APLIKASI BIOTEKNOLOGI UNTUK ISI RUMEN SAPI, KERBAU DAN KAMBING SEBAGAI SUMBER ENERGI UNTUK BIOGAS YANG RAMAH LINGKUNGAN

dokumen-dokumen yang mirip
PENAMBAHAN TEPUNG DARAH DALAM PEMBUATAN PUPUK ORGANIK PADAT LIMBAH BIOGAS DARI FESES SAPI DAN SAMPAH ORGANIK TERHADAP KANDUNGAN N, P DAN K SKRIPSI

BIOGAS. Sejarah Biogas. Apa itu Biogas? Bagaimana Biogas Dihasilkan? 5/22/2013

MEMBUAT BIOGAS DARI KOTORAN TERNAK

BAB I PENDAHULUAN. dan energi gas memang sudah dilakukan sejak dahulu. Pemanfaatan energi. berjuta-juta tahun untuk proses pembentukannya.

I. PENDAHULUAN. sebagai salah satu matapencaharian masyarakat pedesaan. Sapi biasanya

Uji Pembentukan Biogas dari Sampah Pasar Dengan Penambahan Kotoran Ayam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hewani yang sangat dibutuhkan untuk tubuh. Hasil dari usaha peternakan terdiri

Bakteri Untuk Biogas ( Bag.2 ) Proses Biogas

1. Limbah Cair Tahu. Bahan baku (input) Teknologi Energi Hasil/output. Kedelai 60 Kg Air 2700 Kg. Tahu 80 kg. manusia. Proses. Ampas tahu 70 kg Ternak

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan Agustus hingga bulan Oktober 2014 dan

PENUNTUN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH PETERNAKAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN. ph 5,12 Total Volatile Solids (TVS) 0,425%

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemanfaatan Limbah Cair Industri Tahu sebagai Energi Terbarukan. Limbah Cair Industri Tahu COD. Digester Anaerobik

I PENDAHULUAN. Hal tersebut menjadi masalah yang perlu diupayakan melalui. terurai menjadi bahan anorganik yang siap diserap oleh tanaman.

Pembuatan Biogas dari Sampah Sayur Kubis dan Kotoran Sapi Making Biogas from Waste Vegetable Cabbage and Cow Manure

III. METODE PENELITIAN

Pengaruh Penambahan Bahan Organik dalam Pembuatan Pupuk Organik Padat Sludge Biogas Feses Sapi Perah terhadap Kandungan N, P dan K

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara produsen minyak dunia. Meskipun

SNTMUT ISBN:

TINJAUAN LITERATUR. Biogas adalah dekomposisi bahan organik secara anaerob (tertutup dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peternakan tidak akan jadi masalah jika jumlah yang dihasilkan sedikit. Bahaya

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Juli 2015 di Laboratorium Daya dan

I. PENDAHULUAN. sekitar 60% biaya produksi berasal dari pakan. Salah satu upaya untuk menekan

Adelia Zelika ( ) Lulu Mahmuda ( )

Pengaruh Pengaturan ph dan Pengaturan Operasional Dalam Produksi Biogas dari Sampah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu gas yang sebagian besar berupa metan (yang memiliki sifat mudah terbakar)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BIOGAS DARI KOTORAN SAPI

BAB XV LIMBAH TERNAK RIMINANSIA

Ketua Tim : Ir. Salundik, M.Si

PEMBUATAN BIOGAS dari LIMBAH PETERNAKAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

SNTMUT ISBN:

TINJAUAN PUSTAKA. Limbah ternak adalah sisa buangan dari suatu kegiatan usaha peternakan

HUBUNGAN VARIASI PAKAN TERHADAP MUTU SUSU SEGAR DI DESA PASIRBUNCIR KECAMATAN CARINGIN KABUPATEN BOGOR

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni September 2015 di Laboratorium

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan Januari hingga Agustus 2015 dan bertempat di

KAJIAN KEPUSTAKAAN. ciri-ciri sapi pedaging adalah tubuh besar, berbentuk persegi empat atau balok,

BAB III MATERI DAN METODE. Lokasi yang digunakan dalam penelitian adalah Laboratorium Ilmu Ternak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SEMINAR TUGAS AKHIR KAJIAN PEMAKAIAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA UNTUK MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIOGAS

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sangat berperan penting sebagai sumber asupan gizi yang dibutuhkan

