PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG KB PRIA DI KABUPATEN DEMAK (Studi Pada Masyarakat Pesisir Dan Masyarakat Kota di Kabupaten Demak)

dokumen-dokumen yang mirip
PERSEPSI ANAK SEKOLAH DASAR MENGENAI BAHAYA ROKOK (STUDI PADA ANAK SEKOLAH DASAR DI PERKOTAAN DAN PEDESAAN DI KOTA DEMAK)

Volume 3 / Nomor 1 / April 2016 ISSN :

PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Starta I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

PENGETAHUAN DAN SIKAP SUAMI PASANGAN USIA SUBUR DENGAN KEIKUTSERTAAN MENJADI AKSEPTOR KB PRIA. Darwel, Popi Triningsih (Poltekkes Kemenkes Padang )

: LULUK ERDIKA GRESTASARI J

Associated Factors With Contraceptive Type Selection In Bidan Praktek Swasta Midwife Norma Gunung Sugih Village

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh :

PARTISIPASI PRIA DALAM PROGRAM KELUARGA BERENCANA (KB) DI DESA KEDEN KECAMATAN PEDAN KABUPATEN KLATEN

FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PARTISIPASI PRIA DALAM PROGRAM KB DAN KESEHATAN REPRODUKSI

HUBUNGAN INFORMASI DENGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI METODE OPERASI PRIA (MOP) PADA PRIA PASANGAN USIA SUBUR DI KECAMATAN PAKUALAMAN YOGYAKARTA ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. cara operasional dan dampaknya terhadap pencegahan kelahiran.tahap

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEIKUTSERTAAN SUAMI PADA PROGRAM KB VASEKTOMI DI WILAYAH KECAMATAN BANJARMASIN TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia adalah negara yang memiliki banyak masalah kependudukan yang

PATH ANALYSIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEDIAAN SUAMI SEBAGAI AKSEPTOR VASEKTOMI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SANDEN BANTUL YOGYAKARTA TESIS

BAB I PENDAHULUAN. berencana secara komprehensif (Saifuddin, 2006). mencapai kesejahteraan keluarga. Program KB merupakan bagian terpadu

HUBUNGAN PENDIDIKAN, PENGETAHUAN, USIA DAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMILIHAN KONTRASEPSI IUD DI DESA TANGGAN GESI SRAGEN NASKAH PUBLIKASI

Correlation Between Mother s Knowledge and Education On Use Of Contraceptive In Yukum Jaya Village Central Lampung In 2013

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN SUAMI TENTANG KB DENGAN PARTISIPASI SUAMI DALAM BER-KB DI KELURAHAN KEMANG KABUPATEN BOGOR

*Fakultas Kesehatan Masyarakat

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PARTISIPASI PRIA DALAM KELUARGA BERENCANA DI LINGKUNGAN IV KELURAHAN TELING ATAS KOTA MANADO

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana (KB). Progam KB yang baru didalam paradigma ini

BAB I PENDAHULUAN. jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi. Kontrasepsi

GASTER, Vol. 8, No. 1 Februari 2011 ( )

BAB I PENDAHULUAN. pula bersifat permanen (Prawirohardjo, 2007).

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI PADA PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DI DESA KARANGJATI KABUPATEN SEMARANG

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN TINGKAT EKONOMI DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI DI WILAYAH PUSKESMAS SEKAMPUNG KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN KB VASEKTOMI TERHADAP PENGETAHUAN SUAMI DI DESA SOCOKANGSI KECAMATAN JATINOM KABUPATEN KLATEN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI MKJP PADA PUS DI PUSKESMAS TEMBILAHAN HULU

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IUD PADA AKSEPTOR KB DI DESA PULO ARA KECAMATAN KOTA JUANG KABUPATEN BIREUEN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. tinggi. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk pada bulan Agustus 2010 jumlah

Kesesuaian Sikap Pasangan Usia 1

ANALISIS PARTISIPASI PRIA DALAM PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI DI KELURAHAN INDRALAYA MULYA KECAMATAN INDRALAYA KABUPATEN OGAN ILIR TAHUN 2011

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN MOTIVASI PASANGAN USIA SUBUR (PUS) TERHADAP PEMAKAIAN KONTRASEPSI KB

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN JUMLAH ANAK DENGAN PEMILIHAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI PADA AKSEPTOR KB (Di RW 03 Kelurahan Kedung Cowek Surabaya)

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, termasuk Indonesia. Salah satu masalah kependudukan yang dihadapi

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR) DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN

The Factors that Affect the Participation of Men in Vasektomi in Kelurahan Sioldengan Kecamatan Rantau Selatan Kabupaten Labuhanbatu 2018

