PEMBERDAYAAN GELANDANGAN DAN PENGEMIS DI KABUPATEN SIDOARJO (Studi Kasus di UPTD Liponsos Sidokare)

dokumen-dokumen yang mirip
PEMBINAAN ANAK JALANAN DI UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS (UPTD) KAMPUNG ANAK NEGERI KOTA SURABAYA S K R I P S I

SKRIPSI. Oleh : MEIDINAR RAGIL PAWENING NPM :

PELAYANAN SOSIAL TERHADAP BALITA TERLANTAR DI UPT PELAYANAN SOSIAL ASUHAN BALITA SIDOARJO DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TIMUR

PERAN DINAS SOSIAL DAN TENAGA KERJA KABUPATEN SIDOARJO DALAM PEMBERDAYAAN ANAK JALANAN. (Studi Pada Anak Jalanan Di Kecamatan Sidoarjo) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. banyak masalah sosial yang ada sampai saat ini, pengemis adalah masalah

PEMBINAAN ANAK JALANAN MELALUI RUMAH SINGGAH YAYASAN NURMA DI KABUPATEN SIDOARJO SKRIPSI

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN TEMPAT PARKIR DI KABUPATEN GRESIK (Studi tentang parkir di tepi jalan umum kawasan Alun-alun Gresik) SKRIPSI

IMPLEMENTASI PROGRAM PEMBERIAN PERMAKANAN BAGI PENYANDANG CACAT MISKIN DAN TERLANTAR DI KELURAHAN PEGIRIAN KECAMATAN SEMAMPIR KOTA SURABAYA SKRIPSI

PEMBERDAYAAN ANAK REMAJA PUTUS SEKOLAH TERLANTAR SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. jalan maupun di berbagai tempat umum. Padahal dalam Pasal 34 Undang-Undang

SKRIPSI PERAN PEMERINTAH. Disusun Oleh : ANDRIYAN SOSIAL DAN SURABAYA 2011

SKRIPSI. Oleh : ADI ATMOKO NPM

S K R I P S I. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pada FISIP UPN Veteran Jawa Timur. Oleh : RIZATUL FAZRIYAH NPM :

BAB I PENDAHULUAN. tertuang dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yakni melindungi

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PARKIR INSIDENTAL DI KABUPATEN SIDOARJO. (Studi Kasus di GOR Gelora Delta Sidoarjo) SKRIPSI

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh Gelar Sarjana pada FISIP UPN : Veteran Jawa Timur

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam suatu negara, pembangunan bertujuan untuk mewujudkan

BAB IV DESKRIPSI SETTING PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Istilah gelandangan berasal dari kata nggelandang yang artinya selalu

Implementasi Kebijakan Penataan Pedagang Kaki Lima di Sentra PKL Jalan Dharmawangsa Kota Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan permasalahan kesejahteraan sosial di Kota cenderung meningkat,

BAB I PENDAHULUAN. A. Alasan Pemilihan Judul. Proses modernisasi menyisakan problematika yang tidak kunjung usai,

KUALITAS PELAYANAN AKTA KELAHIRAN DI DINAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL KOTA SURABAYA

PEMBINAAN DINAS KOPERASI UMKM PEMERINTAH KOTA SURABAYA TERHADAP PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) LAPANGAN KARAH KOTA SURABAYA SKRIPSI

Implementasi Kebijakan Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di Kelurahan Taman Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo SKRIPSI

IMPLEMENTASI PROYEK OPERASI NASIONAL AGRARIA ( PRONA ) (Studi kasus pelaksanaan PRONA di Kelurahan Pulorejo, Mojokerto) SKRIPSI

PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN DALAM PEMBINAAN USAHA KERAJINAN KERIPIK TEMPE DI KABUPATEN NGAWI SKRIPSI

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (Studi Kasus Di Sentra PKL Viaduk Gubeng Kota Surabaya). SKRIPSI

PERAN PAGUYUBAN KB PRIA (SIWALAN MESRA) UNTUK MENINGKATKAN PARTISIPASI PRIA DALAM MENGIKUTI VASEKTOMI DI KECAMATAN PAKAL KOTA SURABAYA SKRIPSI

PENGARUH PENDIDIKAN DAN PELATIHAN, DISIPLIN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI PADA PT SINAR DJAJA CAN GEDANGAN - SIDOARJO SKRIPSI.

SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Administrasi Publik pada FISIP UPN Veteran Jawa Timur.

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana pada FISIP UPN Veteran Jawa Timur

PEMBERDAYAAN PENGUSAHA BATIK TULIS DI DESA JETIS KECAMATAN SIDOARJO KABUPATEN SIDOARJO

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN

PERAN DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN DALAM PENGELOLAAN KEBERSIHAN DI PEMERINTAH KOTA SURABAYA (Studi Kasus Di Kecamatan Tambaksari Surabaya)

IMPLEMENTASI PROGRAM JAMINAN PERSALINAN OLEH BIDAN PRAKTIK DI DESA TENGGULUNAN KABUPATEN SIDOARJO SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang telah dan sedang dilaksanakan oleh suatu negara pada

PERAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM PENATAAN TEMPAT USAHA PEDAGANG KAKI LIMA DI SEKITAR WILAYAH PASAR KEPUTRAN KOTA SURABAYA

PERANAN UNIT USAHA SIMPAN PINJAM GRAMEEN BAHARI DALAM MEMBANTU MENINGKATKAN PENDAPATAN ANGGOTA KOPERASI MITRA BAHARI

PENGAWASAN KAWASAN TERBATAS MEROKOK DI DI NAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL KOTA SURABAYA

PENGARUH PENDIDIKAN DAN PELATIHAN (DIKLAT) TERHADAP KINERJA PEGAWAI PADA PT. PLN (PERSERO) P3B JAWA BALI DI SURABAYA SKRIPSI.

