BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beton merupakan fungsi dari bahan penyusunnya yang terdiri dari bahan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I I TINJAUAN PUSTAKA. direkatkan oleh bahan ikat. Beton dibentuk dari agregat campuran (halus dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI. untuk bangunan gedung, jembatan, jalan, dan lainnya baik sebagai komponen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Yufiter (2012) dalam jurnal yang berjudul substitusi agregat halus beton

hendak dicapai, maka diskusi antara insinyur perencana dan pemborong pekerjaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI

PENGARUH PENGGUNAAN ZEOLIT DAN SIKAMENT-520 TERHADAP KUAT TEKAN BETON MENGGUNAKAN PORTLAND POZZOLAND CEMENT (PPC)

BAB III LANDASAN TEORI. tidak terlalu diperhatikan di kalangan masyarakat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

proporsi perbandingan tertentu dengan ataupun tanpa bahan tambah yang

BAB III LANDASAN TEORI. Beton pada umumnya adalah campuran antara agregat. kasar (batu pecah/alam), agregat halus (pasir), kemudian

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang bahan utamanya terdiri dari campuran antara semen, agregat halus,

BAB II DASAR TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. Istimewa Yogyakarta. Alirannya melintasi Kabupaten Sleman dan Kabupaten

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI. (admixture). Penggunaan beton sebagai bahan bangunan sering dijumpai pada. diproduksi dan memiliki kuat tekan yang baik.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI. penambal, adukan encer (grout) dan lain sebagainya. 1. Jenis I, yaitu semen portland untuk penggunaan umum yang tidak

a. Jenis I merupakan semen portland untuk penggunaan umum yang memerlukan persyaratan persyaratan khusus seperti yang disyaratkan pada jenis-jenis

BAB III LANDASAN TEORI

POTENSI BATU BAUKSIT PULAU BINTAN SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR PADA BETON

RABID. Salah satu material yang banyak digunakan untuk struktur teknik sipil. adalah beton. Beton dihasilkan dari peneampuran semen portland, air, dan

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI. adalah campuran antara semen portland atau semen hidraulik yang lain, agregat

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengganti batu bata yang tersusun dari komposisi antara pasir, semen Portland. dan air dengan perbandingan 1 semen : 7 pasir.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BARtl TINJAUAN PUSTAKA. Teknologi beton terns berkembang seiring dengan tuntutan kebutuhan

KUAT TEKAN BETON DENGAN VARIASI AGREGAT YANG BERASAL DARI BEBERAPA TEMPAT DI SULAWESI UTARA

BAB III LANDASAN TEORI

Semen (Portland) padatan berbentuk bubuk, tanpa memandang proses

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PECAHAN BATA PRESS SEBAGAI BAHAN PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR PADA CAMPURAN BETON TERHADAP NILAI KUAT TEKAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. sejenisnya, air dan agregat dengan atau tanpa bahan tambahan lainnya. 2. Kegunaan dan Keuntungan Paving Block

BAB III LANDASAN TEORI. Belanda. Kata concrete dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Latin concretus

PENAMBAHAN LIMBAH PADAT PABRIK GULA (BLOTONG) SEBAGAI PENGGANTI SEMEN PADA CAMPURAN BETON

BAB III LANDASAN TEORI. sekumpulan interaksi mekanis dan kimiawi dari material pembentuknya.

PENGGUNAAN PECAHAN BOTOL KACA SEBAGAI AGREGAT KASAR PADA CAMPURAN BETON

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS. A. Kajian Pustaka

BAB III LANDASAN TEORI. Beton merupakan bahan dari campuran antara Portland cement, agregat. Secara proporsi komposisi unsur pembentuk beton adalah:

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

PERBANDINGAN PEMAKAIAN AIR KAPUR DAN AIR TAWAR SERTA PENGARUH PERENDAMAN AIR GARAM DAN AIR SULFAT TERHADAP DURABILITAS HIGH VOLUME FLY ASH CONCRETE

