FAKTOR RISIKO GIZI LEBIH PADA ANAK UMUR 9-11 TAHUN DI SEKOLAH DASAR MARSUDIRINI SEMARANG TAHUN 2016

dokumen-dokumen yang mirip
Key Words :consumption of street food, daily food intake, nutritional status. Bibliography : 80 ( )

LAPORAN HASIL PENELITIAN. SMA Raksana Medan Tahun Oleh : RISHITHARAN DORAISAMY

HUBUNGAN ANTARA POLA KONSUMSI MAKANAN CEPAT SAJI DENGAN RESIKO OBESITAS PADA SISWA KELAS X DAN XI DI SMA KRISTEN KALAM KUDUS SUKOHARJO

Adequacy Levels of Energy and Protein with Nutritional Status in Infants of Poor Households in The Subdistrict of Blambangan Umpu District of Waykanan

BAB I PENDAHULUAN. Overweight dan obesitas adalah dua istilah yang berbeda. Overweight

PENGARUH BUKU SAKU TERHADAP TINGKAT KECUKUPAN GIZI PADA REMAJA (Studi Di SMA Teuku Umar Semarang Tahun 2016)

KEBIASAAN MAKAN YANG MENYEBABKAN TERJADINYA KEGEMUKAN PADA REMAJA (Studi di SMP Al-Muttaqin Kota Tasikmalaya)

HUBUNGAN KEBIASAAN KONSUMSI MAKANAN CEPAT SAJI (FAST FOOD) DENGAN OBESITAS PADA SISWA KELAS V DAN VI SD SHAFIYYATUL AMALIYYAH MEDAN

Hubungan Antara Tingkat Konsumsi Energi, Protein dan Daya Beli Makanan dengan Status Gizi pada Remaja di SMP Negeri 2 Banjarbaru

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas merupakan salah satu faktor utama penyebab pencapaian

PERBEDAAN KONSUMSI SAYUR DAN BUAH BERDASARKAN STATUS KEGEMUKAN PADA SISWA SMA (Survei pada Siswa Kelas XI SMAN 8 Kecamatan Tamansari Kota Tasikmalaya)

PENGARUH AKTIFITAS FISIK TERHADAP KEJADIAN OBESITAS PADA MURID

HUBUNGAN PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN ASI DAN MP-ASI DENGAN PERTUMBUHAN BADUTA USIA 6-24 BULAN (Studi di Kelurahan Kestalan Kota Surakarta)

HUBUNGAN KARAKTERISTIK SUBJEK, ASUPAN ZAT GIZI, DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEKUATAN OTOT ANAK USIA SEKOLAH DI KABUPATEN PURWAKARTA

PRAKTEK KONSUMSI MAKANAN JAJANAN PADA SISWA DI SMP NEGERI 4 TASIKMALAYA TAHUN 2013

Kata kunci: Body Mass Index (BMI), Underweight, Overweight, Obesitas, Indeks DMF-T, Karies.

Departemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara, Medan 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP ANAK SEKOLAH DENGAN KONSUMSI SAYUR DAN BUAH PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI GODEAN 1 KABUPATEN SLEMAN

142 Jurnal Kesehatan Samodra Ilmu Vol. 07 No. 02 Juli 2016

PERBEDAAN. Disusun Oleh: J

BAB I PENDAHULUAN. masih memiliki beberapa ketertinggalan dan kekurangan jika dibandingkan

ASUPAN MAKRONUTRIEN DAN NATRIUM DARI KONSUMSI MAKANAN JAJANAN SEBAGAI FAKTOR RESIKO KEJADIAN OBESITAS PADA ANAK PAUD DI KOTA DENPASAR

FAKTOR-FAKTOR GAYA HIDUP YANG BERHUBUNGAN DENGAN OBESITAS ANAK SEKOLAH DASAR SWASTA BERNARDUS DAN HJ ISRIATI KELAS 4-6 DI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DIET PENURUNAN BERAT BADAN DENGAN PERILAKU DIET PENURUNAN BERAT BADAN PADA REMAJA PUTRI DI SMA N 7 SURAKARTA SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KEKURANGAN ENERGI KRONIK (KEK) PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS HALMAHERA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB 1 : PENDAHULUAN. lebih. Kondisi ini dikenal sebagai masalah gizi ganda yang dapat dialami oleh anakanak,

