BAB 1 PENDAHULUAN. Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dalam industri pariwisata dan terbukanya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Hal ini dapat menggerakkan pertumbuhan industri pada sektor-sektor

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak objek pariwisata untuk

BAB I PENDAHULUAN. Adanya destinasi pariwisata merupakan salah satu bagian dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi nasional yang mencapai 5,7 persen (Tempo.co,2014). hal

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dalam programnya Wonderful of Indonesia yang diharapkan memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pariwisata merupakan kegiatan perekonomian yang telah menjadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fajra Adha Barita, 2015

BAB I PENDAHULUAN. disamping sektor lainnya seperti migas, perkebunan dan lain-lain. Dalam

PERSEPSI PENGUNJUNG TENTANG FASILITAS WISATA DI OBJEK WISATA LEMBAH HARAU KABUPATEN LIMA PULUH KOTA SITHY FATIMAH

I.PENDAHULUAN. Komoditas minyak dan gas (migas) merupakan penghasil devisa utama bagi

BAB I PENDAHULUAN. menjadi komoditas yang mempunyai peran penting dalam pembangunan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 5.1 Kesimpulan Bab ini berisikan kesimpulan dari hasil yang telah dijelaskan pada bab-bab

BAB I PENDAHULUAN. maupun kelompok di dalam wilayah sendiri atau negara lain dengan

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata Indonesia merupakan salah satu sektor yang mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata merupakan salah satu tujuan favorit bagi wisatawan. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. Kepariwisataan merupakan salah satu sektor industri didalam

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sumber devisa negara selain sektor migas

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi, peningkatan pendapatan daerah, memberdayakan

BAB I PENDAHULUAN. terpanjang kedua di dunia setelah Kanada (Sastrayuda, 2010). Bentang alam yang

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia, dewasa ini Pemerintah sedang giat-giatnya melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian suatu negara saat ini. Potensi pasar global yang amat besar

I. PENDAHULUAN. Keterangan : * Angka sementara ** Angka sangat sementara Sumber : [BPS] Badan Pusat Statistik (2009)

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor industri yang berpotensi untuk. dikembangkan terhadap perekonomian suatu daerah. Berkembangnya sektor

1 PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha, ** (Miliar Rupiah)

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk menikmati suatu obyek dan daya tarik wisata secara sukarela, meskipun hal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata itu sendiri, tetapi juga lokal eksposur dan advokasi serta membantu membentuk

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata sebagai sumber pendapatan tidak terkecuali di Indonesia. Pariwisata

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. minyak bumi dan gas. Kepariwisataan nasional merupakan bagian kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. objek wisata menjadi kebutuhan primer sebagai penyeimbang kesibukan. mereka tersebut. Tempat hiburan maupun objek wisata mampu

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pariwisata saat ini membawa pengaruh positif bagi masyarakat yaitu meningkatnya taraf

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. Industri pariwisata semakin dikembangkan oleh banyak negara karena

BAB I PENDAHULUAN. dapat dijadikan sebagai prioritas utama dalam menunjang pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar didunia. Memiliki potensi

STUDI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN KOMPONEN WISATA DI PULAU RUPAT KABUPATEN BENGKALIS TUGAS AKHIR. Oleh : M. KUDRI L2D

BAB I PENDAHULUAN. menjadi konsep dasar dalam pembangunan dan pengembangan pariwisata indonesia,baik

BAB I. Pendahuluan. terhadap perekonomian suatu daerah. Berkembangnya sektor pariwisata disuatu daerah akan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pariwisata merupakan salah satu sumber devisa negara selain dari sektor

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penenlitian

BAB I PENDAHULUAN. yang semula hanya dinikmati segelintir orang-orang yang relatif kaya pada awal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rian Heryana, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan gejala sosial yang sangat kompleks yang tak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota Yogyakarta merupakan salah satu kota di Indonesia yang terus

HOTEL RESORT BINTANG DUA DAN PUSAT KEBUGARAN PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. mengesankan dalam hal total kunjungan turis internasional. Jumlah kunjungan

