Oleh : Merlly Amalia ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
Oleh : Teti Herawati* *Pegawai Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka ABSTRAK

Oleh : Desi Evitasari, S.ST ABSTRAK

Oleh : Suyanti ABSTRAK

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP BIDAN DENGAN PELAKSANAAN ASUHAN PERSALINAN NORMAL (APN) DI RSUD CIDERES KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2015.

Faktor Faktor yang Mempengaruhi Kunjungan Balita ke Posyandu di Kelurahan Jayaraksa Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kecamatan Baros Kota Sukabumi

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG POSYANDU TERHADAP STATUS GIZI ANAK BALITA

Oleh : Aat Agustini ABSTRAK

Oleh : Aat Agustini ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keberhasilan suatu bangsa tergantung pada keberhasilan

Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan Volume 14, Juli 2017

Oleh : Yophi Nugraha, Inmy Rodiyatam ABSTRAK

Oleh : Suharno ABSTRAK

Oleh : Desi Evitasari, Selvia Septiani ABSTRAK. : Pengetahuan, Ibu Hamil, Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Ibu Hamil tentang Pemanfaatan Kelas Ibu Hamil di Desa Nagrak Kecamatan Cianjur Kabupaten Cianjur

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG AMBULASI DINI DI RSUD CIDERES KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2012

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG ASI EKSKLUSIF TERHADAP PEMBERIAN PASI PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI BPS NY. DIYAH SIDOHARJO SRAGEN

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KADER DENGAN PELAYANAN POSYANDU DI DESA SIDOREJO GODEAN SLEMAN

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Balita di Kelurahan Baros Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi

HUBUNGAN KARAKTERISTIK DENGAN KEAKTIFAN KADER POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NAGARA KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN

Oleh : Suharno, S.Kep.,Ners ABSTRAK

Jurnal Medika Saintika Vol 7 (2) Jurnal Medika Saintika

BAB I PENDAHULUAN. Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan 3 pilar utama yaitu paradigma

Puskesmas Bilalang Kota Kotamobagu

Oleh : R Noucie Septriliyana dan Wiwi Endah Sari Stikes A. Yani Cimahi

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG HYGIENE MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS JATIBOGOR TAHUN 2013

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEAKTIFAN IBU BALITA DALAM KEGIATAN POSYANDU DUSUN MLANGI KABUPATEN SLEMAN

Oleh : Yuyun Wahyu Indah Indriyani ABSTRAK

Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan Volume 14, Juli 2017

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG GIZI DENGAN KELUARGA SADAR GIZI (KADARZI) PADA BALITA DESA CIKONENG

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEAKTIFAN KADER DALAM PELAKSANAAN KELURAHAN SIAGA DI KOTA BANJARMASIN TAHUN 2013

Dinamika Kebidanan vol. 2 no 2. Agustus 2012

B. Hasil Penelitian dan Pembahasan 1. Univariat a. Umur responden Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan umur responden

GAMBARAN PERKEMBANGAN BALITA GIZI KURANG DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CUKIR KABUPATEN JOMBANG

HUBUNGAN ANTARA SIKAP BIDAN DAN DUKUNGAN KADER TERHADAP PERILAKU BIDAN DALAM PEMBERIAN VITAMIN A IBU NIFAS DI WILAYAH PUSKESMAS KABUPATEN KLATEN

Oleh : VIVI MAYA SARI No. BP

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIA MP ASI PADA BAYI USIA 6-12 BULAN PADA TAHUN 2012 JURNAL

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KADER DENGAN DETEKSI DININ FAKTOR RISIKO KEHAMILAN DIN WILAYAH KERJA PUSKESMAS KOTABARU KABUPATEN KOTABARU TAHUN 2013

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN HUBUNGAN PEMBERIAN STIMULASI IBU DENGAN PERKEMBANGAN BALITA DI POSYANDU

