The Prevalence and Prognosis of Resistant Hypertension in Patients with Heart Failure

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Hipertensi dikenal secara umum sebagai penyakit kardiovaskular. Penyakit

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dari penyakit infeksi ke penyakit non infeksi, yaitu penyakit tidak

4.10 Instrumen Penelitian Prosedur Penelitian Manajemen Data Analiasis Data BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme jaringan. 2. di vena sehingga menimbulkan kenaikan tekanan vena. 3 Penyebab utama gagal

BAB 4 HASIL. Hubungan antara..., Eni Indrawati, FK UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. diastolik yang di atas normal. Joint National Committee (JNC) 7 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. jantung yang utama adalah sesak napas dan rasa lelah yang membatasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

EVALUASI PENATALAKSANAAN TERAPI HIPERTENSI PADA PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIS DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. MOEWARDI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sehingga meningkatkan risiko PKV seperti pembesaran ventrikel kiri, infark

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif dan

Gambar 3.1 Skema Kerangka Konseptual

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan kerusakan jantung, mata, otak, dan ginjal (WHO, 2009).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. seluruh pembuluh dimana akan membawa darah ke seluruh tubuh. Tekanan darah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. antihipertensi di RSUP DR.Sardjito Yogyakarta. Berdasarkan database ASKES jumlah data

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) memperkirakan jumlah penderita hipertensi akan terus meningkat seiring

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW. penyakit degeneratif dan man made diseases yang merupakan faktor utama masalah

BAB I PENDAHULUAN. tingkat stress yang dialami. Tekanan darah sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

Prevalensi hipertensi berdasarkan yang telah terdiagnosis oleh tenaga kesehatan dan pengukuran tekanan darah terlihat meningkat dengan bertambahnya

olahraga secara teratur, diet pada pasien obesitas, menjaga pola makan, berhenti merokok dan mengurangi asupan garam (Tedjasukmana, 2012).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. VII, 2003). Diagnosis hipertensi seharusnya didasarkan pada minimal tiga kali pengukuran

4. HASIL 4.1 Karakteristik pasien gagal jantung akut Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi bisa diumpamakan seperti pohon yang terus. Hipertensi yang didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik (SBP, 140

YUANITA ARDI SKRIPSI SARJANA FARMASI. Oleh

BAB 4 HASIL. Hubungan antara..., Omar Luthfi, FK UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan peningkatan angka morbiditas secara global sebesar 4,5 %, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejak beberapa dekade belakangan ini para ilmuan dibidang kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan adanya peningkatan tekanan darah sistemik sistolik diatas atau sama dengan

POLA PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DAN KESESUAIANNYA PADA PASIEN GERIATRI RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN PERIODE APRIL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Gagal jantung merupakan sindrom yang ditandai dengan ketidakmampuan

BAB I PENDAHULUAN. terhadap penyakit kardiovaskuler. The Third National Health and Nutrition

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Infark miokard akut dengan elevasi segmen ST (IMA-EST) merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang paling sering dijumpai pada pasien-pasien rawat jalan, yaitu sebanyak

MANAGEMENT OF ATRIAL FIBRILLATION IN PATIENTS WITH HEART FAILURE EUROPEAN HEART JOURNAL (2007) 28, Ferry Sofyanri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. abnormal tinggi di dalam arteri menyebabkan meningkatnya risiko terhadap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

jantung dan stroke yang disebabkan oleh hipertensi mengalami penurunan (Pickering, 2008). Menurut data dan pengalaman sebelum adanya pengobatan yang

IDENTIFIKASI POTENSI INTERAKSI OBAT ANTI-HIPERTENSI PADA RESEP PASIEN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI INSTALASI FARMASI UNIT RAWAT JALAN RSUD

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang albuminuria, yakni: mikroalbuminuria (>30 dan <300 mg/hari) sampai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis dimana terjadi

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia, karena dalam jangka panjang peningkatan tekanan darah yang

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Penelitian. dunia karena biaya perawatannya yang besar, kualitas hidup yang buruk dan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dasar Disamping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat

BAB 1 PENDAHULUAN. nefrologi dengan angka kejadian yang cukup tinggi, etiologi luas, dan sering diawali

