Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 1438/Menkes/per/IX/ 2010 tentang standar pelayanan kedokteran Bab V pasal 10 ayat 4 berbunyi:

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penting dari pelayanan kesehatan termasuk hasil yang diharapkan dengan berbasis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. jantung koroner yang utama dan paling sering mengakibatkan kematian (Departemen

BAB I PENDAHULUAN. tidak menular yang lebih dikenal dengan sebutan transisi epidemiologi. 1

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi dan peningkatan perekonomian ke

PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN (PMKP) STANDAR NASIONAL AKREDITASI RUMAH SAKIT edisi 1 1

BAB I PENDAHULUAN. baik dari pihak penyedia jasa pelayanan kesehatan itu sendiri, maupun dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Stroke Menurut World Health Organization (WHO) (2001) seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) termasuk ke dalam penyakit

A. Latar Belakang Masalah

PMKP STANDAR NASIONAL AKREDITASI RUMAH SAKIT EDISI I ( SNARS EDISI I) PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN EDIT LW REV NRL 10717

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi merupakan faktor resiko primer penyakit jantung dan stroke. Pada

BAB I PENDAHULUAN. adalah profesi kesehatan yang berfokus pada individu,

CLINICAL PATHWAY (JALUR KLINIS)

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Infark miokard akut merupakan salah satu penyakit. yang tergolong dalam non-communicable disease atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sindrom Koroner Akut (SKA)/Acute coronary syndrome (ACS) adalah

THE IMPORTANCE OF HOSPITAL SPECIFIC CLINICAL PRACTICE GUIDELINES TOWARDS BETTER CLINICAL MANAGEMENT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia industri kesehatan terdiri dari beberapa jenis yaitu pelayanan klinik, puskesmas, dan rumah sakit.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Mutu pelayanan kesehatan merupakan prioritas baik bagi pihak penyedia

PROGRAM PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN RSUD PASAR REBO

BAB I PENDAHULUAN UKDW. penyakit yang sering dijumpai dalam praktek kedokteran. Data epidemiologis

PENDAHULUAN Latar Belakang

E. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini antara lain: 1. Ng et al (2014) dengan judul Cost of illness

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian secara

BAB I PENDAHULUAN. ditularkan dari orang ke orang. Mereka memiliki durasi panjang dan umumnya

BAB I PENDAHULUAN. kepada Nine Life-Saving Patient Safety Solutions dari WHO Patient Safety

BAB 1 PENDAHULUAN. cerebrovascular disease (CVD) yang membutuhkan pertolongan dan penanganan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Clinical Pathway, selanjutnya disingkat CP, merupakan konsep perencanaan

BAB 1 PENDAHULUAN. karena semakin meningkatnya frekuensi kejadiannya di masyarakat. 1 Peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas PTM semakin meningkat baik di negara maju maupun

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan gangguan neurologis fokal maupun global yang terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. Jantung merupakan suatu organ yang berfungsi memompa darah ke

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker,

BAB 1 PENDAHULUAN. berdampak pula pada peningkatan angka kematian dan kecacatan. World Health

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

HP Palembang 22 Juni 1953

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PANDUAN PENUNTUN SURVEI AKREDITASI UNTUK BAB PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN ====================================== ==========================

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menduduki rangking ke 4 jumlah penyandang Diabetes Melitus terbanyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. secara global, termasuk Indonesia. Pada tahun 2001, World Health Organization

KEPUTUSAN DIREKTUR TENTANG KEBIJAKAN PEMBUATAN CLINICAL PATHWAYS

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi. Insidensi stroke hampir mencapai 17 juta kasus per tahun di seluruh dunia. 1 Di

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan adanya peningkatan tekanan darah sistemik sistolik diatas atau sama dengan

PANDUAN EVALUASI PRAKTEK DOKTER BERKESINAMBUNGAN (ON GOING PROFESSIONAL PRACTICE EVALUATION/OPPE) BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Millenium Development Goals (MDG s) yang dipicu oleh adanya tuntutan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan penyebab. mortalitas dan morbiditas utama di seluruh dunia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan global. World Health Organization. pembedahan pada tahun Di negara bagian AS yang hanya berpopulasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di zaman yang semakin berkembang, tantangan. terhadap pelayanan kesehatan ini mengisyaratkan bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. (Permenkes RI, 2011). Institusi yang kompleks memiliki arti bahwa rumah sakit