HUBUNGAN PELATIHAN PEMBERIAN MAKANAN PADA BAYI DAN ANAK (PMBA) DENGAN KETERAMPILAN KONSELING PADA BIDAN DI WILAYAH KAWEDANAN PEDAN TAHUN 2014

PERILAKU IBU DALAM MENGASUH BALITA DENGAN KEJADIAN DIARE

BAB I PENDAHULUAN. Kader merupakan tenaga non kesehatan yang menjadi. penggerak dan pelaksana kegiatan Posyandu. Kader merupakan titik sentral dalam

Nisa khoiriah INTISARI

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) PADA MAHASISWA AKBID TINGKAT I STIKes YPIB MAJALENGKA TAHUN 2014

GAMBARAN PELAKSANAAN KELAS IBU HAMIL DI WILAYAH PUSKESMAS PADURESO KABUPATEN KEBUMEN Tri Puspa Kusumaningsih

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PRAKTIK IMUNISASI CAMPAK PADA BAYI USIA 9-12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOJONG II KABUPATEN PEKALONGAN

HUBUNGAN KOMPETENSI BIDAN DENGAN KEPATUHAN PELAKSANAAN ASUHAN PERSALINAN NORMAL DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS LIGUNG KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2012

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI TETANUS TOKSOID PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS TABONGO KECAMATAN TABONGO KABUPATEN GORONTALO TAHUN

ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI PADA BAYI USIA 6-12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BINTUHAN KABUPATEN KAUR

Volume 4 No. 2, September 2013 ISSN :

Upaya Kader Posyandu Dalam Peningkatan Status Gizi Balita di Kelurahan Margasuka Kota Bandung

HUBUNGAN SIKAP IBU DENGAN STATUS GIZI BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SAWAH LEBAR KOTA BENGKULU

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PARTISIPASI IBU BALITA KE POSYANDU DI DESA NGAMPEL KECAMATAN KAPAS KABUPATEN BOJONEGORO TAHUN 2016

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG TANDA BAHAYA KEHAMILAN DENGAN KEPATUHAN PEMERIKSAAN KEHAMILAN DI BPS ERNAWATI BOYOLALI

Oleh : Rita Nurhayati, Ruri Yuni Astari, M.Keb SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) YPIB MAJALENGKA ABSTRAK

HUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI, DAN PERAN PETUGAS TERHADAP KONDISI HYGIENE

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat diperlukan di masa mendatang (Depkes RI, 2007).

Anis Fitriyani 1, Nuke Devi Indrawati 1

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BALITA DENGAN MOTIVASI MEMBERI MAKANAN BERGIZI DI DESA PANAONGAN KECAMATAN PASONGSONGAN KABUPATEN SUMENEP TAHUN 2015 ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN PROGRAM PREVENTION OF MOTHER TO CHILD TRANSMISSION

Lilis Suryani 1), Carudin 2) Program Studi D III Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Singaperbangsa Karawang emal:

HUBUNGAN PENDIDIKAN IBU, UMUR DAN STATUS GIZI BAYI/ BALITA DENGAN KEPATUHAN IBU BERKUNJUNG KE POSYANDU

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN HUBUNGAN PERUBAHAN FISIK USIA REMAJA DENGAN RASA PERCAYA DIRI PADA SISWI KELAS 7

Cucu Saepuloh, Siti Jundiah, Rika Nurhasanah ABSTRAK

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN, TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU BALITA DENGAN KUNJUNGAN KE POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BELAWANG.

PENGARUH PERILAKU IBU DALAM MEMBERIKAN MAKANAN PENDAMPING ASI TERHADAP STATUS GIZI BAYI USIA 7-12 BULAN. Kolifah *), Rizka Silvia Listyanti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal yang sangat penting dan bisa dijadikan

Oleh : Wawan Kurniawan

Kata Kunci : frekuensi penimbangan, balita, pengetahuan, posyandu

PENELITIAN PEMBERIAN STIMULASI OLEH IBU UNTUK PERKEMBANGAN BALITA. Nurlaila*, Nurchairina* LATAR BELAKANG

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DALAM PEMANFAATAN PROGRAM POSYANDU DENGAN STATUS GIZI BALITA DI POSYANDU BOUGENVILLE KOTA CIMAHI SELATAN TAHUN 2017

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA.