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. urutan kedua pada usia diatas 60 tahun dan urutan kelima pada usia 15-59

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan gangguan neurologis fokal maupun global yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi)

BAB 1 PENDAHULUAN. Gagal jantung (heart failure) adalah sindrom klinis yang ditandai oleh sesak

BAB I PENDAHULUAN. terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan

BAB I. Pendahuluan. I.1 Latar Belakang. Angina adalah tipe nyeri dada yang disebabkan oleh. berkurangnya aliran darah ke otot jantung.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. merupakan penyakit nomor satu penyebab kematian di Indonesia dan sekitar 20-

BAB 1 PENDAHULUAN. Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC-7)

BAB I PENDAHULUAN. jantung yang prevalensinya paling tinggi dalam masyarakat umum dan. berperan besar terhadap mortalitas dan morbiditas.

Universitas Sam Ratulangi Manado

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. disebut the silence disease. Penyakit ini juga dikenal sebagai heterogenous

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Infark miokard akut merupakan salah satu penyakit. yang tergolong dalam non-communicable disease atau

BAB I PENDAHULUAN. homeostassis dari hormon ini sangat penting bagi pengoptimalan dari fungsi

Ditulis oleh Giyati Sabtu, 24 Oktober :31 - Terakhir Diperbaharui Selasa, 03 November :42

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat dari hasil gangguan jantung fungsional atau struktural yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

GAMBARAN PERESEPAN ACE INHIBITOR PADA PASIEN GAGAL JANTUNG YANG DIRAWAT INAP DI RSUP DR KARIADI SEMARANG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2013

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

sebesar 0,8% diikuti Aceh, DKI Jakarta, dan Sulawesi Utara masing-masing sebesar 0,7 %. Sementara itu, hasil prevalensi jantung koroner menurut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. merupakan penyebab peningkatan mortalitas pasien jantung (Maggioni, 2005).

KAJIAN PENGOBATAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS KARANG ASAM SAMARINDA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saliva memiliki beberapa fungsi yaitu sebagai proteksi, pengaturan reseptor

BAB I PENDAHULUAN. Gagal jantung adalah tahap akhir dari seluruh penyakit jantung dan

@UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyakit dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu penyakit menular

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker,

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan saat ini sudah bergeser dari penyakit infeksi ke

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Transkripsi:

The Prevalence and Prognosis of Resistant Hypertension in Patients with Heart Failure Pembimbing : dr. Dasril Nizam, Sp. PD Disusun oleh : Isnan Wahyudi 1102009145

Judul asli : The Prevalence and Prognosis of Resistant Hypertension in Patients with Heart Failure Pengarang : Chun-Na Jin, Ming Liu, Jing-Ping Sun, Fang Fang, Yong-Na Wen, Cheuk-Man Yu, Alex Pui-Wai Lee Division of Cardiology, Li Ka Shing Institute of Health Sciences, Department of Medicine and Therapeutics, Prince of Wales Hospital, The Chinese University of Hong Kong, Hong Kong SAR, People s Republic of China

Tanggal Penerbitan : 9 Desember 2014 Penerbit : PLOS One Tersedia di : http://www.plosone.org/article/info %3Adoi%2F10.1371%2Fjournal.pone.0114958

Abstrak Latar belakang : hipertensi resisten berhubungan dengan aspek klinis yang terjadi pada pasien hipertensi. Namun, prognosis yang signifikan terhadap hipertensi resisten pada pasien dengan gagal jantung masih menjadi sesuatu yang belum pasti.

Abstrak Metode dan hasil : 1 tahun bertahan dari penyakit gagal jantung dan rawat inap di rumah sakit yang berulang, 1288 setuju untuk di analisis untuk pendiagnosisan gagal jantung terbaru atau eksaserbasi dari gagal jantung tersebut. Hipertensi resisten di jelaskan sebagai tekanan darah yang tidak terkontrol (140/90 mmhg) walaupun pasien sudah diberi obat antihipertensi yang terdiri dari 3 jenis obat atau lebih (termasuk diuretik).

