sebagai kecenderungan baru dalam telaah bahasa secara alami. Dikatakan demikian karena analisis wacana pada hakikatnya merupakan kajian tentang fungsi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi memunyai peranan yang sangat

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kajian tentang afiks dalam bahasa Banggai di Kecamatan Labobo

ANALISIS FUNGSI DAN FAKTOR PENYEBAB PEMAKAIAN PREFIKS. MeN- YANG DOMINAN DALAM CERPEN MAJALAH STORY EDISI 14/ TH.II/ 25 AGUSTUS - 24 OKTOBER 2010

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa adalah

PEMAKAIAN PREFIKS DALAM CERITA PENDEK DI MAJALAH ANEKA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. sarana yang berfungsi untuk mengungkapkan ide, gagasan, pikiran dan

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan kemampuan berbahasa Indonesia sangat penting sebagai alat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai komunikan (mitra baca, penyimak, pendengar, atau pembaca).

ANALISIS WACANA MONOLOG TAJUK RENCANA SURAT KABAR SUARA MERDEKA: TINJAUAN ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa jurnalistik merupakan ragam bahasa tersendiri yang dipakai dalam

BAB I PENDAHULUAN. kalimat satu dengan kalimat lain, membentuk satu kesatuan. dibentuk dari kalimat atau kalimat-kalimat yang memenuhi persyaratan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA DALAM KARANGAN SISWA KELAS X AK 3 SMK NEGERI 1 KOTA JAMBI. Oleh Tuti Mardianti ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISIS FUNGSI DAN MAKNA AFIKS DALAM LIRIK LAGU PETERPAN SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. guna mencapai derajat Sarjana S-1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. aturan-aturan yang berlaku dalam bahasa tersebut. Sebuah kata dalam suatu bahasa dapat berupa simple word seperti table, good,

ANALISIS WACANA CELATHU BUTET PADA SURAT KABAR SUARA MERDEKA: TINJAUAN DARI SEGI KULTURAL, SITUASI, SERTA ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. menengah. Di antara keempat kegiatan berbahasa tersebut, menulis

BAB I PENDAHULUAN. dapat disesuaikan, dan diungkapkan kembali kepada orang lain sebagai bahan

ANALISIS RETORIKA TEKSTUAL WACANA PADA NASKAH BERITA SEPUTAR PERISTIWA OLAH RAGA TERKINI RRI SURAKARTA SKRIPSI

KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA INTERAKTIF DALAM KOLOM DETEKSI HARIAN JAWA POS EDISI JUNI 2007 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Dalam arti, bahasa mempunyai kedudukan yang penting bagi

Menurut Abdul Chaer setiap bahasa mempunyai sarana atau alat gramatikal tertentu untuk menyatakan makna-makna atau nuansa-nuansa makna gramatikal (Abd

ANALISIS FUNGSI DAN MAKNA PADA JUDUL BERITA SURAT KABAR HARIAN JAWA POS EDISI OKTOBER 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. Masuknya istilah-istilah asing, terutama dari bahasa Inggris ke dalam

PENANDA HUBUNGAN REPETISI PADA WACANA CERITA ANAK TABLOID YUNIOR TAHUN 2007

PROSES MORFOLOGIS PEMBENTUKAN KATA RAGAM BAHASA WALIKA

KEUTUHAN STRUKTUR WACANA OPINI DALAM MEDIA MASSA CETAK KOMPAS EDISI BULAN MARET 2012

BAB I PENDAHULUAN. Dalam berbagai hal manusia melahirkan ide-ide kreatif dengan

PENANDA KOHESI SUBSITUSI PADA WACANA KOLOM TAJUK RENCANA SUARA MERDEKA BULAN AGUSTUS 2009 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan bentuk pemikiran yang dapat dipahami, berhubungan

JURNAL KOHESI DAN KOHERENSI WACANA PEMBACA MENULIS DI JAWA POS COHESION AND COHERENCE OF DISCOURSE READERS WRITING IN JAWA POS

PRATIWI AMALLIYAH A

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan berkomunikasi merupakan hal yang sangat diperlukan saat

I. PENDAHULUAN. Salah satu fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi (Pateda, 1990: 4). Bahasa

LINGUISTIK UMUM TATARAN LINGUISTIK (2) : MORFOLOGI

ANALISIS BENTUK DAN MAKNA AFIKS VERBA PADA TEKS BACAAN DALAM BUKU SISWA BAHASA INDONESIA SMP/MTS KELAS VII KURIKULUM 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Morfologi merupakan cabang ilmu linguistik yang mengkaji tentang

Nama : Irine Linawati NIM : BAB V TATARAN LINGUISTIK (2) = MORFOLOGI

PENANDA KOHESI SUBSTITUSI PADA NOVEL SANG PEMIMPI KARYA ANDREA HIRATA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Suatu wacana dituntut untuk memiliki keutuhan struktur. Keutuhan

BAB V TEKS ULASAN FILM/DRAMA

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dalam mata

KAJIAN REPETISI PADA CERPEN PERJAMUAN MALAIKAT KARYA AFIFAH AFRA. SKRIPSI

RELASI TEMPORAL ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT PADA WACANA KUMPULAN CERPEN DARI SITUS SKRIPSI

ANALISIS PENGGUNAAN KATA ULANG BAHASA INDONESIA DALAM NOVEL SEPATU DAHLAN KARYA KHRISNA PABICHARA DAN KAITANNYA DENGAN PEMBELAJARAN BAHASA DI SMA

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, isi pikiran, maksud, realitas, dan sebagainya. Sarana paling utama. utama adalah sebagai sarana komunikasi.

