PEMANFATAN BEKAS SPESI UNTUK PEMBUATAN SPESI BARU

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEMANFATAN BEKAS SPESI UNTUK PEMBUATAN SPESI BARU"

Transkripsi

1 Pemanfaatan Bekas Spesi Untuk Pembuatan Spesi Baru.... (Seno Aji) PEMANFATAN BEKAS SPESI UNTUK PEMBUATAN SPESI BARU Seno Aji, S.Si, M.T. 1 Mohammad Arif Bachatiar Efendi, S.T Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Merdeka Madiun ABSTRAK Pada umumnya bangunan rumah tinggal atau konstruksi gedung di Indonesia menggunakan dinding dari pasangan bata merah, baik di finishing dengan plesteran ataupun tanpa plesteran. Ketika konstruksi pasangan dinding dibongkar, baik untuk perluasan ataupun renovasi, maka limbah hasil bongkaran tersebut menjadi permasalahan baru. Di sisi lain agregat alam yang menjadi bakan baku konstruksi semakin terbatas. Sehingga dari penelitian ini diharapkan semua limbah spesi tidak ada yang terbuang sia-sia dan semua limbah spesi dapat dijadikan spesi baru. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah mempergunakan campuran bahan benda uji yang berbeda, yaitu dengan memberi tambahan prosentase penambahan agregat spesi bekas dan mengurangi penggunaan agregat alam, dengan prosentase 0%, 50% dan 100%. Dari pengujian fisik di laboratorium beton, maka diperoleh hasil untuk rata-rata spesi sampel 1 dan spesi sampel 2 nilai kuat tekan spesi terhadap umur spesi adalah kg/cm 2 pada umur spesi 3 hari, kg/cm 2 pada umur spesi 7 hari, kg/cm 2 pada umur spesi 14 hari, kg/cm 2 pada umur spesi 28 hari. Kata kunci: Spesi baru, spesi bekas, nilai kuat tekan spesi. I. PENDAHULUAN Setiap tahun laju pertumbuhan penduduk Indonesia semakin bertambah, terutama pertumbuhan penduduk di kota-kota. Sedangkang luas tanah (wilayah) adalah tetap. Hal ini bertolak belakang dengan jumlah pertumbuhan (pembangunan) akan perumahan dan gedung-gedung perkantoran, sekolahan dan sebagainya. Jika pembangunan terus menerus dilakukan dengan material baru, maka hal ini dikawatirkan akan merusak ekosistem di tempat lain (tempat pengambilan agregat alam). Pada umumnya bangunan rumah tinggal atau konstruksi gedung di Indonesia menggunakan dinding dari pasangan bata merah, baik di finishing dengan plesteran ataupun tanpa plesteran. Ketika konstruksi pasangan dinding dibongkar, baik untuk perluasan ataupun renovasi, maka limbah hasil bongkaran tersebut menjadi masalah baru. Di sisi lain agregat alam yang menjadi bakan baku konstruksi semakin terbatas. Berdasarkan hal tersebut diatas, maka penelitian ini dilakukan untuk mengurangi kerusakan lingkungan. Yaitu dengan cara memanfaatkan limbah spesi bekas untuk digunakan menjadi spesi baru. Penelitian ini menggunakan spesi bekas dari limbah spesi bongkaran dinding dan biasanya disebut berangkal. Berangkal yang digunakan adalah berangkal yang tidak ada bata merahnya dan ditumbuk serta lolos saringan nomer 8. Sebagai pembanding, dibuat juga spesi yang menggunakan agregat pasir Ngraho Bojonegoro (agregat alam). 29

2 JURNAL INTAKE---- Vol. 2, Nomor 1, April KAJIAN PUSTAKA 2.1. Spesi Agregat Daur Ulang Spesi agregat daur ulang adalah spesi yang dibuat dengan menggunakan agregat spesi bekas. Material spesi agregat daur ulang dibentuk dari agregat yang dibuat dari spesi bekas. Kualitas agregat sangat berpengaruh terhadap kekuatan (mutu) spesi. Kualitas agregat tersebut meliputi kekerasan, gradasi, kadar air, penyerapan air (absorbsion), bentuk dan tekstur permukaan butiran, dan alkali reaktivitas. Semua sifat-sifat tersebut di atas disebut sifat fisik dan kimiawi agregat. Berdasar diameter butirannya, ASTM (1996) membagi menjadi 2 bagian, yaitu agregat kasar, mempunyai diameter di atas 5 mm, dan agregat halus mempunyai diameter lebih kecil dari 5 mm. Hal ini juga berlaku terhadap agregat daur ulang, sebagaimana diperoleh dari penelitian sebelumnya (Dhir, 1998, dan Hansen, 1992). Pada penelitian yang dilakukan sebelumnya tersebut, agregat daur ulang dibuat dari bongkaran pasangan dinding baru yang telah diketahui kuat tekannya, kemudian dihancurkan kembali, sehingga menjadi agregat kasar dan halus. Hasil-hasil yang diperoleh dari hasil penelitian tersebut adalah : a. Gradasi Bentuk tekstur dan diameter butiran agregat daur ulang sama dengan agregat alam. Hal ini dikarenakan ukuran butiran dapat diatur pada alat pemecahnya (crusher) dan saringannya. b. Kandungan spesi dan pasta semen Kandungan spesi dan pasta semen yang mengeras, yang ada pada agregat daur ulang berkisar antara % untuk agregat kasar dan untuk agregat halus kurang lebih %. Nilai abrasi (Los Angeless Abrassion) agregat daur ulang adalah %, dan untuk agregat alam % (Neville, 1996). Kandungan spesi dan pasta semen tersebut mengakibatkan kekerasannya menurun dan adanya pasta semen yang mengeras di sekeliling agregat alam juga mengakibatkan permukaanya lebih licin sehingga bidang temu pada material spesi agregat daur ulang menjadi lebih banyak. Hal ini menunjukka sifat yang berbeda dengan agregat alam, dan akan berpengaruh terhadap kekuatan tekan spesi yang dibentuknya. c. Berat jenis Berat jenis agregat daur ulang lebih rendah dari agregat alam, yaitu kg/m3 untuk agregat kasar daur ulang (Hansen, 1992) dan kg/m3 untuk agregat alam (Neville 1996). d. Penyerapan Penyerapan atau absorbsi yang terjadi pada agregat kasar daur ulang lebih besar disbanding agregat alam, yaitu 3 10 % untuk agregat kasar daur ulang (Hansen, 1992) dan 0,2 % - 4,5 % untuk agregat kasar alam (Neville, 1996) Aggregat Halus Agregat halus atau sering disebut pasir memiliki spesifikasi sendiri disetiap lokasi penambangan. Pasir didapatkan dari proses disintegrasi alami (batu-batuan), juga dapat dihasilkan dari abu batu (hasil stone cruiser). Pasir alami mempunyai diameter kurang dari 4,75 mm yang dapat diperoleh dari beberapa macam tempat penambangan. Definisi agregat halus adalah agregat yang semua butirannya menembus ayakan dengan lubang 4,8 mm yang dapat diperoleh dari pasir penggalian, permukaan tanah dan dari dasar sungai ataupun dari laut. Secara umum pasir untuk spesi mempunyai syarat sebagai berikut : a. Butir-butir tajam, kuat dan bersudut b. Tidak mengandung tanah atau kotoran lain. 30