Abstrak Dari semua pasien gagal jantung yang terdaftar, 176 (13,7%) memiliki hipertensi resisten. Tidak ada perbedaan pada semua penyebab kematian, kematian karena kardiovaskular, dan gagal jantung yang berhubungan dengan rawat inap berulang antara pasien dengan pasien hipertensi resisten atau tanpa hipertensi resisten. Diabetes dan serum sodium pada darah >139 mmol/l secara independen berhubungan dengan terjadinya hipertensi resisten.

Pasien dengan hipertensi resisten mempunyai tingkat kelangsungan hidup yang tinggi. Pada pasien dengan fraksi ejeksi yang berkurang, pasien gagal jantung dengan rawat inap berulang secara signifikan lebih rendah pada pasien dengan hipertensi resisten.

Kesimpulan : hipertensi resisten tampaknya tidak terkait dengan hasil klinis yang merugikan pada pasien dengan gagal jantung, kenyataanya mungkin menjadi faktor protektif untuk mengurangi gagal jantung yang terkait dengan rawat inap berulang pada pasien dengan fraksi ejeksi yang menurun.

Pengantar Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama dengan prevalensi global mulai dari sekitar 20% sampai 40%. Hipertensi resisten, yang didefinisikan oleh USA Joint National Committee (JNC) -7 sebagai tidak tercapainya tekanan darah yang dituju (<140 / 90 mmhg secara keseluruhan dan <130 / 80 mmhg untuk pasien dengan diabetes atau penyakit ginjal kronis) meskipun sudah mengikuti dosis toleransi maksimal tiga obat antihipertensi termasuk diuretik.

Pengantar Hipertensi resisten dikaitkan dengan peningkatan risiko yang signifikan untuk terjadinya serangan jantung dibandingkan dengan hipertensi non-resisten dan merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang serius. Ada tumpang tindih yang signifikan antara pasien dengan gagal jantung dan hipertensi. Dalam studi Enhanced Feedback for Effective Cardiac Treatment (EFFECT), di mana 69% pasien dengan fraksi ejeksi yang menurun (HFREF) dan 31% pasien dengan fraksi ejeksi yang dipertahankan(hfpef), hampir 51% dari pasien gagal jantung memiliki bukti hipertensi.

Pengantar Pada penelitian Systolic Hypertension in Elderly Program (SHEP) termasuk 4736 orang >60 tahun dan menunjukkan bahwa mengurangi tekanan darah dari 170/77 ke 143/78 mm Hg mengurangi kejadian gagal jantung sebesar 48%. Hingga kini, ada sedikit data mengenai prevalensi hipertensi resisten pada pasien gagal jantung. Ketika gagal jantung disertai hipertensi resisten, kombinasi tersebut menyebabkan konsekuensi yang merugikan.

Dengan demikian, penelitian ini terlebih dahulu akan fokus pada menyelidiki prevalensi hipertensi resisten dan tekanan darah terkontrol optimal pada pasien gagal jantung, baik dengan fraksi ejeksi yang menurun dan fraksi ejeksi yang dipertahankan.

Metode Penelitian 1. Populasi Pasien dihadirkan ke rumah sakit pendidikan tersier dengan diagnosis baru sebagai gagal jantung atau gagal jantung kronis dengan eksaserbasi. Diagnosis gagal jantung didirikan menurut kriteria klinis Framingham. Pasien yang lebih muda dari 18 tahun atau menolak untuk berpartisipasi dalam penelitian ini dikeluarkan

2. Dasar Penelitian Karakteristik demografi dan data klinis, termasuk riwayat medis, obat-obatan, faktor risiko kardiovaskular, dan penyakit penyerta yang terkait, dikumpulkan dengan menggunakan formulir laporan kasus standar yang di isi pada setiap kunjungan studi. Pengumpulan data pelengkap termasuk elektrokardiografi, ekokardiografi, dan tes laboratorium selama tindakan lanjut. Resep yang keluar pada terapi utama kardiovaskular dicatat. Dasar tekanan darah diukur dalam posisi duduk setelah setidaknya 5 menit istirahat.