BAB 5 TATARAN LINGUISTIK

BAB I PENDAHULUAN. dua macam, yaitu sarana komunikasi yang berupa bahasa lisan dan sarana

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA BIDANG MORFOLOGI PADA MADING DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA JURNAL ILMIAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam lingkungan. manusia untuk saling menyampaikan pesan dan maksud yang akan

BENTUKAN KATA DALAM KARANGAN BAHASA INDONESIA YANG DITULIS PELAJAR THAILAND PROGRAM DARMASISWA CIS-BIPA UM TAHUN

PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KOHESI GRAMATIKAL ANTARKALIMAT DAN ANTARPARAGRAF DALAM KARANGAN ARGUMENTASI KELAS X SMA NEGERI I SUKODONO KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Menulis adalah salah satu kemampuan bahasa bukanlah kemampuan yang

PENGGUNAAN BAHASA DALAM TEKS DESKRIPSI KARYA SISWA KELAS VII.6 SMP NEGERI 25 PADANG

BAB 1 PENDAHULUAN. menyampaikan ide, gagasan dan pesan yang hendak disampaikan oleh penutur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Menulis merupakan suatu representasi bagian dari kesantunankesantunan

PEMBENTUKAN KATA PADA LIRIK LAGU EBIET G. ADE

BAB I PENDAHULUAN. dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Kajian ini mengungkapkan pemarkah kohesi gramatikal dan pemarkah kohesi

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa

TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai hubungan pengertian antara yang satu dengan yang lain (Rani dkk,

BAB I PENDAHULUAN. mahasiswa dalam berbahasa Perancis yang baik dan benar. Selayaknya

BAB I PENDAHULUAN. menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia dan pada undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling vital untuk memenuhi kebutuhan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Tarigan (1987 : 27), Wacana adalah satuan bahasa yang terlengkap dan tertinggi atau

BAB1 PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan berpengaruh terhadap sistem atau kaidah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Iin Pratiwi Ningsih Manurung Drs. Azhar Umar, M.Pd. ABSTRAK

B AB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISIS PENANDA KOHESI DAN KOHERENSI PADA KARANGAN. NARASI SISWA KELAS VIII MTs AL-HIDAYAH GENEGADAL TOROH GROBOGAN TAHUN AJARAN 2012/2013

PENGGUNAAN KONJUNGSI SUBORDINATIF PADA PENYAMPAIAN CERITA PRIBADI ANAK KELAS V DI SD KUNTI ANDONG BOYOLALI

BAB 3 METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN. Bab ini merupakan penjabaran lebih lanjut tentang metode penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN. karena dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu berhubungan dengan bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan hal penting yang perlu dipelajari karena bahasa

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN PERSONA PADA TERJEMAHAN AL-QURAN SURAT AL-KAHFI (SURAT 18)

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang digunakan oleh masyarakat

2. Punya pendirian, peduli sesama, berkomitmen dan bisa bertanggung jawab. Menurut aku, gentleman punya sifat yang seperti itu. Kalau punya pacar, dia

I. PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan merupakan satuan pendidikan formal yang

PETA KOMPETENSI. 23. menganalisis topik, tema dan judul dalam wacana. 21. Hakikat analisis wacana

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Bahasa digunakan untuk menyampaikan informasi yang berupa pesan, ide,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam berinteraksi, manusia memerlukan bahasa. Bahasa memegang

BAB I PENDAHULUAN. sarana mengungkapkan ide, gagasan, pikiran realitas, dan sebagainya. dalam berkomunikasi. Penggunaan bahasa tulis dalam komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. bahasa manusia. Sebagai alat komunikasi manusia, bahasa adalah suatu sistem

BAB I PENDAHULUAN. Novel adalah sebuah karya fiksi prosa yang ditulis secara naratif; biasanya

PENANDA KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA TAJUK RENCANA SURAT KABAR SEPUTAR INDONESIA EDISI MARET 2009

AFIKSASI BAHASA JAWA-BANTEN PADA LAGU DAERAH BANTEN SEBAGAI PESONA IDENTITAS LOKAL. Sundawati Tisnasari 1 Agustia Afriyani 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir tidak pernah terlepas

BAB I PENDAHULUAN. ada di dalam pikiran kepada orang lain yaitu dengan bahasa, baik secara lisan

BAB I PENDAHULUAN. yang saling berhubungan untuk menghasilkan rasa kepaduan atau rasa kohesi

Transkripsi:

