METODOLOGI PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
Tabel 2.2 Sintesa Teori Faktor Bermukim Masyarakat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pengaruh Faktor Bermukim Masyarakat Terhadap Pola Persebaran Permukiman di Kawasan Rawan Bencana Longsor Kabupaten Magetan

KONDISI LINGKUNGAN PERMUKIMAN PASCA RELOKASI

BAB III METODE PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Menurut Erwin Raisz dalam Rosana (2003 ) peta adalah gambaran konvensional

PENGEMBANGAN PERMUKIMAN GOLONGAN MASYARAKAT PENDAPATAN MENENGAH BAWAH DI KECAMATAN DRIYOREJO, KABUPATEN GRESIK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

5.1. Area Beresiko Sanitasi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. seseorang untuk bermukim atau tidak bermukim di suatu tempat, preferensi bermukim

III. METODOLOGI PENELITIAN. (Suharsimi Arikunto, 2006:219). Dalam melakukan penelitian, haruslah dapat

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT 2014

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

Identifikasi Permukiman Kumuh Berdasarkan Tingkat RT di Kelurahan Keputih Kota Surabaya

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian ini termasuk dalam penelitian survei. Menurut Moh. Pabundu

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

Gambar 3. Peta Orientasi Lokasi Studi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Salah satunya di Kampung Lebaksari. Lokasi Permukiman Tidak Layak

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Konsep Penelitian

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan uraian-uraian yang telah penulis kemukakan pada bab

PEMILIHAN LOKASI PERUMAHAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei.

Arahan Penataan Lingkungan Kawasan Perumahan Swadaya Di Kelurahan Tambak Wedi

MOTIVASI MASYARAKAT BERTEMPAT TINGGAL DI KAWASAN RAWAN BANJIR DAN ROB PERUMAHAN TANAH MAS KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PREFERENSI BERMUKIM BERDASARKAN PERSEPSI PENGHUNI PERUMAHAN FORMAL DI KELURAHAN MOJOSONGO KOTA SURAKARTA

Gambar 2 Peta lokasi studi

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kawasan konservasi tanah dan air bagi kawasan Bopunjur (Bogor,

BAB III METODE PENELITIAN. berlokasi di Jl. Kimaja no.2 Way Halim Bandar Lampung. dan dapat memberikan gambaran yang menyeluruh. Maka jenis data yang

BAB IV METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. penelitian serta data yang diperoleh dapat dipertanggungjawabkan.

VI. HASIL PEMILIHAN LOKASI PERUMAHAN

KOORDINASI PERENCANAAN PENANGANAN PERUMAHAN PERKOTAAN KABUPATEN NGAWI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. kegiatan ini dimaksudkan untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan,

Kata kunci : Pemerintah, Pengembang, Masyarakat, Perumahan, Prioritas, Lokasi Perumahan, Kriteria

BAB III METODE PENELITIAN

IDENTIFIKASI KONDISI PERMUKIMAN KUMUH DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK ( STUDI KASUS RW 13 KELURAHAN DEPOK )

Tahap II. Penilaian/ pembobotan Kriteria Penilaian Daya Dukung Lingkungan dalam Rangka Pengembangan Kawasan Wisata Alam

MITIGASI BENCANA ALAM II. Tujuan Pembelajaran

3.2 TAHAP PENYUSUNAN TUGAS AKHIR

METODELOGI PENELITIAN. Jenis dan sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah sebagai

III. METODE PENELITIAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Deskripsi Lingkungan Permukiman Sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah Galuga Berdasarkan Penilaian Responden

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode

PENATAAN PERMUKIMAN KAWASAN PESISIR DI KECAMATAN LEKOK KABUPATEN PASURUAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. dalam penelitian yang dilakukan dalam penyusunan tugas akhir. Bab ini

TAHAPAN PENELITIAN & ALUR PIKIR

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang terdiri dari gugusan kepulauan mempunyai potensi

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL

METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi. Variabel X merupakan variabel faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. selembar kertas atau media lain dalam bentuk dua dimesional. (Dedy Miswar,

Gambar 3.1 Lokasi Penelitian

BAB III METODOLOGI 3.1 PENDEKATAN MASALAH

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI. PRAKATA... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... iiv DAFTAR GAMBAR... ix

