BAB I PENDAHULUAN. Total permintaan umat manusia sejagat raya terhadap sumberdaya alam dan jasajasa

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertambahan penduduk telah meningkatkan kebutuhan terhadap sandang,

Mata Pencaharian Penduduk Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan salah satu sumber daya alam yang mutlak diperlukan bagi

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional bertujuan untuk memperbaiki kehidupan masyarakat di segala

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah, namun di sisi lain memberikan implikasi tanggung jawab yang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Disajikan oleh: 1.Michael Ario, S.H. 2.Rizka Adellina, S.H. (Staf Bagian PUU II Subbagian Penataan Ruang, Biro Hukum, KemenPU)

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Kepadatan penduduk di Kabupaten Garut telah mencapai 2,4 juta jiwa

REVITALISASI KEHUTANAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

DAMPAK PENAMBANGAN BAHAN GALIAN GOLONGAN C TERHADAP LINGKUNGAN SEKITARNYA DI KABUPATEN DELI SERDANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009

PEDOMAN TEKNIS KRITERIA DAN PERSYARATAN KAWASAN, LAHAN, DAN LAHAN CADANGAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. manusia jugalah yang melakukan kerusakan di muka bumi ini dengan berbagai

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS

ANALISIS SUMBERDAYA PESISIR YANG BERPOTENSI SEBAGAI SUMBER PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KOTA BENGKULU

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan sebesar 1,49 % pada tahun Badan Pusat Statistik (BPS,

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kedua sumber utama tidak dapat memenuhi kebutuhan. Ketersediaan pangan

INDIKATOR RAMAH LINGKUNGAN UNTUK USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PENAMBANGAN TERBUKA BATUBARA

BAB I PENDAHULUAN. sangat membutuhkan devisa untuk membiayai pembangunan Nasional. Amanat

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 07/Permentan/OT.140/2/2012

Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan BAB 1 Pendahuluan BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Identifikasi Proses dan Pihak-Pihak Terlibat dalam Kegiatan Penambangan Pasir

BAB 5 RTRW KABUPATEN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IV. KEADAAN UMUM 4.1. Regulasi Penataan Ruang

REKLAMASI BENTUK LAIN PADA LAHAN BEKAS TAMBANG

BAB I PENDAHULUAN. Setiap upaya pembangunan ekonomi daerah mempunyai tujuan utama untuk. bersama-sama mengambil inisiatif pembangunan daerah.

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN

~ 53 ~ PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup Jelas. Pasal 2 Cukup Jelas. Pasal 3 Cukup Jelas

WILAYAH PERTAMBANGAN DALAM TATA RUANG NASIONAL. Oleh : Bambang Pardiarto Kelompok Program Penelitian Mineral, Pusat Sumberdaya Geologi, Badan Geologi

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Studi Kelayakan Pengembangan Wisata Kolong Eks Tambang Kabupaten Belitung TA LATAR BELAKANG

BAB X PEMBANGUNAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. berputar menggerakkan roda perekonomian di Kabupaten Mesuji.

Bab II. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG Tinjauan Penataan Ruang Nasional

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS PEMANFAATAN RUANG YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN DI KAWASAN PESISIR KOTA TEGAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang

BAB 4 SUBSTANSI DATA DAN ANALISIS PENYUSUNAN RTRW KABUPATEN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada era desentralisasi saat ini, pemberian wewenang dari pemerintah pusat kepada

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. asasi manusia, sebagaimana tersebut dalam pasal 27 UUD 1945 maupun dalam

I. PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan yang dihadapi negara yang sedang berkembang

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR : 6 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN USAHA PERTAMBANGAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. buruh timah. Dampak positif selalu disertai dampak negatif, hal tersebut berupa

BAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGI

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA

BAB I PENDAHULUAN. masalah lingkungan dapat dipastikan akan menimbulkan gangguan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan waktu pertumbuhan penduduk yang cepat. fungsi. Masalah pertanahan akan selalu timbul dari waktu ke waktu.

IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI. Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan dan Otonomi

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan secara proporsional, artinya pelimpahan tanggung jawab akan diikuti

BAB I PENDAHULUAN. penambangan. Bahan galian penambangan sebagian besar dilakukan di daerahdaerah

BAB I PENDAHULUAN. perhatian yang khusus oleh pemerintah seperti halnya sektor industri dan jasa.

