BAB I PENDAHULUAN. Saat globalisasi dan pasar bebas mulai merambah Indonesia, terjadilah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sejak tahun 1920, dunia mengalami economic boom, yakni sebuah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. identitas sebuah organisasi maupun perusahaan dikarenakan masing-masing. memberikan dampak yang buruk terhadap organisasi tersebut.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi sebagai salah satu pilar pembangunan ekonomi yang bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. langsung atau Foreign Direct Investment-FDI. Investasi yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. suatu organisasi. Bagaimanapun baiknya suatu organisasi, lengkapnya sarana dan

Bab l. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Hubungan Antara..., Adinda Dwiastuti, F.PSI UI, 2008

BUDAYA (Moeljono, 2003:16)

BAB 1 PENDAHULUAN. profesional, diharapkan karyawan bekerja secara produktif. Pengelolaan karyawan. dan pengembangan karirnya (Mangkunegara, 2011: 1).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Dampak akibat krisis multidimensi yang terjadi mulai tahun 1998 masih

BAB I PENDAHULUAN. Dunia telah memasuki era perubahan dan transformasi yang sangat cepat.

6. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

Nilai, Sikap, dan Kepuasan Kerja

BAB I PENDAHULUAN. maupun kinerja organisasi secara keseluruhan. Satu hal yang harus diperhatikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

1 Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wayan Nugroho,2013

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. karena itu perusahaan-perusahaan dituntut untuk melakukan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada era globalisasi saat ini, perkembangan sangat pesat di segala

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

Jenis dan Bentuk Perubahan Organisasi

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi antarbudaya dengan baik. kemampuan komunikasi antarbudaya (Samovar dan Porter, 2010: 360).

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Arti dan Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia. yang tepat untuk meningkatkan kemampuan perusahaannya dalam proses

Makna dan Dimensi Budaya \

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Kemajuan telah dialami oleh manusia, baik yang bersifat keilmuan

BAB I PENDAHULUAN. sehingga setiap perusahaan dituntut untuk terus berbenah dan berproses demi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi merupakan salah satu jurusan di fakultas ekonomi yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam segala aktivitas perusahaan karena manusia adalah faktor yang dapat Latar belakang penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Lingkungan bisnis pada saat ini tumbuh dan berkembang secara drastis

6. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan sebagai suatu organisasi mempunyai tujuan yang ingin dicapai,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Hubungan Individualisme..., Arnoldus Vigara, F.PSI UI, 2008

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Berbagai rancangan penelitian yang akan dilakukan oleh tiap peneliti memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia dalam organisasi merupakan faktor penting yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasal 1 ayat 9 UU No. 13 Tahun 2003 Ketenagakerjaan,

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan memiliki tujuan yang jelas untuk dijadikan sebagai landasan

BAB I PENDAHULUAN. Alexandros dkk (2005) dalam penelitiannya mengenai implementasi metodologi

PENGARUH BUDAYA TERHADAP KEPEMIMPINAN DAN KINERJA (Studi pada Karyawan PT Bo Kyung, Beji - Pasuruan)

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pembagian daerah di Indonesia pada dasarnya diatur dalam undangundang

BAB I PENDAHULUAN. sekelompok manusia sangat diperlukan untuk dapat bersosialisasi dan bekerja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. meningkatkan kepuasaan pelanggan sangatlah sengit. Terbukti dengan banyaknya

BAB I PENDAHULUAN. membentuk karyawan untuk berfikir, bersikap dan berperilaku. Budaya organisasi

III. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. 1) kesimpulan, 2) implikasi dan saran hasil penelitian.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasal 1 ayat 9 UU No. 13 Tahun 2003 Ketenagakerjaan,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Hubungan Nilai..., Dian Rahmi Iskandar, F.PSI UI, 2008

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terus-menerus seiring perkembangan zaman. Saat ini baik perusahaan swasta

BAB I PENDAHULUAN. yang ditetapkan oleh perusahaan.semakin ketat persaingan antar perusahaan maka

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi saat ini, kehidupan perekonomian perusahaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Balakang Penelitian Robbins (2001:39) Pemimpin Wahid (1997:3) Pemimpin

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi menuntut perusahaan untuk dapat mengambil keputusan