HUBUNGAN PERILAKU KONSUMSI MAKANAN DENGAN STATUS GIZI PNS BAPPEDA KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SKRIPSI SENAM JANTUNG SEHAT DAPAT MENURUNKAN PERSENTASE LEMAK TUBUH PADA MAHASISWI PROGRAM STUDI FISIOTERAPI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

KEBIASAAN MENGONSUMSI JAJAN TERHADAP STATUS GIZI PADA ANAK SEKOLAH PENGGUNA KATERING DAN NON-KATERING

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG GIZI DAN POLA MAKAN TERHADAP STATUS GIZI PADA REMAJA DI SMP NEGERI 1 KINTAMANI Remaja merupakan sebuah transisi

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting untuk kesehatan dan perkembangan bagi anak-anak, remaja,

HUBUNGAN FREKUENSI JAJAN ANAK DENGAN KEJADIAN DIARE AKUT. (Studi pada Siswa SD Cibeureum 1 di Kelurahan Kota Baru) TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan manusia bekerja secara maksimal (Moehji, 2009).

ABSTRAK SHERLY RACHMAWATI HERIYAWAN

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI GANGGUAN MENSTRUASI PADA SISWI KELAS 2 SMA X KOTA BANDUNG TAHUN 2015

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK, KEBUGARAN FISIK DAN IMEJ TUBUH DENGAN KEJADIAN OBESITAS PADA SISWA SMA Dl KOTA BANDA ACEH PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

ENERGI DARI SUSU BERDASARKAN STATUS KEGEMUKAN PADA BALITA USIA BULAN

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

BAB 1 : PENDAHULUAN. kelompok penyakit-penyakit non infeksi yang sekarang terjadi di negara-negara maju

KEBIASAAN JAJAN ANAK SEKOLAH DASAR DAN HUBUNGANNYA TERHADAP STATUS GIZI DI SEKOLAH DASAR SUNGAI RAMBUTAN KABUPATEN OGAN ILIR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ENERGI DENGAN STATUS GIZI SISWI SMA NEGERI 4 MANADO

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN ASUPAN ENERGI SISWA SEKOLAH SEPAK BOLA (SSB) SEJATI PRATAMA MEDAN TAHUN Oleh : PUTRI FORTUNA MARBUN

BAB I PENDAHULUAN. mereka dalam dekade pertama kehidupan. Masa remaja merupakan jembatan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan

HALAMAN SAMPUL HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN ANEMIA DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI DI SMA BATIK 1 SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ENERGI DAN ZAT GIZI MAKRO DENGAN STATUS GIZI PADA PELAJAR DI SMP NEGERI 13 KOTA MANADO.

Keywords: Anemia, Social Economy

Secara umum seluruh keluarga contoh termasuk keluarga miskin dengan pengeluaran dibawah Garis Kemiskinan Kota Bogor yaitu Rp. 256.

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena overweight saat ini sedang menjadi perhatian. Overweight atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ditandai dengan berat badan diatas rata-rata dari indeks massa tubuh (IMT) yang di

GAMBARAN REMAJA OBESITAS TENTANG PENGETAHUAN POLA MENU SEIMBANG DI SMPN 30 MAKASSAR

HUBUNGAN POLA MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

GAMBARAN KONSUMSI BUAH, SAYUR DAN KECUKUPAN SERAT PADA ANAK SEKOLAH DASAR DI SD NEGERI MEDAN SKRIPSI. Oleh ANGGI RARA NIM.

rumus : n = (P 1 -P Ket : Z 1- - P 1 Kebiasaan makan..., Evi Heryanti, FKM UI, )²

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ENERGI DENGAN STATUS GIZI PADA PELAJAR SMP NEGERI 10 KOTA MANADO.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN OBESITAS PADA ANAK SEKOLAH DASAR USIA 6-14 TAHUN DI SD BUDI MULIA 2 YOGYAKARTA TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI

ABSTRAK GAMBARAN POLA MAKAN DAN POLA ASUH TERHADAP STATUS GIZI PADA ANAK DI SEKOLAH DASAR NEGERI 3 BATUR

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran fast food dalam industri makanan di Indonesia mempengaruhi


BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

HUBUNGAN ASUPAN GIZI TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA PADA PEKERJA BAGIAN KOMPUTER BORDIR DI KELURAHAN CILAMAJANG KECAMATAN KAWALU KOTA TASIKMALAYA