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. membentuk masa padat. Jenis beton yang dihasilkan dalam perencanaan ini adalah

KAJIAN OPTIMASI KUAT TEKAN BETON DENGAN SIMULASI GRADASI UKURAN BUTIR AGREGAT KASAR. Oleh : Garnasih Tunjung Arum

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. portland atau semen hidrolik yang lain, dan air, kadang-kadang dengan bahan tambahan

BAB III LANDASAN TEORI

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN PASIR DARI BEBERAPA DAERAH TERHADAP KUAT TEKAN BETON. Abstrak

Pengaruh Pemanfaat Tailing Batu Apung... H. Surya Hadi 44

PENGARUH SEMEN TERHADAP MUTU BETON

BAB III LANDASAN TEORI. semen sebagai bahan ikatnya, agregat kasar, agregat halus, air, dan bahan tambah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sangat dingin. Disebut demikian karena struktur partikel-partikel penyusunnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sifat beton itu. Departemen Pekerjaan Umum 1989-(SNI ). Batako terdiri dari beberapa jenis batako:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk bangunan gedung, jembatan, jalan, dan lainnya. Beton merupakan satu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI. Beton ringan adalah beton yang memiliki berat jenis (density) lebih ringan

PEMANFATAN BEKAS SPESI UNTUK PEMBUATAN SPESI BARU

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dari penelitian ini dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu hasil

BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON

BAB III LANDASAN TEORI

Dalam struktur beton biasa agregat menempati kurang lebih 70 sampai

Sifat Kimiawi Beton Semen Portland (PC) Air Agregat bahan tambah peristiwa kimia PC dengan air hidrasi pasta semen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Penggunaan Kaca Dalam Bidang Konstruksi. yang sangat dingin. Disebut demikian karena struktur partikel-partikel

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PENGGUNAAN RESIN EPOXY PADA CAMPURAN BETON POLIMER YANG MENGGUNAKAN SERBUK GERGAJI KAYU

PEMANFAATAN SERBUK KACA SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN PADA CAMPURAN BETON DITINJAU DARI KEKUATAN TEKAN DAN KEKUATAN TARIK BELAH BETON

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Desember 2012 JURNAL TUGAS AKHIR. REANATA KADIMA GINTING ( )

PENGARUH PERUBAHAN UKURAN BUTIRAN AGREGAT KASAR TERHADAP KUAT TEKAN BETON OKSANDI ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang sangat dingin. Disebut demikian karena struktur partikel-partikel

PENGGUNAAN PASIR SILIKA DAN PASIR LAUT SEBAGAI AGREGAT BETON The Use of Sea and Silica Sand for Concrete Aggregate

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan beton non pasir, yaitu beton yang dibuat dari agregat kasar, semen dan

TEKNOLOGI BETON JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

Jurnal Teknik Sipil No. 1 Vol. 1, Agustus 2014

PENGGUNAAN LIMBAH BAJA (KLELET) SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR PADA BETON. Hanif *) ABSTRAK

TINJAUAN KUAT TEKAN BETON DENGAN SERBUK BATU GAMPING SEBAGAI BAHAN TAMBAH PADA CAMPURAN BETON

BAB II STUDI PUSTAKA

III. METODE PENELITIAN

ANALISA PERENCANAAN BETON MUTU TINGGI (HIGH STRENGTH CONCRETE) DENGAN SEMEN HOLCIM

BAB III LANDASAN TEORI

PENGUJIAN KUAT TEKAN BETON YANG DIPENGARUHI OLEH LINGKUNGAN ASAM SULFAT

BAB I PENDAHULUAN. Kelebihan dari konstruksi perkerasan kaku adalah sifat kekakuannya yang. sementara kelemahan dalam menahan beban

