HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN KINERJA KADER POSYANDU DALAM EVALUASI PENINGKATAN BERAT BADAN BALITA DI POSYANDU DESA CIDENOK WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS SUMBERJAYA KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2017 Oleh : Merlly Amalia ABSTRAK Keberhasilan penyelenggaraan Posyandu dalam meningkatkan derajat kesehatan anak dapat dilihat dari adanya kenaikan persentase berat badan balita setiap periode. Desa di Wilayah dengan kenaikan BB rendah terdapat di Desa Cidenok yaitu sebanyak 82 orang (49,5%) dari 281 balita yang ditimbang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dan sikap dengan kinerja kader posyandu dalam evaluasi peningkatan berat badan balita di posyandu Desa Cidenok wilayah kerja UPTD Puskesmas Sumberjaya Kabupaten Majalengka. Jenis penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Populasi pada penelitiannya yaitu seluruh kader Posyandu di Desa Cidenok UPTD Puskesmas Sumberjaya Kabupaten Majalengka dengan jumlah kader sebanyak 36 kader dan sampelnya sebanyak 36 kader (total sampling). Analisis datanya meliputi analisis univariat dan bivariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari setengahnya (55,6%) kader posyandu kinerja dalam evaluasi peningkatan berat badan balita kurang baik, setengahnya (50,0%) kader pengetahuannya kurang baik dan kurang dari setengahnya (41,7%) kader sikapnya negatif. Ada hubungan antara tingkat pengetahuan (p value = 0,018) dan sikap (p value = 0,019) dengan kinerja kader posyandu dalam evaluasi peningkatan berat badan balita di Kabupaten Majalengka. Pihak puskesmas perlu menjaga dan meningkatkan pembinaan dan pengawasan kepada kader posyandu serta mengadakan kegiatan pelatihan untuk kader. Bagi kader perlu proaktif mencari informasi dan pengetahuan dari berbagai media informasi dan perlunya sikap untuk saling bertukar informasi dan pengalaman untuk menguatkan dan menumbuhkan sikap yang positif. Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, Kinerja, Kader Posyandu
PENDAHULUAN Pembangunan kesehatan Indonesia Sehat 2025 adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa dalam rangka meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Untuk mewujudkan hal tersebut, maka lingkungan strategis pembangunan kesehatan harus menjadi lingkungan yang kondusif bagi terwujudnya keadaan sehat jasmani, rohani maupun sosial, yaitu lingkungan yang bebas dari kerawanan sosial budaya dan polusi, tersedianya air minum dan sarana sanitasi lingkungan yang memadai, perumahan dan pemukiman yang sehat, perencanaan kawasan yang berwawasan kesehatan, serta terwujudnya kehidupan masyarakat yang memiliki solidaritas sosial dengan memelihara nilai-nilai budaya bangsa (Kementerian Kesehatan RI, 2015). Untuk dapat melakukan upaya kesehatan yang dimaksud di atas salah satu hal yang perlu dilakukan dan dipandang mempunyai peranan penting adalah menyelenggarakan pelayanan kesehatan. Adapun yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan secara sendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perseorangan, keluarga, kelompok, dan masyarakat (Hidayat, 2010). Salah satu penyelenggaraan kesehatan yang melibatkan peran aktif masyarakat adalah Posyandu. Posyandu memberikan layanan pemantauan pertumbuhan balita baik secara jasmani maupun rohani, seperti pengukuran berat badan dan tinggi badan. Dengan dilakukannya pemantauan secara rutin dan berkala ini dapat diketahui bagaimana proses pertumbuhan dan perkembangan anak apakah normal atau tidak, sehingga dapat ditentukan langkah apa yang harus segera dilakukan (Manuaba, 2010). Keberhasilan penyelenggaraan Posyandu dalam meningkatkan derajat kesehatan anak dapat dilihat dari adanya kenaikan persentase