Perpustakaan Universitas Indonesia >> UI - Tesis (Membership)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

MITIGASI BENCANA TERHADAP BAHAYA LONGSOR (Studi kasus di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat)

BAB IV ANALISIS PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian

III. METODE PENELITIAN. Dalam penulisan skripsi ini jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

4.1. PENGUMPULAN DATA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB IV FAKTOR YANG BERPENGARUH DALAM PEMILIHAN LOKASI PERMUKIMAN DI KAWASAN RAWAN BENCANA

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BANJARNEGARA. Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banjarnegara

PENENTUAN LOKASI RUMAH SAKIT KELAS D DI KABUPATEN PASURUAN

KAJIAN PERMUKIMAN DI KAWASAN HUTAN BAKAU DESA RATATOTOK TIMUR DAN DESA RATATOTOK MUARA KABUPATEN MINAHASA TENGGARA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH LEMBAGA RUKUN TETANGGA (RT) TERHADAP KONDISI RUMAH SUSUN DINAS PEMADAM KEBAKARAN PEGADUNGAN DAN PONCOL JAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan ialah penelitian kausalitas, yang mana digunakan

BAB 1 MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) KOTA TERNATE BAB PENDAHULUAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan toko roti Shereen Cakes & Bread yang menjual

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. tanahdengan permeabilitas rendah, muka air tanah dangkal berkisar antara 1

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: ( Print C-45

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

Faktor Prioritas Penyebab Kumuh Kawasan Permukiman Kumuh Di Kelurahan Belitung Selatan, Kota Banjarmasin

Transkripsi:

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian Pengaruh faktor bermukim masyarakat terhadap pola persebaran adalah pendekatan penelitian deduktif yang merupakan pendekatan secara teoritik yaitu untuk mendapatkan konfirmasi berdasarkan hipotesis dan observasi yang telah dilakukan sebelumnya (Sugiyono, 2009). Penelitian yang terkait dengan pengaruh faktor bermukim terhadap pola persebaran di kawasan rawan bencana longsor dilakukan dengan tinjauan teori-teori terkait faktor bermukim, dan pola persebaran. Teori-teori tersebut akan menjadi dasar dalam melakukan obeservasi berdasarkan variabel yang diperoleh dari tinjauan teori. 3.2 Jenis Penelitian Jenis penelitian kuantitatif akan digunakan dalam melakukan penelitian pengaruh faktor bermukim terhadap pola persebaran di kawasan rawan bencana longsor. Jenis penelitian kuantitatif dalam penelitian berdasarkan dari analisis data yang akan dilakukan, dalam penelitian ini akan menggunakan teknis analisis regresi linier berganda dan analisis tetangga terdekat yang akan dijelaskan pada teknik analisis data. 3.3 Variabel Penelitian Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang terbentuk apa saja yang ditetapkan oleh Peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (menurut Sugiyono, 2007:2). Variabel juga dapat diarttikan sebagai konsep dalam bentuk operasional yang harus diperjelas dengan adanya parameter atau indikator-indikatornya. Parameter dan indikator tersebut diperoleh dari teori yang dijadikan landasan penelitian. Berikut variabel dari penelitian ini : 27