BAB I PENDAHULUAN. mendapat perjalanan baru. Pariwisata mempunyai spektrum fundamental pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. Usaha pariwisata ini menjadi sektor unggulan dalam pembangunan ekonomi di

I. PENDAHULUAN. Dalam kurun waktu yang sangat panjang perhatian pembangunan pertanian

BAB I PENDAHULUAN. menjanjikan dalam hal menambah devisa suatu negara. Menurut WTO/UNWTO

BAB I PENDAHULUAN. sosialnya yang berbeda seperti yang dimiliki oleh bangsa lain. Dengan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. sangat menjanjikan bagi negara Indonesia karena memiliki potensi kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan wisata untuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penghasil devisa terbesar di bawah minyak dan gas bumi, batu bara, minyak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sektor kelautan memiliki peluang yang sangat besar untuk dijadikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB V PENUTUP. adalah responden yang pernah mengunjungi objek wisata lembah harau minimal

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan kepariwisataan merupakan kegiatan yang bersifat sistematik,

BAB I PENDAHULUAN. dan teknologi, sehingga keadaan ini menjadi perhatian besar dari para ahli dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak potensi dan sumber daya alam yang belum dikembangkan

BAB I PENDAHULUAN [TYPE HERE] [TYPE HERE]

I. PENDAHULUAN. pulau mencapai pulau yang terdiri dari lima kepulauan besar dan 30

REDESAIN TERMINAL PENUMPANG MINANGKABAU INTERNATIONAL AIRPORT

BAB I PENDAHULUAN. Ciwidey, daerah ini kaya akan pemandangan alam dan mempunyai udara yang

BAB I PENDAHULUAN. daerah pegunungan, pantai, waduk, cagar alam, hutan maupun. dalam hayati maupun sosio kultural menjadikan daya tarik yang kuat bagi

BAB I PENDAHULUAN. berkembang. Pentingnya sektor pariwisata karena sektor pariwisata ini

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata

BAB I PENDAHULUAN. dan lain-lain oleh masing-masing destinasi pariwisata. melayani para wisatawan dan pengungjung lainnya 1

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi seluruh negeri. Tetapi satu hal yang tidak boleh di lupakan adalah

I. PENDAHULUAN. menjadi sumber pendapatan bagi beberapa negara di dunia. Pada tahun 2011,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Arkeologi : adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang hasil

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 JUDUL Menganti Resort Hotel

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Dengan semakin meningkatnya penyelenggaraan pariwisata yang

BAB I PENGANTAR. menjadi sub sektor andalan bagi perekonomian nasional dan daerah. Saat ini

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Kunjungan Wisatawan ke Indonesia Tahun Tahun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pariwisata sampai saat ini merupakan motor penggerak ekonomi di Bali.

BAB V PENUTUP. Bab ini berisi kesimpulan dari penelitian yang sudah dijelaskan pada bab

BAB I PENDAHULUAN. berbatasan langsung dengan ibu kota negara Indonesia, DKI Jakarta yang

Pusat Wisata Kopi Sidikalang BAB 1 PENDAHULUAN

mempertahankan fungsi dan mutu lingkungan.

KAPO - KAPO RESORT DI CUBADAK KAWASAN MANDEH KABUPATEN PESISIR SELATAN SUMATRA BARAT BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan bagi negara melalui pendapatan devisa negara. Semakin banyak

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. adalah merupakan fenomena dari jaman sekarang yang didasarkan atas kebutuhan akan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Udkhiyah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. negara yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving countries),