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh, memproses, dan memahami dasar informasi kesehatan dan. kebutuhan pelayanan, yang dibutuhkan untuk pengambilan keputusan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini masalah kegemukan ( overweight) merupakan salah satu

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja,

Melewatkan sarapan dapat menyebabkan defisit zat gizi dan tidak dapat mengganti asupan zat gizi melalui waktu makan yang lain (Ruxton & Kirk, 1997;

HUBUNGAN FREKUENSI MAKAN DI LUAR RUMAH DAN JUMLAH UANG JAJAN DENGAN KEJADIAN GIZI LEBIH PADA MAHASISWI DI SURAKARTA TESIS

ABSTRAK. Kata Kunci : karies gigi, nutrisi, dewasa muda. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. prevalensi yang selalu meningkat setiap tahun, baik di negara maju maupun

BAB 1 : PENDAHULUAN. pada anak-anak hingga usia dewasa. Gizi lebih disebabkan oleh ketidakseimbangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ABSTRAK GAMBARAN STATUS GIZI PADA ANAK USIA 6-12 TAHUN DI SD SUKASARI I BANDUNG PERIODE

PERBEDAAN ASUPAN ENERGI DAN PROTEIN PADA SIANG HARI ANTARA ANAK TAMAN KANAN-KANAK DI SEKOLAH DENGAN MODEL SCHOOL FEEDING DAN NON SCHOOL FEEDING

EFEKTIVITAS PENYULUHAN DENGAN MEDIA BOOKLET DAN LEAFLET TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN FAST FOOD ANAK SEKOLAH DASAR DI KOTA DENPASAR

KECUKUPAN DAN STATUS GIZI SISWA SMU DHARMA PANCASILA MEDAN SERTA KAITANNYA DENGAN INDEKS PRESTASI

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN FREKUENSI FAST FOOD DENGAN KEJADIAN OVERWEIGHT PADA REMAJA DI SMP N 5 KARANGANYAR

DAFTAR ISI LEMBAR PERSETUJUAN SURAT PERNY AT AAN ABSTRAK ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. tingkat kesehatan dan kesejahteraan manusia. Masalah gizi, tidak terlepas

HUBUNGAN ANTARA POLA MAKAN DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK MURID USIA 9-12 TAHUN DI SEKOLAH DASAR ADVENT 2 DI KECAMATAN MEDAN SELAYANG

BAB I PENDAHULUAN. dunia, lebih dari 1 milyar orang dewasa adalah overweight dan lebih dari 300

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PGM 2011, 34(2): Reliabilitas metode pengumpulan data konsumsi S. Prihatini; dkk

HUBUNGAN KONTRIBUSI BEBAN GLIKEMIK MAKANAN DAN AKTIVITAS FISIK TERHADAP KEJADIAN GIZI LEBIH PADA REMAJA DI SMP FULL DAY SURABAYA

ABSTRAK PENGARUH SARAPAN YANG TIDAK TERATUR, FAKTOR GENETIK TERHADAP RISIKO OBESITAS DAN BMI (BODY MASS INDEX) YANG ABNORMAL

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi di Indonesia saat ini memasuki masalah gizi ganda (Double

Transkripsi:

FAKTOR RISIKO GIZI LEBIH PADA ANAK UMUR 9-11 TAHUN DI SEKOLAH DASAR MARSUDIRINI SEMARANG TAHUN 2016 ` Herliana Endang Supriyatini* ), dr. Siti Fatimah P.** ), M. Zen Rahfiludin ** ) * ) Mahasiswa Peminatan Gizi Kesehatan Masyarakat, FKM UNDIP Semarang ** ) Dosen Bagian Gizi Kesehatan Masyarakat, FKM UNDIP Semarang Email : herliana078@gmail.com Abstract: Overweight is a situation when the body undergoes of excess weight because of due toexceeding energy intake that is stored in the form of reserve fat. Based on the Basic health research 2013, nationally more nutritional problems in children aged 5-12 years is as high as 18.8%. Overweight children tend to continue into adulthood if not solved early. The aim of this research is knowing the risk factors of overweight children aged 9-11 in Marsudirini elementary school Semarang in 2016. This is an explanatory research by case control study design. The sample are students of Marsudirini elementary school Semarang aged 9-11, 32 children, for each consists of 16 cases and 16 controls which chosen by purposive sampling. The analysis was done through chi square. The results showed that the proportion of consumption in the category fast food more often in groups of 56,3% while 31,3% of the normal group (pvalue = 0,285, OR = 2,829), proporsi energy sufficiency level in more categories on the nutritional groups over 75% where as in normal group 18,8%, (pvalue = 0,004, OR = 13,00), the proportion of fat sufficiency level in the category of over 62,5% and 43,8% in the normal grou (pvalue = 0,479, OR = 2,143). Need to do outreach to students of elementary Marsudirini about nutrition problems, especially regarding nutrition is more related to consumption of high energy. It is expected that schools provide counseling about the risk factors associated with more and give nutrition information through the subject matter to the students about the foods that are healthy and nutritious. Key Words : Overweight, Fast food, Adequate of nutrition, Elementary School Children Bibliography : 79 (1997-2016) 78