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya alam yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. besar bagi kesejahteraan suatu bangsa. Pengelolaan sumber daya alam yang

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakannya otonomi daerah. Otonomi daerah diberlakukan di Indonesia

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Profil Kabupaten Aceh Utara

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN. pangan bagi dirinya sendiri. Kegiatan pertanian tersebut mendorong suatu

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. titik awal pelaksanaan pembangunan, sehingga daerah diharapkan bisa lebih mengetahui

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. dasarnya pembangunan itu dilaksanakan ditiap-tiap daerah. Dalam. ini ditandai dengan dikeluarkannya Undang-Undang No.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

STUDI PEMANFAATAN PARKIR UMUM DAN PARKIR KHUSUS TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DARI SEKTOR PERPARKIRAN DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL LOGAM BESI GUBERNUR JAWA BARAT

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Total permintaan umat manusia sejagat raya terhadap sumberdaya alam dan jasajasa lingkungan di dunia khususnya di Indonesia telah melampaui daya dukung bumi dalam menyediakan (memproduksi) segenap sumberdaya alam dan jasa-jasa lingkungan, sementara jumlah penduduk serta pendapatan masyarakat semakin meningkat (Dahuri 2012). Oleh karena itu, permintaan barang dan jasa di masa mendatang akan terus meningkat pula yang semakin tidak dapat dipenuhi lagi dari hasil-hasil pendayagunaan sumberdaya alam. Sebagai konsekuensinya, tuntutan untuk memanfaatkan sumberdaya alam dimasa mendatang juga akan meningkat. Beberapa kenyataan yang terjadi dalam lingkungan kita saat ini diantaranya peningkatan jumlah penduduk, kegiatan industri, pencemaran, ketersediaan air bersih, pengelolaan secara berlebihan dan faktor penting lainnya. Semua faktor faktor ini merupakan komponen yang saling terkait dalam berkehidupan saat ini. Untuk mencapai optimalisasi pemanfaatan sumberdaya alam diperlukan adanya neraca sumberdaya alam dan lingkungan yang memerlukan penilaian ekonomi (valuasi ekonomi) terhadap cadangan pemanfaatan sumberdaya alam dan juga diarahkan bagaimana pengelolaan sumberdaya tersebut tepat guna dan seefesien mungkin dengan tidak mengurangi sumberdaya untuk generasi mendatang (sustainable development). Pembangunan merupakan upaya sadar untuk mengelola dan memanfaatkan sumberdaya guna meningkatkan mutu kehidupan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi yang merupakan indikator keberhasilan suatu pembangunan seringkali digunakan untuk

mengukur kualitas hidup manusia sehingga semakin tinggi nilai pertumbuhan ekonomi maka semakin tinggi pula taraf kualitas hidup manusia. Semakin cepat pertumbuhan ekonomi akan semakin banyak barang sumberdaya yang diperlukan dalam proses produksi yang pada giliranya akan mengurangi ketersediaan sumberdaya alam sebagai bahan baku yang tersimpan pada sumberdaya alam yang ada. Jadi semakin berpacunya pembangunan ekonomi dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat berarti semakin banyak barang sumberdaya yang diambil dari dalam bumi dan akan semakin sedikitlah jumlah persedian sumberdaya alam tersebut. Disamping itu pembangunan ekonomi yang cepat dibarengi pembangunan instalasi-instalasi pengolah maka akan tercipta pula pencemaran yang merusak sumberdaya alam dan juga manusia itu sendiri ( Suryanto, 2009). Pembangunan sebagai upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pada dasarnya merupakan kegiatan pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan hidup yang akan berdampak pada perubahan fungsi lingkungan hidup. Oleh karenanya, pola dan caracara membangunlah yang akan menentukan besaran dampak yang akan terjadi pada lingkungan hidup ( Djajadiningrat, 2011 ). Pengelolaan lingkungan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan manusia. Karena itu aspek kesehatan yang merupakan salah satu faktor utama kesejahteraan manusia, juga termasuk dalam pengelolaan lingkungan (UU No 4 Tahun 1982). Kegiatan usaha penambangan akan mampu menghasilkan dampak positif dan dipastikan mengakibatkan dampak negatif. Dampak positif dalam bentuk peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar, menciptakan peluang kerja, timbulnya kegiatan perekonomian baru harus dikembangkan. Dan dampak negatif dapat berbentuk polusi dan