berat badan balita setiap periode (D/N). Perhitungan D/N ini merupakan hasil dari pembagian antara jumlah balita yang ditimbang dengan jumlah seluruh balita yang ada dalam suatu wilayah yang menjadi sasaran untuk penimbangan (Makhfudli, 2010). Jumlah Posyandu di Indonesia pada tahun 2015 sebanyak 268.439 buah yang tersebar di 33 provinsi. Penyelenggaraan posyandu di Indonesia masih perlu ditingkatkan, karena pemantauan kenaikan berat badan (D/N) secara nasional masih belum mencapai target yaitu 71,36% dari target 80% dan indikator lainnya dapat dilihat masih terdapatnya balita yang mengalami gizi kurang sebesar 13,9% dan gizi buruk 5,7%. Adapun jumlah balita di Indonesia tahun 2015 sebanyak 24.053.816 orang (Kementerian Kesehatan RI, 2015). Kenaikan berat badan (D/N) di Provinsi Jawa Barat pada tahun 2015 berada di atas angka nasional yaitu mencapai 84,85% dengan jumlah Posyandu sebanyak 45.632 buah. Hal ini menunjukkan bahwa pencapaian D/N di Provinsi Jawa Barat sudah mencapai target nasional. Meskipun demikian, masih perlu ditingkatkan untuk mengatasi masalah gizi kurang sebesar 11,3% dan
gizi buruk sebesar 4,4%. Adapun jumlah balita di Provinsi Jawa Barat pada tahun 2015 sebanyak 3.565.068 orang (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, 2015). Pertumbuhan anak balita dapat dilihat dari adanya kenaikan berat badan setiap periode dan merupakan upaya untuk menjaga serta memelihara derajat kesehatan masyarakat terutama kesehatan pada anak. Balita merupakan masa emas sekaligus juga periode kritis. Periode emas dapat terwujudkan apabila pada masa ini memperoleh asupan gizi yang sesuai untuk tumbuh kembang optimal. Sebaliknya apabila pada masa ini tidak memperoleh peningkatan berat badan, maka periode emas akan berubah menjadi periode kritis yang akan mengganggu tumbuh kembangnya, baik pada masa balita maupun masa selanjutnya (Kementerian Kesehatan RI, 2011). Kenaikan persentase berat badan balita di Posyandu dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor dan salah satu faktor penting dalam kenaikan berat badan ini adalah kinerja kader Posyandu. Kader merupakan tenaga sukarela yang dipilih oleh masyarakat yang bertugas mengembangkan masyarakat melalui kegiatan Posyandu (Makhfudli, 2010). Tugas kader di meja IV Posyandu yaitu bertugas menjelaskan data KMS atau keadaan anak berdasarkan data kenaikan berat badan yang digambarkan dalam grafik KMS kepada ibu dari anak yang bersangkutan dan memberikan penyuluhan kepada setiap ibu dengan mengacu pada data KMS anaknya atau dari hasil pengamatan mengenai masalah yang dialami sasaran (Zulkifli, 2010). Kinerja kader Posyandu merupakan bagian sangat penting karena kader bertanggung jawab dalam pelaksanaan program posyandu. Bila kader tidak hadir atau tidak berperan aktif maka pelaksanaan posyandu juga akan menjadi tidak lancar dan akibatnya peningkatan berat badan balita tidak dapat terpantau dengan baik. Kinerja kader dapat dipengaruhi oleh tiga faktor penting yaitu faktor individu, psikologis dan organisasi. Faktor individu diantaranya adalah umur, pendidikan, status perkawinan, pengetahuan dan ekonomi. Faktor psikologis yaitu persepsi, sikap, kepribadian dan motivasi, dan yang termasuk faktor organisasi adalah kepemimpinan, penghargaan, imbalan, masa kerja dan pelatihan (Gibson dalam Maryunani, 2010). Pengetahuan kader merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan penyelenggaraan kegiatan Posyandu. Pengetahuan merupakan segala hal yang diketahui oleh kader tentang kegiatan di Posyandu. Kader yang memahami dengan baik tugasnya tidak hanya melakukan pekerjaaan dengan baik saja tetapi juga berupaya untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai oleh Posyandu (Sarwono, 2012). Sedangkan menurut Notoatmodjo (2012), pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behaviour). Melalui pengetahuan yang baik, maka seorang kader dapat menunjukkan kinerja yang baik pula. Sikap dapat diartikan sebagai suatu pola perilaku, tendensi, atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial, atau secara sederhana (Notoatmodjo, 2012). Menurut Azwar (2010), sikap adalah respon terhadap stimulasi sosial yang telah terkondisikan. Hal ini dapat menunjukkan bahwa seorang kader akan
