II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. sehingga terjamin mutu teknisnya. Penetapan mutu pada karet remah (crumb

dokumen-dokumen yang mirip
RINGKASAN FERI NUR OKTAVIANI, H , Analisis Daya Saing Industri Karet Remah (crumb rubber) Indonesia (dibimbing oleh IDQAN FAHMI).

I. PENDAHULUAN. menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik khususnya pada hasil perkebunan.

VIII. DAYA SAING EKSPOR KARET ALAM. hanya merujuk pada ketidakmampuan individu dalam menghasilkan setiap barang

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

II TINJAUAN PUSTAKA. Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian [16 Juli 2010]

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perdagangan internasional merupakan kegiatan pertukaran barang dan jasa

I. PENDAHULUAN. di bidang pertanian. Dengan tersedianya lahan dan jumlah tenaga kerja yang

DINAMIKA EKSPOR KARET ALAM INDONESIA OLEH VAGHA JULIVANTO H

ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI PENGOLAHAN DAN HASIL OLAHAN KAKAO INDONESIA OLEH : RIZA RAHMANU H

BAB I PENDAHULUAN. keberlangsungan suatu negara dan diyakini merupakan lokomotif penggerak dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. melimpah. Memasuki era perdagangan bebas, Indonesia harus membuat strategi yang

ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI PENGOLAHAN DAN HASIL OLAHAN KAKAO INDONESIA OLEH : RIZA RAHMANU H

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) yang cukup besar, yaitu sekitar 14,43% pada tahun

III. KERANGKA PEMIKIRAN. ekonomi internasional (ekspor dan impor) yang meliputi perdagangan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada era globalisasi seperti sekarang ini setiap negara melakukan

ANALISIS DAYA SAING KOMODITAS KOPI INDONESIA DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAYA SAING KOMODITAS KOPI INDONESIA TAHUN JURNAL

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan net ekspor baik dalam

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

I. PENDAHULUAN. nasional. Badan Pusat Statistik Indonesia mencatat rata-rata penyerapan tenaga

Bisnis Internasional Pertemuan Ketiga Bab 5 Teori Perdagangan Internasional

BAB I PENDAHULUAN. Permintaan dan penawaran pada dasarnya merupakan penyebab terjadinya

III. METODE PENELITIAN. deret waktu (time series) dengan periode waktu dari tahun 1993 sampai dengan

III. KERANGKA PEMIKIRAN

ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI FURNITURE ROTAN INDONESIA OLEH ADRIAN RAMADHAN H

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENELITIAN TERDAHULU. Perdagangan luar negeri adalah perdagangan barang-barang suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Karet (Hevea brasiliensis) berasal dari Brazil. Negara tersebut mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. hubungan dagang dengan pihak luar negeri, mengingat bahwa setiap negara

VI. PERKEMBANGAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA Perkembangan Nilai dan Volume Ekspor Karet Alam Indonesia

BAB I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memegang peran strategis dalam pembangunan

II. TINJAUAN PUSTAKA. penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan

1.1. Latar Belakang. dengan laju pertumbuhan sektor lainnya. Dengan menggunakan harga konstan 1973, dalam periode

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. tercermin dari kegiatan perdagangan antar negara. Perdagangan antar negara

III KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

IV. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Daya saing Indonesia menurut World Economic Forum tahun 2008/2009 berada

V. KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Berdasarkan hasil estimasi dapat diketahui bahwa secara parsial variabel

3 KERANGKA PEMIKIRAN

IV. GAMBARAN UMUM INDUSTRI KARET REMAH (CRUMB RUBBER) INDONESIA. Karet merupakan polimer hidrokarbon yang bersifat elastis dan terbentuk

IV. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. bakat, dan IPTEK beserta barang dan jasa yang dihasilkannya dapat dengan mudah

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. bahwa setiap manusia memiliki kebutuhan. Karena adanya kebutuhan ini, maka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

VII. DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DAN PERUBAHAN LINGKUNGAN EKONOMI TERHADAP DINAMIKA EKSPOR KARET ALAM

BAB I PENDAHULUAN. pesat sesuai dengan kemajuan teknologi. Dalam era globalisasi peran transportasi

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

ANALISIS DAYA SAING KOMODITI EKSPOR UNGGULAN INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.

