The Prevalence and Prognosis of Resistant Hypertension in Patients with Heart Failure Pembimbing : dr. Dasril Nizam, Sp. PD Disusun oleh : Isnan Wahyudi 1102009145
Judul asli : The Prevalence and Prognosis of Resistant Hypertension in Patients with Heart Failure Pengarang : Chun-Na Jin, Ming Liu, Jing-Ping Sun, Fang Fang, Yong-Na Wen, Cheuk-Man Yu, Alex Pui-Wai Lee Division of Cardiology, Li Ka Shing Institute of Health Sciences, Department of Medicine and Therapeutics, Prince of Wales Hospital, The Chinese University of Hong Kong, Hong Kong SAR, People s Republic of China
Tanggal Penerbitan : 9 Desember 2014 Penerbit : PLOS One Tersedia di : http://www.plosone.org/article/info %3Adoi%2F10.1371%2Fjournal.pone.0114958
Abstrak Latar belakang : hipertensi resisten berhubungan dengan aspek klinis yang terjadi pada pasien hipertensi. Namun, prognosis yang signifikan terhadap hipertensi resisten pada pasien dengan gagal jantung masih menjadi sesuatu yang belum pasti.
Abstrak Metode dan hasil : 1 tahun bertahan dari penyakit gagal jantung dan rawat inap di rumah sakit yang berulang, 1288 setuju untuk di analisis untuk pendiagnosisan gagal jantung terbaru atau eksaserbasi dari gagal jantung tersebut. Hipertensi resisten di jelaskan sebagai tekanan darah yang tidak terkontrol (140/90 mmhg) walaupun pasien sudah diberi obat antihipertensi yang terdiri dari 3 jenis obat atau lebih (termasuk diuretik).
Abstrak Dari semua pasien gagal jantung yang terdaftar, 176 (13,7%) memiliki hipertensi resisten. Tidak ada perbedaan pada semua penyebab kematian, kematian karena kardiovaskular, dan gagal jantung yang berhubungan dengan rawat inap berulang antara pasien dengan pasien hipertensi resisten atau tanpa hipertensi resisten. Diabetes dan serum sodium pada darah >139 mmol/l secara independen berhubungan dengan terjadinya hipertensi resisten.
Pasien dengan hipertensi resisten mempunyai tingkat kelangsungan hidup yang tinggi. Pada pasien dengan fraksi ejeksi yang berkurang, pasien gagal jantung dengan rawat inap berulang secara signifikan lebih rendah pada pasien dengan hipertensi resisten.
Kesimpulan : hipertensi resisten tampaknya tidak terkait dengan hasil klinis yang merugikan pada pasien dengan gagal jantung, kenyataanya mungkin menjadi faktor protektif untuk mengurangi gagal jantung yang terkait dengan rawat inap berulang pada pasien dengan fraksi ejeksi yang menurun.
Pengantar Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama dengan prevalensi global mulai dari sekitar 20% sampai 40%. Hipertensi resisten, yang didefinisikan oleh USA Joint National Committee (JNC) -7 sebagai tidak tercapainya tekanan darah yang dituju (<140 / 90 mmhg secara keseluruhan dan <130 / 80 mmhg untuk pasien dengan diabetes atau penyakit ginjal kronis) meskipun sudah mengikuti dosis toleransi maksimal tiga obat antihipertensi termasuk diuretik.
Pengantar Hipertensi resisten dikaitkan dengan peningkatan risiko yang signifikan untuk terjadinya serangan jantung dibandingkan dengan hipertensi non-resisten dan merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang serius. Ada tumpang tindih yang signifikan antara pasien dengan gagal jantung dan hipertensi. Dalam studi Enhanced Feedback for Effective Cardiac Treatment (EFFECT), di mana 69% pasien dengan fraksi ejeksi yang menurun (HFREF) dan 31% pasien dengan fraksi ejeksi yang dipertahankan(hfpef), hampir 51% dari pasien gagal jantung memiliki bukti hipertensi.
Pengantar Pada penelitian Systolic Hypertension in Elderly Program (SHEP) termasuk 4736 orang >60 tahun dan menunjukkan bahwa mengurangi tekanan darah dari 170/77 ke 143/78 mm Hg mengurangi kejadian gagal jantung sebesar 48%. Hingga kini, ada sedikit data mengenai prevalensi hipertensi resisten pada pasien gagal jantung. Ketika gagal jantung disertai hipertensi resisten, kombinasi tersebut menyebabkan konsekuensi yang merugikan.
Dengan demikian, penelitian ini terlebih dahulu akan fokus pada menyelidiki prevalensi hipertensi resisten dan tekanan darah terkontrol optimal pada pasien gagal jantung, baik dengan fraksi ejeksi yang menurun dan fraksi ejeksi yang dipertahankan.