berupaya menjalankan tugasnya dengan baik apabila kader sudah mempunyai respon yang positif terhadap kepentingan Posyandu dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakatnya. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka di Kabupaten Majalengka pada tahun 2015 diketahui jumlah balita sebanyak 102.781 orang. Balita yang ditimbang sebanyak 82.104 orang (79,9%) dan balita dengan Berat Badan (BB) naik sebanyak 56.100 orang (68,3%). Adapun Puskesmas dengan kenaikan BB pada balita paling rendah terdapat di UPTD Puskesmas Sumberjaya yaitu sebanyak 1.430 orang (49,5%) dari 2.890 balita yang ditimbang dan paling tinggi terdapat di UPTD Puskesmas Puskesmas Maja sebanyak 3.329 orang (85,3%) dari 3.796 balita yang ditimbang (Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka, 2015). Berdasarkan data UPTD Puskesmas Sumberja pada tahun 2015, dari 13 desa yang ada di wilayah kerja UPTD Puskesmas Sumberjaya terdapat desa dengan kenaikan BB pada balita rendah yaitu terdapat di Desa Cidenok yaitu sebanyak 82 orang (49,5%) dari 281 balita yang ditimbang dengan jumlah posyandu sebanyak 9 posyandu, dan paling tinggi terdapat di Desa Sumberjaya sebanyak 198 orang (63,4%) dari 312 balita yang ditimbang dengan jumlah posyandu sebanyak 14 posyandu. Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang mengenai Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap dengan Kinerja Kader Posyandu dalam Evaluasi Peningkatan Berat Badan Balita di Posyandu Desa Cidenok Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Sumberjaya Kabupaten Majalengka. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian kuantitatif dengan pendekatan atau desain cross sectional. Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh kader Posyandu di Desa Cidenok UPTD Puskesmas Sumberjaya Kabupaten Majalengka dengan jumlah kader sebanyak 36 kader dan sampelnya sebanyak 36 kader (total sampling). Dalam penelitian ini jenis data yang dikumpulkan adalah data primer dan sekunder. Data sekunder yaitu yang diperoleh melalui dokumentasi tentang kenaikan berat badan di Posyandu. Sedangkan data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari responden dengan cara angket menggunakan kuesioner tentang pengetahuan dan sikap kader. HASIL PENELITIAN 1. Analisis Univariat Tabel 1 Distribusi Frekuensi Kinerja Kader Posyandu dalam Evaluasi
Peningkatan Berat Badan Balita di Kabupaten Majalengka Kinerja Kader Posyandu dalam Evaluasi Peningkatan Berat Badan Balita f % Kurang baik 20 55.6 Baik 16 44.4 Jumlah 36 100.0 Tabel 1 menunjukkan bahwa lebih dari setengahnya (55,6%) kader posyandu kinerja dalam evaluasi peningkatan berat badan balita kurang Tabel 2 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan di Posyandu Desa baik di Posyandu Desa Cidenok Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Sumberjaya Kabupaten Majalengka. Cidenok Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Sumberjaya Kabupaten Majalengka Tingkat Pengetahuan Kader f % Kurang baik 18 50.0 Baik 18 50.0 Jumlah 36 100.0 Tabel 2 menunjukan bahwa setengahnya (50,0%) kader yang pengetahuannya kurang baik di Tabel 3 Distribusi Frekuensi Sikap Kader di Kerja UPTD Puskesmas Sumberjaya Kabupaten Majalengka Tahun 2017. Kabupaten Majalengka Sikap Kader f % Negatif 15 41.7 Positif 21 58.3 Jumlah 36 100.0 Tabel 4.3 menunjukan bahwa kurang dari setengahnya (41,7%) kader yang sikapnya negatif di Posyandu 2. Analisis Bivariat Tabel 4 Hubungan antara Tingkat Pengetahuan dengan Kinerja Kader Desa Cidenok Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Sumberjaya Kabupaten Majalengka. Posyandu dalam Evaluasi Peningkatan Berat Badan Balita di