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan pariwisata di Indonesia saat ini tumbuh sangat cepat dan memiliki peran yang sangat penting untuk menunjang perekonomian Indonesia. Pencapaian dari pertumbuhan pariwisata meliputi pertumbuhan kontribusi terhadap Pendapatan Domestik Bruto (PDB), jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Indonesia meningkat, pemasukan devisa, peningkatan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dalam industri pariwisata dan terbukanya lapangan tenaga kerja ( presidenri.go.id, 2015). Pengembangan pariwisata Indonesia harus dilakukan dengan cepat untuk mencegah potensi hilangnya penghasilan devisa dari migas dan bisa menjadi pengaman untuk mengompensasi penurunan devisa di sektor komoditas karena selama ini selalu bertopang pada industri pertambangan dan perkebunan tanpa menyadari bahwa sektor tersebut dapat habis (swa.co.id, 2016). Berdasarkan literatur Lita (2010), Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang kaya dengan potensi pariwisata dan salah satu tujuan favorit wisatawan. Sumatera Barat dinilai wisatawan masih aman dari konflik politik dan sosial. Potensi wisata yang dimiliki provinsi Sumatera Barat memicu kenaikan arus kunjungan wisatawan mancanegara ke daerah ini. Naiknya arus kunjungan wisatawan ini juga disebabkan karena semakin terbukanya jalur transportasi udara Padang dengan luar negeri, khususnya Singapura dan Malaysia. 1

Oleh karena itu, masyarakat dan pihak terkait harus dapat mengantisipasi optimisme tersebut dengan menghindarkan kegiatan-kegiatan yang berdampak buruk terhadap kegiatan kepariwisataan. Salah satu tujuan unggulan wisata Sumatera Barat adalah Lembah Harau yang terletak di Kabupaten Lima Puluh Kota, Provinsi Sumatera Barat. Lembah Harau merupakan sebuah lembah atau ngarai yang terbentuk dari patahan turun akibat peristiwa tektonik sehingga membentuk wilayah lembah yang datar dan diapit oleh dua dinding perbukitan dengan tebing yang curam. Dinding perbukitan di Lembah Harau inilah yang membuatnya dijuluki Yosemite of Indonesia karena bentuk dan warnanya mirip dengan dinding bukit di Lembah Yosemite yang ada di California, Amerika Serikat, sehingga Lembah Harau merupakan obyek wisata alam di Kabupaten Lima Puluh Kota yang memiliki Unique Selling Proposition yang membedakan Lembah Harau dengan destinasi lainnya. Bukit yang mengapit Lembah Harau memiliki ketinggian 100-500 meter dan sangat cocok dikembangkan untuk olahraga ekstrim panjat tebing. Setidaknya ada 300 lokasi panjat tebing di Lembah Harau yang menjadikannya salah satu surga bagi pecinta olahraga panjat tebing. Selain untuk olahraga panjat tebing, keindahan Lembah Harau dengan tebingnya yang kemerah-merahan menjadi surga tersendiri bagi para fotografer atau bagi wisatawan yang sekedar ingin menikmati keindahan alam. Umur batuan di Lembah Harau diperkirakan berumur 30-40 juta tahun. Lembah Harau berada dalam wilayah administratif Kabupaten Limapuluh Kota yang berlokasi di dua nagari, yaitu Nagari Harau dan 2

Nagari Tarantang atau berada ± 138 km dari Kota Padang ± dan 47 km dari Kota Bukittinggi atau sekitar ± 18 km dari Kota Payakumbuh dan ±2 km dari Pusat Pemerintahan Kabupaten Lima Puluh Kota. Lembah Harau yang diresmikan tanggal 14 Agustus 1926 ini memiliki keindahan alam yang terbagi ke dalam tiga Resort yaitu Resort Aka Barayun, Resort Sarasah Bunta, dan Resort Rimbo Piobang. Pada Resort Aka Barayun, terdapat sebuah air terjun dan sebuah kolam pemandian yang masih asri. Sementara di Resort Sarasah Bunta terdapat empat buah Sarasah (Air Terjun) yaitu sarasah Aie Luluih, sarasah Bunta, sarasah Murai dan sarasah Aie Angek (infosumbar.net, 2015). Lembah Harau ditetapkan sebagai cagar alam sejak 10 Januari 1993. Luasnya sendiri mencapai 270,5 hektar dan dipenuhi oleh tumbuhan dan hewan khas hutan tropis. Badan Pusat Statistik Kabupaten Lima Puluh Kota dalam Sastra (2016), menunjukkan data jumlah kunjungan wisatawan Lembah Harau selama 5 tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 1.1 berikut ini : Tabel 1.1 Data Jumlah Kunjungan Wisatawan Lembah Harau (orang) No Bulan / Month Wisnu / Local Tourist Wisman / Foreign Tourist Jumlah / Total 1 2011 119.027 718 119.745 2 2012 135.559 918 136.477 3 2013 152.717 2.977 155.694 4 2014 160.242 3.255 163.479 5 2015 106.133 1.973 108.106 Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Lima Puluh Kota tahun 2015 dalam Sastra (2016). Berdasarkan tabel diatas terlihat jumlah kunjungan wisatawan selama lima tahun terakhir meningkat dari tahun 2011-2014, tetapi menurun drastis pada tahun 2015 3