3 Pemanfaatan Bekas Spesi Untuk Pembuatan Spesi Baru.... (Seno Aji) c. Tidak berisi garam yang menghisap air dari udara. d. Bersih dari zat-zat yang bereaksi dengan kapur atau semen. e. Mempunyai variasi besar butir (gradasi) yang baik sehingga rongganya sedikit Semen Semen adalah bahan ikat hidrolis berupa bubuk halus yang dihasilkan dengan cara menghaluskan klinker yang telah dipanaskan kemudian dicampur dengan bahan lain untuk mendapat hasil sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan. Bahan utama pembuatan semen adalah kapur, silika, alumina dan oksida besi. Bila bubuk halus tersebut dicampur dengan air dalam waktu kurang lebih 30 menit sudah mengalami proses pengikatan dan sering disebut pasta semen, bila pasta semen tersebut dicampur dengan pasir dinamakan spesi. Dari segi penggunaan semen portland dapat dibedakan menjadi lima jenis : a) Jenis I Semen portland jenis umum yaitu jenis semen yang umum digunakan tidak memerlukan sifat-sifat khusus. b) Jenis II Semen portland yang memiliki panas hidrasi rendah dan keluarnya panas lebih lambat dibanding dengan jenis I. Digunakan untuk pencegahan serangan sulfat dari lingkungan terhadap spesi. c) Jenis III Semen portland jenis ini membutuhkan kekuatan awal tinggi. Digunakan untuk pengerjaan didaerah dingin. d) Jenis IV Semen portland jenis ini memhasilkan panas hidrasi yang rendah. Digunakan untuk pembuatan spesi dengan skala besar. e) Jenis V Semen portland tahan sulfat yang penggunaannya untuk struktur yang kena sulfat misal bangunan berhubungan dengan air laut, air buangan industri dan air tanah Air Air diberikan kepada bahan dasar pembuat spesi untuk membuat reaksi dengan semen portland. Air yang banyak mengandung minyak, asam, alkali, garam-garam atau bahan organis sebaiknya tidak dipakai untuk pencampur spesi. Dalam pemakaian air untuk spesi itu sebaiknya air memenuhi syarat sebagai berikut: a) Tidak mengandung Lumpur (benda melayang lainnya) lebih dari 2 gr/liter. b) Tidak mengandung garam-garam yang dapat merusak spesi (asam, zat organic) lebih dari 15 gr/liter c) Tidak mengandung klorida (Cl) lebih dari 0,5 gr/liter d) Tidak mengandung senyawa lebih dari 1 gr/liter Kriteria Spesi Spesi tanpa pemakaian abu terbang adalah spesi normal, ASTM C (1994) membagi kriteria mutu spesi untuk pengerjaan spesi dan plesteran dinding menjadi tiga macam: 1. Type N, digunakan untuk pekerjaan yang membutuhkan spesi normal dengan kuat tekan 52 kg/cm 2 pada umur 28 hari. 2. Type S, digunakan untuk pekerjaan yang membutuhkan spesi berkekuatan tinggi dengan kuat tekan 124 kg/cm 2 pada umur 28 hari. 31

4 JURNAL INTAKE---- Vol. 2, Nomor 1, April Type M, digunakan untuk pekerjaan yang membutuhkan spesi berkekuatan sangat tinggi dengan kuat tekan 124 kg/cm 2 pada umur 28 hari. Material dasar pembentuk spesi adalah semen, pasir dan air dengan perbandingan tertentu. Menurut Puslitbang pemukiman Kimpraswil Bandung (1998), campuran optimum untuk mortar normal yaitu dengan perbandingan semen : pasir adalah 1 : 3, 1: 4, sampai 1 : 8 masingmasing untuk kuat tekan 189 kg/cm 2, kg/cm 2, kg/cm 2, kg/cm 2, kg/cm 2, 88.6 kg/cm Spesi Siar Spesi siar adalah spesi yang digunakan sebagai pengikat susunan bata pada suatu konstruksi dinding. Spesi siar dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu: 1. Spesi trasram yaitu spesi kedap air dengan komposisi satu bagian semen dicampur dengan tiga bagian pasir dan ditambah dengan air secukupnya. 2. Spesi biasa yaitu spesi dengan perbandingan satu bagian semen dicampur tujuh bagian pasir dan ditambah dengan air secukupnya 2.7. Spesi Plesteran Spesi plesteran yaitu spesi yang berfungsi melindungi pasangan dinding bata dari pengaruh cuaca. Sedangkan ukuran ketebalan dari plesteran adalah berkisar antara 1 cm 2.5 cm. 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Beton fakultas Teknik Universitas Merdeka Madiun dengan data yang diambil berdasar benda uji berupa kubus 5x5x5. Waktu penelitian bulan Agustus November Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Satu set ayakan dengan motorized dynamic sieve shaker. 2. Timbangan sentisimal kekuatan 150 kg. 3. Sendok semen 4. Cetakan balok dengan lebar 15 cm, tinggi 15 cm, panjang 15 cm. 5. Mesin pencampur beton (cocrete mixer). 6. Alat penguji slump (kerucut Abrams). 7. Alat penggetar (vibrator). 8. Mesin uji tekan beton. Bahan yang digunakan adalah : a. Aggregat halus (pasir). Agregat halus diambil dari Ngraho Bojonegoro (agregat alam).. b. Limbah spesi. Limbah spesi diperoleh dari bekas spesi hasil bongkaran dinding suatu bangunan di Kota Madiun. c. Semen Semen yang digunakan adalah PPC yang diproduksi PT Semen Gresik. d. Air. Air berasal dari PDAM Kota Madiun. 32

5 Pemanfaatan Bekas Spesi Untuk Pembuatan Spesi Baru.... (Seno Aji) 3.3. Diagram Alir Penelitian Mulai Berangkal Spesi bekas Semen Air Mix Design Uji Slump Pembuatan benda uji Pengujian benda uji Analisis data Selesai Gambar 3.1. Diagram Alir Penelitian 3.1. Analisis Bahan 1. Analisis Saringan, Untuk mengetahui ukuran butir dan gradasi aggregat. Digunakan untuk desain spesi. 2. Analisis Kadar Air, Untuk mengetahui kadar air yang terkandung dalam aggregate, Analisis Kadar Slit dan Clay Untuk mengetahui besarnya kotoran dalam hal ini adalah lempung atau tanah yang bercampur dengan aggregat. 3. Abrasi Test, Mengetahui nilai keausan aggregat yang disebabkan oleh faktor mekanis. 4. Analisis Bulking Factor Test, Mengetahui prosentase pengembangan volume aggregat halus pada kondisi terendam. 5. Analisis Kadar Organik Pasir, Mengetahui kadar organik yang terdapat pada pasir jika digunakan untuk spesi maka semakin banyak kadar organik maka nilai ikat semen akan semakin berkurang Rancangan Penelitian Metode yang digunakan dalam pengujian ini adalah Penelitian Eksperimen Sungguhan (True Experiment Research). Perlakuan yang diberikan dalam penelitian ini adalah dengan mempergunakan campuran bahan benda uji yang berbeda, yaitu dengan memberi tambahan prosentase penambahan agregat spesi bekas dan mengurangi penggunaan agregat alam. Dengan demikian untuk benda uji keseluruhan diperlukan 24 benda uji, dimana benda uji tekan berbentuk kubus dengan ukuran 150 mm x 150 mm x 150 mm. 33