Kabupaten Majalengka Tingkat Pengetahuan Kinerja Kader Posyandu dalam Evaluasi Peningkatan Jumlah Berat Badan Balita Kurang baik Baik n % n % N % Kurang baik 14 77,8 4 22,2 18 100 Baik 6 33,3 12 66,7 18 100 Jumlah 20 55,6 16 44,4 36 100 value 0,018 Berdasarkan hasil uji chi square dengan α = 0,05, diperoleh value = 0,018 ( value < α), sehingga hipotesis nol ditolak yang berarti ada hubungan Tabel 5 Hubungan antara Sikap dengan Kinerja Kader Posyandu dalam antara tingkat pengetahuan dengan kinerja kader posyandu dalam evaluasi peningkatan berat badan balita. Evaluasi Peningkatan Berat Badan Balita di Posyandu Desa Cidenok Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Sumberjaya Kabupaten Majalengka Kinerja Kader Posyandu dalam Evaluasi Peningkatan Berat Sikap Badan Balita Jumlah Kurang baik Baik n % n % N % Negatif 12 80,0 3 20,0 15 100 Positif 8 38,1 13 61,9 21 100 Jumlah 20 55,6 16 44,4 36 100 value 0,019 Berdasarkan hasil uji chi square dengan α = 0,05, diperoleh value = 0,019 ( value < α), sehingga hipotesis nol ditolak yang berarti ada hubungan antara sikap dengan kinerja kader posyandu. PEMBAHASAN 1. Hubungan tingkat pengetahuan dengan kinerja kader posyandu dalam evaluasi peningkatan berat badan balita
Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kinerja kader posyandu dalam evaluasi peningkatan berat badan balita di Kabupaten Majalengka. Adanya hubungan hal ini dapat dijelaskan bahwa semakin baik pengetahuan kader tentang peningkatan berat badan balita maka kader akan semakin mengerti dan memahami apa yang harus dilakukannya untuk mencapai tujuan dalam peningkatan berat badan balita sehingga menghasilkan tindakan kader yang baik pula. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Lastri (2014) di Posyandu wilayah kerja Puskesmas Pamulihan Kabupaten Sumedang menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan kinerja kader dalam pelaksanaan kegiatan di posyandu, dan hasil penelitan Yuliani (2014) di Wilayah Kerja Puskesmas Gembongan Kabupaten Cirebon menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan kinerja kader dalam upaya peningkatan berat badan balita di Posyandu. Juga hasil penelitian Winarti (2014) di Posyandu wilayah kerja Puskesmas Tanjungsari menunjukkan bahwa da hubungan antara pengetahuan dengan kinerja kader dalam kegiatan penimbangan di Posyandu. Menurut Simon dalam Notoatmodjo (2012), pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan terhadap ketentuan yang sudah diberlakukan merupakan salah datu faktor yang mempengaruhi kinerja. Semakin dia mengetahui dan memahami tentang apa yang harus dilakukan oleh seorang pegawai dalam perusahaan atau seorang petugas kesehatan di suatu tempat pelayanan kesehatan maka akan semakin baik kerja yang dilakukannya. 2. Hubungan sikap dengan kinerja kader posyandu dalam evaluasi peningkatan berat badan balita Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa ada hubungan antara sikap dengan kinerja kader posyandu dalam evaluasi peningkatan berat badan balita di Posyandu Desa Cidenok Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Sumberjaya Kabupaten Majalengka Tahun 2017. Adanya hubungan hal ini dapat dijelaskan bahwa semakin positif sikap kader maka kader akan merespon dengan baik upaya-upaya dalam peningkatan berat badan balita. Hasil penelitan ini sejalan dengan hasil