Tabel 3.1 Variabel dan Indikator Faktor Bermukim Masyarakat Di Kawasan Rawan Bencana Longsor Variabel Sub variabel Indikator Hasil Ukur 3 2 1 Manajemen bencana Tanggap darurat Standart pemenuhan organisasi Pasca bencana Kegiatan pasca bencana yang dilakukan di kawasn rawan bencana longsor Mitigasi bencana Standart pemenuhan jalur evakuasi di kawasan rawan bencana longsor Standart pemenuhan tempat penampungan yang aman di kawasan rawan bencana longsor Lingkungan Kebisingan Kedekatan lokasi dengan lingkungan industri/pabrik Kualitas air Status Hukum Topografi Aksesibilitas Kualitas udara Status kepemilikan lahan Kesesuaian peruntukan Kondisi topografi yang landai (0%-25%) Kemudahan angkutan umum Jarak dengan fasilitas pendidikan Status kepemilikan yang jelas Kesesuaian peruntukan lahan berdasarkan RTRW dan regulasi yang terkait Kesesuaian kondisi topografi untuk lingkungan masyarakat Ketersediaan angkutan umum dan waktu tunggu Jangkauan sarana pendidikan Dilakukan upaya tanggap darurat dengan adanya penyuluhan oleh pemerintah dengan segera Dilakukan pemulihan dan perbaikan sarana dan prasarana yang lebih baik terdapat tanda dan jalur evakuasi khusus untuk bencana Terdapat penampungan khusus sementara yang aman Permukiman berjarak >2km dari pusat kebisingan dari industri/pabrik Tidak berwarna, berasa dan berbau Tidak terdapat pabrik/industri yang menyebabkan polusi Lokasi hunian merupakan tanah hak milik dengan sertifikat Bukan merupakan daerah larangan untuk hunian sesuai dengan regulasi yang berlaku Datar-landai 0%- 14,9% Dilewati angkutan umum dan Waktu tunggu <30menit Terdapat organisasi dari pemerintah namun tidak ada penyuluhan Dilakukan pemulihan dan perbaikan sarana dan prasarana sesuai dengan semula Hanya terdapat jalur evakuasi melalui jalan sekitar Terdapat penampungan sementara yang aman Permukiman berjarak 2km dari pusat kebisingan dari industri/pabrik berwarna/berasa/berb au Terdapat pabrik/industri namun tidak menyebabkan polusi Lokasi hunian merupakan tanah hak milik tanpa sertifikat Merupakan daerah larangan untuk hunian namun mendapat keringanan dari regulasi yang berlaku Agak curam 15%- 24,9% Dilewati angkutan umum dan Waktu tunggu 30-45 menit Tidak dilakukan upaya tanggap darurat Tidak adanya kegiatan pemulihan perbaikan sarana dan prasarana Belum terdapat tanda dan jalur evakuasi Tidak terdapat penampungan semetara yang aman Permukiman berjarak <2km dari pusat kebisingan dari industri/pabrik Berwarna, berasa dan berbau Terdapat pabrik/industri yang menyebabkan polusi Lokasi hunian bukan tanah hak milik dan tidak bersertifikat Merupakan daerah larangan untuk hunian sesuai dengan regulasi yang berlaku Curam-sangat curam 25%-45% Tidak dilewati angkutan umum Sangat terjangkau: Terjangkau: TK 400- Tidak terjangkau: TK 0-399,9 m 799,9 m TK >800 m SD 0-399,9 m SD 400-799,9 m, SD >800 m SMP 0-799,9m SMP 800-999,9 m, SMP >1000 m 27

Variabel Sub variabel Indikator Hasil Ukur 3 2 1 SMA 0-1599,9 m SMA 1600-2399,9 m SMA >2400 m Jarak dengan fasilitas kesehatan Sangat terjangkau: posyandu 0-399,9 m, Terjangkau : posyandu 400-799,9 m Tidak terjangkau : posyandu >800 m Jangkauan sarana kesehatan balai pengobatan 0-799,9 m balai pengobatan 800-1499,9 m balai pengobatan >1500 m puskesmas 0-1499,9 m puskesmas 1500-2999,9m puskesmas >3000 m Jarak dengan fasilitas perdagangan Jangkauan sarana perdagangan Jarak dengan fasilitas Jangkauan sarana peribadatan peribadatan Jarak dengan ruang Jangkauan sarana terbuka dan olahraga ruang terbuka dan olahraga Prasarana Jaringan jalan Kesesuaian standart penyediaan pmenuhan kenbutuhan jaringan jalan di lingkungan masyarakat Jaringan air bersih Kesesuaian standart pemenuhan kebutuhan air bersih di lingkungan masyarakat Sanitasi Kesesuaian standart pemenuhan kebutuhan sanitasi di lingkungan masyarakat Drainase Kesesuaian standart pemenuhan drainasi di lingkungan masyarakat Sampah Kesesuaian standart pemenuhan kebutuhan jaringan persampahan di lingkungan masyarakat Listrik Kesesuaian standart pemenuhan kebutuhan jaringan listrik di lingkungan Peluang Pekerjaan masyarakat Ketersediaan di lingkungan Sangat terjangkau 0-799,9 m Sangat terjangkau : masjid 0-799,9 m Sangat terjangkau 0-799,9 m Tersedia : Jalan lingkungan >0,8 m dan jalan utama >2 m Menggunakan jaringan pipa di setiap rumah Memiliki MCK pribadi disetiap rumah Tidak pernah terjadi genangan saat musim hujan Tersedia tong sampah pribadi dengan intensitas bak angkut setiap hari Pemenuhan dengan baik dan lancar 450 VA/rumah menyediakan dan lokasi pekerjaan berada di kawasan tersebut Terjangkau 800-1499,9m Terjangkau : masjid 800-999,9 m Terjangkau 800-1599,9 m Tersedia: Jalan lingkungan 0,8 m dan jalan utama 2 m Menggunakan kran umum atau sumber mata air secara bersama Menggunakan mck umum Terjadi genangan saat musim hujan namun cepat surut Tersedia TPS dengan intensitas bak angkut 3x seminggu Pemenuhan dengan kolektif atau bersama-sama menyediakan namun lokasi pekerjaan tidak berada pada kawasan Tidak terjangkau >1500m Tidak terjangkau : masjid >1000 m Tidak terjangkau >1600 m Tersedia: Jalan lingkungan <0,8 m dan jalan utama <2 m Belum ada jaringan perpipaan atau sumber mata air Belum terdapat mck/di sungai Selalu terjadi genangan saat musim hujan Tidak tersedia Tidak tersedia jaringan listrik tidak menyediakan 28