limbah, dapat menimbulkan gangguan penyakit, timbulnya debu dan kebisingan serta kerusakan lingkungan di bidang sosial dan budaya (Sukandarrumidi, 2010 ). Dalam proses penambangan galian C seluruh pengusaha diharap selalu memperhatikan baku mutu ( KepMenLH No.48/MENLH/11/1996) adapun untuk debu batas baku mutu yang seharusnya 90 ) laser diode, kebisingan baku mutu yang ditetapkan sebesar 55) desibel meter, serta untuk kekeruhan air sungai tidak melebihi yang ditetapkan sebesar 5 turbiti meter. Kegiatan pertambangan yang merupakan kegiatan padat teknologi dan padat modal, merupakan sumber devisa negara. Perputaran ekonomi pada saat proyek berlangsung sudah tentu akan merangsang pertumbuhan sektor perekonomian terkait. Tersedia dan terbukanya lapangan kerja bagi masyarakat setempat walaupun kehadiran masyarakat pendatang untuk ikut berkompetisi tak dapat di hindari. Dengan masuknya berbagai ragam budaya dan pola hidup setiap orang yang telibat dalam proyek pertambangan ini, secara bertahap akan mempengaruhi pola kehidupan sosial dan budaya masyarakat setempat(rissamasu et al., 2012). Pengelolaan lingkungan hidup di Aceh pada masa yang akan datang menjadi kunci keberhasilan atas penataan ruang untuk menjamin keberlanjutan fungsi lingkungan hidup. Seperti yang diamanatkan dalam Undang-Undang No.11 tahun 2006 (UUPA) Bab XX pasal 141 (1) Perencanaan pembangunan Aceh /Kabupaten/Kota disusun secara komprehensif sebagai bagian perencanaan pembangunan nasional. Pernyataan ini dipertegas dalam pasal 142 (1) Pemerintah Aceh mempunyai kewenangan menetapkan norma, standar dan prosedur penataan ruang dalam penyusunan Rencana Tata Ruang

Wilayah Aceh (RTRW) dan Kabupaten/Kota (RTRK) dengan memperhatikan pembangunan berkelanjutan dan kelestarian lingkungan hidup. Undang-Undang Pemerintahan Aceh (UU PA) ini akan menjadi payung hukum atas pelaksanaan desentralisasi dan otonomi serta memperhatikan pembangunan berkelanjutan dan kelestarian lingkungan hidup di Aceh, dalam pembangunan dimasa yang akan datang perlu dilihat bagaimana membangun hubungan timbal balik antara manusia dengan komponen-komponen alam harus berlangsung dalam batas keseimbangan, apabila hubungan timbal balik tersebut terlaksana tidak seimbang, maka akan mengakibatkan adanya kerusakan lingkungan fisik, ekonomi, sosial dan budaya ( Sumarwoto, 1991). Sebagai provinsi yang mengandalkan sumberdaya alam baik di laut maupun di darat sebagai andalan masa depan (Renstra Aceh Tahun 2001-2005) kawasan dan lahan penambangan di Aceh merupakan masalah baru dalam lingkungan dan keberlanjutan pembangunan, seperti rentan terhadap erosi dan longsor serta hilangnya sumberdaya air dimasa yang akan datang. Dan mudahnya pengambilan sumberdaya alam di Aceh yang tidak terlepas dari longgarnya kebijakan-kebijakan dan kurangnya valuasi ekonomi dalam sektor penambangan galian C seperti yang disebutkan dalam Undang-undang no 11 Tahun 1967 yang mengatur tentang ketentuan-ketentuan pokok pertambangan, menurut undangundang tersebut bahan golongan galian C adalah bahan galian tidak strategis dan vital, yang pengelolaannya diberikan oleh Pemerintah daerah dengan mengeluarkan surat izin pertambangan daerah. Kabupaten Aceh Utara merupakan salah satu kabupaten yang memiliki lokasi penambangan galian C di Provinsi Aceh, ini tidak terlepas dari giatnya sektor penggunaaan bahan galian C untuk pembangunan yang begitu pesat dewasa ini. Saat ini, luas area galian