sehingga menjadi jumlah pengunjung paling sedikit pada kurun waktu lima tahun terakhir. Kendala bagi tempat wisata Lembah Harau pada saat ini yakni kurang terciptanya pengalaman yang berkesan bagi wisatawan. Untuk menuju objek Lembah Harau hanya bisa dilalui dengan satu jalur. Di gerbang utama akses menuju objek wisata yang terletak hampir 5 kilometer, tidak ada tanda-tanda istimewa ataupun simbol terhadap obyek wisata yang terkenal tersebut. Hanya gerbang tua yang dibangun belasan tahun lalu menyambut kedatangan wisatawan yang akan mendatangi Lembah Harau. Tidak adanya ikon wisata Lembah Harau pada gerbang pintu masuk yang terletak di ruas jalan Sumbar-Riau turut menenggelamkan keberadaannya, sehingga obyek wisata Lembah Harau selalu terlewati bagi pengguna jalan dari Riau. Lembah Harau merupakan obyek wisata yang pertama kali ditemui oleh pengunjung dari Riau saat memasuki wilayah Sumbar. Pengelolaan dan penataannya tidak sehebat nama besar Lembah Harau yang sudah sangat terkenal. Pengelolaannya bahkan jauh tertinggal jika dibandingkan dengan obyek wisata lain yang ada di Sumbar. Dari tahun ke tahun, Lembah Harau selalu seperti itu, baik dari segi infrastruktur, pelayanan serta fasilitas pendukung lainnya. Lembah Harau memiliki potensi yang luar biasa dan sangat menjanjikan bagi daerah, tetapi tidak dikelola secara maksimal. Kendala utama dari Lembah Harau yakni obyek wisata tersebut tidak 100 persen dikelola oleh Pemkab Lima Puluh Kota, melainkan turut dikelola oleh masyarakat yang ada di Nagari Tarantang dan Nagari Harau sehingga pengelolaan pintu masuk obyek dilaksanakan dengan 4

melibatkan pemuda dua nagari tersebut yang berpotensi konflik. Kawasan wisata Lembah Harau masih berbentuk klasik dan tradisional sehingga hal tersebut menjadi salah satu kendala tidak majunya wisata Lembah Harau (harianhaluan.com, 2016). Hal ini akhirnya berdampak pada jumlah kunjungan wisatawan ke objek wisata Lembah Harau, baik wisatawan nusantara (wisnu) dan wisatawan mancanegara (wisman) karena pengalaman wisata yang kurang menyenangkan dan peningkatan persepsi risiko kepuasan dan kenyamanan mereka saat berwisata. Hal ini serupa dengan penelitian Huang dan Hsu (2009) bahwa pada umumnya pengalaman wisata masa lalu berpengaruh pada perilaku wisatawan, baik positif maupun negatif sehingga wisatawan yang puas dengan pengalaman wisata dan persepsi risiko yang rendah pada suatu destinasi memiliki keinginan untuk mengunjungi kembali destinasi tersebut. Rajesh (2013) mengidentifikasi adanya hubungan positif antara lingkungan, infrastruktur, kualitas, nilai dan niat berkunjung kembali dengan pengalaman wisatawan. Kunjungan kembali ke sebuah destinasi wisata merupakan salah satu tolak ukur kepuasan wisatawan atas pengalaman sebelumnya di destinasi wisata tersebut. Sementara Chen & Tsai (2007) mengemukakan bahwa perilaku wisatawan meliputi pilihan untuk mengunjungi sebuah destinasi wisata, evaluasi atas pengalaman wisata masa lalu dan intensi berkunjung kembali di masa mendatang serta merekomendasikan destinasi wisata tersebut pada wisatawan lain. 5