6 JURNAL INTAKE---- Vol. 2, Nomor 1, April 2011 Cara penelitian dan pengujian Langkah pertama yang dilakukan adalah dengan membuat benda uji berupa 24 buah benda uji berupa kubus spesi berukuran 150 mm x 150 mm x 150 mm untuk pengujian kuat tekan spesi. Pada pembuatan benda uji ini, sebelumnya cetakan dilumasi dengan minyak pelumas. Pengecoran dilakukan dengan terlebih dahulu menimbang bahan pembentuk spesi sesuai dengan proporsi yang telah direncanakan, dan dimasukkan dalam mesin pengaduk yang sedang berputar dan dibiarkan selama kurang lebih lima menit. Sebelum spesi segar dimasukkan dalam cetakan, terlebih dahulu diukur slumnya untuk mengetahui tingkat kelecakan spesi. Pengecoran dilakukan dalam cetakan yang telah disediakan secara bertahap (perlapis), dan dilakukan pemadatan dengan tongkat pemadat kemudian diratakan serta dihaluskan permukaannya. Perawatan benda uji dilakukan dengan merendam benda uji ke dalam air. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi pengurangan air akibat penguapan sehingga dapat menghambat proses hidrasi pada spesi pada saat terjadi ikatan awal yang berarti berkurangnya peningkatan kekuatan. Pada pengujian ini bisa dilakukan perawatan benda uji dengan perendaman selama 28 hari Pengujian I Pengujian ini dilakukan pada sampel pada saat sampel masih segar atau belum kering. Pengujian dilakukan dengan mengukur nilai slump yang mengindikasikan tingkat kekentalan spesi segar. Semakin besar nilai slump akan semakin tinggi nilai workability (kemudahan pengerjaan). Nilai workability berhubungan erat dengan nilai FAS yaitu perbandingan berat air dan semen portland yang digunakan dalam pembuatan adukan spesi. Nilai FAS yang terlalu tinggi menyebabkan adukan spesi mempunyai banyak pori terisi air dan setelah spesi mengeras akan menjadi rongga sehingga kekuatan spesi menjadi rendah Pengujian II Setelah benda uji balok mencapai umur yang ditentukan dalam penelitian yaitu 28 hari, maka benda uji kubus di test dengan alat yang disebut Compression Testing Machine. Pada pengujian kuat tekan beton ditekan sampai hancur dan nilai pembacaannya dicatat sebagai P max ( KN). 4. ANALISA DAN PEMBAHASAN Spesi bekas diperoleh dari sisa bongkaran plesteran dinding rumah tinggal. Pengujian dilakukan di Laboratorium Program Studi Teknik Sipil Universitas Merdeka Madiun. Dari hasil pengujian diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 4.1 Pengujian Fisik Agregat Berangkal (Plesteran) No. Pengujian Jumlah Sampel Hasil Acuan Pengujian Sand Equivalent 100 % ASTMD /SNI , Kadar lumpur 2 12,122 % ASTMC Kadar Zat Organik 2 Lebih muda ASTMC /SNI Penyerapan Air 1 11,372 % ASTMC Berat jenis SSD 2 2,13 gr/cm 3 ASTMC

7 Kuat tekan beton (kg/cm2) Pemanfaatan Bekas Spesi Untuk Pembuatan Spesi Baru.... (Seno Aji) Tabel 4.2 Pengujian Kuat Tekan Spesi No Agregat Alam (Pasir Ngraho) kg/cm 2 Umur (hari) Agregat Berangkal Plesteran (spesi bekas) kg/cm 2 Umur (hari) Sampel ,18 319,02 343,57 384,21 142,72 221,25 217,89 277, ,04 330,82 341,21 382,30 146,23 190,37 249,92 275,28 Ratarata 202,61 324,92 342,39 383,25 144,47 205,81 233,90 276, Spesi Baru 1 Spesi Baru 2 Spesi Baru rata-rata Spesi Bekas 1 Spesi Bekas 2 Spesi Bekas rata-rata Umur (hari) Dari hasil tabel dan grafik diatas, maka diperoleh hasil prosentase spesi baru dari hasil pemakaian agregat berangkal plesteran (spesi bekas) terhadap spesi baru dari hasil pemakaian agregat alam (pasir Ngraho) adalah sebagai berikut. Untuk spesi sampel 1 diperoleh hasil % pada umur spesi 3 hari, % pada umur spesi 7 hari, % pada umur spesi 14 hari, % pada umur spesi 28 hari. Untuk spesi sampel 2 diperoleh hasil % pada umur spesi 3 hari, % pada umur spesi 7 hari, % pada umur spesi 14 hari, % pada 35

8 JURNAL INTAKE---- Vol. 2, Nomor 1, April 2011 umur spesi 28 hari. Sehingga untuk rata-rata spesi sampel 1 dan spesi sampel 2 diperoleh hasil % pada umur spesi 3 hari, % pada umur spesi 7 hari, % pada umur spesi 14 hari, % pada umur spesi 28 hari. Berdasarkan ASCMC untuk type M nilai kuat tekan adalah 172 kg/cm 2. Sehingga berdasarkan data hasil pengujian kuat tekan spesi, maka spesi bekas dari hasil plesteran bongkaran dinding dapat dijadikan sebagai agregat pengganti pasir untuk pembuatan spesi baru. 5. KESIMPULAN Dari pengujian fisik di laboratorium beton, maka diperoleh hasil untuk rata-rata spesi sampel 1 dan spesi sampel 2 nilai kuat tekan spesi terhadap umur spesi adalah kg/cm 2 pada umur spesi 3 hari, kg/cm 2 pada umur spesi 7 hari, kg/cm 2 pada umur spesi 14 hari, kg/cm 2 pada umur spesi 28 hari. Untuk rata-rata spesi sampel 1 dan spesi sampel 2 dari agregat alam nilai kuat tekan spesi terhadap umur spesi adalah kg/cm 2 pada umur spesi 3 hari, kg/cm 2 pada umur spesi 7 hari, kg/cm 2 pada umur spesi 14 hari, kg/cm 2 pada umur spesi 28 hari. Sedangkan prosentase nilai kuat tekan spesi terhadap umur spesi rata-rata spesi sampel 1 dan spesi sampel 2 adalah % pada umur spesi 3 hari, % pada umur spesi 7 hari, % pada umur spesi 14 hari, % pada umur spesi 28 hari. Berdasarkan ASCMC untuk type M nilai kuat tekan adalah 172 kg/cm 2. Sehingga berdasarkan data hasil pengujian kuat tekan spesi, maka spesi bekas dari hasil plesteran bongkaran dinding dapat dijadikan sebagai agregat pengganti pasir untuk pembuatan spesi baru. 6. DAFTAR PUSTAKA ASTM Committe on cocrete and concrete agregat, 1997, Annual book of ASTM Standart Vol Sukmono Mutioro dan Koeswahono, Pemanfaatan Limbah Pasangan Dinding (Berangkal) Sebagai Agregrat Untuk Pembuatan Mortar, Spektrum Teknologi Vol.15, No.2 Oktober Pusat Penelitian dan Pengembangan Pemukiman, 1985, Teknologi Adukan dan Pasangan Tembok, Bandung: Yayasan Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan. SK-SNI-04, 1989-f, Spesefikasi Bahan angunan Bagian A, Bandung: Departemen Pekerjaan Umum. Anonim, 1985, Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBI 1982), Cetakan kedua, Pusat Penelitian dan Pengembangan Pemukiman, Badan Penelitian dan Pengembangan, Dinas Pekerjaan Umum, Bandung Anonim, 1990, Tatacara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal (SK SNI T ), Pusat Penelitian dan Pengembangan Pemukiman, Badan Penelitian dan Pengembangan, Dinas Pekerjaan Umum, Bandung Murdock, LIJ, dan Brond, K.M, 1979, Concrete material and Practice 5 th ed, Edward Arnold (Publisher) Ltd 41 Bedford Square, London Neville, A.M, dan Brook, J.J, 1987, Concrete Technology John Wiley and Son. Inc, New York 36

III. METODOLOGI PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC merek

III. METODOLOGI PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC merek 25 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC merek Holcim, didapatkan dari toko bahan bangunan