3 METODOLOGI 3.1 WAKTU DAN TEMPAT 3.2 BAHAN DAN ALAT 3.3 TAHAPAN PENELITIAN Pengambilan Bahan Baku Analisis Bahan Baku

P e r u n j u k T e k n i s PENDAHULUAN

BAB III MATERI DAN METODE. dengan kuantitas berbeda dilaksanakan di kandang Laboratorium Produksi Ternak

Analisis Kelayakan Ekonomi Alat Pengolah Sampah Organik Rumah Tangga Menjadi Biogas

PEMANFAATAN ISI RUMEN SEBAGAI STARTER Oleh: Masnun, S.Pt., M.Si Widyaiswara Muda I. PENDAHULUAN

Tyas Widhiastuti. Pembimbing: Dr. Ir. Anis Muktiani, M.Si Dr. Ir. Mukh. Arifin, M.Sc

I. PENDAHULUAN. Sebenarnya kebijakan pemanfaatan sumber energi terbarukan pada tataran lebih

PENGOLAHAN LIMBAH ORGANIK/CAIR MENJADI BIOGAS, PUPUK PADAT DAN CAIR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. tersebut serta tidak memiliki atau sedikit sekali nilai ekonominya (Sudiarto,

Produksi gasbio menggunakan Limbah Sayuran

METODE PENELITIAN. Waktu pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Juli-Desember 2012 bertempat di

PEMBUATAN BIOPLUS DARI ISI RUMEN Oleh: Masnun, S.Pt., M.Si

PEMBUATAN KOMPOS DARI AMPAS TAHU DENGAN ACTIVATOR STARDEC

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. bagi usaha peternakan. Konsumsi susu meningkat dari tahun ke tahun, tetapi

ANALISIS PERAN LIMBAH SAYURAN DAN LIMBAH CAIR TAHU PADA PRODUKSI BIOGAS BERBASIS KOTORAN SAPI

BAB I PENDAHULUAN. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik -1- Universitas Diponegoro

PENGARUH EM4 (EFFECTIVE MICROORGANISME) TERHADAP PRODUKSI BIOGAS MENGGUNAKAN BAHAN BAKU KOTORAN SAPI

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

PROSIDING SNTK TOPI 2013 ISSN Pekanbaru, 27 November 2013

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik. Oleh: DWI RAMADHANI D

Chrisnanda Anggradiar NRP

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Bahan Kering

II. TINJAUAN PUSTAKA. Biogas merupakan gas yang dihasilkan dari proses fermentasi bahan-bahan

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan

PEMANFAATAN BIOGAS DARI KOTORAN SAPI SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF

TINJAUAN PUSTAKA. Biogas merupakan gas yang mudah terbakar (flammable), dihasilkan dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

MATERI DAN METODE. Bahan Bahan yang digunakan untuk produksi biomineral yaitu cairan rumen dari sapi potong, HCl 1M, dan aquadest.

G. S. Dewi, Sutaryo, A. Purnomoadi* Program Studi S-1 Peternakan Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro Semarang

AGROVETERINER Vol.5, No.2 Juni 2017

LAMPIRAN. Lampiran 1. Daftar Pertanyaan Penelitian TNI

Pertumbuhan Total Bakteri Anaerob

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Zat Makanan Biomineral Dienkapsulasi

I. PENDAHULUAN. perantara jamu gendong (Muslimin dkk., 2009).

I. PENDAHULUAN. membuat kita perlu mencari bahan ransum alternatif yang tersedia secara

PENDAHULUAN. padat (feses) dan limbah cair (urine). Feses sebagian besar terdiri atas bahan organik

BAB III METODE PENELITIAN. Ayam Pedaging dan Konversi Pakan ini merupakan penelitian penelitian. ransum yang digunakan yaitu 0%, 10%, 15% dan 20%.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam negeri sehingga untuk menutupinya pemerintah mengimpor BBM

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB II LANDASAN TEORI

I. PENDAHULUAN. masyarakat meningkat pula. Namun, perlu dipikirkan efek samping yang

PENDAHULUAN. kebutuhan zat makanan ternak selama 24 jam. Ransum menjadi sangat penting

ENERGI BIOMASSA, BIOGAS & BIOFUEL. Hasbullah, S.Pd, M.T.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Biogas adalah gas yang dihasilkan dari proses penguraian bahan-bahan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian

PEMBUATAN BIOGAS DARI LIMBAH CAIR TEPUNG IKAN SKRIPSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Persiapan Bahan Baku

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dibumi ini, hanya ada beberapa energi saja yang dapat digunakan. seperti energi surya dan energi angin.