BAB I PENDAHULUAN. dalam perekonomian suatu negara. Terjalinnya hubungan antara negara satu

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas dalam perdagangan internasional seperti ekspor dan impor sangat

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan luar negeri yang mempunyai peranan penting bagi suatu negara,

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Indeks Nilai Tukar Rupiah 2000 = 100 BAB 1 PENDAHULUAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. yang memerlukan komponen yang terbuat dari karet seperti ban kendaraan, sabuk

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. yang prospektif. Komoditas karet alam memiliki berbagai macam kegunaan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

V. POSISI DAYA SAING UDANG INDONESIA, TAHUN

ekonomi Sesi PERDAGANGAN INTERNASIONAL A. KONSEP DASAR a. Faktor Pendorong Perdagangan Internasional

I. PENDAHULUAN. khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sarana pembangunan, transportasi dan komunikasi, komposisi industri, teknologi,

I. PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang memiliki kekayaan

VI. SIMPULAN DAN SARAN

VI. DAMPAK GUNCANGAN EKSTERNAL TERHADAP MAKROEKONOMI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan

B. TEORI KEUNGGULAN KOMPARATIF (COMPARATIVE ADVANTAGE)

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai perkebunan kelapa sawit terluas disusul Provinsi Sumatera. dan Sumatera Selatan dengan luas 1,11 juta Ha.

BAB I PENDAHULUAN. untuk membangun dirinya untuk mencapai kesejahteraan bangsanya. meliputi sesuatu yang lebih luas dari pada pertumbuhan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. banyak kebutuhan lainnya yang menghabiskan biaya tidak sedikit. Guna. sendiri sesuai dengan keahlian masing-masing individu.

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Industri tekstil bukanlah merupakan sebuah hal baru dalam sektor

BAB I PENDAHULUAN. Nilai tukar sering digunakan untuk mengukur tingkat perekonomian suatu

JAMBI AGRO INDUSTRIAL PARK

PERNYATAAN ORISINALITAS...

KAJIAN PENGEMBANGAN PASAR EKSPOR PRODUK MAKANAN OLAHAN

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator yang lazim digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis dampak..., Wawan Setiawan..., FE UI, 2010.

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 5 PENUTUP. moneter melalui jalur harga aset finansial di Indonesia periode 2005: :12.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

DAYA SAING KARET ALAM INDONESIA DI PASAR DUNIA COMPETITIVENESS OF INDONESIAN NATURAL RUBBER AT WORLD MARKET

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Model Fungsi Respons Produksi Kopi Robusta. Pendugaan fungsi respons produksi dengan metode 2SLS diperoleh hasil

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

Transkripsi:

13 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Definisi Karet Remah (crumb rubber) Karet remah (crumb rubber) adalah karet alam yang dibuat secara khusus sehingga terjamin mutu teknisnya. Penetapan mutu pada karet remah (crumb rubber) didasarkan pada penilaian sifat-sifat teknis dimana warna atau penilaian visual yang menjadi dasar penentuan golongan mutu pada jenis karet sheet, crepe maupun lateks pekat crumb rubber. Karet remah tergolong dalam karet spesifikasi teknis karena penilaian mutunya didasarkan pada sifat teknis dari parameter dan besaran nilai yang dipersyaratkan dalam penetapan mutu karet remah yang tercantum dalam skema SIR. Berdasarkan jenis kualiatasnya karet remah di klasifikasikan menjadi SIR 3CV, SIR 3L, SIR 3WF, SIR 5, SIR 10 dan SIR 20. Karet remah (crumb rubber) dipak dalam bongkah-bongkah kecil, berat dan ukuran seragam, ada sertifikat uji laboratorium, serta ditutup dengan lembaran plastik polythene. 2.2. Definisi Daya Saing Daya saing menurut Porter (1990) diidentikkan dengan produktivitas dimana tingkat output yang dihasilkan untuk setiap unit input yang digunakan. Peningkatan produktivitas meliputi peningkatan jumlah input fisik (modal dan tenaga kerja), peningkatan kualitas input yang digunakan dan peningkatan teknologi (total faktor produktivitas). Pendekatan daya saing suatu komoditi dilihat dari dua indikator yaitu keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif. Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) mendefinisikan daya saing sebagai kemampuan suatu negara untuk menghasilkan