Oleh : Aat Agustini ABSTRAK

Hikmatul Khoiriyah Akademi Kebidanan Wira Buana ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KUNJUNGAN BALITA KE POSYANDU DI PUSKESMAS MINASATE NE KABUPATEN PANGKEP IRSAL

ABSTRAK. : Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Pemberian, Imunisasi Dasar. Nuur Octascriptiriani Rosdianto

Jurnal Kesehatan Kartika 50

Nelly Malahayati 1. STIKes Bina Nusantara ABSTRAK. : Posyandu, Peran Kader,Dukungan Keluarga

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 1, Maret 2017 ISSN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN KETEPATAN WAKTU MELAKUKAN IMUNISASI PADA BAYI DI BPS SRI MARTUTI, PIYUNGAN, BANTUL, YOGYAKARTA

Dinamika Kesehatan Vol.6 No. 1 Juli 2015 Rahayu et al.,persalinan Tindakan...

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan partisipasi masyarakat di dalamnya adalah posyandu. Posyandu

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pendidikan dan pelatihan. Kader posyandu mempunyai peranan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA KADER DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANTEE BIDARI LHOK NIBONG KABUPATEN ACEH TIMUR

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG POSYANDU DENGAN MOTIVASI KUNJUNGAN KE POSYANDU. Titiek Idayanti

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Diare Pada Balita di Kelurahan Jaya Mekar Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Ismawati tahun 2010 (dalam Ariyani dkk, 2012), posyandu

HUBUNGAN FAKTOR- FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN TINGKAT KEBERHASILAN DALAM MEMBERIKAN KONSELING PADA PELAYANAN KEBIDANAN DI PUSKESMAS WILAYAH SLEMAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENIMBANGAN BALITA DI POSYANDU DI DESA BARU KECAMATAN SUNGAI TENANG KABUPATEN MERANGIN TAHUN 2014

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PARTISIPASI IBU DALAM PENIMBANGAN BALITA KE POSYANDU RT 07 RW 01 KELURAHAN KALIDERES JAKARTA BARAT TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. rawan terhadap masalah gizi. Anak balita mengalami pertumbuhan dan. perkembangan yang pesat sehingga membutuhkan suplai makanan dan

Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai Volume IV No.1 Edisi Juni 2011, ISSN: X

Eka Fauzia Laila ABSTRAK

SIKAP LANSIA DAN PELAYANAN PETUGAS KESEHATAN TERHADAP KUNJUNGAN DI POSYANDU WILAYAH PKM PATIHAN

Promotif, Vol.2 No.2 April 2013 Hal

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KINERJA BIDAN DALAM PELAKSANAAN KEGIATAN DESA SIAGA DI KABUPATEN TAPIN TAHUN 2014

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG TUBERKULOSIS (TB) DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN TB PARU DI RSUD CIDERES KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2015

GAMBARAN TUMBUH KEMBANG ANAK USIA 6-24 BULAN YANG MENDAPAT ASI EKSKLUSIF DI DESA GASOL KECAMATAN CUGENANG KABUPATEN CIANJUR ABSTRAK

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PENDIDIKAN BIDAN DENGAN PENGGUNAAN PARTOGRAF DI PUSKESMAS PAGADEN PERIODE MARET SAMPAI JULI 2008

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMERIKSAAN KEHAMILAN TRIMESTER I DENGAN KUNJUNGAN K1 MURNI DI BPS HANIK SURABAYA

Transkripsi:

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN KINERJA KADER POSYANDU DALAM EVALUASI PENINGKATAN BERAT BADAN BALITA DI POSYANDU DESA CIDENOK WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS SUMBERJAYA KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2017 Oleh : Merlly Amalia ABSTRAK Keberhasilan penyelenggaraan Posyandu dalam meningkatkan derajat kesehatan anak dapat dilihat dari adanya kenaikan persentase berat badan balita setiap periode. Desa di Wilayah dengan kenaikan BB rendah terdapat di Desa Cidenok yaitu sebanyak 82 orang (49,5%) dari 281 balita yang ditimbang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dan sikap dengan kinerja kader posyandu dalam evaluasi peningkatan berat badan balita di posyandu Desa Cidenok wilayah kerja UPTD Puskesmas Sumberjaya Kabupaten Majalengka. Jenis penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Populasi pada penelitiannya yaitu seluruh kader Posyandu di Desa Cidenok UPTD Puskesmas Sumberjaya Kabupaten Majalengka dengan jumlah kader sebanyak 36 kader dan sampelnya sebanyak 36 kader (total sampling). Analisis datanya meliputi analisis univariat dan bivariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari setengahnya (55,6%) kader posyandu kinerja dalam evaluasi peningkatan berat badan balita kurang baik, setengahnya (50,0%) kader pengetahuannya kurang baik dan kurang dari setengahnya (41,7%) kader sikapnya negatif. Ada hubungan antara tingkat pengetahuan (p value = 0,018) dan sikap (p value = 0,019) dengan kinerja kader posyandu dalam evaluasi peningkatan berat badan balita di Kabupaten Majalengka. Pihak puskesmas perlu menjaga dan meningkatkan pembinaan dan pengawasan kepada kader posyandu serta mengadakan kegiatan pelatihan untuk kader. Bagi kader perlu proaktif mencari informasi dan pengetahuan dari berbagai media informasi dan perlunya sikap untuk saling bertukar informasi dan pengalaman untuk menguatkan dan menumbuhkan sikap yang positif. Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, Kinerja, Kader Posyandu

PENDAHULUAN Pembangunan kesehatan Indonesia Sehat 2025 adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa dalam rangka meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Untuk mewujudkan hal tersebut, maka lingkungan strategis pembangunan kesehatan harus menjadi lingkungan yang kondusif bagi terwujudnya keadaan sehat jasmani, rohani maupun sosial, yaitu lingkungan yang bebas dari kerawanan sosial budaya dan polusi, tersedianya air minum dan sarana sanitasi lingkungan yang memadai, perumahan dan pemukiman yang sehat, perencanaan kawasan yang berwawasan kesehatan, serta terwujudnya kehidupan masyarakat yang memiliki solidaritas sosial dengan memelihara nilai-nilai budaya bangsa (Kementerian Kesehatan RI, 2015). Untuk dapat melakukan upaya kesehatan yang dimaksud di atas salah satu hal yang perlu dilakukan dan dipandang mempunyai peranan penting adalah menyelenggarakan pelayanan kesehatan. Adapun yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan secara sendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perseorangan, keluarga, kelompok, dan masyarakat (Hidayat, 2010). Salah satu penyelenggaraan kesehatan yang melibatkan peran aktif masyarakat adalah Posyandu. Posyandu memberikan layanan pemantauan pertumbuhan balita baik secara jasmani maupun rohani, seperti pengukuran berat badan dan tinggi badan. Dengan dilakukannya pemantauan secara rutin dan berkala ini dapat diketahui bagaimana proses pertumbuhan dan perkembangan anak apakah normal atau tidak, sehingga dapat ditentukan langkah apa yang harus segera dilakukan (Manuaba, 2010). Keberhasilan penyelenggaraan Posyandu dalam meningkatkan derajat kesehatan anak dapat dilihat dari adanya kenaikan persentase berat badan balita setiap periode (D/N). Perhitungan D/N ini merupakan hasil dari pembagian antara jumlah balita yang ditimbang dengan jumlah seluruh balita yang ada dalam suatu wilayah yang menjadi sasaran untuk penimbangan (Makhfudli, 2010). Jumlah Posyandu di Indonesia pada tahun 2015 sebanyak 268.439 buah yang tersebar di 33 provinsi. Penyelenggaraan posyandu di Indonesia masih perlu ditingkatkan, karena pemantauan kenaikan berat badan (D/N) secara nasional masih belum mencapai target yaitu 71,36% dari target 80% dan indikator lainnya dapat dilihat masih terdapatnya balita yang mengalami gizi kurang sebesar 13,9% dan gizi buruk 5,7%. Adapun jumlah balita di Indonesia tahun 2015 sebanyak 24.053.816 orang (Kementerian Kesehatan RI, 2015). Kenaikan berat badan (D/N) di Provinsi Jawa Barat pada tahun 2015 berada di atas angka nasional yaitu mencapai 84,85% dengan jumlah Posyandu sebanyak 45.632 buah. Hal ini menunjukkan bahwa pencapaian D/N di Provinsi Jawa Barat sudah mencapai target nasional. Meskipun demikian, masih perlu ditingkatkan untuk mengatasi masalah gizi kurang sebesar 11,3% dan