PENDAHULUAN. Latar Belakang. peternak dengan sistem pemeliharaan yang masih tradisional (Hoddi et al.,

TEKNIK PENGOLAHAN UMB (Urea Molases Blok) UNTUK TERNAK RUMINANSIA Catur Prasetiyono LOKA PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KEPRI

Transkripsi:

APLIKASI BIOTEKNOLOGI UNTUK ISI RUMEN SAPI, KERBAU DAN KAMBING SEBAGAI SUMBER ENERGI UNTUK BIOGAS YANG RAMAH LINGKUNGAN Endang Purwati 1, Rusfidra 2, Indri Juliyarsi 1 dan Ronal Depson 3 1 Program Studi Teknologi Hasil Ternak, 2 Program Studi Produksi Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Andalas 3 Dinas Peternakan Kabupaten Agam Sumatera Barat Email : purwati17@yahoo.co.id Abstrak Penelitian ini dilakukan untuk menguji hipotesis bahwa adanya interaksi antar jenis isi rumen dan jarak pengamatan terhadap produksi gas, derajat keasaman, temperatur dan lama nyala biogas. Materi penelitian ini menggunakan isi rumen sapi, kerbau dan kambing yang diperoleh dari Rumah Potong Hewan Lubuk Buaya Padang, Rumah Makan Muslim, Tempat Pemotongan Kambing By Pass dan Bandar Buat masing-masing 30 liter. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan pola Faktorial 3x3 dengan 2 kali ulangan. Faktor A sebagai jenis isi rumen yaitu sapi, kerbau dan kambing dan Faktor B sebagai jarak pengamatan yaitu hari ke 8, 16 dan 24. Selanjutnya data dianalisis dengan sidik ragam dan perbedaan antar perlakuan diuji dengan uji lanjut berganda (DMR). Variabel yang diukur adalah produksi gas, derajat keasaman, temperatur dan lama nyala gas. Hasil penelitian menunjukkan adanya interaksi yang sangat nyata antar jenis isi rumen dengan jarak pengamatan terhadap produksi gas dan lama nyala gas (P<0.01), namun tidak terdapat interaksi pada derajat keasaman dan temperatur digester. Jenis isi rumen (faktor A) dan jarak pengamatan (faktor B) masing-masing menunjukkan pengaruh yang sangat nyata (P<0.01) terhadap produksi gas dan lama nyala, tetapi tidak berbeda pada temperatur digester. Faktor A menunjukkan berbeda nyata (P<0.05) pada derajat keasaman dalam digester. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pada isi rumen kambing dan jarak pengamatan hari ke 24 menghasilkan produksi gas dan lama nyala yang optimum. Kata kunci: biogas; isi rumen; jarak pengamatan; produksi gas; temperatur