Metode Penelitian 1. Populasi Pasien dihadirkan ke rumah sakit pendidikan tersier dengan diagnosis baru sebagai gagal jantung atau gagal jantung kronis dengan eksaserbasi. Diagnosis gagal jantung didirikan menurut kriteria klinis Framingham. Pasien yang lebih muda dari 18 tahun atau menolak untuk berpartisipasi dalam penelitian ini dikeluarkan
2. Dasar Penelitian Karakteristik demografi dan data klinis, termasuk riwayat medis, obat-obatan, faktor risiko kardiovaskular, dan penyakit penyerta yang terkait, dikumpulkan dengan menggunakan formulir laporan kasus standar yang di isi pada setiap kunjungan studi. Pengumpulan data pelengkap termasuk elektrokardiografi, ekokardiografi, dan tes laboratorium selama tindakan lanjut. Resep yang keluar pada terapi utama kardiovaskular dicatat. Dasar tekanan darah diukur dalam posisi duduk setelah setidaknya 5 menit istirahat.
2. Dasar Penelitian Tujuan pengobatan hipertensi adalah untuk menjaga tekanan darah sistolik dan diastolik di bawah 140 mmhg dan 90 mm Hg, masingmasing. Obat antihipertensi dikelompokkan berdasarkan golongan obat, termasuk diuretik, angiotensin converting enzyme inhibitor (ACEI) / angiotensin II reseptor blocker (ARB), calcium channel blockers (CCBs), beta-blocker dan antagonis reseptor aldosteron (Aras).
2. Dasar Penelitian Pasien dengan EF <50% diklasifikasikan sebagai HFREF, dan orang-orang dengan fraksi ejeksi lebih besar dari atau sama dengan 50% diklasifikasikan sebagai HFPEF.
3. Penetapan Hasil Hasil utama dari penelitian ini adalah semua penyebab kematian dalam waktu 1 tahun follow-up. Hasil sekunder termasuk kematian akibat penyakit jantung dan gagal jantung terkait rawat inap berulang dalam waktu 1 tahun follow-up. Hasil dari penelitian berdasarkan laporan pada saat tindak lanjut dokter. Kematian yang disebabkan kardiovaskular termasuk stroke yang fatal, infark miokard fatal, kematian dikaitkan dengan gagal jantung kongestif, kematian jantung mendadak, emboli paru dan kematian akibat penyakit jantung lainnya.
4. Analisis statistic Variabel yang didapatkan dinyatakan menggunakan Mean ±SD, data kategori disajikan sebagai angka mutlak dan persentase. Regresi logistik dilakukan untuk menyaring faktor pada awal yang terkait dengan hipertensi resisten. Hazard ratio (HR) dan 95% Convidence Interval (CI) dihitung. Kurva survival Kaplan-Meier dibangun untuk menunjukkan 1-tahun kelangsungan hidup pada pasien dengan atau tanpa hipertensi resisten.
Hasil 1. Karakteristik Awal Dan Tindak Lanjut Endpoint Dari Sampel 1.288 pasien dengan gagal jantung terdaftar dalam registri ini (Mei 2006-Desember 2010) telah didaftarkan untuk penilaian akhir. Di antara semua pasien termasuk, usia rata-rata adalah 75.2±11.9 tahun, berkisar 31-102 tahun; 713 (55,4%) pasien adalah perempuan; 519 (40,3%) adalah HFREF pasien; 381 (29,6%) pasien menerima lebih dari 3 obat antihipertensi; 679 (52,7%) pasien mencapai sasaran tekanan darah optimal; total 176 (13,7%) pasien gagal jantung dengan hipertensi resisten.
Semua pasien di follow-up selama 1 tahun, 203 (15,8%) pasien meninggal dalam waktu 1 tahun follow-up, di antaranya 45,3% (92) pasien dengan kematian disebabkan kardiovaskular; 657 (51,0%) pasien memiliki setidaknya 1 episode gagal jantung yang berhubungan dengan rawat inap berulang.
2. Karakteristik Diferensial Dan Prognosis Kelompok Pasien Didefinisikan Oleh Dengan Atau Tanpa Hipertensi Resisten
Tabel 1. Karakteristik awal untuk pasien gagal jantung dengan atau tanpa hipertensi resisten
3. Karakteristik Diferensial dan Prognosis kelompok pasien didefinisikan oleh HFREF atau HFPEF Pada pasien dengan HFREF, prevalensi hipertensi resisten secara signifikan lebih tinggi (15,2% vs 11,4%, P=0.049). Dalam 1 tahun follow-up, semua penyebab kematian adalah 19,7% pada pasien dengan HFREF, jauh lebih tinggi dibandingkan pasien dengan HFPEF (19,7 vs 13,1%, P=0.002); gagal jantung terkait dengan rawat inap berulang juga lebih tinggi pada pasien dengan HFREF (57,6% vs 46,6%; P<0,001).