2. Dasar Penelitian Tujuan pengobatan hipertensi adalah untuk menjaga tekanan darah sistolik dan diastolik di bawah 140 mmhg dan 90 mm Hg, masingmasing. Obat antihipertensi dikelompokkan berdasarkan golongan obat, termasuk diuretik, angiotensin converting enzyme inhibitor (ACEI) / angiotensin II reseptor blocker (ARB), calcium channel blockers (CCBs), beta-blocker dan antagonis reseptor aldosteron (Aras).

2. Dasar Penelitian Pasien dengan EF <50% diklasifikasikan sebagai HFREF, dan orang-orang dengan fraksi ejeksi lebih besar dari atau sama dengan 50% diklasifikasikan sebagai HFPEF.

3. Penetapan Hasil Hasil utama dari penelitian ini adalah semua penyebab kematian dalam waktu 1 tahun follow-up. Hasil sekunder termasuk kematian akibat penyakit jantung dan gagal jantung terkait rawat inap berulang dalam waktu 1 tahun follow-up. Hasil dari penelitian berdasarkan laporan pada saat tindak lanjut dokter. Kematian yang disebabkan kardiovaskular termasuk stroke yang fatal, infark miokard fatal, kematian dikaitkan dengan gagal jantung kongestif, kematian jantung mendadak, emboli paru dan kematian akibat penyakit jantung lainnya.

4. Analisis statistic Variabel yang didapatkan dinyatakan menggunakan Mean ±SD, data kategori disajikan sebagai angka mutlak dan persentase. Regresi logistik dilakukan untuk menyaring faktor pada awal yang terkait dengan hipertensi resisten. Hazard ratio (HR) dan 95% Convidence Interval (CI) dihitung. Kurva survival Kaplan-Meier dibangun untuk menunjukkan 1-tahun kelangsungan hidup pada pasien dengan atau tanpa hipertensi resisten.

Hasil 1. Karakteristik Awal Dan Tindak Lanjut Endpoint Dari Sampel 1.288 pasien dengan gagal jantung terdaftar dalam registri ini (Mei 2006-Desember 2010) telah didaftarkan untuk penilaian akhir. Di antara semua pasien termasuk, usia rata-rata adalah 75.2±11.9 tahun, berkisar 31-102 tahun; 713 (55,4%) pasien adalah perempuan; 519 (40,3%) adalah HFREF pasien; 381 (29,6%) pasien menerima lebih dari 3 obat antihipertensi; 679 (52,7%) pasien mencapai sasaran tekanan darah optimal; total 176 (13,7%) pasien gagal jantung dengan hipertensi resisten.

Semua pasien di follow-up selama 1 tahun, 203 (15,8%) pasien meninggal dalam waktu 1 tahun follow-up, di antaranya 45,3% (92) pasien dengan kematian disebabkan kardiovaskular; 657 (51,0%) pasien memiliki setidaknya 1 episode gagal jantung yang berhubungan dengan rawat inap berulang.

2. Karakteristik Diferensial Dan Prognosis Kelompok Pasien Didefinisikan Oleh Dengan Atau Tanpa Hipertensi Resisten

Tabel 1. Karakteristik awal untuk pasien gagal jantung dengan atau tanpa hipertensi resisten

3. Karakteristik Diferensial dan Prognosis kelompok pasien didefinisikan oleh HFREF atau HFPEF Pada pasien dengan HFREF, prevalensi hipertensi resisten secara signifikan lebih tinggi (15,2% vs 11,4%, P=0.049). Dalam 1 tahun follow-up, semua penyebab kematian adalah 19,7% pada pasien dengan HFREF, jauh lebih tinggi dibandingkan pasien dengan HFPEF (19,7 vs 13,1%, P=0.002); gagal jantung terkait dengan rawat inap berulang juga lebih tinggi pada pasien dengan HFREF (57,6% vs 46,6%; P<0,001).

Dalam kelompok HFREF, gagal jantung terkait rawat inap berulang secara signifikan lebih tinggi pada pasien tanpa hipertensi resisten dibandingkan dengan hipertensi resisten (59,1% vs 45,8%; P=0.050), sementara perbedaan ini tidak ditemukan pada kelompok HFPEF (45,9% vs 50,0%; P=0.415)

Tabel 2. 1 tahun perbandingan hasil bagi pasien gagal jantung dengan atau tanpa hipertensi resisten.