PENDAHULUAN Latar Belakang Gizi lebih merupakan keadaan tubuh seseorang yang mengalami berat badan berlebih karena kelebihan jumlah asupan energi yang disimpan dalam bentuk cadangan lemak. 1 Salah satu kelompok umur yang berisiko terjadinya gizi lebih adalah anak usia sekolah dasar 6-12 tahun. 2 Anakanak memiliki kegemaran untuk mengonsumsi jenis makanan secara berlebihan, khususnya anak-anak usia sekolah dasar 6-12 tahun. 3 Hasil RISKESDAS tahun 2013 menunjukkan secara nasional masalah gizi lebih pada anak umur 5-12 tahun sangat tinggi yaitu 18,8%, selain mulai meningkatnya masalah gizi lebih, sejatinya Indonesia masih mengalami masalah beban ganda gizi yaitu masih terdapatnya status gizi kurang bahkan gizi buruk. 4 Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya gizi lebih pada anak usia sekolah, antara lain sosial ekonomi yang mempengaruhi pola konsumsi, dimana anak yang berasal dari keluarga ekonomi tinggi, cenderung mengonsumsi makanan yang berkadar lemak tinggi. 5 Sekolah Dasar Marsudirini adalah salah satu SD yang terletak di tengah kota yang berada pada kawasan strategis dimana terdapat cukup banyak makanan. Hasil survei di kantin SD Marsudirini dijual berbagai makanan jajanan, berdasarkan hasil wawancara 8 orang siswa di SD tersebut, didapatkan 6 anak diantaranya memiliki kebiasaan jajan di sekolah jadi meskipun mereka makan di pagi hari mereka masih tetap membeli jajan pada saat jam istirahat dan pada saat pulang sekolah. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan case control. Populasi penelitian adalah siswa Sekolah Dasar kelas IV dan V di SD Marsudirini. kelas 4 dan 5 sebanyak 173 anak, sedangkan sampel berjumlah 32 anak, yang terdiri dari 16 kasus dan 16 kontrol yang dipilih berdasarkan purposive sampling. Uji analisis hubungan menggunakan chi square. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Sampel 1. Umur Persentase umur responden terbanyak adalah berumur 10 tahun pada kelompok gizi lebih. Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel 1.1 : Tabel 1.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur Umur Gizi lebih Normal (tahun) f % f % 9 6 37,5 8 50,0 10 8 50,0 6 37,5 11 2 12,5 2 12,5 79

Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa persentase anak yang mengalami gizi lebih paling banyak pada umur 10 tahun yaitu sebesar (50,0%). 2. Jenis Kelamin Persentase jenis kelamin terbanyak adalah laki-laki pada kelompok gizi lebih. Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel 1.2 : Tabel 1.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis kelamin Gizi lebih Normal f % f % Laki-laki 11 68,8 5 31,2 Perempuan 5 31,2 11 68,8 Tabel 1.2 dapat dilihat bahwa persentase anak yang mengalami gizi lebih, lebih banyak dialami oleh anak laki-laki sebesar 68,8%. 80