Variabel Sub variabel Indikator Hasil Ukur 3 2 1 tersebut Sumber : Hasil Analisis Penulis, 2014 Tabel 3.2 Variabel dan Indikator Pola Persebaran Permukiman Wiriaatmadja (1981) Jayadinata (1999) Variabel Indikator 1. Pola tersebar berjauhan 2. Pola dengan cara terkumpul dan tersusun memanjang mengikuti jalan 3. Pola dengan cara terkumpul dan menggerombol 4. Berkumpul dan tersusun melingkar mengikuti jalan. 1. Permukiman memusat 2. Permukiman terpencar Permukiman memusat Permukiman terpencar 0 0,99 >1,00 Sumber : Bintarto, 1978 Variabel pola persebaran yang dapat diambil dari teori-teori adalah pola persebaran secara memusat dan terpencar, pola persebaran tersebut sebagaian besar terjadi di kawasan perdesaan dan di kawasan pegunungan yang memiliki topografi dengan kerapatan kontur dan sumber daya alam yang di manfaatkan oleh masyarakat. 3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan di dalam penelitian ini adalah : 1. Data Primer Observasi Teknik pengumpulan data dengan observasi lapangan adalah teknik pengumpulan data dengan pengamatan dan penelaahan langsung kondisi di lapangan. Teknis dari commit observasi to user di lapangan adalah dengan mengamati, mencatat dan merekam fenomena di lapangan. Sehingga didapat visualisasi kondisi di lapangan dengan jelas. 29

Wawancana Wawancana dilakukan untuk mendapatkan data langsung yang bersumber pada pihak yang terkait dan memiliki pemahaman yang mendalam terkaid data yang dibutuhkan, di dalam wawancara yang dilakukan ditujukan pada instansi BPBD Kabupaten Magetan yang terkait dan bertanggung jawab pada daerah rawan bencana longsor. Kuisioner Kuisioner adalah salah satu teknik pengumpulan data yang berupa rangkaian pertanyaan baik yang bersifat pertanyaan dengan pilihan jawaban yang beragam, baik jawaban dengan alasan maupun jawaban dengan memilih pilihan yang ada. Kuisioner yang akan dilakukan ditujukan pada masyarakat yang bertempat tinggal pada kawasan rawan bencana longsor di Kabupaten Magetan. 2. Data sekunder Survei instansi, yaitu dengan melakukan pencarian data ke dinas terkait untuk mendapatkan informasi yang mampu menunjang kebutuhan terkait dengan pola persebaran dan faktor-faktor bermukim masyarakat di kawasan rawan bencana. Studi literatur, yaitu Teknik pengumpulan data dengan menggunakan studi literatur biasanya berbentuk dokumen ataupun literatur yang berasal dari instansi yang terkait dengan data yang dibutuhkan. 3.4.2 Kebutuhan Data Kebutuhan data yang digunalan dalam penelitian untuk menunjang analisis penelitian terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer nantinya akan diperoleh langsung dari observasi di lapangan serta adanya kuisioner dan wawancara, sementara data sekunder diperoleh dari pihak-pihak instansi di kawasan penelitian. Berikut akan dijabarkan kebutuhan data penelitian ini : 30