Lebih terperinci

Pengaruh Variasi Jumlah Semen Dengan Faktor Air Yang Sama Terhadap Kuat Tekan Beton Normal. Oleh: Mulyati, ST., MT*, Aprino Maramis** Abstrak

Pengaruh Variasi Jumlah Semen Dengan Faktor Air Yang Sama Terhadap Kuat Tekan Beton Normal. Oleh: Mulyati, ST., MT*, Aprino Maramis** Abstrak Pengaruh Variasi Jumlah Semen Dengan Faktor Air Yang Sama Terhadap Kuat Tekan Beton Normal Oleh: Mulyati, ST., MT*, Aprino Maramis** *Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan **

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Mortar Menurut SNI 03-6825-2002 mortar didefinisikan sebagai campuran material yang terdiri dari agregat halus (pasir), bahan perekat (tanah liat, kapur, semen portland) dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Mortar Mortar didefinisikan sebagai campuran material yang terdiri dari agregat halus (pasir), bahan perekat (tanah liat, kapur, semen portland) dan air dengan komposisi tertentu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Tinjauan Umum Pelaksanaan penelitian ini dimulai dari tahap perencanaan, teknis pelaksanaan, dan pada tahap analisa hasil, tidak terlepas dari peraturan-peraturan maupun referensi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metodelogi penelitian dilakukan dengan cara membuat benda uji (sampel) di

BAB III METODE PENELITIAN. Metodelogi penelitian dilakukan dengan cara membuat benda uji (sampel) di 26 BAB III METODE PENELITIAN Metodelogi penelitian dilakukan dengan cara membuat benda uji (sampel) di Laboratorium Bahan dan Konstruksi Fakultas Teknik Universitas Lampung. Benda uji dalam penelitian

Lebih terperinci

KAJIAN KUAT TEKAN BETON UMUR 90 HARI MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND DAN SEMEN PORTLAND POZOLAND. Oleh: F. Eddy Poerwodihardjo

KAJIAN KUAT TEKAN BETON UMUR 90 HARI MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND DAN SEMEN PORTLAND POZOLAND. Oleh: F. Eddy Poerwodihardjo KAJIAN KUAT TEKAN BETON UMUR 9 HARI MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND DAN SEMEN PORTLAND POZOLAND Oleh: F. Eddy Poerwodihardjo Abstraksi Bahan beton yang terdiri dari semen Portland, pasir, kerikil/batu pecah

Lebih terperinci

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen portland komposit

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen portland komposit III. METODE PENELITIAN A. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen portland komposit merek Holcim, didapatkan dari toko bahan

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN PASIR DARI BEBERAPA DAERAH TERHADAP KUAT TEKAN BETON. Abstrak

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN PASIR DARI BEBERAPA DAERAH TERHADAP KUAT TEKAN BETON. Abstrak STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN PASIR DARI BEBERAPA DAERAH TERHADAP KUAT TEKAN BETON Jeffry 1), Andry Alim Lingga 2), Cek Putra Handalan 2) Abstrak Beton merupakan salah satu bahan konstruksi yang

Lebih terperinci

BAB V HASIL PEMBAHASAN

BAB V HASIL PEMBAHASAN BAB V HASIL PEMBAHASAN A. Umum Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang dilaksanakan di laboratorium Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil, dalam pelaksanaan eksperimen

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN III-1 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tinjauan Umum Dalam penelitian ini yang digunakan adalah variabel bebas dan terikat. Variabel bebas meliputi prosentase Silica fume dalam campuran beton (5%) dan

Lebih terperinci

Vol.16 No.2. Agustus 2014 Jurnal Momentum ISSN : X

Vol.16 No.2. Agustus 2014 Jurnal Momentum ISSN : X PENGARUH PENGGUNAAN LIMBAH BETON SEBAGAI AGREGAT KASAR DAN AGREGAT HALUS TERHADAP KUAT TEKAN BETON NORMAL Oleh: Mulyati*, Arman A* *Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC (Portland

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC (Portland III. METODE PENELITIAN A. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC (Portland Composite Cement) Merek Holcim, didapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I 1

BAB I PENDAHULUAN I 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Beton mempunyai beberapa keunggulan dibanding bahan lain. Keunggulan itu antara lain beton mudah dibentuk sesuai keinginan, menggunakan bahan bahan lokal yang tersedia

Lebih terperinci

PENGARUH BAHAN TAMBAHAN PLASTICIZER TERHADAP SLUMP DAN KUAT TEKAN BETON Rika Sylviana

PENGARUH BAHAN TAMBAHAN PLASTICIZER TERHADAP SLUMP DAN KUAT TEKAN BETON Rika Sylviana 15 PENGARUH BAHAN TAMBAHAN PLASTICIZER TERHADAP SLUMP DAN KUAT TEKAN BETON Rika Sylviana Teknik Sipil Universitas Islam 45 Bekasi Jl. Cut Meutia No. 83 Bekasi Telp. 021-88344436 Email: rikasylvia@gmail.com

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A. Alat-alat yang Digunakan Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini mulai dari pemeriksaan bahan susun beton, pembuatan benda uji, perawatan benda uji, dan sampai dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Yufiter (2012) dalam jurnal yang berjudul substitusi agregat halus beton

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Yufiter (2012) dalam jurnal yang berjudul substitusi agregat halus beton BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka Yufiter (2012) dalam jurnal yang berjudul substitusi agregat halus beton menggunakan kapur alam dan menggunakan pasir laut pada campuran beton

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. (admixture). Penggunaan beton sebagai bahan bangunan sering dijumpai pada. diproduksi dan memiliki kuat tekan yang baik.

BAB III LANDASAN TEORI. (admixture). Penggunaan beton sebagai bahan bangunan sering dijumpai pada. diproduksi dan memiliki kuat tekan yang baik. BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Beton Berdasarkan SNI 03 2847 2012, beton diartikan sebagai campuran semen, agregat halus, agregat kasar, dan air serta tanpa atau dengan bahan tambah (admixture). Penggunaan

Lebih terperinci

PENGARUH LIMBAH PECAHAN GENTENG SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR PADA CAMPURAN MUTU BETON 16,9 MPa (K.200)

PENGARUH LIMBAH PECAHAN GENTENG SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR PADA CAMPURAN MUTU BETON 16,9 MPa (K.200) PENGARUH LIMBAH PECAHAN GENTENG SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR PADA CAMPURAN MUTU BETON 16,9 MPa (K.200) Asri Mulyadi 1), Fachrul Rozi 2) Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Palembang

Lebih terperinci

hendak dicapai, maka diskusi antara insinyur perencana dan pemborong pekerjaan

hendak dicapai, maka diskusi antara insinyur perencana dan pemborong pekerjaan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Kontrol mutu beton ditujukan untuk memproduksi suatu bahan seragam yang mempunyai sifat-sifat pokok seperti yang dituntut oleh pekerjaan yang dituju. Pada saat yang bersamaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beton merupakan fungsi dari bahan penyusunnya yang terdiri dari bahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beton merupakan fungsi dari bahan penyusunnya yang terdiri dari bahan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Beton Beton merupakan fungsi dari bahan penyusunnya yang terdiri dari bahan semen hidrolik (Portland Cement), agregat kasar, agregat halus, air dan bahan tambah. Nawy (1995), dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 33 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Sampel Penelitian Penelitian Pengaruh Substitusi Pasir Dengan Bottom Ash Terhadap Kuat Tekan, dilakukan di Laboratorium Material dan Struktur DPTS FPTK UPI,

Lebih terperinci

PENGGUNAAN PECAHAN BOTOL KACA SEBAGAI AGREGAT KASAR PADA CAMPURAN BETON

PENGGUNAAN PECAHAN BOTOL KACA SEBAGAI AGREGAT KASAR PADA CAMPURAN BETON PENGGUNAAN PECAHAN BOTOL KACA SEBAGAI AGREGAT KASAR PADA CAMPURAN BETON Nini Hasriyani Aswad Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Haluoleo Kampus Hijau Bumi Tridharma Anduonohu