B. Faktor Risiko Gizi Lebih pada Anak Umur 9-11 Tahun di Sekolah Dasar Marsudirini Semarang Tahun 2016 1. Hubungan Frekuensi terhadap Kejadian Gizi Lebih pada Konsumsi Fast Food Anak Tabel 1.3 Hubungan Frekuensi Konsumsi Fast Food terhadap Kejadian Gizi Lebih pada Anak Frekuensi Konsumsi Fast food Sering 9 56,3 5 31,3 Gizi lebih Normal p- f % f % value OR 95% CI Tidak Sering 7 43,8 11 68,8 0,285 2,829 0,666-12,020 Tabel 1.3 terlihat bahwa anak yang sering mengonsumsi fast food kejadian gizi lebihnya hampir sama dengan anak yang berstatus gizi normal. Hasil uji Chi-Square didapatkan nilai p- value = 0,285, dan OR = 2,829 berarti tidak ada hubungan antara frekuensi konsumsi fast food dengan kejadian gizi lebih pada anak serta CI yang berada pada rentang 0,666-12,020 yang berarti frekuensi konsumsi fast food bukan merupakan faktor risiko terjadinya gizi lebih. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian di Jakarta pada anak SD 6 yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara frekuensi konsumsi makanan fast food dengan kejadian gizi lebih. Hal ini disebabkan karena siswa tersebut mengimbangi dengan aktivitas fisik yang tinggi. Aktivitas yang dapat dilakukan anak usia sekolah adalah dengan rutin berolahraga sehingga pengeluaran energi dapat seimbang. Hasil penelitian di Semarang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara frekuensi konsumsi fast food dengan kejadian gizi lebih dengan nilai p sebesar 0,702 (p>0,05). Penelitian ini menunjukkan bahwa tidak adanya hubungan yang bermakna antara kebiasaan makan fast food dengan gizi lebih disebabkan karena hubungan antara kebiasaan makan fast food dengan gizi lebih tidak hanya dipengaruhi oleh frekuensi makan fast food saja, namun juga dipengaruhi oleh jenis makanan fast food yang dikonsumsi dan porsi makanan yang dihabiskan setiap kali makan.7 2. Hubungan Tingkat Kecukupan Energi dari Makanan Utama Tabel 1.4 Distribusi Frekuensi Tingkat Kecukupan Energi dari Makanan Utama Tingkat Kecukupan Energi Lebih 12 75 3 18,8 Gizi lebih Normal p- f % f % value OR 95% CI Baik 4 25 13 81,3 0,004 13,00 2,398-70,461 Tabel 1.4 diperoleh hasil bahwa responden dengan distribusi frekuensi tingkat kecukupan energi lebih (75%), lebih banyak pada kelompok gizi lebih. Hasil uji Chi- Square didapatkan nilai p-value 81

=0,004, dan OR = 13,00, mempunyai risiko 13 kali mengalami gizi lebih dibandingkan dengan anak yang tingkat kecukupan energinya baik, sehingga ada hubungan yang bermakna antara tingkat kecukupan energi dari makanan utama dengan kejadian gizi lebih. Selain itu hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai CI pada rentang 2,398-70,461 yang berarti tingkat kecukupan energi lebih merupakan salah satu faktor risiko terjadinya gizi lebih. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian di Cina pada anak umur 7-17 tahun menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara energi dan gizi lebih dimana risiko gizi lebih akan meningkat pada anak yang mengkonsumsi energi lebih tinggi. Dalam penelitian tersebut diungkapkan bahwa anak gizi lebih mengkonsumsi lebih tinggi energi terutama dari protein dan lemak, sehingga anak yang mempunyai tingkat kecukupan energi lebih, berisiko lebih besar untuk mengalami gizi lebih daripada yang tidak. 8 Berbagai teori telah menjelaskan mekanisme asupan energi dalam hubungannya dengan gizi lebih. Kelebihan energi dari konsumsi makanan sumber energi akan disimpan sebagai lemak tubuh. Penambahan lemak tubuh akibat kelebihan asupan energi ini dapat mengakibatkan terjadinya berat badan berlebih. Hal ini dapat di lihat dari fakta bahwa kelebihan asupan energi setiap hari sebesar 2% maka dapat menaikkan berat badan selama setahun sebesar 2 kg. 9 3. Hubungan Tingkat Kecukupan Lemak dari Makanan Utama Tingkat Kecukupan Lemak Lebih 10 62,5 7 43,8 Gizi lebih Normal p- f % f % value OR 95% CI Baik 6 37,5 9 56,3 0,479 2,143 0,521-8,814 Tabel 1.5 terlihat bahwa anak yang memiliki tingkat kecukupan lemak lebih kejadian gizi lebihnya hampir sama dengan anak yang berstatus gizi normal. Hasil uji Chi-Square didapatkan nilai p-value = 0,479, dan OR = 2,143, berarti tidak ada hubungan antara tingkat kecukupan lemak dari makanan utama dengan kejadian gizi lebih. Serta CI yang berada pada rentang 0,521-8,814 yang berarti tingkat kecukupan lemak bukan merupakan faktor risiko terjadinya gizi lebih.. Hasil penelitian yang dilakukan di Surakarta 10 yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara asupan lemak dengan kejadian gizi lebih dengan nilai p value 0,714, OR = 1,143. Gizi lebih tidak hanya dipengaruhi oleh asupan lemak yang tinggi, akan tetapi juga dipengaruhi oleh genetik, jenis kemalin, diet, penyakit endokrin, penyakit metabolik serta lingkungan. 11 Tidak adanya hubungan dari lemak dengan gizi lebih disebabkan karena adanya faktor lain yang mempengaruhi status gizi lebih seperti hormon, ketidaknormalan produksi hormon seseorang dapat meningkatkan resiko gizi lebih. 12 82