PENGANTAR MANAJEMEN Materi 2 Manajemen dalam Lingkungan Global Viraguna Bagoes Oka, M Finc Dharma Iswara Bagoes Oka, M Finc

BAB I PENDAHULUAN. rendah. Kinerja organisasi sebagian besar dipengaruhi kinerja para pegawai,

BAB I PENDAHULUAN. karyawan ataupun pekerjaan yang dapat mempengaruhi kehidupan keluarga

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini diarahkan untuk menganalisis dan mendeskripsikan data

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang akan menghadapi tantangan yang berat. Hal ini terjadi karena dalam

BAB I PENDAHULUAN. terasa dampaknya, baik ekonomi, sosial, budaya, ilmu pengetahuan, teknologi dan lain

Berbagai macam bentuk penetrasi pasar luar negeri: Ekspor Lisensi Waralaba Perusahaan multinasional Perusahaan global BAB 12.

BAB I PENDAHULUAN. bukan merupakan segmen bisnis yang populer. menerbitkan edisi Bandung-nya, seperti Kompas, Republika, SINDO, Koran Tempo,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari dan berorganisasi pengambilan keputusan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya, dan demikian pula sebaliknya semakin baik mutu pendidikan.

MSDM INTERNASIONAL. Dosen : Drs. Heru Susilo, M.A. Detha Alfrian Fajri, S.AB., M.M. Disusun oleh : Abiyasa

IMPLEMENTASI STRATEGI: STAFFING DAN DIRECTING TUJUAN PEMBELAJARAN CIS-UBAYA-PD-PHB

BAB I PENDAHULUAN. kenyataan yang tak terbantahkan. Penduduk Indonesia terdiri atas berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Di saat keadaan ekonomi tidak menentu khususnya di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi memiliki budaya yang merupakan ciri khas organisasi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam kegiatan. pembangunan yang sedang dilaksanakan di Indonesia dewasa ini,

BAB I PENDAHULUAN. organisasi dan kelangsungan hidup organisasi. Peran kepemimpinan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan bergulirnya era reformasi, maka tuntutan akan. membutuhkan adanya kepastian dalam menerima pelayanan, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. di segala bidang. Kenyataan tersebut menuntut profesionalisme sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan tujuan organisasi, karena manusia dalam melakukan aktivitas di

BAB I PENDAHULUAN. Menghadapi era globalisasi saat ini, banyak tantangan yang harus dihadapi oleh

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup perusahaan. Orang (manusia) merupakan elemen yang selalu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan meningkatnya ketergantungan ekonomi,

KEWARGANEGARAAN INTEGRASI NASIONAL : PLURALITAS MASYARAKAT. Modul ke: 14Fakultas FASILKOM. Program Studi Teknik Informatika

LAMPIRAN 1 Instrumen Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan karir merupakan suatu proses dari individu sebagai usaha

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Kepala Sekolah pada suatu waktu dan guru-guru tetap menjalankan aktivitas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat globalisasi dan pasar bebas mulai merambah Indonesia, terjadilah persaingan ekonomi dan teknologi untuk menjadi yang terbaik. Hal ini terutama terlihat jelas di bidang industri dan jasa. Kebutuhan akan tenaga kerja professional berkualitas semakin signifikan seiring dengan persaingan yang makin ketat dan mengglobal. Globalisasi juga memusatkan perhatian pada perbedaan-perbedaan antara orang dari Negara-negara berbeda. Organsiasi harus mampu menempuh suatu usaha untuk meleburkan perbedaan-perbedaan, dengan mengandaikan orang yang memiliki kebudayaan berbeda secara otomatis ingin berasimilasi. Namun harus diakui juga bahwa manusia tidak mengesampingkan nilai budaya dan pilihan gaya hidup saat bekerja. Maka merupakan suatu tantangan bagi organisasi untuk lebih bsia mengakomodir perbedaan dengan mengajukan gaya hidup, kebutuhan keluarga dan gaya kerja yang berbeda Perubahan situasi dunia yang mengalami perubahan ke ekonomi global, membuat organisasi saat ini mempunyai tantangan untuk mengadopsi budaya organisasi yang tidak hanya harus fleksibel, tetapi juga harus sensitive terhadap