Lebih terperinci

KAJIAN OPTIMASI KUAT TEKAN BETON DENGAN SIMULASI GRADASI UKURAN BUTIR AGREGAT KASAR. Oleh : Garnasih Tunjung Arum

KAJIAN OPTIMASI KUAT TEKAN BETON DENGAN SIMULASI GRADASI UKURAN BUTIR AGREGAT KASAR. Oleh : Garnasih Tunjung Arum KAJIAN OPTIMASI KUAT TEKAN BETON DENGAN SIMULASI GRADASI UKURAN BUTIR AGREGAT KASAR Oleh : Garnasih Tunjung Arum 09510134004 ABSTRAK Beton adalah bahan yang diperoleh dengan mencampurkan agregat halus

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KUAT TEKAN MORTAR MENGGUNAKAN AIR SALURAN TARUM BARAT DAN AIR BERSIH

PERBANDINGAN KUAT TEKAN MORTAR MENGGUNAKAN AIR SALURAN TARUM BARAT DAN AIR BERSIH 30 PERBANDINGAN KUAT TEKAN MORTAR MENGGUNAKAN AIR SALURAN TARUM BARAT DAN AIR BERSIH Andi Kusumah 1), Anita Setyowati Srie Gunarti 2), Sri Nuryati 3) 1,2,3) Teknik Sipil Universitas Islam 45 Bekasi Jl.

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Beton Berdasarkan SNI 03 2847 2012, beton merupakan campuran dari semen, agregat halus, agregat kasar, dan air serta tanpa atau dengan bahan tambah (admixture). Beton sering

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN berikut. BAB IV METODE PENELITIAN A. Bahan atau Material Penelitian Bahan bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdapat pada uraian 1. Agregat halus yang berupa pasir Merapi, 2. Agregat kasar yang

Lebih terperinci

STUDI ESKPERIMENTAL SETTING TIME BETON MUTU TINGGI MENGGUNAKAN ZAT ADIKTIF FOSROC SP 337 & FOSROC CONPLAST R

STUDI ESKPERIMENTAL SETTING TIME BETON MUTU TINGGI MENGGUNAKAN ZAT ADIKTIF FOSROC SP 337 & FOSROC CONPLAST R STUDI ESKPERIMENTAL SETTING TIME BETON MUTU TINGGI MENGGUNAKAN ZAT ADIKTIF FOSROC SP 337 & FOSROC CONPLAST R Oleh : Arman. A. 1, Herix Sonata 1, Kartika Ananda 2 1 Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas

Lebih terperinci

PENGGUNAAN LIMBAH BAJA (KLELET) SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR PADA BETON. Hanif *) ABSTRAK

PENGGUNAAN LIMBAH BAJA (KLELET) SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR PADA BETON. Hanif *) ABSTRAK PENGGUNAAN LIMBAH BAJA (KLELET) SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR PADA BETON Hanif *) ABSTRAK Beton merupakan salah satu bahan struktur bangunan yang banyak dipakai. Beton sangat populer karena mudah diperoleh,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini adalah semen PCC merk

III. METODOLOGI PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini adalah semen PCC merk 51 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini adalah semen PCC merk Holcim, didapatkan dari toko bahan bangunan

Lebih terperinci

BAB I I TINJAUAN PUSTAKA. direkatkan oleh bahan ikat. Beton dibentuk dari agregat campuran (halus dan

BAB I I TINJAUAN PUSTAKA. direkatkan oleh bahan ikat. Beton dibentuk dari agregat campuran (halus dan BAB I I TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beton Beton adalah suatu komposit dari beberapa bahan batu-batuan yang direkatkan oleh bahan ikat. Beton dibentuk dari agregat campuran (halus dan kasar) dan ditambah dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia teknik sipil, teknologi mengenai beton merupakan hal yang wajib untuk dipahami secara teoritis maupun praktis mengingat bahwa beton merupakan salah satu

Lebih terperinci

Vol.17 No.2. Agustus 2015 Jurnal Momentum ISSN : X

Vol.17 No.2. Agustus 2015 Jurnal Momentum ISSN : X KOMPOSISI DAN KUAT TEKAN BETON PADA CAMPURAN Portland Composite Cement, PASIR DAN KERIKIL SUNGAI DARI BEBERAPA Quarry DI KOTA PADANG Oleh: Mulyati*, Herman** *Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Beton Beton dibentuk oleh pengerasan campuran semen, air, agregat halus, agregat kasar (batu pecah atau kerikil), udara dan kadang-kadang campuran tambahan lainnya. Campuran yang

Lebih terperinci

a. Jenis I merupakan semen portland untuk penggunaan umum yang memerlukan persyaratan persyaratan khusus seperti yang disyaratkan pada jenis-jenis

a. Jenis I merupakan semen portland untuk penggunaan umum yang memerlukan persyaratan persyaratan khusus seperti yang disyaratkan pada jenis-jenis BAB III LANDASAN TEORI A. Pozzolan Pozzolan adalah bahan yang mengandung senyawa silika dan alumina, yang tidak mempunyai sifat semen, akan tetapi dalam bentuk halusnya dan dengan adanya air dapat menjadi

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 51 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengujian Bahan Pembuatan Beton Pemeriksaan bahan penyusun beton dilakukan di laboratorium Teknologi Bahan Konstruksi, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN ZEOLIT DAN SIKAMENT-520 TERHADAP KUAT TEKAN BETON MENGGUNAKAN PORTLAND POZZOLAND CEMENT (PPC)

PENGARUH PENGGUNAAN ZEOLIT DAN SIKAMENT-520 TERHADAP KUAT TEKAN BETON MENGGUNAKAN PORTLAND POZZOLAND CEMENT (PPC) PENGARUH PENGGUNAAN ZEOLIT DAN SIKAMENT-520 TERHADAP KUAT TEKAN BETON MENGGUNAKAN PORTLAND POZZOLAND CEMENT (PPC) Bing Santosa 1 1 Program Studi Teknik Sipil, Universitas Janabadra Yogyakarta, Jl. TR.Mataram

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: yang padat. Pada penelitian ini menggunakan semen Holcim yang

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: yang padat. Pada penelitian ini menggunakan semen Holcim yang III. METODE PENELITIAN A. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Semen Semen adalah bahan pembentuk beton yang berfungsi sebagai pengikat butiran agregat dan mengisi ruang antar

Lebih terperinci

PENGARUH AGREGAT KASAR BATU PECAH BERGRADASI SERAGAM TERHADAP KUAT TEKAN BETON NORMAL

PENGARUH AGREGAT KASAR BATU PECAH BERGRADASI SERAGAM TERHADAP KUAT TEKAN BETON NORMAL PENGARUH AGREGAT KASAR BATU PECAH BERGRADASI SERAGAM TERHADAP KUAT TEKAN BETON NORMAL Oleh: Mulyati 1), Sentosa Budi Alluhri 2) 1) Dosen Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Institut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipakai dalam pembangunan. Akibat besarnya penggunaan beton, sementara material

BAB I PENDAHULUAN. dipakai dalam pembangunan. Akibat besarnya penggunaan beton, sementara material BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada umumnya beton digunakan sebagai salah satu bahan konstruksi yang sering dipakai dalam pembangunan. Akibat besarnya penggunaan beton, sementara material penyusunnya

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN 1. Kuat tekan beton yang direncanakan adalah 250 kg/cm 2 dan kuat tekan rencana ditargetkan mencapai 282 kg/cm 2. Menurut hasil percobaan yang telah dilakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 19 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beton Beton merupakan suatu bahan bangunan yang bahan penyusunnya terdiri dari bahan semen hidrolik (Portland Cement), air, agregar kasar, agregat halus, dan bahan tambah.