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. kondisi fisik yang tidak normal dan pola hidup yang tidak sehat. Kanker dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

PANDUAN PELAKSANAAN MANAJER PELAYANAN PASIEN RUMAH SAKIT (HOSPITAL CASE MANAGER)

Stroke merupakan penyebab kematian ketiga terbanyak di Amerika Serikat. Pada 2002, stroke membunuh sekitar orang. Jumlah tersebut setara

@UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyakit dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu penyakit menular

B A B I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) dengan penyakit kardiovaskular sangat erat

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan merupakan hak setiap orang yang dijamin dalam Undang-

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan kepada masyarakat dalam lingkup lokal maupun internasional.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan

PROPOSAL KEGIATAN MINI PROJECT PROGRAM PENGELOLAAN PENYAKIT KRONIS (PROLANIS) Program Internship Dokter Indonesia. Disusun Oleh:

BAB 1 : PENDAHULUAN. dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun Sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun terus meningkat, data terakhir dari World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun buatan manusia.

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG. Secara global, penyakit terkait dengan gaya hidup. dikenal sebagai penyakit tidak menular (PTM).

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit jantung dan pembuluh darah (PJPD) merupakan penyebab utama

Peran Clinical Pathways dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional Bidang Kesehatan 1

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. tersering kematian di negara industri (Kumar et al., 2007; Alwi, 2009). Infark

BAB I adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler (WHO, 1988). bergantung sepenuhnya kepada orang lain (WHO, 2002).

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk dunia dan semakin meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan keunggulan masing-masing agar bisa bertahan. Rumah sakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyakit paru obstruksi kronik (PPOK) adalah penyakit yang dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam masyarakat, termasuk di Indonesia. Bangsa Indonesia yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dipompa dari jantung ke jaringan. Tekanan darah berubah-ubah sepanjang hari,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Gagal jantung adalah keadaan patofisiologi dimana jantung sebagai pompa

BAB 1 PENDAHULUAN. menyerang lebih dari 25% populasi dewasa. (Smeltzer & Bare, 2001)

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi dan malnutrisi, pada saat ini didominasi oleh

B AB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. angka morbiditas penderitanya. Deteksi dini masih merupakan masalah yang susah

BAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis atau TB (singkatan yang sekarang ditinggalkan adalah TBC)

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan 63% penyebab kematian di seluruh dunia dengan membunuh 36 juta jiwa

PANDUAN PROSES EVALUASI KINERJA STAF MEDIS RUMAH SAKIT UMUM AMINAH BLITAR TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. darah sistolik (TDS) maupun tekanan darah diastolik (TDD)

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit kardiovaskuler saat ini menempati urutan pertama penyebab kematian di dunia yaitu (12,8%), negara maju 15.6% dan di negara berkembang 13,7%, (WHO, 2011). Di Singapura angka kejadian ini menempati urutan kedua setelah kanker (30%) sedangkan penyebab kematian penyakit kardiovaskuler 21,4%. Di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM), penyebab kematian akibat kardiovaskuler pada periode tahun 2012 berjumlah 117 kasus, yaitu menempati urutan ke 4 setelah gagal ginjal kronik, AIDS dan kanker. Prevalensi penyakit jantung di Indonesia pada populasi umur 15 tahun ke atas sebesar 9,2%. Pervalensi tertinggi di provinsi Sulawesi Tengah 16,9% dan terendah di Provinsi Lampung 3,5% (Delima, 2009). Kardovaskuler merupakan urutan pertama dari 10 penyakit terbanyak di RSCM, yaitu dengan prevalensi tahun 2011 sebanyak 8455, tahun 2012 sebanyak 7708 dan Januari sampai dengan Agustus 2013 sebanyak 4662 kasus. Penyakit kardiovaskuler yang paling penting adalah infark miokard akut. Kematian yang diakibatkan oleh infark miokard akut terjadi dalam waktu yang tidak terlalu lama setelah munculnya gejala (fase pra rumah sakit). Data dari laporan Pelayanan Medik RSCM pasien dengan infark miokard akut di RSCM dari bulan Januari sampai dengan Agustus 2012 berjumlah 148 kasus dengan length of stay (LOS) bervariasi dengan rata-rata LOS 9 hari, dan mortalitas 18 pasien (12,2%). Pencegahan timbulnya penyakit infark miokard akut dan pengobatan medis pada fase akut memberikan kontribusi terhadap penurunan kematian akibat infark miokard akut (Smolina, et al.,2010). Tuntutan standarisasi Joint Commission International (JCI) adalah patient safety dan standarisasi keseragaman pelayanan kepada pasien. Laporan insiden patient safety selama tahun 2012 di RSCM terdapat 37,2% karena keterlambatan tindakan. Clinical pathway merupakan salah satu metode untuk memenuhi kaidah patient safety dalam menerapkan standarisasi keseragaman pelayanan pasien.