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pada saat ini Keluarga Berencana (KB) telah dikenal hampir di

I. PENDAHULUAN. oleh masalah kependudukan dengan segala tata kaitan persoalan, karena

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN SIKAP DAN PERILAKU PASANGAN USIA SUBUR TERHADAP PEMILIHAN KONTRASEPSI IUD DI PUSKESMAS SUKAWARNA TAHUN 2010

GAMBARAN KARAKTERISTIK IBU DENGAN PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR) DI RUMAH BERSALIN RACHMI PALEMBANG TAHUN 2014

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU YANG MEMPENGARUHI PEMILIHAN KONTRASEPSI METODE OPERATIF PRIA ( MOP ) DI KLINIK PKBI KOTA SEMARANG TAHUN 2010

GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR (WUS) TENTANG KONTRASEPSI IUD DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DANUREJAN 1 KOTA YOGYAKARTA

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN SIKAP SUAMI DALAM BER-KB DI DESA WONOREJO WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDAWUNG I SRAGEN SKRIPSI

PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI PADA PASANGAN USIA SUBUR USE OF CONTRACEPTION BY COUPLES OF CHILDBEARING AGE

PARTISIPASI SUAMI DALAM PROGRAM KELUARGA BERENCANA DI KAMPUNG JOGONEGARAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : AHMAD NASRULLOH J

BAB I PENDAHULUAN. dan menyelenggarakan program KB nasional. (BKKBN, 2011) dihitung berbagi perbandingan atau rasio (ratio) antara lain : rasio jenis

BAB I PENDAHULUAN. penduduk terbesar. Indonesia masuk dalam peringkat ke empat di dunia

NASKAH PUBLIKASI AGUSTIAN SASMITA NIM I

HUBUNGAN PEMBERIAN KONSELING PADA AKSEPTOR KB TERHADAP KETEPATAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI DI PUSKESMAS TEGALREJO YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Keperaatan. Disusun oleh : SUNARSIH J.

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan hasil kesepakan International Conference On Population and

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI SUAMI MENJADI AKSEPTOR KELUARGA BERENCANA (KB) DI DESA KEBET KECAMATAN BEBESEN KABUPATEN ACEH TENGAH

Kata Kunci: Akseptor KB suntik 1 bulan, Akseptor KB suntik 3 bulan, pemenuhan kebutuhan seksual.

GAMBARAN PERSEPSI SUAMI PASANGAN USIA SUBUR TENTANG KONTRASEPSI VASEKTOMI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KENDAL 01 KABUPATEN KENDAL

BAB 1 PENDAHULUAN. (1969) yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dalam

FAKTOR IBU YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAN IMPLANT (Studi pada akseptor KB Desa Arjasari, Kecamatan Leuwisari, Kabupaten Tasikmalaya 2014)

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PRIA PRODUKTIF TERHADAP METODE KONTRASEPSI VASEKTOMI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWASARI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN ALAT KOTRASEPSI INTRA UTERINE DEVICE (IUD) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAGENTAN 2 TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. terbanyak di dunia yaitu sekitar 258 juta jiwa (United Nations, 2015). Dalam kurun

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI INTRA UTERINE DEVICE

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 229 juta jiwa. Dimana terjadi peningkatan jumlah

: Perception, MOP (Man Operation Method), condoms

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN ISTRI TENTANG VASEKTOMI DENGAN KEIKUTSERTAAN SUAMI DALAM PROGRAM KB (MOP) DI KECAMATAN JATEN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI PADA WANITA USIA SUBUR DI PUSKESMAS JOMBANG-KOTA TANGERANG SELATAN

FAKTOR YANG MEMBEDAKAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI INTRA UTERINE DEVICES

METODE PENELITIAN. wawancara terstruktur dengan panduan kuisioner. Waktu penelitian : Bulan Desember 2013

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, sosial, budaya, agama serta lingkungan penduduk. Masalah

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN FREKUENSI KUNJUNGAN ULANG NIFAS DI WILAYAH PUSKESMAS PURWOYOSO KOTA SEMARANG

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMILIHAN KONTRASEPSI IUD PADA AKSEPTOR KONTRASEPSI IUD DI PUSKESMAS TEGALREJO TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. kekuatan sosial ekonomi (Rismawati, 2012). mengatur jarak kelahiran atau mengurangi jumlah kelahiran dengan

MA RIFATUL AULIYAH Subject : Dukungan Suami, MKJP, Akseptor KB DESCRIPTION ABSTRACT

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP SUAMI TENTANG KB DENGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI PADA SUAMI