Diskusi 1.Prevalensi hipertensi resisten pada pasien dengan gagal jantung Persentase hipertensi resisten pada pasien gagal jantung adalah 13,7%. Dibandingkan dengan pasien dengan HFREF, prevalensi hipertensi resisten secara signifikan lebih tinggi pada pasien dengan HFPEF. Tingkat tekanan darah optimal terkontrol hanya 52,7% di antara semua pasien.

1. Prevalensi hipertensi resisten pada pasien dengan gagal jantung Pasien dengan riwayat diabetes dan natrium serum yang lebih tinggi (>139 mmol / L) lebih mungkin untuk menderita hipertensi resisten, yang telah didemonstrasikan dengan jelas sebagai faktor risiko yang berkontribusi terhadap hipertensi resisten dalam populasi pasien gagal jantung.

2. Prognosis pasien gagal jantung dengan hipertensi resisten selama 1 tahun follow-up Pada studi saat ini, pasien gagal jantung dengan hipertensi resisten tidak menunjukkan perbedaan hasil yang signifikan dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki hipertensi resisten selama 1 tahun follow-up, menunjukkan bahwa hipertensi resisten tampaknya tidak dikaitkan dengan peningkatan mortalitas selama 1 tahun pada pasien gagal jantung.

2. Prognosis pasien gagal jantung dengan hipertensi resisten selama 1 tahun followup Pasien datang dengan sejarah panjang hipertensi yang tidak terkontrol memiliki prognosis yang kurang baik. Pada studi ini menunjukkan status hipertensi resisten tampaknya tidak berkaitan dengan peningkatan mortalitas 1 tahun pada pasien gagal jantung

1 tahun perbandingan hasil analisis subkelompok berdasarkan fraksi ejeksi pada pasien dengan atau tanpa hipertensi resisten

3. Signifikasi Klinis Penelitian saat ini telah menunjukkan 13,7% pasien gagal jantung disertai hipertensi resisten berhubungan dengan pengobatan. Dibandingkan dengan pasien gagal jantung tanpa hipertensi resisten, orang-orang dengan hipertensi resisten menerima pengobatan antihipertensi lebih agresif. Hipertensi resisten memiliki mekanisme patofisiologis yang mirip dengan gagal jantung, seperti aktivasi berlebihan sistem renin-angiotensin-aldosteron dan sistem saraf simpatik. Hal itu diketahui bahwa pasien gagal jantung dengan fraksi ejeksi yang dipertahankan diuntungkan secara terbatas dari perawatan yang tersedia saat ini, seperti farmakoterapi dan terapi sinkronisasi-ulang jantung.

3. Signifikasi Klinis Selama beberapa tahun terakhir, telah ada minat besar di device-based therapies, yang memodifikasi aktivitas saraf simpatik untuk pengelolaan pasien dengan hipertensi resisten, termasuk renal denervation therapy (RDT) dan terapi aktivasi baroreseptor (BAT)

4. Batasan Penelitian ini hanya menggunakan pengukuran tekanan darah office-based Kurangnya informasi tentang dosis obat, karena dosis optimal merupakan bagian integral dari definisi hipertensi resisten. Walaupun dosis maksimal sudah digunakan, hasilnya tetap berbeda dari 1 orang ke yang lainnya. Populasi penelitian ini diambil dari pusat tunggal, sehingga temuan kami mungkin tidak dapat digeneralisasi untuk sistem kesehatan lainnya. Tidak adanya penyesuaian pada disfungsi diastole ringan ataupun berat, and left ventricular hypertrophy (LVH), yang telah dibuktikan sebagai prediktor independen hasil klinis yang dapat merugikan pada pasien dengan gagal jantung.

Kesimpulan Hipertensi resisten merupakan temuan umum dan tampaknya tidak terkait dengan peningkatan mortalitas pada gagal jantung dan gagal jantung terkait dengan rawat inap berulang pada pasien gagal jantung. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menentukan pengobatan yang tepat secara farmakologis, serta efektivitas beberapa terapi dari novel device-based therapies, seperti RDT dan BAT, untuk pasien gagal jantung dengan hipertensi resisten.