Variabel Kebutuhan data Tabel 3.3 Kebutuhan Data Jenis data Bentuk data Sumber data Teknik pengumpulan Primer Sekunder data Peluang Pekerjaan Jarak lokasi dengan tempat kerja Deskripsi Responden Kuisoner Aksesibilitas dan Sarana Prasarana Manajemen Bencana Pelayanan angkutan umum Jarak menuju sarana Sebaran sarana dan prasarana Kualitas prasarana Deskripsi Responden Kuisioner Peta Foto Peta Foto Deskripsi Foto Deskripsi BAPPEDA responden BAPPEDA DPU Kecamatan Desa terdampak Responden Kecamatan terdampak Survei instansi Kuisioner Survei instansi Observasi Obeservasi Kuisioner Tanggap Darurat Deskripsi BPBD Survey instansi Mitigasi bencana Deskripsi BPBD Survei Responden instansi Pasca Bencana Deskripsi BPBD Responden Kuisioner Survey Instansi Kuisioner Lingkungan kebisingan Deskripsi Kecamatan dan Kuisioner desa terdampak Kualitas air Deskripsi Kecamatan dan Kuisioner desa terdampak Kualitas udara Deskripsi Kecamatan dan desa terdampak Kuisioner Topografi Fisik lingkungan topografi kawasan Peta Deskripsi BAPPEDA Hukum Status Deskripsi Responden Kuisioner kepemilikan lahan Sumber: Hasil Analisis Penulis, 2014 Survei instansi 3.5 Populasi dan Sampel Teknik sampling digunakan untuk mengetahui jumlah sampel yang akan dijadikan sebagai sumber data kuisioner. Teknik sampling terdiri dari populasi penelitian dan sampel penelitian. 3.5.1 Populasi Penelitian Populasi merupakan kumpulan dari satuan-satuan elementer yang mempunyai karakteristik dasar yang sama atau dianggap sama (Yunus, 2010). Populasi didalam 31

penelitian ini meliputi seluruh kawasan yang berada di kawasan rawan bencana longsor di Kabupaten Magetan. Besarnya populasi dihitung dari jumlah penduduk pada desa yang terkena bencana longsor di kabupaten Magetan. Gambaran jumlah populasi dapat dilihat dalam tabel berikut : 3.5.2 Sampel Sampel digunakan karena ada keterbatasan waktu, tenaga, serta baiay yang dikeluarkan karen ajumlah populasi yang cukup banyak. Sampel merupakan bagian dari populasi yang memeliki karakteristik dari populasi (Nazir, 1999). Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik sampling probality sampling yaitu setiap anggota dari populasi memliki kesempatan yang sama untuk dipilih. Penentuan dalam populasi dilakukan dengan rumus frank lynch yaitu : Keterangan : n = jumlah sampel N = jumlah populasi Z = the value of the normal variabel (1,96) for reability of 0,95 p = the largest possibel proportion (0,50) d = sampilng error 0,1 Pengambilan sampel dilakukan secara sama disetiap zona yang akan diteliti hal tersebut dilakukan agar sampel yang dihitung memiliki kesempatan yang sama dan mewakili setiap zona. Pengambilan sampel pada setiap zona agar pada analisis regresi linear berganda yang akan dilakukan memiliki jumlah sampel yang valid. Tabel 3.4 Populasi dan Sampel Menurut Penduduk Di Kawasan Rawan Bencana Longsor Zona Populasi (Rumah) Sampel zona 1 294 42 zona 2 23 5 zona 3 79 16 zona 4 358 46 32