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: ASFARIZA YUDHI PRABOWO

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

ARTIKEL HUBUNGAN KARAKTERISTIK AKSEPTOR DENGAN PEMILIHAN KONTRASEPSI MOP DI DUSUN TEKHELAN DESA BATUR KECAMATAN GETASAN KABUPATEN SEMARANG

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SUAMI DAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI INTRA UTERINE DEVICE (IUD)

PARTISIPASI PRIA DALAM DALAM KELUARGA BERENCANA DI KELURAHAN SUKAMANAH KECAMATAN CIPEDES KOTA TASIKMALAYA. Andrianty Istiqomah 1)

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan penduduk maka semakin besar usaha yang dilakukan untuk. mempertahankan kesejahteraan rakyat. Ancaman terjadinya ledakan

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DALAM PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI DI DESA PASIRANGIN KECAMATAN CILEUNGSI KABUPATEN BOGOR

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : Nor Adiyati Arifa Rahmah

SIKAP SUAMI TENTANG KONTRASEPSI VASEKTOMI

Faktor yang Memengaruhi Unmet Need Keluarga Berencana

Rendahnya Keikutsertaan Pengguna Metode Kontrasepsi Jangka Panjang Pada Pasangan Usia Subur

Kata Kunci: Pasangan Usia Subur,Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang

Jurnal KES MAS UAD Vol. 4, No. 1, September 2010

ABSTRAK ANNISAH IRMAYANTI

ABSTRACT HUBUNGAN PERSEPSI MAHASISWA TENTANG NILAI ANAK PROGRAM KELUARGA BERENCANA DENGAN JUMLAH ANAK

Nuke Devi Indrawati. Tlp : ABSTRAK

Universitas Muhammadiyah Semarang.

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan telah, sedang dan akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah

32 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes. Volume VII Nomor 1, Januari 2016 ISSN: PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang relatif tinggi, penyebaran penduduk yang tidak merata, kualitas. penduduk yang harus ditingkatkan (Saifuddin, 2006).

BAB 1 PENDAHULUAN. berdasarkan sensus penduduk mencapai 237,6 juta jiwa. keluarga kecil yang sehat dan sejahtera yaitu melalui konsep pengaturan jarak

Kustriyanti 1),Priharyanti Wulandari 2)

BAB I PENDAHULUAN. kependudukan salah satunya adalah keluarga berencana. Visi program

Transkripsi:

ISSN 1693-3443 J. Kesehat. Masy. Indones. 10(2): 2015 PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG KB PRIA DI KABUPATEN DEMAK (Studi Pada Masyarakat Pesisir Dan Masyarakat Kota di Kabupaten Demak) Muchamad Taufik 1, Trixie Salawati 1 1 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Semarang ABSTRAK Latar Belakang: Keluarga Berencana adalah usaha untuk mengatur atau mengendalikan jumlah kelahiran. Peserta Keluarga Berencana Pria di Indonesia saat ini masih rendah di bandingkan dengan negara-negara lain. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi keluarga berencana pria pada masyarakat pesisir dan masyarakat Kota. Metode: Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional dengan menggunakan metode penelitian survei analitik. dengan variabel bebas yaitu daerah pesisir dan daerah perkotaan dan variabel terikat adalah persepsi tentang KB Pria. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah masyarakat desa moro dan masyarakat kelurahan bintoro,diambil dengan tekhnik simple random sampling dengan jumlah responden sebanyak 63 responden. Analisis data menggunakan uji beda dua mean (T Independent). Hasil: Hasil uji T Independent menunjukan terdapat perbedaan persepsi antara masyarakat pesisir dan perkotaan tentang KB Pria. Masyarakat di perkotaan memiliki persepsi positif lebih banyak (65,7%) darn masyarakat pesisir (64,3%). Masyarakat perkotaan memiliki persepsi positif tentang slogan KB, jumlah kontrasepsi pria menurut BKKBN, MOP dan vasektomi merupakan kontrasepsi jangka panjang, dan menjadi akseptor KB harus diputuskan bersama. Masyarakat pesisir mempunyai persepsi negatif tentang jumlah kontrasepsi menurut BKKBN, MOP dan vasektomi merupakan kontrasepsi jangka panjang dan Keluarga Berencana hanya untuk wanita saja. Simpulan: Ada perbedaan persepsi masyarakat pesisir dan masyarakat kota tentang KB Pria p=0,000. Kata Kunci: persepsi, KB Pria, Pasangan Usia Subur, pesisir dan perkotaan PUBLIC PERCEPTION OF MEN KB IN DEMAK (Studies in Society and Society of Coastal Cities in Demak) ABSTRACT Background: Family planning is an attempt to regulate or control the number of births. Male participants of Family Planning in Indonesia is still low in comparison with other countries. This study aims to determine perceptions of male family planning in urban community and coastal community. Methods: This type of research is observational research using analytical survey, the independent variable is the coastal areas and urban areas and the dependent variable is the perception of KB Men. The sample used in this study is Moro Villagers and Bintoro Villagers, taken by simple random sampling technique with a number of respondents were 63 respondents. Analysis of the data using two different test mean (t-independent). Results: Results of Independent T-test revealed that there is a difference in perception between Male Family Planning of coastal communities and urban planning communities. Urban communities have a more positive perception (65.7%) and coastal communities (64.3%). Urban communities have a positive perception about family planning slogan, number of male contraception according to BKKBN, MOP, and vasectomy is a long-term contraception, and become family planning acceptors should be decided together. Coastal communities have a negative perception about the amount of contraception by BKKBN, MOP and vasectomy is a long-term contraception and family planning only for women only. Conclusion: There is a difference in the public perception of coastal communities and cities of birth Male p=0.000. Keywords: perception, Male Family Planning, Couple of fertile age, coastal and urban. 35