Pendahuluan Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) Tahun 1999, RPH adalah komplek bangunan dengan desain dan kontruksi khusus yang memenuhi persyaratan teknis dan higienis tertentu serta digunakan sebagai tempat memotong hewan potong selain unggas bagi kesehatan masyarakat. Limbah isi lambung sapi dan kerbau 18% dari berat hidup dan limbah isi lambung kambing dan domba 20% dari berat hidup. Berdasarkan data statistik Dinas Pertanian, Peternakan, dan Kehutanan Kota Padang tahun 2007, jumlah ternak yang dipotong mencapai 37 749 ekor/tahun dengan rincian, sapi potong 14 200 ekor, kerbau 2 124 ekor, kambing 20 962 ekor, dan domba 463 ekor. Maka dapat diperkirakan jumlah limbah yang dihasilkan cukup banyak. Sebagai contoh, jika rataan berat sapi 300 kilogram (Kg) dengan persentase isi rumen 18% dan rataan berat kambing 25 Kg dengan persentase isi rumen 20% maka limbah isi rumen tahun 2007 adalah dari sapi dan kerbau 18% x 16 324 ekor x 300 kg = 881 496 Kg dan dari kambing dan domba 20% x 21 425 ekor x 25 kg = 107 125 Kg. Maka total limbah isi rumen 988 621 Kg. Limbah yang banyak ini tentu akan mengganggu kegiatan di RPH, kesehatan produk daging yang dihasikan dan menambah beban pencemaran lingkungan disekitar RPH. Sebagai pertimbangan menurut Rahman (2005), setiap unit yang diisi sebanyak 80 Kg kotoran sapi yang dicampur 80 liter air dan potongan limbah lainnya menghasilkan 1 m 3 biogas. Maka dengan jumlah isi rumen 988 621 Kg dapat menghasilkan 123 507.76 m 3 biogas. Dan ini setara dengan 161 736 327 KJ. Biogas yang dihasilkan dipengaruhi oleh bahan baku isian, bahan baku isian harus mengandung bahan kering 7 9% (Simamora, Wahyuni, dan Salundik, 2006 a ). Kandungan isi rumen ternak berbeda dan tergantung pada jenis ternak dan makanan yang dikonsumsi oleh ternak tersebut. Isi rumen sebagai bahan baku diencerkan dengan air dengan perbandingan 1:2 kemudian dimasukan dalam digester. Berdasarkan hasil prapenelitian gas terbentuk pada hari kedelapan dan seterusnya kemudian turun setelah minggu ke empat. Tinjauan Pustaka Parakhasi et al. (2000), menyatakan bahwa sebuah RPH dapat menghasilkan limbah ternak antara lain ; (1) Feses dan urine yang berasal dari hewan yang dikandang sebelum hewan-hewan tersebut dipotong; (b) Darah; (c) Isi rumen, isi rumen ini pada umumya dikategorikan sebagai limbah dan jumlah cukup banyak yaitu 10-12% dari berat badan; (d) Kulit

Tabel 1. Kandungan Zat Makanan Isi Rumen (% Bahan Kering) Zat Makanan Sapi a Kambing b Kerbau c Air - - 7.52 Bahan kering 12.00 15.20 92.48 Protein kasar I6.20 28.80 7.37 Lemak kasar 2.30 4.60 1.72 Serat kasar 25.40 25.50 23.10 BETN (Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen) 42.60 28.80 36.80 Abu 13.50 12.30 23.49 Sumber : a. Bo Ghol (1975) dalam Abbas (1987) b. Hasil Analisa Laboratorium Non Ruminansia Tahun 2008 c. Anison dan Lewis (1959) dalam Winarno (1993) Biogas adalah kumpulan gas yang timbul dari proses fermentasi bahan-bahan organik yang dapat dicerna oleh mikroorganisme dalam keadaan anaerob (tanpa oksigen dari udara bebas) (Samiadi, 2003). Biogas atau sering juga disebut gasbio merupakan gas yang timbul jika bahan-bahan organik seperti kotoran hewan, kotoran manusia, atau sampah direndam dalam air dan disimpan didalam tempat yang tertutup atau anaerob (tanpa oksigen dari udara) (Setiawan, 2005). Menurut Wibawa (2001), biogas merupakan sumber daya energi bio, yang sebenarnya masih termasuk dalam klasifikasi biomassa, yaitu hasil konversi energi biomassa secara biologi dan kimiawi yang terutama menghasilkan gas metana. Setiawan (2005) menyatakan biogas yang terbentuk dapat dijadikan bahan bakar karena mengandung gas metana (CH 4 ) dalam persentase yang cukup tinggi. Komponen biogas selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel. 2. Komposisi Biogas dari Kotoran Sapi Jenis gas Jumlah (%) Metana ( CH 4 ) 54 70 Karbon dioksida ( CO 2 ) 27 5 Nitrogen (N) 0,5 3 Karbon monoksida ( CO) 0,1 Oksigen (O 2 ) 0,1 Hidrogen sulfida (H 2 S) Hanya sedikit Sumber : Pusat Informasi Dokumentasi Produksi Ternak Perah Institut Pertanian Bogor dalam Setiawan (2005). Menurut Samiadi (2003), Proses fermentasi anaerob dari bahan organik yang terdiri atas protein, karbohidrat dan lemak dirombak menjadi asam propionat, asam asetat