2 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 1438/Menkes/per/IX/ 2010 tentang standar pelayanan kedokteran Bab V pasal 10 ayat 4 berbunyi: Standar Operasional Prosedur (SPO) disusun dalam bentuk panduan praktik klinik (clinical practice guidelines) yang dapat dilengkapi dengan alur klinis (clinical pathway), algoritma, protokol, prosedur atau standing order. Dalam rangka memenuhi patient safety dan meningkatkan mutu pelayanan di rumah sakit, serta mengacu pada standar joint commision international (JCI) dalam chapter quality and patient safety (QPS) standar 2 menyatakan bahwa panduan praktek klinik, clinical pathway atau protokol klinik digunakan untuk memandu perawatan pasien dengan tujuan untuk standarisasi pelayanan, mengurangi risiko didalam proses pelayanan, memberikan pelayanan tepat waktu, efektif dan efisien serta memberikan pelayanan berkualitas tinggi secara konsisten menggunakan praktek berdasarkan bukti. Clinical pathway merupakan alat efektif untuk menerapkan proses layanan dan memastikan adanya integrasi dan koordinasi dari layanan. Standar 3 dalam QPS juga menyatakan bahwa rumah sakit harus mengidentifikasi, mengukur, dan evaluasi struktur, proses serta outcome dari layanan klinis yang berisiko tinggi, volume besar dan kecenderungan menjadi masalah. Dalam rangka memenuhi standar 2 dan 3 dari chapter QPS, Direktur RSCM membuat Surat Keputusan No 7807/TU.K/35/VI/2012 tentang penerapan clinical pathway di RSCM. Terdapat 8 clinical pathway yang ditetapkan untuk diimplementasikan di RSCM mulai bulan Agustus 2012, yaitu: ca mammae, sectio caesarea, katarak, TB paru, HIV, tetralogy of fallot (TOF), infark miokard akut dan stroke. Clinical pathway adalah alat yang digunakan untuk memandu standarisasi pelayanan berbasis bukti kesehatan yang telah dilaksanakan sejak 1980, dan telah dilaksanakan oleh 80% rumah sakit di Amerika Serikat (Kinsman at al., 2010). Tujuan clinical pathway adalah untuk menjamin bahwa tidak ada aspek-aspek pelayanan penting yang dilupakan dan semua intervensi dilakukan secara tepat waktu, mendorong staf klinik untuk bersikap pro-aktif dalam perencanaan