J. Kesehat. Masy. Indones. 10(2): 2015 ISSN 1693-3443 PENDAHULUAN Keluarga Berencana (KB) adalah usaha untuk mencapai kesejahteraan keluarga dengan cara mengatur jumlah kelahiran melalui alat kontrasepsi seperti kondom, IUD dan alat kontrasepsi lainya. 1 Program Keluarga Berencana di Indonesia lebih banyak diarahkan untuk perempuan. Untuk peserta KB pria MOP masih sangat rendah karena masih rendahnya informasi bagi pasangan suami istri tentang KB Pria selain itu juga berbagai kegiatan yang telah dilakukan banyak pada wanita saja. 2 Dalam Sasaran Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) tahun 2010-2015 dijelaskan bahwa partisipasi pria menjadi salah satu indikator keberhasilan program KB dalam memberikan kontribusi yang nyata untuk mewujudkan keluarga kecil berkualitas. 3 Partisipasi pria dalam KB adalah tanggung jawab pria dalam kesertaan ber-kb, serta berperilaku seksual yang sehat dan aman bagi dirinya, pasangan dan keluarganya. Bentuk partisipasi pria dalam KB dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Partisipasi pria secara langsung (sebagai peserta KB) adalah pria menggunakan salah satu cara atau metode pencegahan kehamilan, seperti kondom, vasektomi (kontap pria), serta KB alamiah yang melibatkan pria. 4 Kabupaten Demak yang terletak di bagian utara Pulau Jawa dengan luas wilayah 36 89.743 ha yang reliefnya terdiri dari dataran rendah dan pantai. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Demak, penduduk di Kabupaten Demak sampai dengan tahun 2012 adalah 1.092.622 jiwa yang terdiri dari 542.879 orang lakilaki dan 549.743 orang perempuan. 5 Dari data Bapermas KB Kabupaten Demak untuk jumlah presentase KB Pria MOP pada tahun 2011 sekitar 0,03%,tahun 2012 sekitar 0,02% dan tahun 2013 ini sekitar 0,10% 5. Dari data diatas menunjukan bahwa peserta KB pria di Kabupaten Demak sangat rendah. Berdasarkan hasil dari studi pendahuluan di wilayah Kabupaten Demak, Desa Moro merupakan desa daerah pesisir karena letak desa yang berada di pesisir Pulau Jawa yang berada di Kecamatan Bonang. Di desa tersebut dengan luas wilayah 4,26 km 2 mayoritas masyarakat berprofesi sebagai nelayan dan petani tambak. Fasilitas di daerah tersebut sangat terbatas, jauh dari jangkauan akses layanan kesehatan, pendidikan dan sarana prasarana lainya. Desa Bintoro adalah salah satu desa yang terletak di pusat Kota Demak yang berdekatan dengan alun-alun, pasar, pusat pendidikan dan pusat kesehatan, sehingga masyarakat sekitar lebih mudah untuk mendapatkan informasi lebih banyak. Berdasarkan beberapa uraian di atas maka perlu kiranya untuk dilakukan penelitian tentang persepsi masyarakat tentang KB Pria di