C di Kabupaten Aceh Utara mencapai 187,81 hektar yang berada di 9 lokasi titik sebaran galian yang disajikan pada tabel 1.1 Tabel 1.1. Lokasi dan luas area penambangan galian C di Kabupaten Aceh Utara No Nama Kecamatan Jumlah titik galian C Luas Area Area galian (ha) 1. Sawang 3 25 2. Kuta Makmur 3 16,1 3. Simpang Kramat3 14,7 4. Langkahan 1 5 5. Tanah Luas 4 20,4 6. Nisam Antara 3 4,05 7. Cot Girek 1 1,37 8. Paya Bakong 1 0,505 9. Nisam 1 100,68 Jumlah 20 187,81 Sumber : Pemerintah Kabupaten Aceh Utara, 2011. Pendapatan daerah yang diperoleh dari kegiatan usaha penambangan galian C di Kabupaten Aceh Utara selama kurun waktu 2007 sampai dengan tahun 2011 terdiri dari pendapatan retribusi izin usaha dan pajak pengambilan dan penggalian bahan galian C yang dapat dilihat pada tabel 1.2. Tabel 1.2. Data restribusi pendapatan izin usaha dari sektor usaha pertambangan pertambangan bahan galian golongan C di Kabupaten Aceh Utara tahun 2007-2011 Tahun Restribusi Daerah Target Realisasi 2007 Restribusi Izin Usaha Pertambangan 5.000.000,- 5.780.000,- Bahan Galian golongan C 2008 Restribusi Izin Usaha Pertambangan 6.000.000,- 3.477.000,- Bahan Galian golongan C 2009 Restribusi izin Usaha Pertambangan 8.400.000,- 9.248.160,- Bahan Galian golongan C 2010 Restribusi izin Usaha Pertambangan bahan 21.454.000,- 18.461.400,- galian golongan C 2011 Restribusi izin Usaha Pengambilan dan Penggalian Bahan galian golongan C 57.600.000,- 14.022.600,- Sumber : DPKKD Kabupaten Aceh Utara, 2012.

Data tersebut menunjukkan bahwa pada tahun 2007 dan tahun 2009, realisasi pendapatan dari pajak sektor penambangan galian C melampaui target yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Utara. Namun demikian pada tahun 2010 dan 2011 realisasi pendapatan pajak mengalami penurunan. Kegiatan penambangan galian C di Kabupaten Utara selama ini telah menyokong memberikan kontribusi terhadap pendapatan asli daerah Kabupaten Aceh Utara. Meskipun demikian, kegiatan penambangan galian C ini juga memberikan dampak kerusakan lingkungan terutama disekitar lokasi penambangan galian C. Beberapa dampak lingkungan yang terjadi berkaitan dengan keberadaan penambangan galian C dapat dikaji dari dua sisi positif dan negatif (Hasibuan, 2006). Dampak positif yang ditimbulkan dari penambangan bahan galian C diantaranya : a. Terserapnya tenaga kerja. b. Menambah pendapatan asli daerah (PAD) dengan kewajiban pengusaha membayar restribusi dan iuran-iuran lain. c. Memperlancar transportasi, karena yang tadinya jalan penduduk setempat hanya merupakan jalan setapak, maka diupayakan pengusaha untuk membuat jalan yang lebih lebar agar dapat dilewati oleh kenderaan pengangkut bahan galian. Dampak negatif berupa resiko akibat penambangan bahan golongan galian C. Dari proses pengangkutan hasil galian baik berupa pasir, kerikil dan batu inilah yang mengakibatkan terjaditnya kerusakan jalan bahkan menimbulkan lubang-lubang besar bekas galian C yang kedalamannya mencapai tiga sampai empat meter, dan apabila bekas galian ini tidak direklamasi oleh pengusaha mengakibatkan lingkungan sekitarnya menjadi

rusak. Rona awal lahan yang sebelumnya merupakan kebun tanaman budidaya seperti, padi, pisang dan bambu serta tumbuh-tumbuhan lain yang terletak dipinggiran sungai, akibat dilakukan penambangan didasar maka apabila terjadi banjir dan sungai meluap mengakibatkan tanaman-tanaman budidaya tersebut tenggelam dan semakin melebarnya pinggiran sungai. Dengan jumlah penduduk di Kabupaten Aceh Utara sensus tahun 2010 sebanyak 529.751 jiwa menjadi potensi pengembangan perekonomian dan pembangunan, sehingga sangat penting memperhatikan daya dukung dan nilai sumberdaya alam yang menjadi sumberdaya utama keberlangsungan (sustainability) kehidupan. Hasil valuasi ini nantinya dapat menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan arah dan strategi serta kebijakan pembangunan pada masa yang akan datang. Dalam upaya mengelola lingkungan dan mengembangkan kesejahteraan masyarakat (community development) yang menjadi konsep pembangunn internasional, maka dipandang perlu dilakukan penelitian Valuasi Ekonomi kegiatan penambangan terhadap kesejahteraan masyarakat. 1.2. Perumusan Masalah Kondisi dan adanya laju pertumbuhan penduduk yang besar akan dapat memacu tekanan terhadap lahan. Dalam pengelolaan sumberdaya alam, terjadi perubahan pengelolaan dari monokultur menjadi campuran dan ini mulai terlihat mulai tahun 2005. Berdasarkan hal tersebut maka permasalahan yang dijumpai antara lain adalah : a. Apakah terbukanya lapangan kerja, kerusakan lingkungan berpengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Aceh Utara.

