BAB V PENUTUP. Pada bab ini maka penulis akan mengakhiri seluruh penulisan tesis ini dengan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia (NKRI) tidaklah kecil. Perjuangan perempuan Indonesia dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari

BAB V PEMBAHASAN MASALAH

BAB IV KESIMPULAN. atau isu-isu yang sering terjadi dalam kehidupan perempuan. Melalui

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Wacana merupakan salah satu kata yang sering digunakan dalam

BAB VI PENUTUP. kesimpulan dan saran sebagai berikut: Tenaga Kerja Wanita (TKW) ke luar Negeri akan. tinggalkan cenderung tidak terurus dengan baik.

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan akibat lahir maupun batin baik terhadap keluarga masing-masing

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. atau di kota. Namun banyak manusia yang sudah mempunyai kemampuan baik

BAB I PENDAHULUAN. yang bermacam-macam, seperti politik, keyakinan agama, rasisme dan ideologi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia pada dasarnya mempunyai kodrat, yaitu memiliki hasrat untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan Undang-undang Perkawinan. Sudah

BAB I PENDAHULUAN. bahu-membahu untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing tahap perkembangannya adalah pada masa kanak-kanak, masa

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perempuan adalah tiang penyangga dalam rumah tangga. Istilah tersebut

2015 PERANAN PEREMPUAN DALAM POLITIK NASIONAL JEPANG TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu sastra pada hakikatnya selalu berkaitan dengan masyarakat. Sastra

C. Partisipasi Kewarganegaraan sebagai Pencerminan Komitmen terhadap Keutuhan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang bahagia dan kekal berdasarkan KeTuhanan Yang Maha Esa. Tujuan

BAB 5 RINGKASAN. orang-orang dari negara lain. Perkawinan masyarakat Jepang didasarkan pada konsep ie.

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. yakni Bagaimana struktur novel Tanah Tabu karya Anindita S. Thayf? dan

TRILOGI NOVEL MARITO

I. PENDAHULUAN. pulau-pulau dan lebih kebudayaan, upaya menguraikan kondisi hubungan

PUTUSAN. Nomor : 0571/Pdt.G/2013/PA.Plg BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Resensi Buku JADI KAYA DENGAN BERBISNIS DI RUMAH OLEH NETTI TINAPRILLA * FENOMENA WANITA * WANITA BERBISNIS : ANTARA KELUARGA DAN KARIR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya, setiap manusia diciptakan sebagai makhluk

bismillahirrahmanirrahim DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan perempuan terjadi melalui proses yang sangat panjang. Oleh karena itu

KUISIONER HASIL SURVEI TESIS

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. melainkan juga mengikat janji dihadapan Tuhan Yang Maha Esa untuk hidup

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang terlahir di dunia ini pasti akan mengalami pertumbuhan dan proses

BAB I PENDAHULUAN. harus dilakukan sesuai dengan tahapan perkembangannya. Salah satu tugas

I. PENDAHULUAN. satu suku di Indonesia yang bertempat tinggal di ujung selatan Pulau Sumatera.

BAB I PENDAHULUAN. pekerja dan itu menjadi penanda waktu yang beremansipasi.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara

Kaum Adam, Jadilah Pria Sejati

Matematika Pernikahan

BAB III DAMPAK DAN USAHA MENGATASI FENOMENA SEKKUSU SHINAI SHOKOGUN DALAM KEHIDUPAN SOSIAL MASYARAKAT JEPANG

Perpustakaan Unika LAMPIRAN

PUTUSAN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MELAWAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya setiap manusia diciptakan secara berpasang-pasangan. Hal

Bab 1. Pendahuluan. Dalam menjalani kehidupan, manusia memiliki kodrat. Kodrat itu antara lain; lahir,

BAB I PENDAHULUAN. akar perselisihan. Isu dan permasalahan yang berhubungan dengan gender,

BAB I PENDAHULUAN. dengan wanita yang bertujuan untuk membangun kehidupan rumah tangga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Aji Samba Pranata Citra, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang

BAB I PENDAHULUAN. Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sebenarnya bukan hal yang baru

BAB I PENDAHULUAN. proses dalam merencanakan keuangan pribadi untuk dapat memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan produk tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia memiliki fitrah untuk saling tertarik antara laki-laki dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia saat ini memasuki era globalisasi yang ditandai dengan arus

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mengubah keadaan tertentu menjadi kondisi yang lebih baik. Perubahan itu harus

BAB V PENUTUP. Simpulan dan Saran. Keduanya merupakan bagian penutup dari tesis ini.