dan asam butirat. Dalam proses tersebut dihasilkan gas metana dan karbon dioksida yaitu terlihat sebagai berikut: Karbohidrat Asam propionat Metana (CH 4 ) Protein Asam asetat Gas lain Lemak Asam butirat Karbon dioksida Menurut Murtadho dan Said (1988), pada pembuatan metana, digunakan mikroorganisme yang bersifat anaerobik sehingga proses ini dikenal sebagai proses biokonversi anaerobik. Ditambahkan oleh Simamora et al. (2006 a ), proses dekomposisi anaerobik dibantu oleh sejumlah mikroorganisme, terutama bakteri metana. Tangki pengukur gas terbuat dari jerigen dengan dinding yang tegak transparan sehingga memudahkan menghitung volume dan tekanan gas. Pada bagian bawah terdapat selang air yang berasal dari tangki penampung gas. Sehingga pada tangki penampung gas berlaku hukum bejana berhubungan (Widodo, 1996). seperti Gambar 1. dan 4 5 2 6 L T 11 10 3 8 12 Gambar 1. Skema Instalasi Biogas Skala Laboratorium Sumber : Widodo (1996) Keterangan : (1) Tangki pencerna; (2) Tangki pengumpul gas; (3) Tangki pengukur gas; (4) Penutup lubang masukan; (5) Pipa tembaga; (6) Kran gas; (7) Pipa paralon; (8)Penutup karet; (9) Selang air; (10) Karet isolator; (11) Air; (12) Bahan baku T : Perubahan ketinggian air pada tangki pengukur gas L : Perbedaan ketinggian air pada tangki pengukur dan penampung gas 9

Gambar 2. Instalasi Biogas Skala Laboratorium Sumber : Widodo (1996) Keterangan gambar : (1) Tangki pencerna; (2) Tangki pengumpul gas; (3) Tangki pengukur gas Metoda Penelitian Penelitian ini menggunakan isi rumen sapi, isi rumen kerbau dan isi rumen kambing masing-masing sebanyak 30 liter. Isi rumen diperoleh dari Rumah Potong Hewan (RPH) Lubuk Buaya, Tempat Pemotongan Kambing By Pass dan Bandar Buat serta Rumah Makan Muslim. Isi rumen diencerkan dengan air dengan perbandingan 1:2. Dalam penelitian ini menggunakan alat-alat sebagai berikut: Instalasi biogas skala laboratorium 9 unit, ph meter merk Hanna instrument 1 unit, Korek api 1 unit, Corong 1 buah, Gayung 1 buah, Literan 1 buah, Ember 1 buah, Kayu pengaduk 1 buah dan Termometer 4 buah. Produksi Gas dengan Pengukuran volume adalah dengan mengukur volume air yang terdapat pada tangki pengukur gas (Gambar 2). Pengukuran diatas dilakukan 3 kali yaitu pada hari ke 8, hari ke 16 dan hari ke 24. Volume gas yang terbentuk pada tangki pencerna masuk kedalam tangki penampung gas melalui pipa, dan mendorong air yang terdapat pada tangki penampung gas sehingga terjadi kenaikan air pada tangki pengukur gas, maka dapat dihitung volume gas pada tekanan 1 atm dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Keterangan : M = Luas penampang tangki pengukur gas Volume gas = M x T 100 L + 0.76 Liter (1) 0.76 T = Perbandingan ketinggian pada tangki pengukur L = Perbedaan ketinggian pada tangki pengukur dan penampung gas Derajat keasaman (ph) diukur dengan menggunakan ph meter merk Hanna instrument, dengan mengambil cairan kira kira pada kedalaman 20-30 cm dari permukaan bahan masukan yang terdapat dalam tangki pencerna, cairan diambil kira-kira sebanyak 20 ml, kemudian dilakukan pengukuran. Temperatur yakni Suhu instalasi pencerna diukur dengan menggunakan termometer alkohol skala 0 0 100 0 C yang dimasukkan melalui pipa masukan sedalalam 15-20 cm dari permukaan bahan masukan selama 5 menit. Suhu lingkungan yang diukur yakni suhu udara disekitar lokasi penelitian dengan menggunakan termometer alkohol skala 0 0 100 0 C.