gizi buruk sebesar 4,4%. Adapun jumlah balita di Provinsi Jawa Barat pada tahun 2015 sebanyak 3.565.068 orang (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, 2015). Pertumbuhan anak balita dapat dilihat dari adanya kenaikan berat badan setiap periode dan merupakan upaya untuk menjaga serta memelihara derajat kesehatan masyarakat terutama kesehatan pada anak. Balita merupakan masa emas sekaligus juga periode kritis. Periode emas dapat terwujudkan apabila pada masa ini memperoleh asupan gizi yang sesuai untuk tumbuh kembang optimal. Sebaliknya apabila pada masa ini tidak memperoleh peningkatan berat badan, maka periode emas akan berubah menjadi periode kritis yang akan mengganggu tumbuh kembangnya, baik pada masa balita maupun masa selanjutnya (Kementerian Kesehatan RI, 2011). Kenaikan persentase berat badan balita di Posyandu dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor dan salah satu faktor penting dalam kenaikan berat badan ini adalah kinerja kader Posyandu. Kader merupakan tenaga sukarela yang dipilih oleh masyarakat yang bertugas mengembangkan masyarakat melalui kegiatan Posyandu (Makhfudli, 2010). Tugas kader di meja IV Posyandu yaitu bertugas menjelaskan data KMS atau keadaan anak berdasarkan data kenaikan berat badan yang digambarkan dalam grafik KMS kepada ibu dari anak yang bersangkutan dan memberikan penyuluhan kepada setiap ibu dengan mengacu pada data KMS anaknya atau dari hasil pengamatan mengenai masalah yang dialami sasaran (Zulkifli, 2010). Kinerja kader Posyandu merupakan bagian sangat penting karena kader bertanggung jawab dalam pelaksanaan program posyandu. Bila kader tidak hadir atau tidak berperan aktif maka pelaksanaan posyandu juga akan menjadi tidak lancar dan akibatnya peningkatan berat badan balita tidak dapat terpantau dengan baik. Kinerja kader dapat dipengaruhi oleh tiga faktor penting yaitu faktor individu, psikologis dan organisasi. Faktor individu diantaranya adalah umur, pendidikan, status perkawinan, pengetahuan dan ekonomi. Faktor psikologis yaitu persepsi, sikap, kepribadian dan motivasi, dan yang termasuk faktor organisasi adalah kepemimpinan, penghargaan, imbalan, masa kerja dan pelatihan (Gibson dalam Maryunani, 2010). Pengetahuan kader merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan penyelenggaraan kegiatan Posyandu. Pengetahuan merupakan segala hal yang diketahui oleh kader tentang kegiatan di Posyandu. Kader yang memahami dengan baik tugasnya tidak hanya melakukan pekerjaaan dengan baik saja tetapi juga berupaya untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai oleh Posyandu (Sarwono, 2012). Sedangkan menurut Notoatmodjo (2012), pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behaviour). Melalui pengetahuan yang baik, maka seorang kader dapat menunjukkan kinerja yang baik pula. Sikap dapat diartikan sebagai suatu pola perilaku, tendensi, atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial, atau secara sederhana (Notoatmodjo, 2012). Menurut Azwar (2010), sikap adalah respon terhadap stimulasi sosial yang telah terkondisikan. Hal ini dapat menunjukkan bahwa seorang kader akan