b. Bagaimana pengaruh tidak langsung terbukanya lapangan kerja terhadap kesejahteraan masyarakat melalui kerusakan lingkungan di Kabupaten Aceh Utara. c. Bagaimana pengaruh total variabel kegiatan penambangan galian C terhadap kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Aceh Utara. d. Berapa harga yang harus dibayar pengusaha pada pemerintah selaku agen yang memperhatikan kepentingan umum. e. Bagaimana persepsi masyarakat terhadap kebijakan pengelolaan lingkungan kegiatan penambangan galian C di masa yang akan datang f. Bagaimana pemanfaatan sumberdaya alan galian C secara ekonomis, adil dan berkelanjutan 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dari pada penelitian adalah untuk melakukan penilaian ekonomi (Economic Valuation ) penambangan galian C terhadap kesejahteraan masyarakat dan merumuskan sebuah kebjakan, alternatif dalam rangka pengelolaan kawasan penambangan galian C di masa yang akan datang. Untuk mencapai tujuan umum, secara spesifik tujuan dari penelitian ini adalah untuk : a. Mengetahui dampak terbukanya lapangan kerja dan kerusakan lingkungan terhadap kesejahteraan masyarakat dikabupaten Aceh Utara b. Menganalisis pengaruh tidak langsung terbukanya lapangan kerja terhadap kesejahteraan masyarakat melalui kerusakan lingkungan di Kabupaten Aceh Utara. c. Untuk melihat bagaimana pengaruh total variabel kegiatan penambangan galian C terhadap kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Aceh Utara

d. Mengetahui berapaharga yang harus dibayar dalam setiap pengambilan galian C oleh pengusaha khususnya pasir,kerikil dan koral. e. Mengetahui bagaimana persepsi masyarakat terhadap kebijakan pengelolaan lingkungan penambangan galian C di masa yang akan datang. f. Menganalis pemanfaatan sumberdaya alam galian C secara ekonomis, adil dan keberlanjutan 1.4 ManfaatPenelitian Dengan adanya kegiatan penelitian ini, maka diharapkan memberikan beberapa manfaat sebagai berikut : a. Informasi mengenai dampak penambangan galian C terhadap kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Aceh Utara. b. Adanya pengetahuan bagi masyarakat umum tentang fungsi lingkungan dalam penambangan galian C. c. Sebagai masukan dan pertimbangan untuk menentukan penyusunan kebijakan dalam pengambilan keputusan penggalian galian C dan pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan secara menyeluruh. d. Adanya dasar patokan bagi penelitian lebih lanjut dalam bidang yang sama untuk pengembangan pengetahuan. e. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah daerah dalam pemanfaatan sumberdaya alam galian C.

1.5. Novelty Dampak kegiatan penambangan banyak dilakukannamun kebanyakan berorientasi pada research yang mengarah pada tingkat kerusakan dan pencemaran lingkungan seperti tingkat kekeruhan air, kebisingan dan banyaknya debu yang berterbangan tetapi bukan pada dampak yang diakibatkan dari hasil penambangan terhadap kesejahteraan masyarakat dan harga yang diperoleh baik masyarakat atapun pemerintah daerah. Hasil analisis Valuasi ekonomi kegiatan penambangan galian C perlu dilakukan untuk melihat seberapa besar biaya yang harus dibayar pengusaha untuk kesejahteraan Masyarakat dan menggunakan metode rumus penghitungan nilai rent yang sesuai akan menghasilkan biaya yang tepat untuk perlindungan lingkungan.

1.6 Kerangka Berpikir Penelitian. Pemasalahan Valuasi ekonomi Kegiatan Penambangan galian C -Pengambilan Pasir -Pengambilan Koral - Pengambilan Kerikil Pencemaran air Berdebu Kebisingan Kerusakan Lingkungan Terbuka lapangan kerja Mata Pencarian Terpenuhi kebutuhan hidup Harga Kebijakan Pengelolaan Pemanfaatan SDA galian C - Ekonomis - Berkeadilan - Berkelanjutan Kesejahteraan Gambar 1. Kerangka berpikir penelitian 1.7 Hipotesis Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut : Ho. Terbukanya lapangan kerja tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat. Ha. Terbukanya lapangan kerja berpengaruh positif terhadap kesejahteraan masyarakat.

Ho. Kerusakan lingkungan tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat. Ha. Kerusakan lingkungan berpengaruh positif terhadap kesejahteraan masyarakat.