EKUIVALENSI LEKSIKAL DALAM WACANA NOVEL PERAHU KERTAS KARYA DEWI DEE LESTARI: SUATU KAJIAN WACANA Ayu Ashari Abstrak. Penelitian ini betujuan untuk mengetahui kemunculan ekuivalensi leksikal dalam wacana novel Perahu Kertas karya Dewi Dee Lestari. Penelitian ini dilakukan di Jakarta mulai Februari hingga Juni 2014, dengan wacana novel Perahu Kertas sebagai objeknya. Peneliti sendiri sebagai instrumen dibantu dengan tabel analisis kerja. Fokus penelitian ini adalah pemarkah kohesi leksikal ekuivalensi leksikal. Ekuivalensi leksikal yang diteliti meliputi ekuivalensi leksikal yang mengalami proses afiksasi dan bersifat derivasi, dan ekuivalensi leksikal yang mengalami proses afiksasi dan bersifat infleksi. Ekuivalensi leksikal yang mengalami proses afiksasi dan bersifat derivasi terdiri dari 9 proses, yaitu prefiks-prefiks, sufiks-prefiks, konfiks-prefiks, klofiks-prefiks, prefiks-sufiks, prefiks-konfiks, klofiks-konfiks, prefiks-klofiks, dan sufiks-klofiks. Ekuivalensi leksikal yang mengalami proses afiksasi dan bersifat infleksi juga terdiri dari 9 proses, yaitu prefiks-prefiks, konfiks-prefiks, prefiks-sufiks, sufiks-sufiks, klofikssufiks, prefiks-konfiks, konfiks-konfiks, prefiks-klofiks, dan klofiks-klofiks. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deksriptif kualitatif dengan teknik analisis isi. Hasil penelitian ini menunjukkan di dalam wacana novel PerahuKertas yang terdiri dari 17 bab, terdapat 68 paragraf, 262 kalimat, 200 pasangan kalimat, dan100 pemarkah kohesi leksikal ekuivalensi leksikal. Kemunculan ekuivalensi leksikal yang mengalami proses afiksasi dan bersifat infleksi lebih banyak yaitu 68 kemunculan, kemunculan terbanyak adalah prefiksprefiks 34 kemunculan, dan tersedikit muncul adalah prefiks-sufiks, klofikssufiks, prefiks-konfiks, dan prefiks-klofiks masing-masing 1 kemunculan. Kemunculan ekuivalensi leksikal yang mengalami proses afiksasi dan bersifat derivasi lebih sedikit yaitu 32 kemunculan, dengan yang terbanyak muncul adalah sufiks-prefiks 10 kemunculan, dan tersedikit muncul adalah klofiks-konfiks dan prefiks-klofiks masing-masing 1 kemunculan. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah kemunculan ekuivalensi leksikal dalam wacana novel Perahu Kertas yang mengalami proses afiksasi dan bersifat infleksi lebih banyak dibandingkan dengan kemunculan ekuivalensi leksikal yang mengalami proses afiksasi dan bersifat derivasi. Kata Kunci :Ekuivalensi Leksikal, Wacana Novel Perahu Kertas. PENDAHULUAN Bahasa sebagai sistem lambang bunyi yang arbitrer digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri (Chaer, 2007:33). Sebagai alat identifikasi diri, setiap individu dibekali dengan kemampuan berbahasa yang dinamis, dan sesuai dengan perkembangan kebahasaan saat ini. Berbagai hal baru dalam berbahasa mengingatkan kembali pada sifat-sifat bahasa yang begitu luas.sebagai alat berekspresi bagi setiap individu, Bahasa Indonesia mengalami perkembangan yang signifikan dalam kaitannya di berbagai ranah ilmu kebahasaan. Salah satu dari ilmu kebahasaan tersebut adalah analisis wacana. Analisis wacana dipandang 81