PENGARUH BAHAN TAMBAHAN PLASTICIZER TERHADAP SLUMP DAN KUAT TEKAN BETON Rika Sylviana

BAB III METODOLOGI DAN RANCANGAN PENELITIAN

PENGARUH KUAT TEKAN BETON DENGAN PENAMBAHAN SIKAMENT NN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Beton Beton merupakan fungsi dari bahan penyusunnya yang terdiri dari bahan semen hidrolik (Portland Cement), agregat kasar, agregat halus, air dan bahan tambah. Nawy (1995), dalam Mulyono (2004) mendefinisikan beton sebagai sekumpulan interaksi mekanis dan kimiawi dari material pembentuknya. Beton yang dipakai secara luas sebagai bahan bangunan diperoleh dengan cara mencampurkan semen Portland, air, dan agregat. Campuran ini bilamana dituang dalam cetakan dan dibiarkan maka akan mengeras seperti batuan. Pengerasan disebabkan oleh reaksi kimia antara air dan semen, dan hal ini berjalan dalam waktu yang panjang. Beton yang sudah keras dapat dianggap sebagai batu tiruan, dengan ronggarongga antara butiran yang besar (agregat kasar), diisi oleh butiran yang kecil (agregat halus), dan pori-pori antara agregat halus diisi oleh air dan semen (pasta semen). Pasta semen ini selain mengisi pori-pori antara agregat halus, juga sebagai perekat atau pengikat dalam proses pengerasan, sehingga butiran agregat saling terekat dengan kuat dan terbentuklah suatu massa yang kompak dan padat. Beton yang baik adalah beton yang kuat, tahan lama, kedap air, tahan aus, dan sedikit mengalami perubahan volume atau kembang susutnya kecil (Tjokrodimulyo, 1992). 4

5 Oleh Kamil (2002) dilakukan penelitian tentang Studi Eksploratif Pemanfaatan Berangkal Tembok Bata Yang Didaur Ulang Menjadi Agregat Kasar Beton. Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk mempelajari pengaruh dari penggunaan agregat kasar daur ulang berangkal terhadap kuat tekan beton dan mencari nilai faktor air semen yang menghasilkan kekuatan yang maksimal. Faktor air semen yang digunakan divariasikan mulai dari 0,4, 0,45, 0,5 dan 0,6. Agregat kasar daur ulang yang digunakan diambil sebesar 80 % volume beton untuk setiap variasi fas-nya. Berdasarkan penelitian, agregat kasar yang didaur ulang yang bersifat porous nilai absorpsinya lebih besar dan berat jenisnya lebih rendah dibanding agregat normal, memiliki tekstur permukaan yang kasar, serta tidak memenuhi syarat kekerasan agregat. Selain itu, kuat tekan karakteristik paling tinggi dicapai oleh beton agregat daur ulang dengan nilai fas 0,4 dan mengecil seiring dengan membesarnya nilai fas. Nilai slump pada beton agregat daur ulang jauh lebih rendah dibanding pada beton agregat normal, tetapi beton masih dapat dipadatkan dengan baik sehingga beton yang dihasilkan padat dan tidak keropos. Dari penelitian tersebut hanya sebagai pendekatan acuan untuk beton agregat bauksit karena peneliti belum menemukan penelitian sebelumnya tentang beton dengan menggunakan agregat bauksit. Kekuatan dari suatu beton pada umur tertentu tergantung pada faktor air semen, yaitu perbandingan antara berat air dan berat semen dalam campuran beton. Oleh karena itu faktor ini merupakan kriteria utama dalam mendesain campuran beton (Nawy,1990).