Lebih terperinci

PENGARUH PECAHAN BATA PRESS SEBAGAI BAHAN PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR PADA CAMPURAN BETON TERHADAP NILAI KUAT TEKAN

PENGARUH PECAHAN BATA PRESS SEBAGAI BAHAN PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR PADA CAMPURAN BETON TERHADAP NILAI KUAT TEKAN PENGARUH PECAHAN BATA PRESS SEBAGAI BAHAN PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR PADA CAMPURAN BETON TERHADAP NILAI KUAT TEKAN Bambang Hariyono (1) Anton Ariyanto,ST.M.Eng (2) Arie Syahrudin Sibarani, ST.MT

Lebih terperinci

BAB IV. Gambar 4.1 Pasir Merapi 2. Semen yang digunakan adalah semen portland tipe I merk Gresik, lihat Gambar 4.2.

BAB IV. Gambar 4.1 Pasir Merapi 2. Semen yang digunakan adalah semen portland tipe I merk Gresik, lihat Gambar 4.2. BAB IV METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian mortar dengan bahan tambahan abu merang dilakukan di Laboratorium Struktur dan Teknologi Bahan Konstruksi Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN III. a. Bahan Penelitian 1). Semen Portland type I, digunakan sebagai bahan ikat hidrolis untuk pembuatan beton. Dibeli dari toko bangunan di pasaran kota Solo. 2). Agregat halus

Lebih terperinci

PEMANFAATAN SERBUK KACA SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN PADA CAMPURAN BETON DITINJAU DARI KEKUATAN TEKAN DAN KEKUATAN TARIK BELAH BETON

PEMANFAATAN SERBUK KACA SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN PADA CAMPURAN BETON DITINJAU DARI KEKUATAN TEKAN DAN KEKUATAN TARIK BELAH BETON PEMANFAATAN SERBUK KACA SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN PADA CAMPURAN BETON DITINJAU DARI KEKUATAN TEKAN DAN KEKUATAN TARIK BELAH BETON Hendra Purnomo Alumni Jurusan Teknik Sipil Universitas Bangka Belitung

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Pozzolan Pozzolan adalah bahan yang mengandung senyawa silika dan alumina, yang tidak mempunyai sifat semen, akan tetapi dalam bentuk halusnya dan dengan adanya air dapat menjadi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Umum Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Beton Fakultas Teknik Departemen Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara. Metode campuran beton yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pemeriksaan Bahan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pemeriksaan Bahan BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pemeriksaan Bahan Pemeriksaan bahan material harus dilakukan sebelum direncanakannya perhitungan campuran beton (mix design). Adapun hasil pemeriksaanpemeriksaan agregat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metoda Pelaksanaan Penelitian Mulai Studi literatur Persiapan alat dan bahan Pengujian material pembentuk mortar (uji pendahuluan) : - Uji berat jenis semen - Uji berat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dari penelitian ini dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu hasil

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dari penelitian ini dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu hasil BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dari penelitian ini dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu hasil pemeriksaan material (bahan-bahan) pembentuk beton dan hasil pengujian beton tersebut. Tujuan dari pemeriksaan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Pendahuluan Penelitian ini merupakan penelitian tentang kemungkinan pemakaian limbah hasil pengolahan baja (slag) sebagai bahan subfistusi agregat kasar pada TB sebagai lapis

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Pozzolan Pozzolan adalah bahan yang mengandung senyawa silika dan alumina, yang tidak mempunyai sifat semen, akan tetapi dalam bentuk halusnya dan dengan adanya air dapat menjadi

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pemeriksaan Bahan Pemeriksaan bahan penyusun beton yang telah dilakukan di Laboratorium Teknologi Bahan dan Konstruksi UMY telah selesai dikerjakan, dimana

Lebih terperinci

STUDI PEMANFAATAN ABU SEKAM PADI SEBAGAI PENGISI DALAM PEMBUATAN BETON

STUDI PEMANFAATAN ABU SEKAM PADI SEBAGAI PENGISI DALAM PEMBUATAN BETON STUDI PEMANFAATAN ABU SEKAM PADI SEBAGAI PENGISI DALAM PEMBUATAN BETON Ir. Marthen Luther Paembonan, MT Staf Pengajar Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, UKI Toraja ABSTRAK Beton adalah campuran

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. Istimewa Yogyakarta. Alirannya melintasi Kabupaten Sleman dan Kabupaten

BAB II DASAR TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. Istimewa Yogyakarta. Alirannya melintasi Kabupaten Sleman dan Kabupaten BAB II DASAR TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA A. Sungai Opak Sungai Opak atau kali opak adalah nama sungai yang mengalir di Daerah Istimewa Yogyakarta. Alirannya melintasi Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Beton adalah bahan yang diperoleh dengan mencampurkan agregat halus, agregat kasar, semen Portland, dan air ( PBBI 1971 N.I. 2 ). Seiring dengan penambahan umur, beton akan semakin

Lebih terperinci

Campuran Beton terhadap Kuat Tekan

Campuran Beton terhadap Kuat Tekan Pengaruh Penambahan Serat Ijuk pada Campuran Beton terhadap Kuat Tekan Robby GunawanYahya dan Farida Fujiati Abstrak Beton adalah material yang banyak dipakai dalam pembuatan suatu bangunan. Hal ini disebabkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 3.1.Ruang Lingkup

BAB III METODOLOGI. 3.1.Ruang Lingkup BAB III METODOLOGI 3.1.Ruang Lingkup Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian beton ringan dengan perbandingan 1 semen : 4 agregat dan menggunakan agregat buatan dari kertas dengan diameter 10-20

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. TAHAP DAN PROSEDUR PENELITIAN Dalam penelitian ini dilakukan beberapa tahapan kerja seperti yang tercantum dalam bagan alir di bawah ini : T Persiapan Bahan dan Peralatan

Lebih terperinci

4. Gelas ukur kapasitas maksimum 1000 ml dengan merk MC, untuk menakar volume air,

4. Gelas ukur kapasitas maksimum 1000 ml dengan merk MC, untuk menakar volume air, 22 BAB IV METODE PENELITIAN A. Bahan atau Material Penelitian Bahan-bahan penyusun campuran beton yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada lampiran. Bahan-bahan tersebut antara lain: 1. Agregat

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN PENELITIAN

BAB III PERENCANAAN PENELITIAN BAB III PERENCANAAN PENELITIAN 3.1. Tinjauan Umum Penelitian mengenai pengaruh perawatan beton terhadap kuat tekan dan absorpsi beton ini bersifat aplikatif dan simulatif, yang mencoba untuk mendekati

Lebih terperinci

PENGGUNAAN PASIR SILIKA DAN PASIR LAUT SEBAGAI AGREGAT BETON The Use of Sea and Silica Sand for Concrete Aggregate

PENGGUNAAN PASIR SILIKA DAN PASIR LAUT SEBAGAI AGREGAT BETON The Use of Sea and Silica Sand for Concrete Aggregate 14 Spektrum Sipil, ISSN 58-4896 Vol. 1, No. 2 : 14-149, September 214 PENGGUNAAN PASIR SILIKA DAN PASIR LAUT SEBAGAI AGREGAT BETON The Use of Sea and Silica Sand for Concrete Aggregate Joedono, Mudji Wahyudi