sebagai kecenderungan baru dalam telaah bahasa secara alami. Dikatakan demikian karena analisis wacana pada hakikatnya merupakan kajian tentang fungsi bahasa atau penggunaan bahasa sebagai sarana komunikasi, sebagaimana telah ditegaskan oleh Halliday dan Hasan (1992:6) bahwa jalan menuju pemahaman tentang bahasa terletak dalam kajian teks (Suwandi, 2008:145). Dilihat dari realitas berbahasa bila dikaitkan dengan analisis wacana, maka kegiatan berbahasa dalam media komunikasi dapat dibedakan atas wacana lisan dan wacana tulisan. Sebagai satuan bahasa yang lengkap, maka di dalam wacana terdapat konsep, gagasan, pikiran, atau ide yang utuh yang dapat dipahami oleh pembaca dalam wacana tulis atau oleh pendengar dalam wacana lisan. Sebagai satuan gramatikal tertinggi, dapat dikatakan bahwa wacana dibentuk melalui kalimat-kalimat yang memenuhi persyaratan gramatikal dan persyaratan kewacanaan lainnya. Untuk itu agar dapat dipahami oleh pembaca terutama dalam wacana tulisan, maka dibutuhkan kohesi dan koherensi antarkalimat.ekuivalensi leksikal terdapat di dalam kohesi leksikal, adalah hubungan kesepadanan antara satuan lingual tertentu dengan satuan lingual yang lain dalam sebuah paradigma. Dalam hal ini, sejumlah kata hasil proses afiksasi dari morfem asal yang sama menunjukkan adanya hubungan kesepadanan. Dengan demikian ekuivalensi leksikal merupakan hubungan pengulangan dua buah kata dasar atau morfem dasar yang sepadan dalam satu lingkungan yang sama, dengan kelas kata yang sama dan melalui proses afiksasi. Proses afiksasi tersebut akan menentukan berubah atau tidaknya kelas kata pada kalimat sebelum dengan kalimat sesudahnya, yaitu derivasi dan atau infleksi. Semua proses tersebut tidak menghilangkan ide cerita pada kalimat sebelum dengan kalimat sesudahnya. Ekuivalensi leksikal yang merupakan pemarkah kohesi leksikal, dibutuhkan sebagai penjelas sebuah ide, dan sebagai penjaga keutuhan sebuah wacana. Kesinambungan kalimat-kalimat yang ada di dalam wacana, disatukan oleh sebuah ide dasar yang diperjelas dengan pengulangan sebuah kata dasar, yaitu dengan ekuivalensi leksikal. Pemarkah ekuivalensi leksikal merupakan salah satu perwujudan dari sebuah wacana yang padu.ekuivalensi leksikal dapat ditemukan di media elektronik maupun media cetak, dengan melihat keutuhan kalimat yang memiliki kesepadanan makna kata dalam kesatuan paragrafnya. Salah satu dari media cetak yang dapat dianalisis menggunakan ekuivalensi leksikal adalah novel. Novel ialah suatu karangan prosa yang bersifat cerita yang menceritakan suatu kejadian luar biasa dari kehidupan tokoh cerita (Suroto, 1989:19). Dalam karangan prosa yang disebut novel tersebut, akan menghadirkan teks yang memiliki jalan cerita berkesinambungan, hal tersebut berarti bahwa dari teks wacana novel dapat dikaji kaitan antarkalimat atau kohesi leksikal, di dalam kalimatnya juga dapat ditemukan pengulangan kata yang memiliki makna sepadan. Wacana novel yang merupakan perwujudan dari fungsi bahasa, memiliki kaitan yang sangat erat dengan aspek ekuivalensi leksikal, di dalam sebuah wacana novel dapat ditemukan kalimat yang berkohesi dan berkoherensi. Selain itu, dalam wacana novel, kalimat yang berkohesi memiliki unsur pembentuk wacana di antaranya ekuivalensi leksikal yang berfungsi untuk mempertahankan topik atau tema jalan cerita novel tersebut, dan tidak mengubah keutuhan ide cerita.novel Perahu Kertas karya Dewi Dee Lestari merupakan salah satu novel yang memiliki karakteristik tersebut. Dalam beberapa paragraf novel Perahu Kertas banyak ditemukan unsur pengulangan kata pada kalimat sebelumnya dengan kalimat sesudahnya yang memiliki makna sepadan, hal tersebut dalam kajian wacana disebut dengan ekuivalensi leksikal.sebagai novel yang populer di masyarakat, penulis novel tersebut yaitu Dewi Dee Lestari merupakan salah satu novelis terkemuka di Indonesia. Dewi Dee Lestari mendapat sejumlah penghargaan salah satunya 82