ISSN 1693-3443 J. Kesehat. Masy. Indones. 10(2): 2015 kabupaten Demak. METODE Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional dengan metode penelitian survei analitik. 6 Dengan menggunakan pendekatan penelitian cross sectional yaitu mengukur variable-variabel dalam penelitian pada waktu yang sama. Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat pesisir dan masyarakat perkotaan. Kelompok masyarakat persisir diambil Desa Moro dan kelompok masyarakat perkotaan diambil di Kelurahan Bintoro. Populasi yang digunakan yaitu pasangan usia subur yang bertempat tinggal di Desa Moro dan Kelurahan Bintoro yang populasinya adalah 181 PUS. Sampel dalam penelitian ini adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang diambil dari kedua desa tersebut yaitu sebanyak 63 PUS. Di Kelurahan Bintoro sebanyak 35 PUS dan di Desa Moro sebanyak 28 PUS. Penelitian ini menggunakan uji t- Independent karena data berdistribusi normal. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Analisis Univariat Penelitian ini dilaksanakan selama 4 hari yaitu pada tanggal 17 sampai 20 September 2014, 2 hari untuk responden masyarakat pesisir dan 2 hari untuk responden masyarakat kota. Sasaran pertama yaitu masyarakat pesisir yang berada di wilayah Kecamatan Bonang Kabupaten Demak. Hasil penelitian total sampel sebanyak 63 responden. Umur responden rata-rata dari umur 40-49 tahun. Tabel 1. Frekuensi Responden Berdasarkan Usia Usia Pesisir Kota (tahun) n % n % 30-39 11 39.3 12 34.3 40-49 17 60.7 23 65.7 Jumlah 28 100.0 35 100.0 Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa usia responden paling banyak pada masyarakat pesisir yaitu usia 40-49 th sebanyak 60.7%, sedangkan pada masyarakat kota usia responden juga paling banyak pada umur 40-49th yaitu sebanyak 65.7%. Pendidikan responden pada masyarakat pesisir dan masyarakat kota dalam penelitian ini dari mulai tamat SD,Tamat SMP,tamat SMA dan tamat Perguruan Tinggi. 37

J. Kesehat. Masy. Indones. 10(2): 2015 ISSN 1693-3443 Tabel 2. Distribusi Frekuensi Pendidikan Responden Pesisir Kota Pendidikan N % N % Tamat SD 21 75.0 0 0 Tamat SMP 4 14.3 3 8.6 Tamat SMA 3 10.7 28 80.0 Tamat PT 0 0 4 11.4 Jumlah 28 100.0 35 100.0 Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa pendidikan responden sebagian besar masyarakat pesisir berpendidikan Tamat SD sebesar 75% (21 orang), sedangkan pada masyarakat kota pendidikan responden sebagian besar tamat SMA sebesar 80% (28 orang) Berdasarkan hasil pengumpulan data dalam penelitian ini ada berbagai macam pekerjaan responden pada masyarakat pesisir dan masyarakat kota. Mulai dari nelayan, petani tambah, wiraswasta, pns. Distribusi frekuensi pekerjaan responden dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3. Distribusi Frekuensi Pekerjaan Responden Jenis Pesisir Kota Pekerjaan N % N % Pedagang 1 3.6 4 11.4 Nelayan 21 75.0 0 0 Petani 3 10.7 0 0 Swasta 1 3.6 0 0 Wiraswasta 2 7.1 20 57.1 Karyawan 0 0 8 22.9 PNS 0 0 3 8.6 Jumlah 28 100.0 35 100.0 Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa pekerjaan responden pada masyarakat pesisir mayoritas sebagai nelayan yaitu 21 orang (75%). Sedangkan pekerjaan responden pada masyarakat kota sebagian besar bekerja sebagai wiraswasta yaitu 20 orang (57%). Berdasarkan data pada penelitian ini dapat diketahui jumlah anak responden ada yang empunyai anak 1, 2, maupun 3. Jumlah anak responden disajikan pada tabel 4. 38