penelitian Yuliani (2014) di Wilayah Kerja Puskesmas Gembongan Kabupaten Cirebon menunjukkan bahwa ada hubungan antara sikap dengan kinerja kader dalam upaya peningkatan berat badan balita di Posyandu. Juga sejalan dengan hasil penelitian Winarti (2014) di Posyandu wilayah kerja Puskesmas Tanjungsari menunjukkan bahwa ada hubungan antara sikap dengan kinerja kader dalam kegiatan penimbangan di Posyandu. Seseorang yang mempunyai sikap yang positif terhadap tujuan organisasi yang akan dicapai akan melahirkan pandangan yang positif pula sehingga mendorong seseorang untuk menghasilkan kinerja yang optimal (Handoko, 2010). Hasil penelitian ini juga sejalan dengan teori
bahwa seseorang bisa memiliki ribuan sikap, sikap kerja berisi evaluasi positif atau negatif yang dimiliki oleh karyawan tentang aspek-aspek lapangan kerja mereka, ada tiga sikap yaitu, kepuasan kerja, keterlibatan pekerjaan, dan komitmen organisasional. Seseorang dengan sikap yang positif memiliki perasaanperasaan yang baik tentang pekerjaan tersebut sehingga lebih aktif dan terlibat di dalam pekerjaannya (Mangkunegara, 2011). KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN 1. Lebih dari setengahnya (55,6%) kader posyandu kinerja dalam evaluasi peningkatan berat badan balita kurang baik di Posyandu Desa Cidenok Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Sumberjaya Kabupaten Majalengka. 2. Setengahnya (50,0%) kader yang pengetahuannya kurang baik di Kabupaten Majalengka. 3. Kurang dari setengahnya (41,7%) kader yang sikapnya negatif di Kabupaten Majalengka. 4. Ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kinerja kader posyandu dalam evaluasi peningkatan berat badan balita di Posyandu Desa Cidenok Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Sumberjaya Kabupaten Majalengka. 5. Ada hubungan antara sikap dengan kinerja kader posyandu dalam evaluasi peningkatan berat badan balita di Kabupaten Majalengka. SARAN 1. Bagi UPTD Puskesmas Sumberjaya, perlu menjaga dan meningkatkan pembinaan dan pengawasan kepada kader posyandu serta mengadakan kegiatan pelatihan bagi kader untuk meningkatkan wawasan dan keterampilan kader dalam pelaksanaan kegiatan di posyandu. 2. Bagi Kader, perlu proaktif mencari informasi dan pengetahuan dari berbagai media informasi guna menambah wawasannya tentang peningkatan berat badan balita di Posyandu dan perlunya sikap untuk saling bertukar informasi dan pengalaman antara kader sehingga dapat saling menguatkan dan menumbuhkan sikap yang positif. DAFTAR PUSTAKA Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka, 2015. Data BB Balita Naik di Kabupaten Majalengka Tahun 2015. Majalengka: Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka.
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. 2015. Derajat Kesehatan Provinsi Jawa Barat Tahun 2014-2015. Bandung: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. Sarwono, W. 2012. Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Zulkifli. 2010. Posyandu dan Kader Kesehatan. Jakarta: FKUI. Efendi dan Makhfudly. 2011. Kinerja Kader Posyandu. Jakarta: Salemba Medika. Handoko, H. 2010. Manajemen Personalia & Sumberdaya Manusia. Yogyakarta BPFE UGM. Hidayat, A. A. 2010. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC. Kementerian Kesehatan RI, 2015. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2015. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI. Kementerian Kesehatan RI. 2011. Prinsip Pengelolaan Progam KIA. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI. Mangkunegara, A. A. 2011. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Maryunani, A. 2010. Asuhan pada Ibu dalam Masa Nifas (Postpartum). Jakarta: EGC. Notoatmodjo, S. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.