Khatulistiwa Literary Awards. Oleh karena karyanya yang terkemuka yaitu novel Perahu Kertas mengalami penjualan yang tinggi di masyarakat, maka novel ini juga difilmkan pada 16 Agustus 2012. Selain dari beberapa hal tersebut, ekuivalensi leksikal dalam novel Perahu Kertas melalui proses afiksasi sehingga pada akhirnya bersifat derivasi dan atau infleksi. Contoh: (1) Mungkin aku harus jadi guru TK dulu, supaya punya pembaca. (2) Minimal dongengku bisa dibacakan di kelas. (B4/69.3 dan 4). Pada contoh di atas, terdapat ekuivalensi leksikalpembaca, dan dibacakan. Ekuivalensi leksikal tersebut melalui proses afiksasi yaitu dari prefiks pem-, ke klofiks di- -kan, sehingga kelas kata di antara keduanya memiliki perbedaan, pembaca memiliki kelaskata nomina, dan dibacakan memiliki kelas kata verba, dan sifat yang terjadi adalah derivasi dari nomina ke verba. Jadi, ekuivalensi leksikal pada contoh di atas, terdapat pada kalimat sebelum dengan kalimat sesudahnya yang berasal dari morfem dasar yang sama dan memiliki makna sepadan kemudian mengalami proses afiksasi, proses afiksasi tidak mengubah makna pada kedua kata tersebut. Berdasarkan beberapa uraian di atas, penelitian ini bertujuan untuk menemukan kemunculan ekuivalensi leksikal dalam novel Perahu Kertas karya Dewi Dee Lestari. Selain itu penelitian mengenai ekuivalensi leksikal masih sangat jarang dilakukan dalam kajian wacana, dan novel sebagai objek penelitian ekuivalensi leksikal juga masih jarang digunakan secara umum. Dari penelitian kali ini diharapkan agar kriteria keutuhan wacana didapatkan secara spesifik dan terarah melalui ekuivalensi leksikal. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumuskan masalah peneltitian ini adalah Bagaimanakah ekuivalensi leksikal dalam novel Perahu Kertas karya Dewi Dee Lestari? Penelitian terdahulu yang relevan mengenai ekuivalensi leksikal adalah Ekuivalensi Leksikal pada Wacana Program Berita Seputar Indonesia oleh Rudyanto Setia (2013). Pada penelitian tersebut objek yang digunakan sudah banyak dipakai dalam kajian wacana, yaitu dari program berita atau dari media jurnalistik cetak seperti koran dan majalah. Dalam penelitian tersebut analisis ekuivalensi leksikal masih kurang spesifik pada bagian infleksi dan proses afiksasi, sedangkan ekuivalensi leksikal menurut Sumarlam (2003:35) adalah sejumlah kata hasil proses afiksasi dari morfem asal yang sama menunjukkan adanya hubungan kesepadanan. Dari hal tersebut pula menurut Sumarlam ekuivalensi leksikal erat hubungannya dengan derivasi dan infleksi melalui proses afiksasi, sedangkan dalam penelitian Rudyanto Setia, ekuivalensi leksikal lebih ditekankan pada derivasi. METODOLOGI PENELITIAN Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui dan mendeskripsikan ekuivalensi leksikal dalam novel Perahu Kertas karya Dewi Dee Lestari.Penelitian ini dilaksanakan di Jakarta, waktu pelaksanaan penelitian dimulai pada semester genap bulan Februari 2014 hingga Juni 2014. Objek atau korpus penelitian ini adalah wacana novel Perahu Kertas. Novel PerahuKertas yang dikaji dari segi ekuivalensi leksikal merupakan novel karya Dewi Dee Lestariyang terdiri dari 46 bab dengan jumlah 423 halaman. Dalam penelitian ini diambil secara urut dari bab 1 hingga bab 17 dengan jumlah 153 halaman. Korpus atau novel tersebut dipilih karena struktur tata bahasa yang baik, dan banyak ditemukan unsur hubungan pengulangan kata yang sepadan pada kalimat sebelum dengan kalimat sesudahnya, atau disebut ekuivalensi leksikal.penelitian ini difokuskan pada ekuivalensi leksikal dalam novel Perahu Kertas karyadewi Dee Lestari.Instrumen penelitian adalah peneliti sendiri, dibantu dengan tabel analisis kerja kemunculan ekuivalensi leksikal. 83

Kriteria analisis dalam penelitian ini adalah ekuivalensi leksikal yang mengalami afiksasi dan bersifat derivasi dan atau infleksi. Dalam ekuivalensi leksikal yang terdapat dalam wacana novel Perahu Kertas, ada beberapa kemungkinan pola proses afiksasi, di antaranya ekuivalensi leksikal yang mengalami afiksasi dan bersifat derivasi kemungkinan pola yang muncul adalah dari prefiks ke prefiks, sufiks ke prefiks, konfiks ke prefiks, klofiks keprefiks, prefiks ke sufiks, prefiks ke konfiks, klofiks ke konfiks, prefiks ke klofiks, dan sufiks ke klofiks. Sementara untuk ekuivalensi leksikal yang melalui proses afiksasi dan bersifatinfleksi, kemungkinan pola yang muncul adalah prefiks ke prefiks, konfiks ke prefiks, prefikske sufiks, sufiks ke sufiks, klofiks ke sufiks, prefiks ke konfiks, konfiks ke konfiks, prefiks ke klofiks, kemudian klofiks ke klofiks. Beberapa kemunculan tersebut didapat dari beberapaproses yang ada dalam afiksasi. Dengan demikian ekuivalensi leksikal yang mengalami proses afiksasi dapat dikenali secara rinci. Ekuivalensi leksikal merupakan hubungan dua buah kata dasar atau morfem dasar yang sepadan pada kalimat sebelum dengan kalimat sesudahnya yang berada di satu lingkungan yang sama. Dalam wacana tulis, ekuivalensi leksikal berada pada satu paragraf yang sama dan melalui proses afiksasi. Namun hal itu tidak mengubah makna dari ekuivalensi leksikal itu sendiri, tetapi untuk mempertahankan keutuhan topik atau tema dalam wacana. Dalam kaitannya dengan ekuivalensi leksikal yang memiliki konstruksi morfologis, maka akan ditentukan morfem dasar atau kata dasar kemudian dilihat bentuk afiksnya. Afiksasi adalah proses pembubuhan afiks pada morfem dasar atau kata dasar. Dalam proses afiksasi ini dapat bersifat derivatif dan atau inflektif. Dalam bahasa Indonesia ada enam jenis proses afiks, yaitu: 1. Prefiks, adalah afiks yang dibubuhkan di kiri bentuk dasar, yaitu prefiks ber-, me-, per-, di-, ter-, se-, dan ke. 2. Infiks, adalah afiks yang dibubuhkan di tengah kata, biasanya pada awal suku kata, yaitu infiks el-, -em-, dan er-. 3. Sufiks, adalah afiks yang dibubuhkan di kanan bentuk dasar, yaitu sufiks kan, -i-, -an, -nya. 4. Konfiks, adalah afiks yang dibubuhkan di kiri dan di kanan bentuk dasar secara bersamaan karena konfiks ini merupakan satu kesatuan afiks. Konfiks yang ada dalam bahasa Indonesia adalah konfiks ke-an, ber-an, pe-an, per-an, dan se-nya. 5. Klofiks, yaitu kata yang dibubuhi afiks pada kiri dan kanannya, tetapi pembubuhannya itu tidak sekaligus, melainkan bertahap, yaitu me-kan, me-i, memper, memper-kan, memper-i,ber-kan, di-kan, di-i, diper-, diper-kan, diper-i, terkan, ter-i, ter-per, teperkan, teper-i. 6. Simulfiks, afiks nasal yang direalisasikan dengan nasal m-, n-, ny-, ng-, dan nge-. Dari hubungan pengulangan kata yang sepadan atau ekuivalensi leksikal yang mengalami proses afiksasi tersebut, dapat ditentukan apakah bersifat derivasi dan atau infleksi. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis, dapat diketahui bahwa dalam 17 bab novel Perahu Kertas terdapat 68 paragraf yang ditemukan unsur ekuivalensi leksikal, yang meliputi 200 pasangan kalimat, 100 kata dasar, dan 100 pemarkah kohesi leksikal ekuivalensi leksikal. Ekuivalensi leksikal yang mengalami proses afiksasi dan bersifat derivasi sebanyak 32 kemunculan atau 32% dari 100 pemarkah kohesi leksikal ekuivalensi leksikal yang ditemukan, dengan rincian dari yang paling sering muncul hingga yang paling sedikit kemunculannya adalah, 1) sufiks-prefiks 10 kemunculan (10%), 2) prefiks-sufiks 7 kemunculan (7%), 3) prefiks-prefiks 4 kemunculan (4%), 4) prefiks-konfiks 3 kemunculan 84