BAB I PENDAHULUAN. homoseksual atau dikenal sebagai gay dan lesbian masih kontroversial.

BAB I PENDAHULUAN. satunya ditentukan oleh komunikasi interpersonal suami istri tersebut. Melalui

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berdasarkan agama dan kepercayaan masing-masing untuk menjalani hidup bersama.

DEKLARASI TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN. Diproklamasikan oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa

beragam adat budaya dan hukum adatnya. Suku-suku tersebut memiliki corak tersendiri

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana

BAB I PENDAHULUAN. gender yaitu suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun

BAB IV INTERPRETASI TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM MENENTUKAN PENDIDIKAN ANAK. dibahas dengan menggunakan perspektif teori pengambilan keputusan.

PUTUSAN. Nomor : 0512/Pdt.G/2009/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. pengaturan-nya. Namun berbeda dengan mahluk Tuhan lainnya, demi menjaga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang bekerja di luar Negeri, jauh dari keluarga merupakan. bermigrasi ke Negara lain. Pekerjaan rumah tangga yang

BAB II LATAR BELAKANG DOKTER SOEDARSO

Kekerasan fisik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, atau luka berat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan merupakan bersatunya seorang laki-laki dengan seorang

PUTUSAN. Nomor : 1636/Pdt.G/2012/PA.Plg. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N Nomor : 0151/Pdt.G/2011/PA.Bn

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan SDM yang optimal demi meningkatkan pembangunan. pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi. Hal ini di karenakan tidak

BAB I PENDAHULUAN. Dampak perubahan tersebut salah satunya terlihat pada perubahan sistem keluarga dan

BAB III PENYAJIAN DATA. A. Efektivitas Bimbingan Konseling Islam di (BP -4) Kementrian Agama

BAB II PENGATURAN HUKUM MENGENAI KEKERASAN YANG DILAKUKAN OLEH SUAMI TERHADAP ISTRI. A.Kajian Hukum Mengenai Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai kepala rumah tangga dan pencari nafkah membuat sebagian besar wanita ikut

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang merupakan potensi dan penerus citacita

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, untuk

BAB 4 SIMPULAN DAN SARAN. nilai-nilai tradisionalnya. Sebelum Perang Dunia II, sistem keluarga Jepang didasarkan

TENTANG DUDUK PERKARANYA

BAB I PENDAHULUAN. yang mendukung dimiliki di jalur kehidupan yang sedang dilalui.

SAMBUTAN PADA UPACARA BENDERA DALAM RANGKA MEMPERINGATI HARI IBU KE-89 TAHUN 2017

PUTUSAN Nomor : 0640/Pdt.G/2009/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. terjadi sebuah perubahan. Perlawanan budaya merupakan sebuah perjuangan

BAB I PENDAHULUAN. tidak bisa menangani masalahnya dapat mengakibatkan stres. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hak asasi bagi setiap orang, oleh karena itu bagi suatu Negara dan

BAB IV. Refleksi Teologis

2016 EKSISTENSI MAHASISWI D ALAM BERORGANISASI D I LINGKUNGAN FAKULTAS PEND ID IKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua

Contoh Format Gugatan / Permohonan. Diketik rangkap 7. {tab=cerai Gugat} Muntok, Hal : Cerai Gugat. Kepada. Yth. Ketua Pengadilan Agama Mentok

Transkripsi:

BAB V PENUTUP Pada bab ini maka penulis akan mengakhiri seluruh penulisan tesis ini dengan melakukan kesimpulan dan mengusulkan saran, sebagai berikut: A. KESIMPULAN Indonesia adalah sebuah kata yang dapat menggambarkan tentang kenyataan hidup berbangsa dan bernegara yang majemuk baik agama, budaya, warna kulit, ras, suku, adat, dan masih banyak lagi perbedaan yang ada pada bangsa Indonesia dan harus diakui bahwa keragaman/kemajemukan yang dimiliki merupakan kebanggaan bagi anak bangsa. Dalam keragaman ini, rakyat Indonesia diikat oleh satu Kesatuan Negara Republik Indonesia. Dan untuk dapat tetap merekatkan semangat Kesatuan NKRI maka seharusnya seluruh rakyat Indonesia tidak membuang dari ingatannya tentang masa-masa kelam yang pernah menghadirkan kesengsaraan, namun juga menumbuhkan rasa sepenanggungan dalam memperjuangkan kemerdekaan. Enam puluh sembilan tahun sudah bangsa ini memperoleh kemerdekaan. Enam puluh sembilan tahun juga bukanlah waktu yang singkat untuk membenahi dan mengarahkan bangsa ini pada kemerdekaan yang sesungguhnya memerdekakan seluruh rakyat tanpa pengecualian. Sayangnya, dalam memasuki usia yang keenam puluh sembilan tahun, bangsa ini pun belum sepenuhnya menghadirkan nilai-nilai keadilan yang benar-benar memerdekakan seluruh rakyatnya, misalnya; tidak diperhatikannya anak bangsa yang berdiam pada wilayah-wilayah yang sangat terpencil, diskriminasi terhadap wilayah-wilayah tertentu, egoisme yang ada pada golongan elit yakni hanya mementingkan kesejahteraan golongan dan kelompoknya, 119

ketidakadilan baik dalam dunia pendidikan, ekonomi, dan sebagainya, bahkan dalam hal ini juga masih belum meratanya perlakuan yang adil terhadap kaum perempuan. Namun setidaknya harus diakui bahwa sebagian dari kaum perempuan telah berhasil memperoleh kebebasan untuk keluar di wilayah publik dan keadaan ini harus disambut dengan penuh semangat oleh kaum perempuan lainnya dalam rangka mendorong semua kaum perempuan untuk berjuang dan mendapatkan haknya sebagai masyarakat yang benar-benar merdeka. Tetapi, pencapaian keberhasilan yang diperoleh oleh sebagian kaum perempuan juga masih diwarnai dengan unsur-unsur ketidakadilan. Artinya bahwa keberhasilan ini tidaklah langsung menjadi jaminan seorang perempuan mempunyai hak sepenuhnya dalam berkarya dan menuangkan talenta bahkan potensinya pada wilayah publik, lebih dari pada itu keberhasilan ini tidak dapat menjamin bahwa perempuan tidak akan menemui tindakan-tindakan yang tidak adil dan kemerdekaan yang benar-benar memerdekakan ketika bergabung pada wilayah publik. Hal ini menegaskan pada dasarnya apa yang dikatakan tidak sesuai dengan apa yang terjadi. Perempuan Indonesia yang hidup di negaranya sendiri masih mendapatkan perlakuan diskriminatif, masih ditempatkan sebagai kaum kelas nomor dua, dan sebagainya. Dengan demikian dapat dilihat bahwa masih terjadinya ketidakadilan pada ranah publik. Salah satu problem yang melatarbelakangi maraknya ketidakadilan pada wilayah publik ialah kurang diberikannya perhatian terhadap kehidupan keluarga yang merupakan dasar terbentuknya masyarakat. Masyarakat kita belum sepenuhnya sadar untuk melihat peran penting dari kehidupan keluarga. Artinya, hampir semua orang hanya fokus terhadap hal-hal yang kelihatan dari luar dan tidak menghiraukan bahkan tidak peduli dengan nilai-nilai moral yang seharusnya dibentuk dari dalam keluarga inti. Salah satu contoh yang akan diberikan untuk dapat memperjelas tentang peran 120