ISSN 1693-3443 J. Kesehat. Masy. Indones. 10(2): 2015 Tabel 4. Frekuensi Jumlah Anak Responden Jumlah Pesisir Kota Anak N % N % 1 3 10.7 11 31.4 2 6 21.4 13 37.1 3 12 42.9 10 28.6 4 5 17.9 1 2.9 5 2 7.1 0 0 Jumlah 28 100.0 35 100.0 Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa jumlah anak responden paling banyak pada masyarakat pesisir yaitu 3 anak sebanyak 12 responden (42,9%), sedangkan pada masyarakat kota yaitu 2 anak sebanyak 13 responden (37.1%). Menurut hasil data yang di kumpulkan dalam penelitian ini di ketahui status kepersetaan responden terhadapat KB disajikan dalam tabel 5, yaitu responden yang tidak ikut KB pada masyarakat pesisir 85,7% dan masyarakat kota 85,7%. Sedangkan Status responden yang saat ini masih aktif ikut peserta KB Pria yaitu masyarakat pesisir 3,6% dan pada masyarakat kota 2,9%. Tabel 5. Frekuensi Status Kepesertaan Responden dan Status Aktif Program KB Frekuensi Pesisir Kota n % n % Status Kepesertaan Ya 4 14.3 5 14.3 Tidak 24 85.7 30 85.7 Jumlah 28 100.0 35 100.0 Status Aktif Program KB Ya tidak Jumlah Menurut data yang dikumpulkan pada responden masyarakat pesisir dan masyarakat kota diketahui rata-rata, nilai tertinggi dan nilai terendah akan disajikan dalam tabel 6. Tabel 6. Frekuensi Status Aktif Prigram KB Persepsi Tentang KB Pesisir Kota Terendah 68 82 Tertinggi 92 100 Rerata 82.36 94.69 Simpangan Baku 6.231 4.241 39

J. Kesehat. Masy. Indones. 10(2): 2015 ISSN 1693-3443 Berdasarkan tabel 6, pengumpulan data yang dilakukan pada responden masyarakat pesisir diperoleh nilai terendah 68, nilai tertinggi 92, rata-rata 82.36 dan simpangan baku 6.231. sedangkan pada masyarakat kota diperoleh hasil nilai terendah 82, nilai tertimggi 100,rata-rata 94.69 dan simpangan baku 4.241. 2. Analisis bivariat Tabel 7. Perbedaan persepsi tentang Keluarga Berencana Pria Pada Masyarakat Pesisir dan Kota Simpangan Daerah Rata-rata Baku Pesisir 82.36 6.231 Kota 94.69 4.241 *p=0,000 ada perbedaan yang signifikan Berdasarkan tabel 7 bahwa hasil uji beda rata-rata pada masyarakat pesisir yaitu 82.36 dan rata-rata pada masyarakat kota yaitu 94.69 dengan simpangan baku pada masyarakat pesisir 6.231 dan 4.241 untuk masyarakat kota. Hasil uji statistik menggunakan uji beda T independent menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan pada responden di pesisir dan perkotaan tentang persepsi keluarga berencana pria, dengan nilai p value = 0,000 (<0,05). PEMBAHASAN 1. Persepsi masyarakat tentang Keluarga Berencana Pria pada Masyarakat Pesisir dan Kota. Berdasarkan hasil dari pengumpulan data pada penelitian ini pada masyarakat pesisir sebanyak 64.3% responden mempunyai persepsi positif dan 35.7% responden mempunyai persepsi negatif tentang KB Pria. Sedangkan untuk masyarakat perkotaan sebanyak 65.7% mempunyai persepsi positif dan34.3% mempunyai persepsi negatif tentang KB Pria. Pada pertanyaan tentang slogan KB yaitu Slogan KB menurut pemerintah saat ini adalah 2 anak lebih baik 7.1% responden pada masyarakat pesisir mengatakan Sangat Setuju dan 17,9% mengatakan Setuju, sedangkan 8,6% responden pada masyarakat kota mengatakan Sangat Setuju dan 20,0% menyatakan Setuju. Menurut BKKBN bahwa untuk slogan KB menurut pemerintah saat ini adalah 2 anak cukup. Slogan yang sebelumnya yaitu 2 Anak Lebih baik dinilai kurang tegas dikarenakan sering adanya plesetan di lapangan mengenai slogan KB tersebut yaitu 2 anak lebih, itu baik. 2 Dengan memiliki dua anak saja dalam keluarga, itu berarti keluarga memilih kesempatan untuk mengembangkan berbagai kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraannya akan lebih mudah dibanding dengan anak banyak. Masyarakat belum 40