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pemeriksaan Bahan Penyusun Beton Pemeriksaan bahan penyusun beton dilakukan di Laboratorium Struktur dan Bahan Konstruksi, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI 7 BAB III LANDASAN TEORI A. Pengetian Beton Beton merupakan fungsi dari bahan penyusunnya yang terdiri dari bahan semen hidrolik (portland cement), agregat kasar, agregat halus dan air. Jika diperlukan

Lebih terperinci

Pengujian agregat dan kuat tekan dilakukan di Laboratorium Bahan

Pengujian agregat dan kuat tekan dilakukan di Laboratorium Bahan BABV ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 5.1 Hasil Pengujian Agregat Pengujian agregat dan kuat tekan dilakukan di Laboratorium Bahan Konstruksi Teknik Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh fly ash terhadap kuat

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh fly ash terhadap kuat III. METODE PENELITIAN A. Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh fly ash terhadap kuat tekan paving block. Di Indonesia, paving block pada umumnya dibuat dari campuran semen, pasir, dengan

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN CANGKANG SIPUT SUDU ATAU KUPANG TERHADAP KARAKTERISTIK BETON K-100

PENGARUH PENAMBAHAN CANGKANG SIPUT SUDU ATAU KUPANG TERHADAP KARAKTERISTIK BETON K-100 PENGARUH PENAMBAHAN CANGKANG SIPUT SUDU ATAU KUPANG TERHADAP KARAKTERISTIK BETON K-100 ENDRI 1 SYAHRONI, ST 2 ANTON ARIYANTO, M.Eng 3 Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Pasir Pengaraian

Lebih terperinci

Jurnal Teknik Sipil No. 1 Vol. 1, Agustus 2014

Jurnal Teknik Sipil No. 1 Vol. 1, Agustus 2014 JURNAL PENGARUH PENAMBAHAN MATERIAL HALUS BUKIT PASOLO SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN PASIR TERHADAP KUAT TEKAN BETON dipersiapkan dan disusun oleh PRATIWI DUMBI NIM: 5114 08 051 Jurnal ini telah disetujui

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pemeriksaan Bahan Penyusun Beton Pemeriksaan bahan penyusun beton yang dilakukan di Laboratortium Bahan Konstruksi, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,

Lebih terperinci

Berat Tertahan (gram)

Berat Tertahan (gram) BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pemeriksaan Bahan Penyusun Beton Pemeriksaan bahan penyusun beton yang dilakukan di Laboratortium Bahan Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN KUALITAS BATAKO HASIL PRODUKSI INDUSTRI KECIL DI KOTA PALU. Oleh : Harun Mallisa ABSTRAK

STUDI KELAYAKAN KUALITAS BATAKO HASIL PRODUKSI INDUSTRI KECIL DI KOTA PALU. Oleh : Harun Mallisa ABSTRAK Media Litbang Sulteng IV (2) : 75 82, Desember 2011 ISSN : 1979-5971 STUDI KELAYAKAN KUALITAS BATAKO HASIL PRODUKSI INDUSTRI KECIL DI KOTA PALU Oleh : Harun Mallisa ABSTRAK Salah satu cara yang efektif

Lebih terperinci

PENGARUH AIR LIMBAH PADA ADUKAN BETON TERHADAP KUAT TEKAN BETON NORMAL

PENGARUH AIR LIMBAH PADA ADUKAN BETON TERHADAP KUAT TEKAN BETON NORMAL PENGARUH AIR LIMBAH PADA ADUKAN BETON TERHADAP KUAT TEKAN BETON NORMAL Oleh : Armeyn Dosen Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Padang Abstrak Penggunaan air untuk campuran

Lebih terperinci

PERBANDINGAN PEMAKAIAN AIR KAPUR DAN AIR TAWAR SERTA PENGARUH PERENDAMAN AIR GARAM DAN AIR SULFAT TERHADAP DURABILITAS HIGH VOLUME FLY ASH CONCRETE

PERBANDINGAN PEMAKAIAN AIR KAPUR DAN AIR TAWAR SERTA PENGARUH PERENDAMAN AIR GARAM DAN AIR SULFAT TERHADAP DURABILITAS HIGH VOLUME FLY ASH CONCRETE PERBANDINGAN PEMAKAIAN AIR KAPUR DAN AIR TAWAR SERTA PENGARUH PERENDAMAN AIR GARAM DAN AIR SULFAT TERHADAP DURABILITAS HIGH VOLUME FLY ASH CONCRETE Naskah Publikasi untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beton Beton merupakan bahan bangunan yang dihasilkan dari campuran atas semen Portland, pasir, kerikil dan air. Beton ini biasanya di dalam praktek dipasang bersama-sama

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Beton Mutu Tinggi Sesuai dengan perkembangan teknologi beton yang demikian pesat, ternyata kriteria beton mutu tinggi juga selalu berubah sesuai dengan kemajuan tingkat mutu

Lebih terperinci

KUAT TEKAN BETON DENGAN VARIASI AGREGAT YANG BERASAL DARI BEBERAPA TEMPAT DI SULAWESI UTARA

KUAT TEKAN BETON DENGAN VARIASI AGREGAT YANG BERASAL DARI BEBERAPA TEMPAT DI SULAWESI UTARA KUAT TEKAN BETON DENGAN VARIASI AGREGAT YANG BERASAL DARI BEBERAPA TEMPAT DI SULAWESI UTARA Reza Adeputra Polii Marthin D. J. Sumajouw, Reky S. Windah Universitas Sam Ratulangi Fakultas Teknik Jurusan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Umum Adapun diagram alir metodologi penelitian adalah sebagai berikut : MULAI PENGUJIAN BAHAN AGREGAT KASAR AGREGAT HALUS MIX DESIGN BETON NORMAL BETON CAMPURAN KACA 8%

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Beton Beton adalah material yang dibentuk dari campuran semen, agregat halus, agregat kasar, dan air. Material ini telah digunakan sebagai bahan konstruksi sejak lama dan merupakan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Beton pada umumnya adalah campuran antara agregat. kasar (batu pecah/alam), agregat halus (pasir), kemudian

BAB III LANDASAN TEORI. Beton pada umumnya adalah campuran antara agregat. kasar (batu pecah/alam), agregat halus (pasir), kemudian 11 BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Beton Beton pada umumnya adalah campuran antara agregat kasar (batu pecah/alam), agregat halus (pasir), kemudian direkatkan dengan semen Portland yang direaksikan dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan abu terbang dan superplasticizer. Variasi abu terbang yang digunakan

BAB III METODE PENELITIAN. dengan abu terbang dan superplasticizer. Variasi abu terbang yang digunakan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup yang akan diteliti adalah penggantian sebagian semen Portland dengan abu terbang dan superplasticizer. Variasi abu terbang yang digunakan

Lebih terperinci

REAKTIVITAS BERBAGAI MACAM POZZOLAN DITINJAU DARI SEGI KEKUATAN MEKANIK

REAKTIVITAS BERBAGAI MACAM POZZOLAN DITINJAU DARI SEGI KEKUATAN MEKANIK Konferensi Nasional Teknik Sipil 4 (KoNTekS 4) Sanur-Bali, 2-3 Juni 2010 REAKTIVITAS BERBAGAI MACAM POZZOLAN DITINJAU DARI SEGI KEKUATAN MEKANIK I Made Alit Karyawan Salain 1 1 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas

Lebih terperinci

PENAMBAHAN LIMBAH PADAT PABRIK GULA (BLOTONG) SEBAGAI PENGGANTI SEMEN PADA CAMPURAN BETON

PENAMBAHAN LIMBAH PADAT PABRIK GULA (BLOTONG) SEBAGAI PENGGANTI SEMEN PADA CAMPURAN BETON PENAMBAHAN LIMBAH PADAT PABRIK GULA (BLOTONG) SEBAGAI PENGGANTI SEMEN PADA CAMPURAN BETON Muhammad Ujianto Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol Pos