14 barang dan jasa yang berskala internasional melalui mekanisme perdagangan yang adil dan bebas, sekaligus menjaga dan meningkatkan pendapatan riil masyarakat dalam jangka panjang. Daya saing yang baik dapat terlihat jika komoditi tersebut memiliki keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif di dalamnya. Menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dalam kamus Bahasa Indonesia tahun 1995, daya saing adalah kemampuan komoditi untuk memasuki pasar luar negeri dan kemampuan untuk bertahan didalam pasar tersebut. Sedangkan menurut Simanjuntak dalam Febriyanti (2008) daya saing merupakan kemampuan suatu produsen untuk memproduksi suatu komoditi dengan biaya yang cukup rendah sehingga harga-harga yang terjadi di pasar internasional kegiatan produksi tersebut menguntungkan. 2.3. Konsep Perdagangan Internasional Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Penduduk yang dimaksud dapat berupa antarperorangan (individu dengan individu), antara individu dengan pemerintah suatu negara atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. Perdagangan internasional tercermin dari kegiatan ekspor dan impor suatu negara menjadi salah satu komponen dalam pembentukan PDB (Produk Domestik Bruto) dari sisi pengeluaran suatu negara. Terdapat beberapa hal yang mendorong terjadinya perdagangan internasional seperti perbedaan permintaan dan penawaran suatu negara. Perbedaan ini terjadi karena : (a) tidak semua negara memiliki dan mampu menghasilkan komoditi yang diperdagangkan, karena faktor-faktor alam negara

15 tersebut tidak mendukung, seperti letak geografis serta kandungan buminya dan (b) perbedaan pada kemampuan suatu negara dalam menyerap komoditi tertentu pada tingkat yang lebih efisien. Perdagangan internasional sebuah negara harus memiliki keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif guna menciptakan daya saing yang baik. Daya saing yang baik tercipta lewat mutu dan kualitas suatu produk serta besarnya permintaan terhadap produk tersebut. Berikut ini merupakan penjelasan mengenai teori keunggulan komparatif dan teori keunggulan kompetitif. 2.3.1. Teori Keunggulan Komparatif David Ricardo menjelaskan hukum keunggulan komparatif dalam bukunya yang berjudul Principles of Political Economy and Taxation pada tahun 1817. Menurut hukum keunggulan komparatif, meskipun sebuah negara kurang efisien dibanding (atau memiliki kerugian absolut terhadap) negara lain dalam memproduksi kedua komoditi, namun masih tetap terdapat dasar untuk melakukan perdagangan yang menguntungkan kedua belah pihak. Negara pertama harus melakukan spesialisasi dalam memproduksi dan mengekspor komoditi yang memiliki kerugian absolut kecil (ini merupakan komoditi dengan keunggulan komparatif) dan mengimpor komoditi yang memiliki kerugian absolut lebih besar (komoditi ini memiliki kerugian kompetitif). Berdasarkan hukum keunggulan komparatif David Ricardo terdapat sejumlah asumsi yang disederhanakan, yaitu : (1) hanya terdapat dua negara dan dua komoditi, (2) perdagangan bersifat bebas, (3) terdapat mobilitas tenaga kerja yang sempurna di dalam negara namun tidak ada mobilitas antara dua negara, (4) biaya produksi konstan, (5) tidak terdapat