2 berbagai perbedaan budaya yang dihadapi oleh anggota organisasi baik di dalam dan antar masyarakat. Kondisi ini membuat setiap organisasi berupaya keras untuk mencapai target yang mereka patok. Untuk mencapai target-target tersebut, berbagai macam cara diupayakan, salah satunya dnegan merekrut profesional-profesional handal sesuai dengan kebutuhan organisasi. Hal ini termasuk profesional lokal dan ekspatriat. Hal ini memungkinkan tenaga kerja asing untuk ikut bersaing dalam kompetisi penerimaan tenaga kerja Justifikasi yang sering dikemukakan dalam memperkerjakan tenaga kerja asing adalah karena mereka dinilai mempunyai keterampilan dan ilmu pengetahuan yang cenderung lebih maju dan diharapan dapat melakukan transfer pengetahuan kepada pegawai lokal. Hal ini tidak lepas dari kenyataan bahwa posisi tenaga kerja asing biasanya menduduki tingkat top level management atau memimpin karyawan pribumi dalam suatu tipe pekerjaan. Memimpin meliputi kegiatan mengarahkan, mempengaruhi dan memotivasi karyawan untuk melaksanakan tugas yang dapat menggerakan organisasi kearah sasaran yang telah dirumuskan sebagai tujuan yang harus dicapai. Namun kenyataan lain yang harus dipertimbangkan adalah adanya pencampuran kebudayaan antara karyawan lokal dengan tenaga kerja asing. Melihat dan memahami dunia dari sudut pandang lain menjadi syarat mutlak bagi organiasi. Hal ini memuat organisasi harus siap berhadapan dengan

3 keanekaragaman dalam organisasi dan memanfaatkan kapasitas dari seluruh karyawan untuk mencapai tujuan organisasi Usaha untuk mewujudkan kerja sama antar anggota dalam suatu organiasi yang mempunyai latar belakang pegawai dari berbagai macam budaya tidaklah mudah karena seiring dengan itu, terjadi pula pertemuan individu dari berbagai latar belakang budaya. Dalam konteks sebuah pertemuan budaya terjadilah pertemuan sistem orientasi yang berbeda, sesuatu semuala sangat dikenal menjadi berubah arti atau bahkan tidak dikenali sama sekali sehingga respon individu menjadi tidak efektif untuk lingkungannya. Akibatnya konflik dan friksi antar individu lebih mudah terjadi. Menurut Adler (2002) permasalahan yang muncul dalam kelompok kerja multinasional biasanya terkait dengan komunikasi (salah paham, akurasi peran rendah, dsb), perspesi sosial (stereotipe, distrust, dsb) dan meningkatnya ketegangan kelompok. Namun jika permasalahan tersebut dapat diselesaikan dengan baik, kelompok kerja multinasional memiliki sebuah kekuatan strategis. Hal serupa juga dikatakan oleh Cox (1994), dimana jika diatur secara benar, kelompok atau organisasi yang memiliki anggota berbeda budaya memiliki keuntungan lebih jika dibandingkan dengan kelompok atau organisasi yang hanya beranggotakan satu budaya tertentu. Organisasi akan mendapatkan keuntungan yang berasal dari keragaman dan proses bertemunya kedua budaya (synergistic), seperti meningkatnya fleksibilitas dan keterbukaan terhadap hal

4 baru atau berasal dari budaya tertentu (culture-specific) seperti meningkatnya kemampuan untuk lebih mengerti suatu budaya tertentu, termasuk juga meningkatnya kreatifitas dan kemampuan problem solving. Adanya pertemuan antara variabel kepemimpinan, ekpatriat dan budaya organisasi membuat peneliti ingin melihat pembauran dari kepempinan seorang ekspatriat yang notabene bekerja di Indonesia dengan mayoritas karyawan berkebangsaan Indonesia dan sudah memupuk budaya Indonesia sejak lahir, sehingga melahirkan budaya organisasi yang diadopsi untuk mencapai tujuan organisasi Untuk menggali hal tersebut peneliti menggunakan metode kualitatif deskriptif. Moh. Nazir (2005) berpendapat metode deskriptif dapat dilakukan dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa masa sekarang dengan tujuan untuk membuat gambaran atau deksripsi secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta, sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian dari latar belakang penelitian diatas, maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut: 1. Sejauhmana budaya asing yang dibawa oleh pekerja ekspatriat memiliki pengaruh terhadap lingkungan kerja pegawai lokal?