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Bahan atau Material Penelitian

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Bahan atau Material Penelitian 23 BAB IV METODE PENELITIAN A. Bahan atau Material Penelitian Bahan-bahan penyusun campuran beton yang digunakan pada penelitian ini, Bahan-bahan tersebut antara lain : 1. Agregat kasar kerikil yang berasal

Lebih terperinci

ANALISA KUAT LENTUR PADA BETON K-300 YANG DICAMPUR DENGAN TANAH KOHESIF

ANALISA KUAT LENTUR PADA BETON K-300 YANG DICAMPUR DENGAN TANAH KOHESIF bidang REKAYASA ANALISA KUAT LENTUR PADA BETON K-300 YANG DICAMPUR DENGAN TANAH KOHESIF YATNA SUPRIYATNA Jurusan Teknik Sipil Universitas Komputer Indonesia Penelitian ini bertujuan untuk mencari kuat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Penelitian yang sudah pernah dilakukan dan dapat di jadikan literatur untuk penyusunan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Ishaq Maulana

Lebih terperinci

PENGGUNAAN PASIR WEOL SEBAGAI BAHAN CAMPURAN MORTAR DAN BETON STRUKTURAL

PENGGUNAAN PASIR WEOL SEBAGAI BAHAN CAMPURAN MORTAR DAN BETON STRUKTURAL PENGGUNAAN PASIR WEOL SEBAGAI BAHAN CAMPURAN MORTAR DAN BETON STRUKTURAL Irenius O.R Kadimas 1 (ireniuskadimas@gmail.com) Jusuf J.S. Pah 2 (yuserpbdaniel@yahoo.co.id) Rosmiyati A. Bella 3 (qazebo@yahoo.com)

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Berat Tertahan Komulatif (%) Berat Tertahan (Gram) (%)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Berat Tertahan Komulatif (%) Berat Tertahan (Gram) (%) BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pemeriksaan Bahan Penyusun Beton Pemeriksaan bahan penyusun beton yang dilakukan di Laboratortium Bahan Konstruksi, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pemeriksaan Bahan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pemeriksaan Bahan Persen Lolos Agregat (%) A. Hasil Pemeriksaan Bahan BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan bahan penyusun beton yang dilakukan di Laboratorium Teknologi Bahan, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Umum Upaya peningkatan kualitas beton terus dilakukan dari waktu ke waktu, untuk mencapai kekuatan yang paling maksimal. Upaya ini terbukti dari munculnya berbagai penelitian

Lebih terperinci

KUAT TEKAN BETON CAMPURAN 1:2:3 DENGAN AGREGAT LOKAL SEKITAR MADIUN

KUAT TEKAN BETON CAMPURAN 1:2:3 DENGAN AGREGAT LOKAL SEKITAR MADIUN KUAT TEKAN BETON CAMPURAN 1:2:3 DENGAN AGREGAT LOKAL SEKITAR MADIUN Rosyid Kholilur Rohman Dosen Fakultas Teknik Universitas Merdeka Madiun Abstract The composition of concrete with a mixture 1: 2: 3 (volume

Lebih terperinci

PENGARUH PERENDAMAN AIR PANTAI DAN LIMBAH DETERGEN TERHADAP KUAT TEKAN DAN KUAT LENTUR DINDING PASANGAN BATA MERAH.

PENGARUH PERENDAMAN AIR PANTAI DAN LIMBAH DETERGEN TERHADAP KUAT TEKAN DAN KUAT LENTUR DINDING PASANGAN BATA MERAH. PENGARUH PERENDAMAN AIR PANTAI DAN LIMBAH DETERGEN TERHADAP KUAT TEKAN DAN KUAT LENTUR DINDING PASANGAN BATA MERAH Naskah Publikasi untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Teknik

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini menggunakan obyek berupa paving blok mutu rencana 400 Kg/ dan 500 Kg/ sebanyak masing-masing 64 blok. Untuk setiap percobaan kuat tekan dan tarik belah paving

Lebih terperinci

PENGARUH BAHAN KIMIA TAMBAHAN TERHADAP IKATAN AWAL DAN SLUMP BETON

PENGARUH BAHAN KIMIA TAMBAHAN TERHADAP IKATAN AWAL DAN SLUMP BETON Pengaruh Bahan Kimia Tambahan.... (Saiful Arfaah) PENGARUH BAHAN KIMIA TAMBAHAN TERHADAP IKATAN AWAL DAN SLUMP BETON Saiful Arfaah Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas darul Ulum Jombang

Lebih terperinci

Kompetensi Kerja Nasional Indonesia). Salah satunya adalah Metode UJI MATERIAL GEDUNG melalui suatu pelatihan khusus.

Kompetensi Kerja Nasional Indonesia). Salah satunya adalah Metode UJI MATERIAL GEDUNG melalui suatu pelatihan khusus. Seorang Pelaksana Pekerjaan Gedung memiliki : keahlian dan ketrampilan sebagaimana diterapkan dalam SKKNI (Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia). Salah satunya adalah Metode UJI MATERIAL GEDUNG

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. diameter 15 cm dan tinggi 30 cm, dan benda uji balok beton dengan panjang

III. METODE PENELITIAN. diameter 15 cm dan tinggi 30 cm, dan benda uji balok beton dengan panjang 37 III. METODE PENELITIAN A. Umum Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen di Laboratorium Struktur dan Konstruksi Fakultas Teknik Universitas Lampung. Benda uji pada penelitian

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN PASIR DAN SPLIT GUNUNG AIR DINGIN TERHADAP KUAT TEKAN BETON NORMAL

PENGARUH PENGGUNAAN PASIR DAN SPLIT GUNUNG AIR DINGIN TERHADAP KUAT TEKAN BETON NORMAL MENARA Ilmu Vol. XI Jilid 2 No.77 Oktober 2017 PENGARUH PENGGUNAAN PASIR DAN SPLIT GUNUNG AIR DINGIN TERHADAP KUAT TEKAN BETON NORMAL Arman. A. SST., MT 1, Dr. Herix Sonata MS, ST, M.Si 2 dan Mohd. A.

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Uraian Umum Dalam suatu penelitian agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai, maka dilaksanakan suatu metode. Metode penelitian merupakan langkah-langkah penelitian suatu

Lebih terperinci

PEMAKAIAN VARIASI BAHAN TAMBAH LARUTAN GULA DAN VARIASI ABU ARANG BRIKET PADA KUAT TEKAN BETON MUTU TINGGI

PEMAKAIAN VARIASI BAHAN TAMBAH LARUTAN GULA DAN VARIASI ABU ARANG BRIKET PADA KUAT TEKAN BETON MUTU TINGGI PEMAKAIAN VARIASI BAHAN TAMBAH LARUTAN GULA DAN VARIASI ABU ARANG BRIKET PADA KUAT TEKAN BETON MUTU TINGGI Suhendro Trinugroho, Mochtar Rifa i Program Studi Teknik Sipil, Universitas Muhammadiyah Surakarta

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN RESIN EPOXY PADA CAMPURAN BETON POLIMER YANG MENGGUNAKAN SERBUK GERGAJI KAYU

PENGARUH PENGGUNAAN RESIN EPOXY PADA CAMPURAN BETON POLIMER YANG MENGGUNAKAN SERBUK GERGAJI KAYU Konferensi Nasional Teknik Sipil 11 Universitas Tarumanagara, 26-27 Oktober 2017 PENGARUH PENGGUNAAN RESIN EPOXY PADA CAMPURAN BETON POLIMER YANG MENGGUNAKAN SERBUK GERGAJI KAYU Reni O. Tarru 1, Yusri

Lebih terperinci