16 biaya transportasi, (6) tidak ada perubahan teknologi dan (7) menggunakan teori nilai tenaga kerja. Asumsi satu sampai enam dapat diterima, tetapi asumsi tujuh tidak dapat berlaku dan seharusnya digunakan untuk menjelaskan keunggulan komparatif. 2.3.2. Teori Keunggulan Kompetitif Menurut Hadi (2001), keunggulan kompetitif adalah keunggulan yang dimiliki oleh suatu negara atau bangsa untuk dapat bersaing di pasar internasional. Menurut Porter (1990), dalam persaingan global saat ini, suatu bangsa atau Negara yang memiliki competitive advantage of nation dapat bersaing di pasar internasional bila memiliki empat faktor penentu dan dua faktor pendukung. Empat faktor utama yang menentukan daya saing suatu komoditi adalah kondisi faktor (factor condition), kondisi permintaan (demand condition), industri terkait dan industri pendukung yang kompetitif (related and supporting industry), serta kondisi struktur, persaingan dan strategi industri (firm strategy, structure, and rivalry). Ada dua faktor yang memengaruhi interaksi antara keempat faktor tersebut yaitu faktor kesempatan (chance event) dan faktor pemerintah (government). Secara bersama-sama faktor-faktor ini membentuk sistem dalam peningkatan keunggulan daya saing yang disebut Porter s Diamond Theory. 1. Kondisi Faktor (Factor Condition) Kondisi faktor merupakan suatu gambaran faktor sumberdaya yang dimiliki suatu negara yang berkaitan dengan proses produksi suatu industri. Peran faktor sumberdaya sangat penting dalam proses industri, karena faktor sumberdaya merupakan modal utama dalam membangun keunggulan

17 kompetitif suatu industri. Menurut Porter (1990), faktor sumberdaya diklasifikasikan menjadi lima kelompok yaitu : sumber daya alam, sumber daya manusia, ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), modal, dan infrastruktur. Kelima kelompok tersebut akan menggambarkan keunggulan yang dimiliki oleh suatu negara dan segala potensi yang dapat dikembangkan oleh negara tersebut. 2. Kondisi Permintaan (demand condition) Kondisi permintaan merupakan faktor penting yang memengaruhi posisi daya saing nasional. Menurut Widayunita (2007), mutu produk dan produktivitas suatu negara akan memengaruhi kondisi permintaan dan pada akhirnya akan berpengaruh pada keunggulan kompetitif suatu negara. Mutu persaingan di tingkat global memberikan tantangan bagi perusahaanperusahaan untuk meningkatkan dayasaingnya. Dalam pengembangan mutu, perusahaan-perusahaan akan melakukan inovasi serta peningkatan kualitas produk agar sesuai dengan permintaan konsumen. 3. Industri Terkait dan Industri Pendukung yang Kompetitif (related and supporting industry) Industri terkait dan industri pendukung merupakan salah satu faktor yang dapat memengaruhi posisi daya saing suatu industri. Untuk itu perlu dijaga hubungan dan koordinasi dengan para pemasok, khususnya untuk menjaga dan memelihara rantai nilai produksi dari industri hulu hingga industri hilir. Keberadaan industri hulu mampu menyediakan bahan baku untuk proses produksi suatu industri sedangkan industri hilir menggunakan bahan baku tersebut untuk diproses menjadi suatu produk yang memiliki nilai tambah.

18 Rantai nilai produksi antara industri hulu dan industri hilir yang terhubung dengan baik akan menciptakan keunggulan kompetitif bagi suatu negara. 4. Kondisi struktur, Persaingan dan Strategi Industri (firm strategy, structure, and rivalry) Persaingan dalam negeri mendorong perusahaan untuk mengembangkan produk baru, memperbaiki produk yang telah ada, menurunkan harga dan biaya, mengembangkan teknologi baru, dan memperbaiki mutu serta pelayanan. Pada akhirnya, persaingan di dalam negeri yang kuat akan mendorong perusahaan untuk mencari pasar internasional (berorientasi ekspor). Globalisasi ekonomi akan menyebabkan terjadinya ketergantungan antarnegara. Masing-masing negara membangun perekonomiannya berdasarkan kekayaan yang dimiliki, yang merupakan keunggulan komparatifnya. Namun, keberhasilan pembangunan tersebut lebih ditentukan pada keunggulan kompetitifnya dikarenakan ada pesaing-pesaing yang dekat, yaitu negara lain yang membangun keunggulan perekonomian mereka di sektor atau jenis industri yang sama dengan strategi serupa. 5. Peran Pemerintah (government) Peran pemerintah merupakan faktor yang menentukan posisi daya saing suatu industri. Peran pemerintah dapat terjadi secara langsung dan tidak langsung. Secara tidak langsung pemerintah dapat memengaruhi permintaan melalui kebijakan fiskal dan kebijakan moneter, sedangkan peran pemerintah secara langsung adalah dengan bertindak sebagai pembeli produk jasa. Pemerintah juga dapat memengaruhi berbagai sumber daya yang tersedia,