Nyala Gas yakni Pengujian nyala gas dengan membuka kran pada tangki pengumpul gas kemudian dibakar dengan korek api. kemudian dilihat apakah ada nyala api, apabila nyala api ada dihitung berapa lama (detik) api dapat bertahan. Pelaksanaan Penelitian yakni : (1) Siapkan bahan bahan yang akan digunakan yaitu: isi rumen sapi 15 liter, isi rumen kerbau 15 liter dan isi rumen kambing 15 liter serta air sebanyak 90 liter; (2) Ukur 15 liter isi rumen sapi, 15 liter isi rumen kerbau dan 15 liter isi rumen kambing. Kemudian masing-masing diencerkan dalam ember dengan air masingmasingnya 30 liter; (3) Bahan baku yang telah diencerkan dengan air diaduk dengan kayu pengaduk dan dikeluarkan bahan yang tidak dapat tercerna seperti kaca, plastik, dan batu; (4) Bahan baku yang telah diencerkan diukur sebanyak 15 liter dan dimasukkan kedalam instalasi biogas sesuai dengan taraf perlakuan A 1, A 2 dan A 3 kemudian kran ditutup; (5) Bahan baku diinkubasi sesuai dengan jarak pengukuran perlakuan B (hari ke 8, hari ke 16 dan hari ke 24); (6) Prosedur diatas dilakukan 2 kali sesuai dengan kelompok yang ditentukan yaitu 2 ulangan; (7) Lakukan pengamatan produksi gas, ph, temperatur dan nyala gas pada hari ke 8, 16 dan 24, sesuai taraf perlakuan B. Hasil dan Pembahasan Tabel 3. Rataan Volume Gas Biogas dari Berbagai Jenis Isi Rumen dengan Jarak Pangamatan yang Berbeda (Liter). Isi Jarak Pengamatan Rataaan rumen B 1 B 2 B 3 A 1 0.115 C 0.394 C 5.075 B 1.861 A 2 0.115 C 0.271 C 5.688 B 2.025 A 3 0.186 C 0.821 C 13.742 A 4.916 Rataan 0.138 0.496 8.168 A,B,C Rataan dengan superskrip berbeda menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (p<0.01). Hasil uji lanjut Duncan s menunjukkan bahwa pada isi rumen sapi, kerbau dan kambing pada jarak pengamatan hari ke 8 dan hari ke 16 (A 1 B 1 -A 3 B 2 ) memperlihatkan bahwa produksi gas biogas tidak berbeda nyata (P>0.05), namun sangat berbeda nyata (P<0.01) pada jarak pengamatan hari ke 24 (A 1 B 3 -A 3 B 3 ). Hal ini menunjukkan bahwa produksi gas yang sangat optimal terdapat pada jarak pengamatan hari ke 24. Optimalnya produksi gas pada hari ke 24 dikarenakan telah terjadi proses konversi asam organik menjadi gas yang sebelumnya telah dikonversi oleh mikroba dari bahan organik yang komplek menjadi asam asam organik. Hal ini sesuai dengan pendapat Murtadho dan Said (1988), pada proses pembuatan gas metana bahan bahan organik dikonversi menjadi dua

tahap proses. Produksi gas biogas dari isi rumen dan jarak pengamatan berbeda dapat dilihat pada Gambar 3. Produksi 16 Gas (liter) 14 12 10 8 6 A1 A2 4 2 A1 A2 A3 A1 A2 A3 0 B1 (hari ke 8) B2 B3 Jarak Pengamatan (hari) A3 Gambar 3. Grafik Produksi Biogas dari Isi Rumen dan Jarak Pengamatan Berbeda Keterangan : A 1 = Isi rumen sapi; A 2 = Isi rumen kerbau; A 3 = Isi rumen kambing; B 1 =Hari ke 8; B 2 = Hari ke 16; B 3 = Hari ke 24 Table 4. Rataan Derajat Keasaman/ ph Digester dengan Berbagai Jenis Isi Rumen Pada Berbagai Jarak Pengamatan Isi Jarak Pengamatan Rataaan Rumen B 1 B 2 B 3 A 1 5.920 5.385 5.400 5.568 A 2 5.745 5.615 5.510 5.623 A 3 5.245 5.185 5.295 5.242 Rataan 5.637 5.395 5.402 Pada isi rumen sapi sebelum dimasukkan kedalam digester derajat keasamannya adalah 6.29 kemudian mengalami kenaikan pada hari ke 8 dan hari ke 16 yaitu menjadi 5.92 dan 5.38 namun pada hari ke 24 derajat keasamannya mangalami penurunan menjadi 5.4. Pada isi rumen kerbau awalnya derajat keasamannya adalah 6.40 kemudian naik menjadi 5.75, 5.60 dan 5.5 pada hari ke 8, hari ke 16 dan hari ke 24. Pada isi rumen kambing derajat keasaman awalnya adalah 5.93 kemudian mengalami kenaikan pada hari ke 8 dan hari 16 yaitu 5.25 dan 5.19 namun pada hari ke 24 derajat keasamannya turun menjadi 5.3. Keadaan umum tentang bahan baku yang mengalami kenaikan derajat keasaman pada hari ke 8 dan hari ke 16 disebabkan berlangsungnya konversi bahan organik menjadi asam-asam organik meskipun proses konversi asam organik menjadi gas