berupaya menjalankan tugasnya dengan baik apabila kader sudah mempunyai respon yang positif terhadap kepentingan Posyandu dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakatnya. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka di Kabupaten Majalengka pada tahun 2015 diketahui jumlah balita sebanyak 102.781 orang. Balita yang ditimbang sebanyak 82.104 orang (79,9%) dan balita dengan Berat Badan (BB) naik sebanyak 56.100 orang (68,3%). Adapun Puskesmas dengan kenaikan BB pada balita paling rendah terdapat di UPTD Puskesmas Sumberjaya yaitu sebanyak 1.430 orang (49,5%) dari 2.890 balita yang ditimbang dan paling tinggi terdapat di UPTD Puskesmas Puskesmas Maja sebanyak 3.329 orang (85,3%) dari 3.796 balita yang ditimbang (Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka, 2015). Berdasarkan data UPTD Puskesmas Sumberja pada tahun 2015, dari 13 desa yang ada di wilayah kerja UPTD Puskesmas Sumberjaya terdapat desa dengan kenaikan BB pada balita rendah yaitu terdapat di Desa Cidenok yaitu sebanyak 82 orang (49,5%) dari 281 balita yang ditimbang dengan jumlah posyandu sebanyak 9 posyandu, dan paling tinggi terdapat di Desa Sumberjaya sebanyak 198 orang (63,4%) dari 312 balita yang ditimbang dengan jumlah posyandu sebanyak 14 posyandu. Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang mengenai Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap dengan Kinerja Kader Posyandu dalam Evaluasi Peningkatan Berat Badan Balita di Posyandu Desa Cidenok Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Sumberjaya Kabupaten Majalengka. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian kuantitatif dengan pendekatan atau desain cross sectional. Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh kader Posyandu di Desa Cidenok UPTD Puskesmas Sumberjaya Kabupaten Majalengka dengan jumlah kader sebanyak 36 kader dan sampelnya sebanyak 36 kader (total sampling). Dalam penelitian ini jenis data yang dikumpulkan adalah data primer dan sekunder. Data sekunder yaitu yang diperoleh melalui dokumentasi tentang kenaikan berat badan di Posyandu. Sedangkan data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari responden dengan cara angket menggunakan kuesioner tentang pengetahuan dan sikap kader. HASIL PENELITIAN 1. Analisis Univariat Tabel 1 Distribusi Frekuensi Kinerja Kader Posyandu dalam Evaluasi

Peningkatan Berat Badan Balita di Kabupaten Majalengka Kinerja Kader Posyandu dalam Evaluasi Peningkatan Berat Badan Balita f % Kurang baik 20 55.6 Baik 16 44.4 Jumlah 36 100.0 Tabel 1 menunjukkan bahwa lebih dari setengahnya (55,6%) kader posyandu kinerja dalam evaluasi peningkatan berat badan balita kurang Tabel 2 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan di Posyandu Desa baik di Posyandu Desa Cidenok Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Sumberjaya Kabupaten Majalengka. Cidenok Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Sumberjaya Kabupaten Majalengka Tingkat Pengetahuan Kader f % Kurang baik 18 50.0 Baik 18 50.0 Jumlah 36 100.0 Tabel 2 menunjukan bahwa setengahnya (50,0%) kader yang pengetahuannya kurang baik di Tabel 3 Distribusi Frekuensi Sikap Kader di Kerja UPTD Puskesmas Sumberjaya Kabupaten Majalengka Tahun 2017. Kabupaten Majalengka Sikap Kader f % Negatif 15 41.7 Positif 21 58.3 Jumlah 36 100.0 Tabel 4.3 menunjukan bahwa kurang dari setengahnya (41,7%) kader yang sikapnya negatif di Posyandu 2. Analisis Bivariat Tabel 4 Hubungan antara Tingkat Pengetahuan dengan Kinerja Kader Desa Cidenok Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Sumberjaya Kabupaten Majalengka. Posyandu dalam Evaluasi Peningkatan Berat Badan Balita di