19 berperan sebagai pembuat kebijakan yang terkait dengan tenaga kerja, pendidikan, pembentukan modal sumber daya alam dan standar produk. 6. Peran kesempatan (chance event) Peran kesempatan merupakan suatu hal yang bersifat kecelakaan (accidental), sehingga dalam kenyataan peran kesempatan bisa terjadi atau tidak terjadi. Dalam hal ini peran kesempatan bisa menguntungkan atau merugikan para pelaku usaha. 2.4. Penelitian Terdahulu 2.4.1. Penelitian Mengenai Karet Penelitian tentang analisis faktor-faktor yang memengaruhi harga ekspor karet alam Indonesia (Mamlukat, 2005). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi harga ekspor karet alam Indonesia ke pasar internasional. Pengolahan data pada penelitian ini menggunakan perangkat lunak SAS dengan pendekatan simultan. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa telah terjadi pergeseran preferensi importir karet alam ke karet sintesis. Harga karet sintesis dipengaruhi oleh harga minyak dunia, fluktuasi harga karet alam Indonesia sendiri dipengaruhi oleh produksi yang tidak stabil serta elastisitas karet alam Indonesia yang rendah. Penelitian tentang dinamika ekspor karet alam Indonesia (Julivanto, 2009). Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis Vector Auto Regression (VAR) dan Vector Error Correction Model (VECM) untuk melihat faktor-faktor yang memengaruhi volume ekspor karet alam Indonesia. Pendekatan Impulse Respon Function (IRF) digunakan untuk melihat respon dari variabel

20 tidak bebas selama beberapa waktu kedepan jika terjadi guncangan dari variabel bebas lainnya sebesar satu standar deviasi dan pendekatan Forecast Error Variance Decomposition (FEVD) untuk melihat seberapa besar kontribusi variabel bebas terhadap tidak bebas selama periode tertentu. Berdasarkan hasil IRF dan FEVD, variabel yang paling berpengaruh terhadap volume ekspor pada saat terjadi guncangan adalah variabel produksi karet alam. Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah produksi karet alam Indonesia, harga minyak mentah dunia, harga ekspor karet alam Indonesia, dan nilai tukar rupiah terhadap dollar, sedangkan variabel tidak bebas yang digunakan adalah volume ekspor karet alam Indonesia. Penelitian mengenai analisis keunggulan komparatif karet alam Indonesia tahun 2003-2007 (Soekarno, 2009). Penelitian ini bertujuan untuk melihat daya saing ekspor karet alam Indonesia dibandingkan dengan Thailand dan Malaysia, sehingga dapat diketahui perlunya pengembangan lebih mendalam untuk meningkatkan produksi karet alam dari daya saing ekspor. Penelitian ini menggunakan analisis Revealed Comparative Advantage (RCA) dan Constant Market Share (CMS). Hasil analisis menunjukkan bahwa daya saing ekspor karet alam Indonesia sejak tahun 2003 sampai dengan 2007 cenderung mengalami kenaikan yaitu dari 28,403 menjadi 37,388. Sedangkan Thailand turun dari 53,190 pada tahun 2003 menjadi 32,187 untuk tahun 2007. Hal yang sama juga terjadi pada Malaysia di tahun 2003 mencapai 17,931 menjadi 10,623 tahun 2007. Hasil analisis constant market share menunjukkan bahwa Indonesia sejak tahun 2003 sampai dengan 2007 memiliki daya saing yang positif. Dengan menggunakan