KESIMPULAN 1. Frekuensi Konsumsi fast food dengan kategori sering terdapat pada kelompok gizi lebih (56,3%) dan kelompok normal (31,3%). 2. Gambaran Tingkat Kecukupan Gizi Responden dari Makanan utama : a. Rerata tingkat kecukupan energy dari Makanan Utama pada kelompok gizi lebih adalah 105,69%, sedangkan kelompok normal 102,26%. b. Rerata tingkat kecukupan lemak dari makanan utama pada kelompok gizi lebih adalah 115,53%, sedangkan kelompok normal 109,47%. 3. Tidak ada hubungan antara frekuensi konsumsi fast food dengan kejadian gizi lebih pada anak SD Marsudirini Semarang, dengan p = 0,285 dan OR = 2,829. 4. Ada hubungan yang bermakna antara tingkat kecukupan energi dengan kejadian gizi lebih pada anak SD Marsudirini Semarang, dengan p = 0,004, dan OR = 13,00, 95% CI = 2,398-70,461. 5. Tidak ada hubungan antara tingkat kecukupan lemak dengan kejadian gizi lebih pada anak SD Marsudirini Semarang, dengan p = 0,479 dan OR = 2,143. SARAN 1. Bagi Siswa SD Marsudirini : Perlu dilakukan penyuluhan kepada siswa-siswi SD Marsudirini mengenai masalah gizi, khususnya mengenai gizi lebih yang berhubungan dengan konsumsi energi yang berlebih. 2. Bagi Pihak Sekolah : Hasil penelitan menunjukkan bahwa kontribusi energi dari makanan dan minuman responden cukup tinggi sehingga pihak sekolah dapat mensosialisasikan kepada siswa-siswi agar memilih makanan yang mengandung gizi seimbang. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya: Peneliti menyarankan untuk peneliti selanjutnya agar dapat melakukan penelitian yang lebih mendalam untuk melihat faktor lainnya yang dapat berdampak pada kejadian gizi lebih pada anak di Kota Semarang. DAFTAR PUSTAKA 1. Oetama, D. Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi. Dian Rakyar, 2004. 2. Hang Lin W. The relationship between snack intake and its availability of 4th-6th graders in Taiwan. 547 553. 2007. 3. Balitbangkes RI. Riset Kesehatan Dasar. 2010. 4. Riset Kesehatan Dasar. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian RI tahun 2013. 2013. 5. Peilin H. Influencing students decisions to choose healthy or unhealthy snacks at the University of Newcastle, Australia. J. Nurs. Res. 2, 83 91. 2004. 6. Rahmawati N. Aktifitas fisik, konsumsi makanan siap saji dan keterpaparan media serta faktor lain yang berpengaruh dengan kejadian obesitas pada siswa SD Al-azhar 1 jakarta selatan. Universitas Indonesia, 2009. 7.Marisa. Faktor-faktor yang berhubungan dengan obesitas pada mahasiswa laki-laki Fakultas Teknik Universitas Diponegoro. Universitas Diponegoro, 2016. 8. Li Y et al. Determinat Of Childhood Overweight and Obesity in Cina. Br. J. Nutr. 97, 210 215. 2007. 9. Almatsier S. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Jakarta, 2001 10. Evrilla. No orelasi Asupan Gizi dan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Gizi Lebih pada Remaja Putri Studi di 83

Pondok Pesantren Modern Islam Assalaam Surakarta tahun 2014. Universitas Diponegoro, 2014. 11.Goldstein. The Management Of Eating Disorders and Obesity Second Edition. Human Press, 2005. 12.WHO. Malnutrirition : The Global Picture. 2000. 84