(3%), jumlah kemunculan yang sama terdapat pada, 5) konfiks-prefiks 2 kemunculan (2%), 6) klofiks-prefiks 2 kemunculan (2%), 7) sufiks-klofiks 2 kemunculan (2%), lalu yang memiliki kemunculan terkecil dan relatif sama adalah, 8) klofiks-konfiks 1 kemunculan (1%), 9) prefiks-klofiks 1 kemunculan (1%). Ekuivalensi leksikal yang mengalami proses afiksasi dan bersifat infleksi lebih banyak ditemukan dalam penelitian ini, yaitu sebanyak 68 kemunculan atau 68% dari 100 pemarkah kohesi leksikal ekuivalensi leksikal yang ditemukan, dengan rincian dari yang paling sering muncul hingga yang paling sedikit kemunculannya adalah, 1) prefiks-prefiks 34 kemunculan (34%), 2) sufiks-sufiks 12 kemunculan (12%), 3) klofiks-klofiks 10 kemunculan (10%), 4) konfiks-konfiks 6 kemunculan (6%), 5) konfiks-prefiks 2 kemunculan (2%), lalu untuk yang kemunculannya paling sedikit dan relatif sama adalah, 6) prefiks-sufiks 1 kemunculan (1%), 7) klofiks-sufiks 1 kemunculan (1%), 8) prefikskonfiks 1 kemunculan (1%), dan 9) prefiks-klofiks 1 kemunculan (1%). Hasil penelitian dalam novel Perahu Kertas karya Dewi Dee Lestari ini menunjukkan adanya fenomena ekuivalensi leksikal yang mengalami proses afiksasi dan bersifat derivasi dan atau infleksi. Kemunculan ekuivalensi leksikal yang melalui proses afiksasi dan bersifat derivasi masih sedikit jumlahnya yaitu 32 kali dengan rincian dari yang terbesar kemunculannya hingga yang terkecil adalah ekuivalensi leksikal dengan proses afiksasi 1) sufiks ke prefiks, 2) prefiks ke sufiks, 3) prefiks ke prefiks, 4) prefiks ke konfiks, lalu kemunculan 5) konfiks ke prefiks, 6) klofiks ke prefiks, dan 7) sufiks ke klofiks, memiliki kecenderungan yang sama yaitu 2 kemunculan, dan yang paling sedikit muncul adalah ekuivalensi leksikal dengan proses 8) klofiks ke konfiks, dan 9) prefiks ke konfiks dengan 1 kali kemunculan. Sedikitnya kemunculan ekuivalensi leksikal yang mengalami afiksasi dan bersifat derivasi dalam wacana novel ini adalah karena pola pikir penulis novel yang selalu mempertahankan makna cerita dalam beberapa paragrafnya. Kemunculan ekuivalensi leksikal yang mengalami afiksasi dan bersifat infleksi lebih banyak ditemukan dalam penelitian ini yaitu sebanyak 68 kali, dengan rincian ekuivalensi leksikal dengan proses afiksasi terbanyak adalah 1) prefiks ke prefiks, 2) sufiks ke sufiks, 3) klofiks ke klofiks, 4) konfiks ke konfiks, 5) konfiks ke prefiks, sedangkan untuk ekuivalensi leksikal dengan proses afiksasi 6) prefiks ke sufiks, 7) klofiks ke sufiks, 8) prefiks ke konfiks, dan 9) prefiks ke klofiks hanya memiliki sedikit kemunculan yang sama yaitu masing-masing 1 kemunculan. Ekuivalensi leksikal yang mengalami proses afiksasi dan bersifat infleksi lebih banyak ditemukan dalam penelitian ini karena sebuah wacana novel pasti memiliki satu ide cerita yang memiliki makna berkesinambungan, dan berjalan utuh hingga akhir cerita. Penggunaan ekuivalensi leksikal di dalam novel Perahu Kertas ini dipengaruhi oleh gaya penulisan Dewi Lestari sebagai penulis novel, ia lebih banyak mempertahankan keutuhan makna cerita dengan menggunakan ekuivalensi leksikal pada kalimat sebelum dengan kalimat sesudahnya yang melalui proses afiksasi dan bersifat derivasi dan atau infleksi. Karya-karyanya yang lain juga memiliki kesan yang sama dalam penggunaan pemarkah kohesi leksikal ekuivalensi leksikal ini, misalnya dalam kumpulan cerpen Madre, di dalamnya terdapat juga pemarkah kohesi leksikal ekuivalensi leksikal dengan proses yang sama dengan ekuivalensi leksikal dalam novel Perahu Kertas. Ekuivalensi leksikal berpengaruh untuk membuat jalan cerita dalam wacana novel menjadi logis, karena ekuivalensi leksikal mempertahankan keutuhan wacana. Ekuivalensi leksikal dalam wacana novel Perahu Kertas, menunjukkan jalan cerita yang berkesinambungan dan berhubungan satu sama lainnya. Dengan demikian, proses afiksasi dalam ekuivalensi leksikal yang tidak muncul dalam wacana novel Perahu Kertas adalah infiks dan 85