21 analisis RCA menunjukkan bahwa peluang Indonesia untuk menjadi pengekspor utama karet sangat besar. Hal ini ditunjukkan dengan nilai yang terus meningkat dari tahun 2003 yaitu 28,403 menjadi 37,388. Hasil perhitungan CMS menunjukkan bahwa kinerja ekspor karet alam Indonesia memiliki daya saing yang kuat, walaupun jika dilihat dari efek distribusi pasar masih lemah, untuk meningkatkan kinerja ekspor karet maka perlu perhatian yang serius dari pemerintah sehingga keunggulan kompratifnya dapat dipertahankan. 2.4.2. Penelitian Mengenai Daya Saing Penelitian mengenai analisis daya saing kopi Indonesia di pasar internasional (Mustopa, 2010). Penelitian ini menganalisis keunggulan komparatif komoditas kopi Indonesia, menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi keunggulan komparatif komoditas kopi Indonesia, menganalisis kondisi faktorfaktor keunggulan kompetitif komoditas kopi Indonesia, dan merumuskan strategi dalam meningkatkan daya saing komoditas kopi Indonesia. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Revealed Comparative Advantage (RCA) untuk menganalisis keunggulan komparatif kopi Indonesia, Porter s Diamond untuk menganalisis kondisi faktor-faktor keunggulan kompetitif kopi Indonesia dan metode Ordinary Least square (OLS) untuk mengetauhi faktorfaktor yang memengaruhi keunggulan komparatif. Hasil penelitian dengan metode RCA menunjukkan bahwa kopi Indonesia memiliki keunggulan komparatif selama periode 1980-2008. Hasil metode OLS menunjukkan bahwa faktor-faktor yang memengaruhi keunggulan komparatif kopi Indonesia adalah produktifitas kopi, volume ekspor kopi, harga ekspor kopi dan dummy krisis perkopian dunia.

22 Hasil analisis Porter s Diamond menunjukkan bahwa kopi Indonesia memiliki keunggulan kompetitif. Penelitian mengenai analisis daya saing industri furniture kayu Indonesia di Pasar Internasional (Fajri, 2010). Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis daya saing (keunggulan kompetitif) industri furniture kayu Indonesia. Selain itu, dianalisis pula daya saing (keunggulan komparatif) dan faktor-faktor yang memengaruhi volume ekspor industri furniture kayu Indonesia. Analisis yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah metode Porter s Diamond Theory dan Revealed Comparative Advantage (RCA). Untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi volume ekspor furniture kayu Indonesia menggunakan metode regresi linier berganda Ordinary Least Square (OLS). 2.5. Kerangka Pemikiran Operasional Indonesia merupakan produsen karet terbesar di dunia setelah Thailand. Areal perkebunan karet yang dimiliki Indonesia mencapai 3,4 juta hektar. Karet yang umum dipasarkan adalah karet alam dan karet sintesis. Karet alam dan karet sintesis pada dasarnya bersaing dalam hal sifat dan mutunya di pasar baik dalam negeri maupun internasional. Karet sintesis dengan segala kelebihannya mencoba menggantikan posisi karet alam untuk memroduksi barang-barang yang memerlukan karet untuk proses produksinya. Namun demikian, karet sintesis belum dapat menyaingi karet alam karena sifat dan mutunya masih kurang baik. Karet remah (crumb rubber) merupakan salah satu jenis karet yang banyak