Zona Populasi (Rumah) Sampel zona 5 24 6 zona 6 164 29 zona 7 40 9 zona 8 35 8 zona 9 62 13 zona 10 86 17 zona 11 138 25 zona 12 106 20 zona 13 403 49 zona 14 459 52 zona 15 34 8 zona 16 48 11 zona 17 230 33 zona 18 213 34 zona 19 108 21 zona 20 40 9 zona 21 214 34 zona 22 60 13 zona 23 527 55 zona 24 39 9 zona 25 36 8 zona 26 71 15 zona 27 11 3 zona 28 153 27 zona 29 201 33 zona 30 169 29 zona 31 21 5 zona 32 23 5 zona 33 195 32 Total 4664 721 Sumber : Hasil Analisis Penulis, 2014 Dari tabel jumlah sampel per zona di atas telah dihitung jumlah total sampel disetiap masing-masing zona di kawasan penelitian dengan rumus frank lynch mendapatkan jumlah total sampel sebanyak 721. Pada penyebaran kuisioner dengan jumlah tersebut dilakukan secara accidential random pada setiap zona-zona yang telah ditetapkan. 3.6 Metode Analisis Data Tahapan Analisis Semua tahapan analisis dimaksudkan agar dapat menjawab semua sasaran penelitian yang telah dijabarkan commit sebelumnya. to user Sehingga perlu dilakukan analisis pembobotan terkait faktor bermukim yang didasarkan oleh preferensi masyarakat di 33

kawasan rawan bencana longsor. Selanjutnya dilakukan analisis pola persebaran di kawasan rawan bencana longsor dengan analisis tetangga terdekat untuk menghitung jarak antar di kawasan rawan bencana longsor. Selanjutnya dilakukan regresi berganda yang menghubungkan hasil dari kedua analisis sebelumnya yang hasilnya akan ketahui pengaruh faktor bermukim masyarakat terhadap pola persebaran di kawasan rawan bencana longsor. 34

Kerangka Analisis INPUT ANALISIS OUTPUT Aksesibilitas Identifikasi faktor bermukim berdasarkan preferensi masyarakat Peluang Kerja Sarana dan prasarana Identifikasi faktor bermukim yang berpengaruh berdasarkan karakteristik kawasan Dengan analisis pembobotan atau skoring dan deskriptif jawaban dari kuisioner Faktor bermukim yang berpengaruh berdasarkan karakter kawasan Identifikasi pola persebaran Fisik lingkungan Status hukum Manajemen bencana Topografi Pola persebaran Identifikasi pola persebaran di kawasan rawan bencana longsor Dengan analisis tetangga terdekat dengan menghitung jarak antar di kawasan Analisis regresi yang menghubungkan antara hasil analisis faktor bermukim dengan hasil analisis pola persebaran Karakteristik pola persebaran di kawasan rawan bencana longsor Pengaruh faktor bermukim masyarakat terhadap pola persebaran di kawasan rawan bencana longsor 35

3.7 Teknik Analisis Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Identifikasi faktor bermukim masyarakat Teknik analisis yang digunakan dalam menganalisis sasaran diatas dengan menggunakan teknik pembobotan atau skoring. Dalam pembobotan atau skoring digunakan skala Likert yang merupakan skala untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang terhadap faktor-faktor yang berpengaruh yang sebelumnya sudah ditentukan oleh peneliti (Sugiyono, 2009). Identifikasi faktor bermukim berdasarkan standart atau teori yang sudah ditentukan sebelumnya yaitu seperti manajemen bencana, fisik lingkungan, sarana prasarana, aksesibilitas dan lain-lain. Dalam penelitian ini terdapat 3 penilaian yang akan dihitung menggunakan analisis skoring ini yaitu : Tabel 3.5 Penilaian Pembobotan Sangat sesuai Sesuai Tidak sesuai Alternatif Skor 3 2 1 Setelah diketahui seluruh jawaban dari responden akan dilakukan penghitungan skor dari seluruh jawaban dengan menggunakan analisis pembobotan atau skoring. Hasil analisis skoring yang telah dilakukan untuk mengetahui pengaruh dan tidaknya faktor-faktor bermukim masyarakat sesuai dengan variabel dan indikator yang dipakai di dalam penelitian. Berikut ini adalah langkah dalam menentukan nilai pembobotan : Menghitung nilai minimal = jumlah responden x jumlah pertanyaan x nilai terendah Zona menyediakan lapangan pekerjaan dan lokasi pekerjaan berada di kawasan tersebut Data menyediakan namun lokasi pekerjaan tidak berada pada kawasan tersebut tidak menyediakan Pertanyaan Nilai Minimal Bobot 3 2 1 1 42 1 42 36