5 2. Sejauhmana pembauran antara budaya yang dipengaruhi oleh kepemimpin ekpatriat dengan karyawan local dalam membentuk suatu budaya organiasi? C. Pembatasan Masalah Pembatasan masalah dilakukan agar penelitian lebih terarah, terfokus dan tidak menyimpang dari sasaran pokok penelitian. Masalah yang dipilih untuk diteliti oleh penuli adalah hubungan antara kepemimpinan ekspatriat dengan budaya organisasi di tempat yang dipimpinnya. Penulis membatasi ruang lingkup penelitian ini pada menfokuskan kepada pembatasan atas masalah-masalah pokok yang dibatasi dalam konteks permasalahan yang terdiri dari: 1. Hubungan dimensi budaya antara kepemimpinan ekpatriat dengan karyawan lokal 2. Hubungan antara kepemimpinan ekpatriat dengan budaya organisasi yang dibangunnya Selanjutnya untuk lebih memperdalam penelitian, dipilih dua variable yang relevan dengan permasalahan pokok, yaitu kepemimpinan ekspatriat sebagai variable bebas (X), dan budaya organisasi sebagai variable terikat (Y). Penulis juga membatasai responden pada penelitian ini hanya pada karyawan tetap IHPCP-AusAID yang berada di wilayah kerja DKI Jakarta. Serta analisis dilakukan dengan metode

6 D. Tujuan dan Kegunaan penelitian Penelitian ini mempunyai tujuan umum untuk mengetahui apakah kepemimpinan ekspatriat mempunyai pengaruh terhadap budaya organisasi di lembaga donor IHPCP. Tujuan Khusus dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui nilai kepemimpinan yang diterapkan di lembaga donor IHPCP 2. Untuk mengetahui karakteristik budaya organisasi yang berkembang di lembaga donor IHPCP 3. Untuk mengatahui sejauh mana budaya organisasi membawa pengaruh positif dalam mencapai tujuan organisasi Sedangkan bila dilihat dari sisi kegunaannya, melalui hasil dari kuesioner yang menjadi bagian dari penelitian ini akan didapat data yang bisa dijadikan acuan dalam menilai hasil yang didapat dari budaya organisasi yang terinduksi oleh gaya kepemimpinan orang asing, sehingga dapat dijadikan pembanding untuk penelitian-penelitian selanjutnya. Penelitian ini juga diharapkan bisa digunakan sebagai rujukan oleh organisasi lain yang mempunyai karyawan multikultural sehingga dapat dijadikan salah satu acuan dalam mengembangkan budaya organsasinya.

7 E. Kerangka Pemikiran Sejalan dengan itu globalisasi turut berperan dalam mengakomodir pekerja dari luar negeri untuk bekerja di Indonesia. Pekerja asing atau ekspatriat, menurut kamus besar Bahasa Indonesia (Gitamedia Pres, 2005) memiliki arti: tindakan meninggalkan negara atau tanah air untuk selamanya karena berdiam di negara lain. Ekspatriat dinilai mempunyai wawasan yang lebih luas dan up to date untuk kemajuan organisasi, maka jabatan yang diberikan senantiasa berada di tingkatan top manager atau pimpinan organisasi. Setiap Negara memiliki ciri khas dan karakter budaya masing-masing. Perbedaan tersebut dapat menjadi sumber yang menguntungkan bagi organisasi dengan dukungan dari lingkungan kerja. Schneider (2003) berpendapat bahwa peran pimpinan organisasi adalah memilah dan mengevaluasi mana budaya lokal atau budaya Negara lain yang sesuai dan dapat berkontribusi untuk kemajuan organisasi. Ini juga berarti seorang pemimpin harus mampu memahami bagaimana karyawan dari budaya yang berbeda memandang dan menterjemahkan tindakan mereka. Pengertian kepemimpinan sendiri menurut menurutveitzal Rivai (2003) adalah proses untuk mempengaruhi orang lain, baik di dalam organisasi maupun di luar organisasi untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Dapat disimpulkan bahwa ekpatriat sebagai pimpinan organisasi akan bekerja sama dengan karyawan lokal yang akan dipimpinnya. Proses kerja sama dan mempengaruhi ini menjadi bagian dari proses kepemimpinan.