simulfiks, karena proses tersebut kurang mempertahankan keutuhan ide dalam wacana novel Perahu Kertas. KESIMPULAN Ekuivalensi leksikal yang mengalami proses afiksasi dan bersifat infleksi merupakan proses pengulangan dua buah kata dasar yang sepadan, dan mengalami persamaan makna. Ekuivalensi leksikal yang mengalami proses afiksasi dan bersifat infleksi lebih banyak digunakan dalam novel karena berasal dari satu ide cerita yang sama, di antaranya ekuivalensi leksikal afiksasi dari prefiks ke prefiks yang lebih banyak muncul di dalamnya sebagai urutan pertama, lalu ekuivalensi leksikal afiksasi sufiks ke sufiks di urutan kedua, ekuivalensi leksikal afiksasi klofiks ke klofiks di urutan ketiga, ekuivalensi leksikal afiksasi konfiks ke konfiks di urutan keempat, disusul dengan ekuivalensi leksikal afiksasi konfiks ke prefiks di urutan kelima. Kemudian untuk kemunculan ekuivalensi leksikal afiksasi prefiks ke konfiks, ekuivalensi leksikal afiksasi klofiks ke sufiks, ekuivalensi leksikal afiksasi prefiks ke klofiks, dan ekuivalensi leksikal afiksasi prefiks ke sufiks masing-masing memiliki jumlah kemunculan yang relatif sama dan sedikit. Kemunculan ekuivalensi leksikal yang mengalami proses afiksasi dan bersifat infleksi lebih banyak muncul dalam novel karena novel tersebut memiliki jalan cerita dengan makna yang runtut dan berkesinambungan, dan memiliki banyak pemarkah kohesi leksikal ekuivalensi leksikal. Ekuivalensi leksikal yang mengalami proses afiksasi dan bersifat derivasi adalah ekuivalensi leksikal yang memiliki hubungan kekohesifan antarkalimat sebelum dengan sesudahnya, dan mengalami perbedaan makna, namun perbedaan tersebut tidaklah mengubah jalan cerita, karena adanya satu kata dasar yang terulang dan menjadi inti dari ekuivalensi leksikal, dalam penelitian ini kemunculannya lebih sedikit, dimulai dari ekuivalensi leksikal proses afiksasi sufiks ke prefiks, kedua adalah ekuivalensi leksikal afiksasi prefiks ke sufiks, ketiga ekuivalensi leksikal afiksasi prefiks ke prefiks, keempat ekuivalensi leksikal afiksasi prefiks ke konfiks, lalu untuk ekuivalensi leksikal afiksasi konfiks ke prefiks, ekuivalensi leksikal afiksasi klofiks ke prefiks, dan ekuivalensi leskikal afiksasi sufiks ke klofiks memiliki kemunculan yang relatif sama. Kemudian untuk ekuivalensi leksikal dengan proses afiksasi dari konfiks ke klofiks dan ekuivalensi leksikal afiksasi prefiks ke klofiks memiliki kemunculan yang sama dan paling sedikit. Ekuivalensi leksikal dalam wacana novel PerahuKertas, yang mengalami afiksasi dan bersifat derivasi lebih sedikit kemunculannya karenakekohesifan antarkalimat di novel ini lebih banyak mengandung makna yang sama. Sementara itu, untuk ekuivalensi leksikal yang melalui proses afiksasi infiks dan simulfiks tidak ditemukan dalam penelitian ini, karena proses tersebut kurang memiliki kesinambungan dalam ekuivalensi leksikal dan kurang mempertahankan jalan cerita dalam wacana novel Perahu Kertas Ekuivalensi leksikal dalam wacana novel Perahu Kertas ini banyak ditemukan karena berasal dari gaya penulisan dari penulis novel itu sendiri yaitu Dewi Lestari. Dewi Lestari mengaitkan beberapa makna utama dalam cerita dengan pemarkah kohesi leksikal ekuivalensi leksikal. Dewi Lestari juga mempertahankan keutuhan wacana dalam beberapa karya-karyanya yang lain seperti kumpulan cerpen Madre dengan ekuivalensi leksikal, agar ide cerita tetap berjalan secara berkesinambungan. Kelogisan jalan cerita dalam wacana novel yang diteliti ini menjadi mudah dipahami karena adanya ekuivalensi leksikal. Banyaknya kemunculan pemarkah kohesi leksikal ekuivalensi leksikal yang telah melalui proses afiksasi secara keseluruhan di dalam penelitian wacana novel Perahu Kertas ini menunjukkan, bahwa ekuivalensi leksikal diperlukan sebagai pemersatu ide cerita sehingga dalam menyampaikan maksud cerita, tersampaikan secara jelas dan mudah 86