penting keluarga akan dikemukakan dari kehidupan keluarga penulis sendiri. Berikut ini adalah penuturannya. Saya adalah seorang perempuan yang semenjak lahir tidak dibesarkan oleh orang tua kandung. Setelah beranjak dewasa, saya bertemu dengan seorang pria. Hari demi hari pun berlalu dengan begitu cepatnya dan saya pun menjalin hubungan dengan laki-laki tersebut. Proses pengenalan antara kami tidak berjalan lama dan setelah itu kami menikah lantaran saya telah mengandung. Pernikahan kami secara tidak langsung membatasi ruang gerak saya hanya pada wilayah domestik. Namun saya berpikir bahwa itu merupakan konsekuensi yang harus diterima sebagai seorang istri. Masa-masa di awal pernikahan adalah masa yang sangat menyenangkan bagi kami. Terlebih ketika usia kandungan saya sudah tidak dikatakan muda lagi, yakni saya akan segera melahirkan. Perasaan senang pun semakin bertambah pada saat saya melahirkan anak pertama. Kehidupan rumah tangga yang kami jalani terlihat sangat bahagia dan jauh dari pertengkaran dan ketidakadilan. Tahun demi tahun kami lewati bersama dalam bingkai kehidupan rumah tangga. Banyak hal bahkan banyak permasalahan yang turut menemani kehidupan keluarga. Kini kami dikaruniai tiga orang anak lak-laki yang pada waktu itu masih berusia sekitar 5 tahun, 3 tahun, dan 1 tahun. Tidak banyak orang yang tahu tentang kondisi keluarga kami, khususnya kondisi antara saya dan suami. Namun, secara kasat mata para tetangga dapat melihat dengan jelas setiap hari pekerjaan yang harus saya selesaikan. Saya harus mengerjakan pekerjaan rumah, harus mengurus ketiga anak yang masih kecil-kecil, bahkan saya juga harus mengurusi semua keperluan dan kebutuhan suami. Jika dibandingkan dengan suami, tidak satupun pekerjaan rumah tangga yang ia kerjakan. Setiap harinya dia keluar bekerja dan 121

pulang pada malam hari. Tidak jarang juga dia pulang dalam kondisi yang sudah mabuk. Tidak ada cara lain yang harus saya lakukan selain mengurusinya walaupun dengan kondisi yang lelah karena bekerja seharian. Kondisi seperti ini terjadi dalam waktu yang lama. Hingga pada akhirnya saya mengetahui bahwa orang yang sangat dekat dengan saya bahkan orang yang sangat saya kasihi yang tidak lain adalah suami memiliki hubungan dengan wanita lain. Rasanya sangat berat perjalanan hidup rumah tangga yang saya jalani. Saya berusaha tegar dalam mengatasi permasalahan ini. Ketika itu perlakuan tidak adil mulai saya rasakan dari suami. Biaya kehidupan bagi saya dan anak-anak telah berkurang bahkan juga tindakan dan perkataan kasar menjadi hal yang tidak luput dalam keseharian. Pada akhirnya saya jatuh sakit. Selama tubuh ini diserang penyakit, tidak pernah saya dibawa pergi ke rumah sakit. Dalam ketidakberdayaan, saya menanggung semua rasa sakit, baik sakit fisik maupun sakitnya perasaan karena dikhianati. Meski demikian, saya tetap menjalankan tugas sebagai seorang istri dengan baik. Hingga pada satu ketika penyakit di dalam tubuh ini tidak dapat diajak kompromi sehingga nyawa saya pun direnggut oleh penyakit itu. Saya meninggalkan tiga orang anak yang masih sangat kecil dan masih sangat membutuhkan kehadiran serta kasih sayang seorang ibu. Cerita di atas menggambarkan bahwa betapa seorang perempuan, ibu, istri diperlakukan dengan sangat tidak adil, didiskriminasi, dan kemanusiaannya tidak dianggap. Yang diperlukan adalah tenaganya untuk mengerjakan berbagai macam pekerjaan rumah tangga/keluarga. Namun tidak diberikan kesempatan untuk mengembangkan diri dan talenta. Ruang geraknya dibatasi untuk bekerja keras pada wilayah domestik sehingga talenta dan kreatifitas yang ada pada perempuan menjadi hilang bahkan mati. Konteks aktual yang dituangkan melalui cerita di atas setidaknya 122