23 diproduksi Indonesia dan dalam hal mutu karet remah bersaing dengan karet sinrtesis. Sebagian besar karet yang dijual Indonesia berupa karet alam atau mentah sehingga nilai tambah yang diperoleh sangat sedikit. Proses pengolahan karet merupakan salah satu cara untuk meningkatkan nilai tambah atau guna dari karet tersebut. Salah satu bentuk olahan karet alam (lateks kebun) adalah karet remah (crumb rubber). Karet remah merupakan karet alam yang diproduksi secara khusus sehingga mutu teknisnya terjamin. Permintaan karet meningkat setiap tahunnya seiring dengan peningkatan industri otomotif. Jika dilihat dari luas areal perkebunan karet maka Indonesia berpotensi untuk mengembangkan industri karet alam dalam hal ini adalah karet remah. Namun, realita yang terjadi industri karet remah Indonesia masih kurang berkembang dengan baik, salah satu faktornya adalah produktivitas yang masih rendah, lahan karet yang dimiliki Indonesia kurang optimal dalam pemanfaatannya, standar mutu karet remah Indonesia masih di bawah standar mutu negara produsen karet remah lainnya dan nilai tukar rupiah yang berfluktuatif. Faktor-faktor yang menjadi kendala dalam perkembangan industri karet remah tersebut akan dianalisis menggunakan metode Porter s Diamond. Daya saing Industri karet remah Indonesia diduga dipengaruhi oleh beberapa variabel (Gambar 2.1) antara lain kuantitas produksi karet remah Indonesia, produktivitas, harga ekspor riil karet remah, nilai tukar rill dan krisis. Luas lahan perkebunan karet di Indonesia terbagi menjadi tiga yaitu perkebunan rakyat, perkebunan besar negara dan perkebunan besar swasta. Perkebunan karet

24 Indonesia didominasi oleh perkebunan rakyat. Kuantitas produksi karet remah dipengaruhi oleh luas lahan perkebunan total, produktivitas dan jumlah perusahaan karet remah. Harga karet dipengaruhi oleh nilai tukar riil dan volume ekspor karet remah Indonesia dan variabel dummy yang digunakan dalam penelitian ini adalah krisis yang diduga berpengaruh terhadap kinerja ekspor dan daya saing karet remah Indonesia di pasar internasional. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa tingkat daya saing terkait dengan keunggulan kompetitif dan keunggulan komparatif karet remah Indonesia di pasar internasional. Keunggulan komparatif dan posisi daya saing karet remah Indonesia di pasar internasional dianalisis dengan menggunakan metode Revealed Comparative Advantage (RCA). Keunggulan kompetitif terkait dengan karet remah Indonesia dianalisis dengan Porter s Diamond Theory. Sedangkan faktorfaktor yang memengaruhi daya saing karet remah Indonesia akan dianalisis dengan metode Ordinary Least Square (OLS). Dari beberapa metode yang digunakan untuk menganalisis keunggulan kompetitif dan komparatif karet remah tersebut, maka akan dapat dirumuskan strategi yang tepat untuk meningkatkan daya saing industri karet remah Indonesia di pasar internasional.

26 2.6. Hipotesis 1. Nilai RCA karet remah Indonesia lebih besar dari satu (RCA > 1), artinya Indonesia memiliki keunggulan komparatif pada komoditi karet remah. 2. Indeks RCA komoditas karet remah Indonesia lebih besar dari satu (indeks RCA > 1), artinya terjadi peningkatan RCA atau kinerja ekspor komoditi karet Indonesia di pasar internasional pada tahun tersebut lebih tinggi daripada tahun sebelumnya. 3. Semua variabel bebas yang digunakan (kuantitas produksi karet remah, produktivitas, harga ekspor karet remah, nilai tukar dan krisis) memiliki pengaruh terhadap variabel tidak bebas (daya saing karet remah Indonesia) - Kuantitas produksi karet remah berpengaruh positif terhadap daya saing karet remah Indonesia, semakin banyak karet remah yang dihasilkan maka daya saing karet remah Indonesia semakin tinggi. - Produktivitas diartikan sebagai kemampuan suatu input untuk menghasilkan hasil (komoditi) yang maksimal. Semakin besar produktivitas maka semakin banyak komoditi yang dapat di pasarkan kepada konsumen. Semakin banyak komoditi yang dihasilkan maka daya saing akan komoditi tersebut akan semakin meningkat. - Harga ekspor karet remah Indonesia berpengaruh positif terhadap daya saing karet remah Indonesia. - Nilai tukar rupiah terhadap Dollar berhubungan positif dengan daya saing karet remah Indonesia ketika terjadi depresiasi nilai rupiah.

27 - Dummy krisis berhubungan positif dengan daya saing karet remah Indonesia.