metana telah berlangsung. Hal ini sesuai dengan pendapat Simamora et al. (2006 a ) yang menyatakan pada awal fermentasi bahan organik akan terbentuk asam-asam organik yang mengakibatkan ph menjadi turun. Hal ini sesuai dengan pendapat Murtadho dan Said (1988) pada proses pembuatan gas metana bahan bahan organik dikonversi menjadi dua tahap proses. Tahap pertama bertujuan mendegradasi bahan-bahan organik menjadi asam organik oleh bakteri anaerobik pembentuk asam. Sedang tahap kedua bertujuan untuk mengubah asam-asam organik menjadi gas metana oleh bakteri anaerobik pembentuk metana. Pada tahap kedua ini juga dihasilkan gas CO 2. Oleh karena itu menurut penelitian Simamora et al. (2006 b ) untuk mencegah terjadinya penurunan ph dapat ditambahkan larutan kapur, kapur dan lain-lain. Tabel 5. Nilai Rataan Temperatur Digester Biogas dari berbagai jenis isi rumen dengan jarak pengamatan yang berbeda ( 0 C) Isi Jarak Pengamatan Rataan Rumen B 1 B 2 B 3 A 1 26.000 25.500 27.000 26.167 A 2 25.000 26.500 26.500 26.000 A 3 25.000 25.000 26.000 25.333 Rataan 25.333 25.667 26.500 Temperatur dalam digester tertinggi terdapat pada isi rumen sapi pada pengamatan hari ke 24 (A 1 B 3 ) sedang temperatur digester terendah terdapat pada isi rumen kerbau pada pengamatan hari ke 8 (A 2 B 1 ) dan isi rumen kambing pada pengamatan hari ke 8 (A 3 B 1 ) serta pengamatan hari ke 16 (A 3 B 2 ). Dari hasil penelitian yang diperoleh, temperatur tidak dipengaruhi oleh jenis isi rumen dan lama jarak pengamatan, namun temperatur dalam digester sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan. Akibatnya panas akibat reaksi perombakan oleh mikroba dalam digester tidak dapat dipertahankan oleh dinding digester, hal ini sesuai dengan pendapat Suyitno, (2007) yang menyatakan bahwa rancangan tanpa memperhitungkan tahanan thermal dinding akan diperoleh temperatur digester sebesar 19-20 0 C. Sehingga menurut pendapat Simamora et al. (2006 b ), untuk menstasbilkan temperatur dalam digester dapat dilakukan dengan menanam instalasi pengolah dalam tanah dan memberi naungan agar temperatur stabil. Tabel 6. Rataan Nilai Uji Lama Nyala Biogas dari Berbagai Jenis Isi Rumen dengan Jarak Pengamatan yang Berbeda (Sekon) Isi Jarak Pengamatan Rataan Rumen B 1 B 2 B 3

