yaitu kritis dan 75% berada pada level 1 yaitu tidak kritis. b) Siswa yang memiliki kepribadian introvert yang terpilih sebagai subjek penelitian memenuhi indikator berpikir kritis yaitu kemampuan menolak informasi bila tidak benar atau tidak relevan dan hampir dapat memenuhi kemampuan mendeteksi kekeliruan konsep dan memperbaiki kekeliruan konsep. Sedangkan untuk indikator kemampuan membuat keputusan atau kesimpulan setelah seluruh fakta dikumpulkan dan dipertimbangkan dan ketertarikan dalam mencari solusi baru, siswa introvert belum mampu memenuhinya dengan benar. Tingkat kemampuan berpikir kritis siswa introvert adalah 25% berada pada level 3 yaitu kritis, 25% berada pada level 2 yaitu cukup kritis dan 50% berada pada level 1 yaitu tidak kritis. c) Secara umum subjek ekstrovert dan subjek introvert memliki perbedaan kemampuan berpikir kritis, yaitu dari cara berpikir menganalisis informasi, mendeteksi kekeliruan, ketelitian, dan kecepatan dalam menyelesaikan soal, dimana kemampuan berpikir kritis siswa introvert lebih unggul dibandingkan dengan siswa ektrovert. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, saran dari penulis antara lain: a) Sebagai bahan pertimbangan untuk merancangan pembelajaran yang meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dengan melihat kepribadian siswa. b) Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi gambaran untuk penelitian selanjutya mengenai tingkat kemampuan berpikir kritis siswa ekstrovert dan introvert dalam menyelesaikan soal. Rekomendasi Peneliti Lain Peneliti merekomendasikan untuk peneliti lain untuk meneliti faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kemampuan berpikir kritis siswa berdasarkan tipe kepribadiannya, serta karakteristik yang seperti apa yang mempengaruhi siswa terhadap kemampuan berpikir kritisnya pada subjek yang lebih banyak, dengan materi yang lebih cocok untuk melihat kemampuan berpikir kritisnya. DAFTAR PUSTAKA Arini, Z & Rosyidi, A.H. 2016. Profil Kemampuan Penalaran Siswa SMP Dalam Menyelesaikan Masalah Matematika Ditiinjau Dari Tipe Kepribadian Extrovert Dan Introvert, Mathedunesa, 2(05): 128. ISSN: 2301-9085. Arief, A & Naafidza, J.H. 2016. Identifikasi Tingkat Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalam Menyelesaikan Soal-Soal Fisika Berdasarkan Tipe Kepribadian, Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika, 05(01): 18-21. ISSN: 2302-4496. Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006). Standar Kompetensi Dan Kompetensi Dasar. BSNP. Helen S Simbolon : Mahasiswa Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jambi Page 7

Fahrurrozi & Wicaksono, A. 2016. Sekilas Tentang Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Garudhawaca. Jumaisyaroh, T., Napitupulu, E.E., dan Hasratuddin. 2014. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa SMP melalui Pembelajaran Berbasis Masalah, Jurnal Kreano, 5(02): 158. ISSN: 2086-2334. Klimovienė, G., Urbonienė, J., & Barzdžiukienė, R. 2006. Developing Critical Thinking Trough Cooperative Learning, Kalbu Studijos, (09): 79. ISSN: 1648-2824 Miles, M. B & Huberman, A. M. 2014. Analisis Data Kualitatif. Terjemahan Tjetjep Rohendi Rohidi, UI Press. Jakarta. Moleong, L.J. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Somakim. 2011. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama Dengan Penggunaan Pendidikan Matematika Realistik. Forum FMIPA. Vol. 14 No. 1. Syahbana, A. 2012. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa SMP Melalui Pendekatan Contextual Teaching And Learning, Edumatica, 02(01): 46. ISSN: 2088-2157. Wijaya, C. 2010. Pendidikan Remidial: Sarana Pengembangan Mutu Sumber Daya Manusia. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Zaman, S & Abdillah, S.I. 2009. MBTI (Mayyers-Brrggs Type indikator). Jakarta: Visimedia. Helen S Simbolon : Mahasiswa Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jambi Page 8