Menghtung nilai maksimal = jumlah responden x jumlah pertanyaan x nilai tertinggi Data Zona menyediakan lapangan pekerjaan dan lokasi pekerjaan berada di kawasan tersebut menyediakan namun lokasi pekerjaan tidak berada pada kawasan tersebut tidak menyediakan Pertanyaan Nilai maksimal Bobot 3 2 1 1 42 1 126 Rentang = nilai maksimal nilai minimal Data Zona menyediakan lapangan pekerjaan dan lokasi pekerjaan berada di kawasan tersebut menyediakan namun lokasi pekerjaan tidak berada pada kawasan tersebut tidak menyediakan Pertanyaan Rentang Bobot 3 2 1 1 42 1 84 Menentukan panjang kelas interval = rentang / banyak kelas Data Zona menyediakan lapangan pekerjaan dan lokasi pekerjaan berada di kawasan tersebut menyediakan namun lokasi pekerjaan tidak berada pada kawasan tersebut tidak menyediakan Pertanyaan Interval Bobot 3 2 1 1 42 1 28,00 2. Identifikasi pola persebaran Teknik analisis yang digunakan dalam menganalisis sasaran di atas akan menggunakan teknik analisis tetangga terdekat yang memerlukan data jarak antara satu dengan yang lain. Teknik analisis ini dipakai karena dalam penelitian ini ingin mengetahui pola persebaran yang sesuai dengan acuan teori yang sudah dilakukan pendalaman sebelumnya. 37

Identifikasi pola persebaran ini dilakukan untuk mengetahui polapola persebaran yang terjadi di kawasan rawan bencana longsor yang sesuai dengan topik penelitian. Menurut Bintarto (1978) menggunakan analisis tetangga terdekat harus diperhatikan beberapa langkah sebagai berikut : a. Tentukan batasan wilayah yang akan diteliti. b. Ubah pola penyebaran dalam peta topografi dalam penyebaran titik. c. Beri nomor urut bagi tiap titik untuk mempermudah cara menganalisis. d. Ukur jarak terdekat yaitu jarak pada garis lurus antara satu titik dengan titik yang lain yang merupakan tetangga terdekat. e. Hitung besar paramete tetangga terdekat T dengan menggunakan rumus : Keterangan : T = indeks penyebaran tetangga terdekat Ju = jarak rata-rata yang diukur antara satu titik dengan titik tetangga terdekat Jh = jarak rata-ratayang diperoleh andaikata semua titik mempunyai pola random. Parameter tetangga terdekat atau indeks penyebaran tetangga terdekat mengukur kadar kemiripan pola titik terhadap pola random. Untuk memperoleh Ju digunakan cara dengan menjumlahkan semua jarak tetangga terdekat dan kemudian dibagi dengan jumlah titik yang ada. Parameter tetangga terdekat T dapat ditunjukkan dengan rangkaian kesatuan untuk mempermudah perbandingan antar pola titik. T = 0-0,99 T = >1,0 38

3. Analisis pengaruh faktor bermukim terhadap pola persebaran Akan dilakukan analisis regresi berganda yang menghubungkan antara variabel terikat yaitu variabel pola persebaran dengan variabel bebas yaitu variabel faktor bermukim masyarakat di kawasan rawan bencana longsor. Dengan tujuna untuk mengestimasi atau memprediksi nilai variabel terikat berdasarkan nilai variabel bebas. Persamaan yang digunakan untuk analisis regresi berganda adalah sebagai berikut : Y t a b X b X b X... b 1 1 2 2 3 3 n X n e Keterangan : Y = variabel terikat X1 dan X2 = variabel bebas a = konstanta ( nilai Y apabila X1, X2...Xn = 0 ) b = koefisien regresi e = kesalahan pengganggu, artinya nilai dari variabel lain yang tidak dimasukkan dalam persamaan 39