A,B,C, c A 1 2.500 C 7.500 Cc 39.000 B 16.333 A 2 2.000 C 5.500 C 38.500 B 15.333 A 3 9.000 C 9.000 Cc 52.000 A 23.333 Rataan 4.500 7.333 43.167 Rataan dengan superskrip berbeda menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0.01) Rataan dengan superskrip berbeda menunjukkan perbedaaan yang nyata (P<0.05) lama nyala (detik) 60 50 40 30 20 10 0 A1 A2 A3 A1 A2 A3 A1 A2 B1 B2 B3 jarak pengamatan (hari) Gambar 4. Grafik Lama Nyala Biogas dari Isi Rumen dan Jarak pengamatan Berbeda Keterangan : A 1 = Isi rumen sapi; A 2 = Isi rumen kerbau; A 3 = Isi rumen kambing; B 1 = Hari ke 8; B 2 = Hari ke 16; B 3 = Hari ke 24 Berdasarkan Gambar 4. Lama nyala A 3 B 3 lebih lama dari A 1 B 3 dan A 2 B 3, hal ini dikarenakan volume gas A 3 B 3 lebih banyak bila dibandingkan dengan volume gas A 1 B 3 dan A 2 B 3. Namun lama nyala A 1 B 3 lebih lama dari A 2 B 3 meskipun volume gas A 2 B 3 lebih banyak dari pada volume gas A 1 B 3. Hal tersebut dikarenakan faktor mikroba pembentuk gas biogas. Menurut Murti (2006) jumlah jasad renik protozoa dalam rumen kerbau lebih besar dari jumlah jasad renik sapi. Menurut penelitian Sihombing (1997) protozoa yang tinggi akan meningkatkan kadar H 2 S dan CO 2. Kesimpulan Penggunaan isi rumen yang berbeda dengan jarak pengamatan berbeda memberikan pengaruh yang berbeda sekali terhadap produksi gas dan lama nyala gas biogas. Namun, tidak memberikan pengaruh yang berbeda terhadap derajat keasaman (ph) dan temperatur dalam digester. Interaksi yang terbaik terdapat pada bahan baku isi rumen kambing pada jarak pengamatan hari ke 24. A3

Daftar Pustaka Abbas, M.H. 1987. Penentuan zat-zat makanan pada isi rumen sebagai bahan pakan ayam broiler starter dan grower. Tesis. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Badan Standarisasi Nasional. 1999. Rumah Potong Hewan. SNI 01-6159-1999. Badan Standarisasi Nasional, Jakarta. Dinas Pertanian, Peternakan dan Kehutanan Kota Padang. 2007. Kota Padang dalam Angka. Padang. Badan Pusat Statistik, Padang. Indriyati. 2002. Pengaruh waktu tinggal substrat terhadap efisiensi reaktor tipe totally mix. Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia, Vol.4, No.4. Hal. 67-71. dalam http://www.iptek.net.id. (17 Desember 2007) Junaidi, M. dan Sami'an. 2001. Pemanfaatan teknologi biogas sebagai sumber energi ramah lingkungan di perusahaan susu umbul katon surakarta. Detil Jurnal. Vol. ii, No. 4. dalam http://webmail.asosiasi-politeknik.or.id. (17 Desember 2007) Murtadho, D. dan G. Said. 1988. Penaganan dan Pemanfaatan Limbah Padat. Penerbit Mediyatama Sarana Perkasa, Jakarta. Murti, T.W. 2006. Ilmu Ternak Kerbau. Cetakan ke 5. Penerbit Kanisius, Jogjakarta. Parakhasi, A., S. Dewiki, S.Y.P.K. Hardini, 2000. Pengolahan Limbah Peternakan. Penerbit Universitas Terbuka, Jakarta. Rahman, B. 2005. Biogas, Sumber Energi Alternatif. Dalam http://www.energi.lipi.go.id. (17 Desember 2007) Samiadi. 2003. Teknologi Pengolahan Kulit dan Hasil Sisa Peternakan. Penerbit Universitas Mataram, Mataram. Setiawan, A.I. 2005. Memanfaatkan Kotoran Ternak. Penerbit Penebar Swadaya, Jakarta. Sihombing, D.T.H. 1997. Ilmu Ternak Babi. Penerbit Gajah Mada University Press, Jogjakarta. Simamora, S., Salundik, S. Wahyuni, Surajudin. 2006 a. Membuat Biogas Penganti Bahan Bakar Minyak & Gas Dari Kotoran Ternak. Penerbit AgroMedia Pustaka, Jakarta. ----------------------------------------------------------. 2006 b. Pengolahan limbah peternakan ramah lingkungan dengan teknologi tepat guna untuk pengembangan agribisnis. Penerbit Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor Soeparno. 1998. Ilmu dan Teknologi Daging. Penerbit Gajah Mada University Press, Yogyakarta. Suyitno, 2007. Kajian teknologi energi. Dalam htp://kajian-energi.blogspot.com. (29 Mei 2008)

Wibawa, U. 2001. Sumber Daya Energi Alternatif. Penerbit Fakultas Teknik Universitas Brawijaya, Malang. Widodo, S.W, 1996. Pengaruh penambahan urea dan kapur pada penggunaaan isi rumen sebagai masukan untuk menghasilkan bahan bakar gasbio. Skripsi Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor. Winarno, F.G. 1993. Pangan, Gizi, Teknologi dan Konsumen. Penerbit Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.