6 Konsistensi menunjukkan kekentalan adukan beton, sifat ini dipengaruhi oleh jumlah dan jenis semen, nilai faktor air semen, susunan butir bahan batuan dan juga penggunaan zat tambah. Konsistensi dapat diperiksa dengan pengujian kerucut Abrams. Penurunan puncak kerucut adukan beton terhadap tinggi awal dihitung dan hasil pengukuran ini yang disebut slump dan merupakan ukuran dari kekentalan betonnya (Antono, 1995). Bahan-bahan Penyusun Beton Air Air diperlukan dalam campuran beton untuk bereaksi dengan semen, serta menjadi pelumas antara butir-butir agregat agar dapat mudah dikerjakan dan dipadatkan. Untuk bereaksi dengan semen, air yang diperlukan hanya sekitar 30% berat semen (Tjokrodimuljo, 1992). Syarat pemakaian air untuk campuran beton adalah sebagai berikut (Tjokrodimuljo, 1992) : 1. tidak mengandung lumpur (benda melayang lainnya) > 2 gr/liter. 2. tidak mengandung garam-garam yang dapat merusak beton (asam, zat organik, dsb) > 15gr/liter. 3. tidak mengandung klorida (Cl) > 0,5 gr/liter. 4. tidak mengandung senyawa sulfat > 1 gr/liter.

7 Semen Portland Semen Portland adalah semen hidrolis yang terbuat dari serbuk halus mineral kristalin yang komposisi utamanya adalah kalsium dan aluminium silikat yang bersifat hidrolis. Menurut Mulyono (2004), semen merupakan bahan ikat yang penting dan banyak digunakan dalam pembangunan fisik disektor konstruksi sipil. Jika ditambah air semen akan menjadi pasta semen, jika ditambah agregat halus pasta semen akan menjadi mortar, jika mortar ditambah agregat kasar, maka akan menjadi beton segar yang setelah mengeras menjadi beton keras atau hard concrete. Bahan baku pembentuk semen menurut Nawy (1990) adalah : 1. Kapur (CaO) dari batu kapur, 2. Silika (SiO 2 ) dari lempung, 3. Alumina (Al 2 O 3 ) dari lempung. Perkiraan terhadap komposisi semen portland diberikan pada Tabel 2.1, hampir dua pertiga bagian semen terbentuk dari zat kapur yang proporsinya berperan penting terhadap sifat-sifat semen. Silika membentuk sekitar seperlima, sedangkan alumina hanya sekitar seperduabelas dalam semen. Silika dalam kadar tinggi biasanya disertai dengan alumina dalam kadar rendah, mengahasilkan semen dengan ikatan lambat dan kekuatan tinggi, dan meningkatkan ketahanan terhadap agresi kimia. Bila keadaan sebaliknya, alumina pada kadar tinggi dan silika pada kadar rendah, semen mengikat dengan cepat dan kekuatannya tinggi (Murdock dan Brook, 1991).

8 Tabel 2.1 Persentase dari komposisi dan kadar senyawa kimia semen portland (Murdock dan Brook, 1991) Oksida Analisa Kapur Silikat Alumina Besi oksida Senyawa kimia Tri-kalsium Silikat (C 3 S) Dikalsium Silikat (C 2 S) Trikalsium Aluminate (C 3 A) Senyawa besi (C 4 AF) Persentase 63,1 20,6 6,3 3,6 40 30 11 11 Semen portland di Indonesia dibagi menjadi 5 jenis yaitu sebagai berikut ini. Jenis I : Semen portland untuk penggunaan umum yang tidak memerlukan persyaratan-persyaratan khusus seperti yang disyaratkan pada jenisjenis lain. Jenis II : Semen portland yang dalam penggunaanya memerlukan ketahanan terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang. Jenis III : Semen portland yang dalam penggunaannya menuntut persyaratan kekuatan awal yang tinggi. Jenis IV : Semen portland yang dalam penggunaanya menuntut persyaratan panas hidrasi yang rendah. Jenis V : Semen portland yang dalam penggunaanya menuntut persyaratan sangat tahan terhadap sulfat.