Kabupaten Majalengka Tingkat Pengetahuan Kinerja Kader Posyandu dalam Evaluasi Peningkatan Jumlah Berat Badan Balita Kurang baik Baik n % n % N % Kurang baik 14 77,8 4 22,2 18 100 Baik 6 33,3 12 66,7 18 100 Jumlah 20 55,6 16 44,4 36 100 value 0,018 Berdasarkan hasil uji chi square dengan α = 0,05, diperoleh value = 0,018 ( value < α), sehingga hipotesis nol ditolak yang berarti ada hubungan Tabel 5 Hubungan antara Sikap dengan Kinerja Kader Posyandu dalam antara tingkat pengetahuan dengan kinerja kader posyandu dalam evaluasi peningkatan berat badan balita. Evaluasi Peningkatan Berat Badan Balita di Posyandu Desa Cidenok Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Sumberjaya Kabupaten Majalengka Kinerja Kader Posyandu dalam Evaluasi Peningkatan Berat Sikap Badan Balita Jumlah Kurang baik Baik n % n % N % Negatif 12 80,0 3 20,0 15 100 Positif 8 38,1 13 61,9 21 100 Jumlah 20 55,6 16 44,4 36 100 value 0,019 Berdasarkan hasil uji chi square dengan α = 0,05, diperoleh value = 0,019 ( value < α), sehingga hipotesis nol ditolak yang berarti ada hubungan antara sikap dengan kinerja kader posyandu. PEMBAHASAN 1. Hubungan tingkat pengetahuan dengan kinerja kader posyandu dalam evaluasi peningkatan berat badan balita

Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kinerja kader posyandu dalam evaluasi peningkatan berat badan balita di Kabupaten Majalengka. Adanya hubungan hal ini dapat dijelaskan bahwa semakin baik pengetahuan kader tentang peningkatan berat badan balita maka kader akan semakin mengerti dan memahami apa yang harus dilakukannya untuk mencapai tujuan dalam peningkatan berat badan balita sehingga menghasilkan tindakan kader yang baik pula. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Lastri (2014) di Posyandu wilayah kerja Puskesmas Pamulihan Kabupaten Sumedang menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan kinerja kader dalam pelaksanaan kegiatan di posyandu, dan hasil penelitan Yuliani (2014) di Wilayah Kerja Puskesmas Gembongan Kabupaten Cirebon menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan kinerja kader dalam upaya peningkatan berat badan balita di Posyandu. Juga hasil penelitian Winarti (2014) di Posyandu wilayah kerja Puskesmas Tanjungsari menunjukkan bahwa da hubungan antara pengetahuan dengan kinerja kader dalam kegiatan penimbangan di Posyandu. Menurut Simon dalam Notoatmodjo (2012), pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan terhadap ketentuan yang sudah diberlakukan merupakan salah datu faktor yang mempengaruhi kinerja. Semakin dia mengetahui dan memahami tentang apa yang harus dilakukan oleh seorang pegawai dalam perusahaan atau seorang petugas kesehatan di suatu tempat pelayanan kesehatan maka akan semakin baik kerja yang dilakukannya. 2. Hubungan sikap dengan kinerja kader posyandu dalam evaluasi peningkatan berat badan balita Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa ada hubungan antara sikap dengan kinerja kader posyandu dalam evaluasi peningkatan berat badan balita di Posyandu Desa Cidenok Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Sumberjaya Kabupaten Majalengka Tahun 2017. Adanya hubungan hal ini dapat dijelaskan bahwa semakin positif sikap kader maka kader akan merespon dengan baik upaya-upaya dalam peningkatan berat badan balita. Hasil penelitan ini sejalan dengan hasil penelitian Yuliani (2014) di Wilayah Kerja Puskesmas Gembongan Kabupaten Cirebon menunjukkan bahwa ada hubungan antara sikap dengan kinerja kader dalam upaya peningkatan berat badan balita di Posyandu. Juga sejalan dengan hasil penelitian Winarti (2014) di Posyandu wilayah kerja Puskesmas Tanjungsari menunjukkan bahwa ada hubungan antara sikap dengan kinerja kader dalam kegiatan penimbangan di Posyandu. Seseorang yang mempunyai sikap yang positif terhadap tujuan organisasi yang akan dicapai akan melahirkan pandangan yang positif pula sehingga mendorong seseorang untuk menghasilkan kinerja yang optimal (Handoko, 2010). Hasil penelitian ini juga sejalan dengan teori