ISSN 1693-3443 J. Kesehat. Masy. Indones. 10(2): 2015 memahami betul arti dari slogan KB tersebut,sehingga banyak yang belum mengetahui slogan pemerintah untuk keluarga berencana itu sudah berganti. Banyak juga yang beranggapan bahwa banyak anak juga akan mendapatkan banyak rejeki, itu adalah mitos yang dari sudah ada dalam kehidupan masyarakat terdahulu. Padahal kalau kita mempunyai anak banyak juga belum tentu akan bisa memenuhi kebutuhan kita dalam sehari-hari. Banyak masyarakat pesisir yang belum mengetahui tentang keluarga berencana pria yang sudah menjadi program dari pemerintah.selain itu 67,9% responden pada masyarakat pesisir kurang memahami metode operasi pria dan vasektomi adalah alat kontrasepsi pria. Sedangkan pada masyarakat kota sudah memahami bahwa keluarga berencana pria juga ikut dalam tanggung jawab tersebut karena suksesnya program kb juga mendapatkan dukungan dari seorang suami. Sebagian besar masyarakat kota 82.3% responden memahami tentang alat kontrasepsi pria yaitu metode operasi pria dan vasektomi. Pemahaman tentang keluarga berencana mayoritas masyarakat pesisir dan masyarakat perkotaan 85% responden masih berpersepsi hanya wanita saja yang menggunakan alat kontrasepsi. Sesungguhnya partisipasi pria penting dalam meningkatkan cakupan program keluarga berencana. 7 Masyarakat dan pemerintah samasama bekerjasama untuk menciptakan keluarga kecil yang sejahtera. Hal yang sama di dapatkan pada pernyataan Suami dalam program Keluarga Berencana di Demak saat ini masih sangat kurang pada masyarakat pesisir 71,4% responden mengatakan setuju. Sama halnya pada masyarakat kota. dimana 5,7% menyatakan sangat setuju dan 80,0% responden mengatakan setuju bahwa partisipasi suami dalam program KB masih kurang. Hal ini membuktikan bahwa responden menyadari di daerah Demak peran pria dalam program keluarga berencana masih sangat kurang. Hasil data yang diperoleh BapermasKB Kabupaten Demak pada tahun 2013 partisipasi pria dalam Keluarga Berencana masih rendah dibandingkan dengan kota lainya. Pada tahun 2013 hanya ada 10 orang yang ikut KB Pria. Kurangnya kesadaran pria di Kabupaten Demak tentang kesejahteraan keluarganya menjadi salah satu faktor rendahnya partisipasi pria untuk ikut dalam program Keluarga Berencana. 8 Masyarakat pesisir dan masyarakat perkotaan masih beranggapan bahwa memakai alat kontrasepsi itu dilarang oleh agama. Pada masyarakat pesisir 67,9% responden mengatakan setuju bahwa memakai alat kontrasepsi itu dilarang agama, pada masyarakat kota 62,9% responden mengatakan setuju dan 11,4% mengatakan sangat setuju pada peryataan tersebut. 2. Perbedaan Persepsi masyarakat tentang Keluarga Berencana Pria pada Masyarakat Pesisir dan Masyarakat Kota. Berdasarkan uji statistik yang telah dilakukan menggunakan uji T Independent terdapat perbedaan persepsi masyarakat tentang Keluarga Berencana Pria pada masyarakat pesisir dan masyarakat kota dengan nilai p value=0,000 (<0,05) dan diketahui rata-rata pada masyarakat pesisir yaitu 82.36 dan masyarakat kota 94.69. Pada daerah pesisir responden banyak yang mempunyai persepsi negatif tentang Keluarga Berencana Pria, dibandingkan dengan masyarakat kota. 41

J. Kesehat. Masy. Indones. 10(2): 2015 ISSN 1693-3443 42 Responden pada masyarakat pesisir 39,3% menganggap bahwa suksesnya program Keluarga Berencana hanya menjadi tanggung jawab pemerintah saja. Sebagai salah satu program pembangunan nasional program Keluarga Berencana menjadi salah satu kebutuhan hidup masyarakat yang cukup penting,sehingga dalam pelaksanaan program KB bukan semata-mata hanya menjadi tanggung jawab pemerintah saja tapi telah menjadi tanggung jawab masyarakat.33 Menurut Undang - Undang Nomor 10 tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera yang di perbaharui menjadi Undang Undang Nomor 52 tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga menyebutkan bahwa KB adalah upaya mengatur jumlah kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan serta mengatur kehamilan melalui promosi, pelindungan, dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas. 9 Lingkungan pada masyarakat pesisir yang berdekatan langsung dengan laut, sehingga sebagian besar penduduknya sebagai nelayan,pembudidaya ikan, petani tambak dan trasportasi laut. Terbatasnya fasilitas pendidikan dan fasilitas kesehatan di daerah tersebut menjadikan informasi yang didapatkan responden tentang keluarga berencana juga sangat rendah. Dibandingkan dengan masyarakat perkotaan yang berdekatan langsung dengan pusat informasi, pusat kesehatan, dan sarana pendidikan yang memadai sehingga masyarakat kota mudah mendapatkan informasi tentang Keluarga Berencana. Selain faktor kemudahan untuk mendapatkan informasi, perbedaan persepsi yang terjadi antara responden di pesisir dan perkotaan kemungkinan bisa terjadi karena adanya perbedaan situasi lingkungan, dan keadaan sosial antara daerah pesisir dan perkotaan. Situasi adalah salah satu faktor yang dapat menimbulkan suatu persepsi itu muncul, situasi juga berperan dalam penumbuhan persepsi seseorang. 10 Situasi masyakarat Desa Moro yang tempatnya berdekatan dengan laut sehingga akses untuk mendapatkan informasi dinilai kurang karena jauh dari pusat informasi kesehatan. Sedangkan situasi pada masyarakat kota dengan banyaknya pusat informasi yang ada responden lebih mudah untuk mendapatkan informasi tentang Keluarga Berencana. Perbedaan situasi lingkungan di daerah pesisir dan perkotaan membuat perbedaan individu dalam memandang suatu hal yang mereka temui. Lingkungan sekitar akan membentuk sikap, nilai-nilai serta kepercayaan individu pada suatu objek, dimana seorang individu akan memiliki kepribadian yang berbeda apabila dibesarkan dalam situasi lingkungan yang berbeda. Setiap orang akan memiliki persepsi yang berbeda sehubungan dengan dimana lingkungan tempat tinggal mereka. 11 Selain itu keadaan sosial yang berbeda antara daerah pesisir dan perkotaan menimbulkan terjadinya perbedaan persepsi pada kedua daerah tersebut. Dilihat dari