Dalam kelompok HFREF, gagal jantung terkait rawat inap berulang secara signifikan lebih tinggi pada pasien tanpa hipertensi resisten dibandingkan dengan hipertensi resisten (59,1% vs 45,8%; P=0.050), sementara perbedaan ini tidak ditemukan pada kelompok HFPEF (45,9% vs 50,0%; P=0.415)
Tabel 2. 1 tahun perbandingan hasil bagi pasien gagal jantung dengan atau tanpa hipertensi resisten.
Diskusi 1.Prevalensi hipertensi resisten pada pasien dengan gagal jantung Persentase hipertensi resisten pada pasien gagal jantung adalah 13,7%. Dibandingkan dengan pasien dengan HFREF, prevalensi hipertensi resisten secara signifikan lebih tinggi pada pasien dengan HFPEF. Tingkat tekanan darah optimal terkontrol hanya 52,7% di antara semua pasien.
1. Prevalensi hipertensi resisten pada pasien dengan gagal jantung Pasien dengan riwayat diabetes dan natrium serum yang lebih tinggi (>139 mmol / L) lebih mungkin untuk menderita hipertensi resisten, yang telah didemonstrasikan dengan jelas sebagai faktor risiko yang berkontribusi terhadap hipertensi resisten dalam populasi pasien gagal jantung.
2. Prognosis pasien gagal jantung dengan hipertensi resisten selama 1 tahun follow-up Pada studi saat ini, pasien gagal jantung dengan hipertensi resisten tidak menunjukkan perbedaan hasil yang signifikan dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki hipertensi resisten selama 1 tahun follow-up, menunjukkan bahwa hipertensi resisten tampaknya tidak dikaitkan dengan peningkatan mortalitas selama 1 tahun pada pasien gagal jantung.
2. Prognosis pasien gagal jantung dengan hipertensi resisten selama 1 tahun followup Pasien datang dengan sejarah panjang hipertensi yang tidak terkontrol memiliki prognosis yang kurang baik. Pada studi ini menunjukkan status hipertensi resisten tampaknya tidak berkaitan dengan peningkatan mortalitas 1 tahun pada pasien gagal jantung
1 tahun perbandingan hasil analisis subkelompok berdasarkan fraksi ejeksi pada pasien dengan atau tanpa hipertensi resisten
3. Signifikasi Klinis Penelitian saat ini telah menunjukkan 13,7% pasien gagal jantung disertai hipertensi resisten berhubungan dengan pengobatan. Dibandingkan dengan pasien gagal jantung tanpa hipertensi resisten, orang-orang dengan hipertensi resisten menerima pengobatan antihipertensi lebih agresif. Hipertensi resisten memiliki mekanisme patofisiologis yang mirip dengan gagal jantung, seperti aktivasi berlebihan sistem renin-angiotensin-aldosteron dan sistem saraf simpatik. Hal itu diketahui bahwa pasien gagal jantung dengan fraksi ejeksi yang dipertahankan diuntungkan secara terbatas dari perawatan yang tersedia saat ini, seperti farmakoterapi dan terapi sinkronisasi-ulang jantung.
3. Signifikasi Klinis Selama beberapa tahun terakhir, telah ada minat besar di device-based therapies, yang memodifikasi aktivitas saraf simpatik untuk pengelolaan pasien dengan hipertensi resisten, termasuk renal denervation therapy (RDT) dan terapi aktivasi baroreseptor (BAT)
4. Batasan Penelitian ini hanya menggunakan pengukuran tekanan darah office-based Kurangnya informasi tentang dosis obat, karena dosis optimal merupakan bagian integral dari definisi hipertensi resisten. Walaupun dosis maksimal sudah digunakan, hasilnya tetap berbeda dari 1 orang ke yang lainnya. Populasi penelitian ini diambil dari pusat tunggal, sehingga temuan kami mungkin tidak dapat digeneralisasi untuk sistem kesehatan lainnya. Tidak adanya penyesuaian pada disfungsi diastole ringan ataupun berat, and left ventricular hypertrophy (LVH), yang telah dibuktikan sebagai prediktor independen hasil klinis yang dapat merugikan pada pasien dengan gagal jantung.
Kesimpulan Hipertensi resisten merupakan temuan umum dan tampaknya tidak terkait dengan peningkatan mortalitas pada gagal jantung dan gagal jantung terkait dengan rawat inap berulang pada pasien gagal jantung. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menentukan pengobatan yang tepat secara farmakologis, serta efektivitas beberapa terapi dari novel device-based therapies, seperti RDT dan BAT, untuk pasien gagal jantung dengan hipertensi resisten.