bahwa seseorang bisa memiliki ribuan sikap, sikap kerja berisi evaluasi positif atau negatif yang dimiliki oleh karyawan tentang aspek-aspek lapangan kerja mereka, ada tiga sikap yaitu, kepuasan kerja, keterlibatan pekerjaan, dan komitmen organisasional. Seseorang dengan sikap yang positif memiliki perasaanperasaan yang baik tentang pekerjaan tersebut sehingga lebih aktif dan terlibat di dalam pekerjaannya (Mangkunegara, 2011). KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN 1. Lebih dari setengahnya (55,6%) kader posyandu kinerja dalam evaluasi peningkatan berat badan balita kurang baik di Posyandu Desa Cidenok Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Sumberjaya Kabupaten Majalengka. 2. Setengahnya (50,0%) kader yang pengetahuannya kurang baik di Kabupaten Majalengka. 3. Kurang dari setengahnya (41,7%) kader yang sikapnya negatif di Kabupaten Majalengka. 4. Ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kinerja kader posyandu dalam evaluasi peningkatan berat badan balita di Posyandu Desa Cidenok Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Sumberjaya Kabupaten Majalengka. 5. Ada hubungan antara sikap dengan kinerja kader posyandu dalam evaluasi peningkatan berat badan balita di Kabupaten Majalengka. SARAN 1. Bagi UPTD Puskesmas Sumberjaya, perlu menjaga dan meningkatkan pembinaan dan pengawasan kepada kader posyandu serta mengadakan kegiatan pelatihan bagi kader untuk meningkatkan wawasan dan keterampilan kader dalam pelaksanaan kegiatan di posyandu. 2. Bagi Kader, perlu proaktif mencari informasi dan pengetahuan dari berbagai media informasi guna menambah wawasannya tentang peningkatan berat badan balita di Posyandu dan perlunya sikap untuk saling bertukar informasi dan pengalaman antara kader sehingga dapat saling menguatkan dan menumbuhkan sikap yang positif. DAFTAR PUSTAKA Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka, 2015. Data BB Balita Naik di Kabupaten Majalengka Tahun 2015. Majalengka: Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka.

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. 2015. Derajat Kesehatan Provinsi Jawa Barat Tahun 2014-2015. Bandung: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. Sarwono, W. 2012. Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Zulkifli. 2010. Posyandu dan Kader Kesehatan. Jakarta: FKUI. Efendi dan Makhfudly. 2011. Kinerja Kader Posyandu. Jakarta: Salemba Medika. Handoko, H. 2010. Manajemen Personalia & Sumberdaya Manusia. Yogyakarta BPFE UGM. Hidayat, A. A. 2010. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC. Kementerian Kesehatan RI, 2015. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2015. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI. Kementerian Kesehatan RI. 2011. Prinsip Pengelolaan Progam KIA. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI. Mangkunegara, A. A. 2011. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Maryunani, A. 2010. Asuhan pada Ibu dalam Masa Nifas (Postpartum). Jakarta: EGC. Notoatmodjo, S. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.