dipahami. Dengan demikian, ekuivalensi leksikal dibutuhkan untuk mempertahankan sebuah wacana, baik wacana lisan maupun tulisan. Beberapa saran yang disampaikan dalam akhir penelitian ini, yang ditujukan bagi penulis wacana novel Perahu Kertas, agar para pembaca dapat dengan mudah memaknai wacana novel tersebut, sebaiknya lebih memperhatikan unsur kohesi leksikal ekuivalensi leksikal. Dengan demikian jalan cerita akan lebih mudah dicerna tanpa mengubah ide cerita. Bagi pembaca wacana novel Perahu Kertas, agar lebih memperhatikan dan memaknai kohesi leksikal ekuivalensi leksikal, sehingga jalan cerita yang dibaca dapat lebih dipahami sebagai satuan wacana. Bagi peneliti selanjutnya, mengingat masih sedikitnya penelitian mengenai ekuivalensi leksikal, maka sangat baik apabila melanjutkan penelitian selanjutnya menggunakan objek novel, karena jalan cerita pada novel banyak yang mengandung unsur ekuivalensi leksikal yang disebabkan oleh gaya penulisan dari pengarang tersebut. Selain itu guna menambah penelitian dan lebih menyempurnakan analisis, maka sebelum dilakukan penelitian selanjutnya harus dicari lebih banyak acuan dan teori terbaru mengenai ekuivalensi leksikal. DAFTAR RUJUKAN Aritonang, Buha. 2009. Kohesi Leksikal dalam Editorial Surat Kabar Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Brown, Gilian dan George Yule. 1996. Analisis Wacana. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta. -----------------. 2008. Morfologi Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. Djajasudarma, Fatimah. 1993. Metode Linguistik: Ancangan Metode Penelitian Kajian. Bandung: Eresco. dan H.P., Achmad. 1998. Kapita selekta Wacana (Diktat Kuliah). Jakarta: IKIP. H.P., Achmad dan Alek Abdullah. 2012. Linguistik Umum. Jakarta: PT Gelora AksaraPratama. Indiyastini, Titik. 2005. Kohesi dan Koherensi dalam Novel Pupus Kang Pepes. Yogyakarta: Balai Bahasa Yogyakarta. Kusdiratin. 1978. Memahami Novel Atheis. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Lestari, Dewi. 2009. Perahu Kertas. Yogyakarta: Bentang Pustaka. Lubis, Hamid Hasan. 1993. Analisis Wacana Pragmatik. Bandung: Penerbit Angkasa. Muhadjir, Noeng. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Rake Sarasin. Renkema, Jan. 2004. Introduction to Discourse Studies. Amsterdam: John Benjamins Publishing Company. 87

Samsuri. 1987. Analisis Wacana. Malang: Penyelenggaraan Pendidikan Pascasarjana Proyek Peningkatan Pengembangan Perguruan Tinggi. Subroto, Edi. 1997. Telaah Linguistik Atas Novel Tirai Menurun Karya N.H. Dini. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Sumadi. 2009. Retorika Tekstual Wacana Naratif dalam Bahasa Indonesia: Upaya Penyampaian Pesan Pengarang Secara Efektif. Dalam Jurnal Sawerigading, Desember 2009, Volume 15, Nomor 3, Badan Bahasa Ujung Pandang Depdiknas, hlm. 321-328. Sumarlam. 2003. Teori dan Praktik Analisis Wacana. Solo: Pustaka Cakra Surakarta. Suroto. 1989. Teori dan Bimbingan Apresiasi Sastra Indonesia. Jakarta: PT Gelora Aksara Prima. Suwandi, Sarwiji. 2008. Serba Linguistik. Surakarta: Lembaga Pengembangan Pendidikan (LPP) UNS dan UPT Penerbitan dan Pencetakan UNS. 88