8 Dimensi kebudayaan kepemimpinan ekspatriat dengan budaya lokal karyawan perlu dibedakan untuk mengetahui karakteristik masing-masing negara. Acuan yang sering digunakan dalam penelitian lintas budaya mengenai kepemimpinan adalah hasil penelitian Hofstede (1994). Edisi revisi dikeluarkan pada tahun 2005 oleh penerbit New York: McGraw-Hill. Hasil penggabungan dari kedua penelitian tersebut di tahun 1994, didapat pengelompokan empat dimensi utama dalam mengatasi perbedaan budaya di tempat kerja: Jarak kekuasaan (power distance), Individualisme dan kolektivisme, Kesetaraan gender (masculinity vs feminism) dan Peghindaran ketidakpastian (Uncertainty Avoidance). Definisi dari dimensi budaya Hofstede adalah: a. Jarak kekuasaan Batasan di mana orang menerima perbedaan dalam kekuasaan dan status antar diri mereka sendiri. Pemimpin memiliki kewenangan lebih banyak, berhak atas hak dan keistimewaan khusus, sulit diakses dan tidak diharapkan untuk berbagi kekuasaan dengan bawahan. b. Individualisme Batasan dimana kebutuhan dan kewenangan perorangan lebih penting dibandingkan kebutuhan kolektif dari unit kerja atau masyarakat. c. Penghindaran ketidakpastian Batasan di mana orang merasa nyaman dengan situasi ambigu dan ketidakmampuan untuk memprediksi peristiwa mendatang.

9 d. Maskulinitas vs Feminitas Batasan di mana terdapat pembagian peran jender yang jelas antara laki-laki dan perempuan. Pembedaan ini juga memperlihatkan bahwa suatu Negara dapat memiliki sisi jender yang dominan sesuai dengan nilai-nilai yang dianut. Bedasarkan penelitian tersebut, didapatlah perbandingan dimensi budaya antara Negara Australia tempat pimpinan organisasi berasal dengan Negara Indonesia tempat kepemimpinan tersebut diterapkan. Table 1.1 Perbandingan dimensi budaya menurut Hofstede Sumber: penelitian dimensi budaya Hofstede Menurut Sondang P. Siagian (2004), pemahaman budaya nasional oleh para manajer internasional mutlak karena: a. Mempunyai implikasi yang sangat luas dalam menciptakan, menumbuhkan dan memelihara budaya organisasi b. Menghindari kebiasaan menjatuhkan vonis yang mengatakan bahwa suatu budaya nasional tertentu baik atau tidak baik dengan menggunakan takaran yang berlaku di negara asalnya, sebab baik buruknya suatu budaya ditentukan oleh penerimaan berbagai elemen budaya dimaksud oleh karyawan yang menganutnya

10 c. Membantu penyesuaian yang dituntut oleh lingkungan tempat mereka bekerja sehingga akan terbentuk interaksi yang berjalan mulus Diketahui bahwa kepemimpinan bisa membentuk budaya organisasi, Pengertian budaya organisasi sendiri adalah sistem nilai-nilai yang diyakini semua anggota organisasi dan yang dipelajari, diterapkan serta dikembangkan secara berkesinambungan. Djokosantosa Moeljono-2004 mengemukakan bahwa budaya organisasi juga dapat berfungsi sebagai sistem perekat sehingga dapat dijadikan acuan berperilaku dalam organisasi untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan). Menurut Victor Tan (2002) organisasi yang memiliki budaya organisasi akan memiliki karakteristi-karakteristik yang diterapkan dan disepakati oleh karyawannya, yaitu: inisiatif Individu, toleransi terhadap resiko, arah organisasi, integrasi, dukungan manajemen, kontrol, identitas, sistem imbalan, toleransi terhadap konflik, dan pola komunikasi Berdasarkan teori diatas, maka didapat kerangka berpikir mengenai hubungan kepemimpinan ekspatriat dengan budaya organisasi (gambar 1.1)

Gambar 1.1 Model Kerangka Pemikiran Hubungan kepemimpinan ekspatriat dengan budaya organisasi 11