ISSN 1693-3443 J. Kesehat. Masy. Indones. 10(2): 2015 kondisi sosial ekonomi dan tingkat pendidikan menyebutkan bahwa masyarakat pesisir memiliki status ekonomi lebih rendah dibandingkan masyarakat perkotaan, dikarenakan ketidakmampuan biaya itulah masyarakat pesisir biasanya memiliki tingkat pendidikan rendah sehingga masyarakat pesisir juga memiliki pengetahuan yang rendah dan minim untuk mendapatkan informasi. 12 Pada umumnya responden tidak mengetahui alat kontrasepsi yang digunakan oleh pemerintah saat ini, sebetulnya informasi tentang KB Pria tidak sering di dengar,responden lebih mengetahui tentang kondom dibandingkan dengan Medis Operasi Pria (MOP). KESIMPULAN 1. Masyarakat perkotaan mempunyai persepsi positif tentang KB Pria lebih banyak 65,7% dari masyarakat pesisir 64,3% 2. Responden di perkotaan mempunyai persepsi positif tentang Slogan KB, Jumlah Kontrasepsi pria menurut BKKBN, MOP dan vasektomi merupakan kontrasepsi jangka panjang, dan menjadi akseptor KB harus diputuskan bersama. 3. Responden di pesisir mempunyai persepsi negatif tentang jumlah kontrasepsi menurut BKKBN, MOP dan vasektomi merupakan kontrasepsi jangka panjang dan Keluarga Berencana hanya untuk wanita saja. 4. Responden masih mempunyai persepsi bahwa menggunakan alat kontrasepsi dilarang oleh Agama. 5. Ada perbedaan persepsi tentang keluarga berencana pria pada masyarakat pesisir dan masyarakat kota dengan p = 0,000 DAFTAR PUSTAKA 1. Hanafi Hartanto.Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Pustaka Sinar Mandiri. Jakarta. 2004 2. BKKBN. Peningkatan Akses dan Kualitas Pelayanan KB. BKKBN. Bandung. 2011 3. BKKBN. Peningkatan Partisipasi Pria dalam KB & KR. BKKBN. Jakarta. 2005. 4. BKKN. Peran Pria melalui Program KB dalam Kesehatan Maternal. Gema Partisipasi Pria. Jakarta.2000. 5. BPS Kabupaten Demak. Sosial dan Kependudukan http://demakkab.bps.go.id di akses tanggal 27 Juni 2014 pada jam 19.00 WIB 6. Notoatmodjo, S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.2002. 7. BKKBN. 2008. Kemajuan Kontrasepsi. Jakarta 8. Data dari Bapermas KB Kabupaten Demak diambil pada bulan juli 9. Kemendagri.go.id. 2009. Produk Hukum Undang Undang Nomor 52 Tahun 2009. Di akses pada tanggal 25 September 2014 pada pukul 09.00 WIB 10. Notoatmodjo, S. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. 2003 43

J. Kesehat. Masy. Indones. 10(2): 2015 ISSN 1693-3443 11. Sutaryo, Dr. Sosiologi Komunikasi. Yogyakarta : Arti Bumi Intaran. 2005 12. Basrowi. Jurnal Ekonomi & Pendidikan, Volume 7 Nomor 1. Analisis kondisi sosial ekonomi dan tingkat pendidikan masyarakat desa srigading, kecamatan labuhan maringgai, kabupaten lampung timur. 2010 44