9 Agregat Kasar Agregat adalah butiran mineral alami yang berfungsi sebagai bahan pengisi dalam campuran mortar atau beton (Tjokrodimulyo, 1992). Kandungan agregat dalam campuran beton biasanya sangat tinggi, berdasarkan pengalaman komposisi agregat tersebut berkisar 70%-75% dari berat campuran beton. Walaupun fungsinya hanya sebagai pengisi, tetapi karena komposisinya yang cukup besar, agregat ini pun menjadi penting (Mulyono, 2004). Secara umum, agregat dapat dibedakan menurut ukurannya, yaitu agregat kasar dan agregat halus Menurut standar ASTM, agregat kasar adalah batuan yang ukuran butirnya lebih besar dari 5,0 mm dan agregat halus adalah batuan yang lebih kecil dari 5,0 mm. Kerikil sebagai hasil disintegrasi dari batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari industri pemecah batu dan mempunyai ukuran butir antara 5 mm sampai 40 mm. ( SNI 03-2847 2002 ). Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh agregat kasar menurut Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A ( SK SNI S 04 1989 - F ) adalah sebagai berikut : 1. Butir keras dan tidak berpori, 2. Jumlah butir pipih dan panjang dapat dipakai jika kurang dari 20 % berat keseluruhan, 3. Bersifat kekal, 4. Tidak mengandung zat-zat alkali, 5. Kandungan lumpur kurang dari 1 %, 6. Ukuran butir beranekaragam.

10 2.2.4. Bauksit Batuan Pulau Bintan dan sekitarnya dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok sebagai berikut: 1) Batuan pragranitik berupa formasi batuan sedimen klastik berumur Trias yang terdiri dari serpih dan kuarsit. 2) Batuan granitik berumur Yura yang terdiri dari granit, granodiorit, aplit granit, granit porfiri dan riolit. Kelompok batuan ini mengintrusi batuan pragranitik dan menyebabkan proses hidrothermal serta kontak pneumatolitik pada batuan sekitarnya. Dari proses ini terbentuk batuan asal pembentuk endapan bauksit yaitu batuan hornfels berwarna hitam. 3) Batuan sedimen batupasir dan lempung berumur Tersier. Analisis Kimia Unsur Major Sepuluh contoh yang dianalisa unsur majornya terdiri dari bauksit, pasir darat, tailing lumpur dan tailing pasir yang diambil dari daerah Kijang. Hasil analisis kimia bijih bauksit sebanyak 6 contoh memberikan kadar 1,45 % - 16,94 % Si0 2, 0.96 % - 2,18 % Ti0 2 dan 16,57 % - 52,91 % Al 2 0 3. Sedangkan contoh pasir darat memiliki kadar silika cukup besar, yaitu 94,01 % Si0 2 dan 0,06 % Ti0 2. Tailing lumpur mengandung 15,25 % - 19,75 % Si0 2, 43,99 % - 45,14 % Al 2 0 3 dan mengandung titan cukup tinggi, yaitu 2,00 % - 2,34 % Ti0 2. Sedangkan tailing pasir kering mengandung 43,19 % Al 2 0 3, 17,78 % Si0 2 dan 1,56 % Ti0 2. Jadi hasil analisis kimia unsur major menunjukkan unsur titan yang signifikan dan diharapkan unsur tersebut dapat menjadi mineral ikutan yang bermanfaat dimasa yang akan datang.