Menurut Kim dalam Zhang, Yang, Chunhui dan Jie (2016) pentingnya dilakukan penelitian tentang pengalaman wisata masa lalu dan persepsi risiko karena dapat menjadi sumber informasi dan pertimbangan untuk melalukan kunjungan kembali di masa depan. Kim, Hallab dan Kim (2012) menyimpulkan bahwa pengalaman wisatawan yang menghasilkan image positif akan meningkatkan intensi berkunjung kembali pada suatu negara. Berdasarkan data statistik pada Tabel 1.1, pengunjung Lembah Harau pada tahun 2011-2014 mengalami peningkatan sehingga tahun 2014 menjadi jumlah pengunjung yang paling tinggi dalam lima tahun terakhir. Tetapi, jumlah pengunjung tahun 2015 mengalami penurunan yang sangat drastis. Jika Lembah Harau dapat dikelola dengan baik, maka akan tercipta pengalaman positif dan menurunkan persepsi risiko wisatawan terhadap Lembah Harau sehingga akan terjadinya peningkatan jumlah wisatawan Lembah Harau dimasa mendatang. Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan maka peneliti merasa penting untuk melakukan penelitian ini dengan judul: Pengaruh Pengalaman Wisata Masa Lalu dan Persepsi Risiko terhadap Intensi Berkunjung Kembali ke Objek Wisata Lembah Harau. 1.2. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimanakah pengaruh pengalaman wisata masa lalu terhadap intensi berkunjung kembali ke Lembah Harau? 2. Bagaimanakah pengaruh persepsi risiko wisatawan terhadap intensi berkunjung kembali ke Lembah Harau? 6

1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui pengaruh pengalaman wisata masa lalu terhadap intensi berkunjung kembali ke Lembah Harau. 2. Untuk mengetahui pengaruh persepsi risiko wisatawan terhadap intensi berkunjung kembali ke Lembah Harau. 1.4. Manfaat Penelitian Diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Bagi Akademis Penelitian ini diharapkan mampu memberikan serta menambah wawasan dan pengetahuan yang berhubungan dengan tiga variabel yaitu pengalaman wisata masa lalu, persepsi risiko dan intensi berkunjung kembali. Kemudian penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi dan menambah informasi untuk peneliti berikutnya dengan topik yang sama. 2. Bagi Praktisi a. Pemerintah khususnya Kementrian Pariwisata sebagai bahan pertimbangan dalam membuat peraturan atau undang-undang. b. Bagi pengelola Lembah Harau dalam hal ini Pemerintah Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota dan pihak swasta (investor) untuk terus meningkatkan layanan destinasi wisata sebagai upaya meningkatkan kunjungan wisatawan serta memaksimalkan pengelolaan secara kelembagaan agar lebih meningkatkan kualitas Lembah Harau sehingga kunjungan wisatawan dimasa mendatang. 7

1.5. Sistematika Penulisan Didalam proses penelitian ini sistematika pembahasan yang digunakan adalah sebagai berikut: BAB I. PENDAHULUAN Bab Pendahuluan diuraikan mengenai latar belakang permasalahan, perumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, serta sistematika penulisan karya ilmiah penelitian. BAB II. TINJAUAN LITERATUR Bab Tinjauan Literatur berisi tentang landasan teori penunjang penelitian, penelitian terdahulu yang sejenis, kerangka pikiran, dan hipotesis yang diajukan dalam penelitian. BAB III. METODE PENELITIAN Bab Metode Penelitian berisi variabel penelitian yang digunakan, definisi operasional, penentuan sampel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data dan metode analisis yang digunakan dalam penelitian. BAB IV. HASIL PENELITIAN Bab Hasil Penelitian berisikan deskripsi objek penelitian, analisis kuantitatif, interpretasi hasil dan argumentasi terhadap hasil penelitian. 8

BAB V. PENUTUP Bab Penutup berisi kesimpulan dan saran yang diberikan berkaitan dengan hasil penelitian bagi pihak yang berkepentingan. 9