hendak menyampaikan pesan yang sangat penting bahwa betapa keluarga memegang peranan besar untuk menerapkan nilai-nilai keadilan yang dimulai dari dalam keluarga yang pada akhirnya akan berkontribusi bagi masyarakat dan negara. Karena itu, salah satu indikator terjadinya ketidakadilan di dalam keluarga yakni paham patriaki yang berkembang dalam pemahaman masyarakat haruslah diputuskan sehingga tidak terfokus pada pandangan-pandangan yang pada akhirnya menghadirkan ketidakadilan tetapi mampu menanamkan nilai-nilai dan tindakan-tindakan yang lebih bermoral dan bermartabat untuk kemanusiaan seorang perempuan dan juga laki-laki. Dengan begitu bagi penulis, pandangan dan solusi yang dikemukakan oleh Susan Okin mengenai penerapan nilai-nilai moral yang disertai dengan praktik-praktik keadilan tidak hanya sekedar menjadi formalitas untuk menunjukkan bahwa adanya aktifitas pendidikan yang dilakukan dari dalam keluarga tetapi sebaliknya merupakan suatu kebutuhan yang harus diterapkan mulai dari wilayah yang paling intim atau wilayah yang paling dekat dengan kehidupan pribadi masing-masing orang yaitu keluarga. Begitu juga dengan kehidupan masyarakat pun harus disertai dengan tindakan-tindakan moral yang menghadirkan keadilan bagi seluruh masyarakat yang dalam hal ini juga berawal dari dalam keluarga. Dengan demikian antara kehidupan keluarga dan masyarakat seharusnya tidak dipisahkan karena merupakan dua unsur yang saling melengkapi. Pada akhirnya kesadaran akan kesetaraan gender dan keadilan terlebih dahulu harus dimulai dari dalam hubungan keluarga yaitu antara suami dan isteri, maupun antara orang tua anak. B. SARAN Keluarga merupakan basis utama terbentuknya masyarakat yang adil. Karena itu, sebelum seseorang melangkah keluar wilayah publik, terlebih dahulu harus 123

mengerti, memahami, dan mempraktekkan nilai-nilai dan tindakan-tindakan yang adil di dalam keluarga. Suami dan isteri harus menunjukkan totalitas dan kualitasnya sebagai orang tua yang baik dalam mendidik dan membina anak-anak tentang nilainilai yang adil sejak usia dini sehingga ketika anak-anak mengalami perjumpaan dengan masyarakat, mereka mampu hadir dan menyumbangkan tindakan-tindakan yang adil atas nama kemanusiaan. Kaum laki-laki harus menelanjangi sistim berpikirnya yang mendominasi kaum perempuan serta harus menanggalkan sifat-sifat egois dan memberikan kesempatan bagi kaum perempuan untuk mengembangkan diri pada wilayah publik. Juga kaum perempuan harus berani bertindak tegas dan berani melangkah keluar dari cara berpikir klasik yang mengharuskan setiap perempuan mengabdikan seluruh tenaga dan hidupnya hanya pada wilayah domestik. Selain itu, kaum laki-laki dan kaum perempuan harus menggabungkan seluruh tenaga dan daya pikirnya untuk meruntuhkan hasil konstruksi masyarakat yang telah berkembang selama ratusan bahkan ribuan tahun sehingga mendominasi sebagian besar pemikiran masyarakat luas yang hadir hingga saat ini. Cara-cara semacam ini dapat ditempuh melalui proses sosialisasi dan edukasi yang dilakukan secara terbuka dan berkelanjutan bagi semua anggota keluarga, masyarakat, golongan, kelompok, suku, bahkan pada tingkat kenegaraan. 124