3 pelayanan, diharapkan dapat mengurangi biaya dengan menurunkan LOS dan tetap memelihara mutu pelayanan (Djasri, 2006). Keuntungan clinical pathway dapat mendorong klinisi untuk menilai kembali kelayakan intervensi yang sudah diberikan; meningkatkan perencanaan multidisiplin dan pemecahan masalah; memelihara kepedulian semua anggota tim terhadap perkembangan pasien dan status kesehatan pasien setiap saat; menjamin bahwa intervensi dapat dilakukan tepat waktu dalam perencanaan pelayanan yang komplek; peningkatan mutu berkelanjutan; menyediakan instrumen untuk mengidentifikasi masalah sistem yang mengganggu pelayanan; instrumen pendidikan yang berharga; meningkatkan kewenangan pasien; meningkatkan komunikasi dan kepuasan staf (Djasri, 2006). Di Pusat Jantung Terpadu RSCM telah dikembangkan clinical pathway sejak tahun 2005 dan telah diterapkan sebanyak 76 clinical pathway, namun belum dikembangkan di unit-unit lain di RSCM. Dasar pengembangan clinical pathway di Pusat Jantung Terpadu RSCM adalah variasi pelayanan, patient safety, mutu pelayanan dan efisiensi sumber daya. Dari 76 clinical pathway yang telah diterapkan di Pusat Jantung Terpadu RSCM, hanya beberapa clinical pathway yang dilakukan evaluasi dan monitoring, tetapi juga belum optimal diantaranya clinical pathway VSD closure pada tahun 2006, clinical pathway cathlab pada tahun 2007. Kendala yang ditemui saat penerapan clinical pathway di Pusat Jantung Terpadu RSCM adalah belum semua staf berkomitmen untuk mengisi dan mematuhi clinical pathway yang telah ditetapkan, variasi kondisi pasien yang menyebabkan kesulitan untuk penentuan clinical pathway yang akan digunakan. Berdasarkan global burden of disease (GBD) study 2010, Noncommunicable disease (NCD) menyebabkan 54% dari disability adjusted life years lost (DALYs) seluruh dunia. Secara global, penyakit tidak menular (NCD), terutama kanker, penyakit kardiovaskular (CVD), penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), dan diabetes mellitus (DM), adalah penyebab paling penting dari kematian. Sepuluh masalah penting NCD adalah: stroke, penyakit jantung iskemik, kanker hati, kanker abdomen, kanker paru-paru, sirosis hati, DM, kanker kolorektal, nyeri leher, gangguan depresi dan gangguan muskuloskeletal lainnya. Di Korea empat

4 NCD kontributor utama yang menyebabkan kematian adalah kanker, CVD, DM, dan PPOK. Angka kematian usia-standar untuk NCD menurun selama dekade terakhir. Penurunan ini CVD, merupakan NCD terkemuka di Korea. Namun, dari semua penyebab angka kematian, proporsi angka kematian dari empat NCD utama (kanker, CVD, DM, dan PPOK) adalah 39,4% pada tahun 1983 namun meningkat menjadi 56,0% pada tahun 2011 (Khang, 2013). Noncommunicable Disease harus tertanam dalam agenda pembangunan pasca- 2015, karena NCD merupakan penyebab utama kematian dan kecacatan terkemuka dan dapat merusak pembangunan berkelanjutan yang berdampak terhadap sosial, ekonomi, dan lingkungan. Maka perlu dilakukan pencegahan dan pengendalian NCD. Infark miokard akut merupakan salah satu penyebab kematian tertinggi dari penyakit kardiovaskuler, maka perlu penanganan dengan baik. Clinical pathway Infark miokard akut penting dilakukan di RSCM, mengingat penyakit kardiovaskuler merupakan penyebab kematian nomor 4 tertinggi di RSCM. Evaluasi program secara berkala sangat penting untuk mengevaluasi apakah penerapan clinical pathway pada pasien infark miokard akut berjalan sesuai prosedur dan dapat meningkatkan mutu pelayanan. Untuk itu peneliti melakukan penelitian mengenai evaluasi terhadap implementasi clinical pathway pada pasien infark miokard akut di RSCM. B. Perumusan Masalah Clinical pathway pada pasien infark miokard akut telah diterapkan di RSCM sejak Agustus 2012, penerapan clinical pathway bertujuan untuk meningkatkan mutu pelayanan pada pasien yang efektif, efisien baik dari segi waktu, tenaga maupun biaya. Namun, perlu dilakukan evaluasi terhadap implementasi clinical pathway pada infark miokard akut di RSCM tersebut. Evaluasi program sangat penting dilakukan secara berkala untuk melihat proses implementasi clinical pathway pada pasien infark miokard akut berjalan sesuai prosedur dan dapat meningkatkan kualitas pelayanan. Untuk itu peneliti akan melakukan penelitian