11 Hasil analisis contoh diatas, juga menunjukkan kadar bauksit yang relatif rendah, karena kadar Si0 2 dan Ti0 2 cukup tinggi. Unsur lain seperti Ca0, Mg0, Na 2 0, P 2 0 5 sangat rendah. Pasir darat yang telah ditambang oleh beberapa perusahaan swasta menunjukan kadar Si0 2 cukup tinggi sebesar 94,01 %, sedangkan kadar Fe 2 0 3 dan Ti0 2 rendah. Dengan melihat kadarnya, pasir tersebut dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku semen dan gelas karena kadar oksida besinya sangat rendah. Prospek sisa cadangan bauksit sudah tidak ekonomis untuk kelangsungan perusahaan. Cadangan bauksit low grade 2.000.000 ton dengan kadar silika (Si0 2 ) tinggi, sedangkan 5.000.000 ton lagi merupakan bauksit dengan kadar Fe 2 0 3 tinggi tidak memenuhi spesifikasi untuk diekspor. Kedua cadangan tersebut diatas dikelola oleh Yayasan Pemda Kabupaten Riau Kepulauan. Dari hasil pemantaun ternyata cadangan yang ekonomis di Kijang dan sekitarnya hampir habis (657.745 ton), permintaan ekspor ke Jepang dan China setiap tahun 1.200.000 ton, Kedua negara tersebut memiliki syarat kadar yang berbeda. sehingga tidak mencukupi untuk kebutuhan ekspor. Tahapan eksplorasi bauksit meliputi pengukuran dan pemetaan, pembuatan sumur uji dan pengambilan contoh laterit bauksit. Setelah tahap eksplorasi tersebut dilakukan perhitungan jumlah cadangan, ketebalan tanah penutup. Cadangan bauksit dapat dihitung berdasarkan peta cadangan yang mencantumkan nomor uji, tebal lapisan tanah penutup, tebal lapisan bijih, kadar SiO 2, Kadar TiO 2, Fe 2 O 3, Al 2 O 3. Berdasarkan analisa kadar masing-masing unsur yang terdapat dalam bijih bauksit, Cadangan bauksit dapat dibagi menjadi tiga golongan, yaitu golongan A,B dan C (Tabel 1).

12 Tabel.2.2 Pembagian Kelas Cadangan Bauksit Kelas Cadangan Al 2 0 3 Kadar SiO 2 A 50,00 % 6,00 % B 48,00-50,00 % 6,00-13,00 % C 48,00 % 13,00 % (Sumber dan Literatur PT.Aneka Tambang) Bauksit yang mempunyai kadar rendah bisa dimanfaatkan untuk bahan semen alumina. Salah satu pabrik semen di Pulau Sumatera, telah mengajukan permintaan ke PT. Aneka Tambang Unit Bisnis Penambangan Bauksit di Kijang sebanyak 6000 sampai 10.000 ton per tahun untuk bahan semen alumina. Sampai saat ini permintaan tersebut belum dilaksanakan karena terlalu kecil, sekitar 6000 ton per tahun. (http://www.dim.esdm.go.id) Sehingga perlu di lakukan alternatif lain untuk pemanfaat bauksit low grade dengan kadar Al 2 O 3 < 40 % salah satunya dengan pembuatan beton dengan menggunakan agregat bauksit bukan hanya bermanfaat buat perusahaan semata tetapi lebih bisa bermanfaat bagi masyarakat di Pulau Bintan dan sekitarnya serta memiliki nilai jual beton agregat bauksit selain batu granit untuk pasar lokal maupun internasional terutama negara Singapura sebagai konsumen material bangunan terbesar di daerah Bintan.

13 2.2.5. Agregat Halus Menurut Antono (1995), pasir sebagai agregat halus merupakan bahan batuan berukuran kecil, ukuran butirnya 5 mm. Pasir dapat berupa pasir alam, sebagai hasil desintegrasi alam dari batu-batuan, atau berupa pasir pecahan batu. Menurut SK SNI S 04 1989 F, agregat halus yang digunakan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut. 1. Harus terdiri dari butir-butir yang tajam dan keras. 2. Butirnya harus bersifat kekal, artinya tidak pecah atau hancur oleh pengaruh perubahan cuaca, yaitu terik matahari dan hujan. 3. Tidak mengandung lumpur lebih dari 5 %. Apabila kadar lumpur melampaui 5 %, maka harus dicuci. 4. Tidak mengandung bahan-bahan organik karena dapat mengadakan reaksi dengan senyawa-senyawa semen portland sehingga mengurangi kualitas adukan betonnya. 5. Tidak mengandung pasir laut karena mengakibatkan korosi pada tulangan. 6. Mempunyai modulus kehalusan antara 1,5 3,8.