5 ini mencakup evaluasi terhadap implementasi clinical pathway pada pasien infark miokard akut di RSCM. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum: Mengevaluasi proses implementasi clinical pathway pada pasien infark miokard akut di RSCM. 2. Tujuan Khusus: a. Mengevaluasi implementasi clinical pathway pasien infark miokard akut di RSCM. b. Menilai hambatan dalam penerapan clinical pathway pada pasien infark miokard akut di RSCM. c. Mengetahui mutu pelayanan pasien infark miokard akut yang menggunakan clinical pathway di RSCM D. Manfaat Penelitian Hasil akhir yang diperoleh dari penelitian ini bermanfaat untuk: 1. Bagi peneliti Melalui penelitian ini, peneliti dapat mengaplikasikan ilmu dan ketrampilan dalam melakukan evaluasi terhadap implementasi clinical pathway. 2. Bagi institusi pendidikan Program studi akan memperoleh tambahan koleksi hasil penelitian yang bermanfaat dalam pengembangan ilmu yang berkaitan dengan evaluasi implementasi clinical pathway. 3. Bagi rumah sakit a. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menyempurnakan clinical pathway infark miokard akut di RSCM. b. Hasil penelitian ini dapat diterapkan di seluruh unit atau departemen penyelenggara pelayanan di RSCM untuk kasus yang lain.

6 E. Keaslian Penelitian 1. Penelitian yang dilakukan oleh Rachmawati (2009) dengan judul Perhitungan Cost of Treatment Infark miokard Akut berdasarkan clinical pathway di RS Pertamina Jaya. Jenis penelitian studi kasus. Hasil dari penelitian tersebut adalah: tamplet clinical pathway infark miokard akut dan cost of treatment berdasarkan clinical pathway bahwa tarif pasien infark miokard akut yang berlaku di rumah sakit Pertamina masih dibawah unit cost tahun 2008. 2. Penelitian yang dilakukan oleh SoriaVictor et al., (2008) dengan judul Evaluation and Monitoring of the Clinical Pathway for Thyroidectomy di Investigation Unit and the Department of General Surgery J.M Morales Mewsaguer University Hospital, Murcia, Spain. Jenis penelitian yang dilakukan menggunakan metode kualitatif. Hasil penelitian proses implementasi sesuai dengan clinical pathway, menurunkan length of stay (LOS) pasien. Pada penelitian yang akan dilakukan adalah bertujuan mengevaluasi proses dari implementasi clinical pathway pada pasien infark miocard akut di RSCM. Jenis penelitian menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif. 3. Menurut Chan et al. (2007), penerapan clinical pathway pada pasien infark miokard akut menurunkan LOS dari 2,6 sampai 4 hari menjadi 1,8 sampai 3,9 hari. Metode penelitian analisis studi kasus retrospektif. 4. Integrated Care Pathways Appraisal Tools (Claire, 2009). Studi ini dilakukan di Birmingham, UK (National Health Service) dengan menggunakan metode surve. Dalam studi ini dilakukan penelitian terhadap 30 clinical pathway di bidang ortopedi, maternitas, bedah umum dan kesehatan jiwa. Hasil dapat efektif untuk menilai clinical pathway. 5. Evaluasi Pengembangan dan Implementasi Clinical Pathway Section Caesaria di Eka Hospital (Mustika, 2011). Penelitian tersebut bertujuan untuk mengevaluasi proses pengembangan clinical pathway Section Caesaria di Eka Hospital. Hasil penelitian menunjukkan hanya ada 1 demensi yang terpenuhi secara keseluruhan dan didapatkan beberapa proses pengembangan yang cukup penting tidak dilakukan seperti dukungan penuh dan komitmen dari

7 manajemen dan klinisi. Hal ini sangat berguna untuk mendorong penerapan clinical pathway di bidang lain atau rumah sakit lain. Sedangkan penelitian yang akan dilakukan adalah mengevaluasi proses implementasi clinical pathway infark miokard akut di RSCM dan mengetahui outcome.