PEMBERDAYAAN ANAK KELUARGA KURANG MAMPU DI YAYASAN PONDOK PESANTREN SUNAN KALIJAGA KECAMATAN PATIANROWO, KABUPATEN NGANJUK SKRIPSI

TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

PERANAN DIREKTUR UTAMA DALAM MEMOTIVASI PEGAWAI DI CV. KENCONO WUNGU SURABAYA SKRIPSI

IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO 5 TAHUN 2008 TENTANG KAWASAN TERBATAS MEROKOK

WALIKOTA PALANGKA RAYA

I. PENDAHULUAN. ekonomi merosot hingga minus 20% mengakibatkan turunnya berbagai. jumlah masyarakat penyandang masalah sosial di daerah perkotaan.

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Umum Dinas Sosial Kota Bandar Lampung. Fungsi, dan Tata Kerja Dinas Sosial Kota Bandar Lampung

PERAN KOPERASI BMT (BAITUL MAAL WAT TAMWIL) AMANAH MADINA DALAM PENGEMBANGAN USAHA KECIL DI DESA NGENI KEC. WARU-SIDOARJO SKRIPSI

HUBUNGAN MOTIVASI KERJA DENGAN KINERJA PEGAWAI DI DINAS TENAGA KERJA PROPINSI JAWA TIMUR. Skripsi

PEMERINTAH KABUPATEN PESISIR SELATAN

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK SKRIPSI

KEPATUHAN WAJIB PAJAK DALAM MEMBAYAR PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SURABAYA KREMBANGAN SKRIPSI

KINERJA PELAYANAN PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KABUPATEN SIDOARJO

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PELAKSANAAN TERTIB ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DI DESA KEDUNGCANGKRING KECAMATAN JABON KABUPATEN SIDOARJO SKRIPSI

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL

PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 16 TAHUN 2002

TINGKAT KEPATUHAN PENGGUNA JALAN DALAM MEMATUHI PERATURAN DI KAWASAN TERTIB LALU LINTAS PROPOSAL

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN ANAK JALANAN, GELANDANGAN DAN PENGEMIS DI KOTA MATARAM

KUALITAS PELAYANAN TRANSPORTASI KERETA API (Studi Kasus Pelayanan Di Atas Kera Api Turangga)

FAKTOR-FAKTOR YANG DIPERTIMBANGKAN MAHASISWA DALAM MEMILIH TEMPAT KOS (Studi Kasus Pada Mahasiswa UPN Veteran Jawa Timur) SKRIPSI

7. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten Banyuasin di Provinsi Sumatera Selatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

BAB I PENDAHULUAN. tertuang dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945 yakni melindungi

PENILAIAN KINERJA PEGAWAI DI KANTOR KECAMATAN TENGGILIS MEJOYO KOTA SURABAYA SKRIPSI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT` PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 33 TAHUN 2012 TENTANG

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. positif pula. Menurut Ginnis (1995) orang yang optimis adalah orang yang merasa

BAB I PENDAHULUAN. data-data keluarga sejahtera yang dikumpulkannya. Menurut BKKBN yang

I. PENDAHULUAN. Anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang didalam

PENGELOLAAN PANTI ASUHAN AL-RIFDAH SEMARANG DALAM PEMENUHAN HAK ANAK SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Tentunya

PERANAN PENDIDIKAN NONFORMAL SEBAGAI UPAYA REHABILITASI GELANDANGAN DAN PENGEMIS DI LINGKUNGAN PONDOK SOSIAL KABUPATEN JEMBER. Niswatul Imsiyah 13

EFEKTIVITAS PELAYANAN PEMBUATAN SURAT IZIN MENGEMUDI (SIM) DALAM PERSPEKTIF PENGGUNA PELAYANAN DI KEPOLISIAN RESORT MOJOKERTO

SKRIPSI. Oleh : Safi i NPM:

ORGANISASI UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PANTI REHABILITASI SOSIAL PADA DINAS SOSIAL KOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. sejumlah atau segolongan orang dibandingkan dengan standar kehidupan yang umum. dari mereka yang tergolong sebagai orang miskin.

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 29 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS SOSIAL

PERAN UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PENGELOLAAN BANGUNAN DAN TANAH DALAM PENGELOLAAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA PENJARINGANSARI KOTA SURABAYA SKRIPSI

PENJELASAN A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG KESEJAHTERAAN SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan Negara Hukum. Pengaturan ini termuat

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENGARUH RETRIBUSI PARKIR TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN SIDOARJO SKRIPSI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SKRIPSI. Diajukan guna memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Ilmu Administrasi Negara FISIP UPN veteran Jawa Timur

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN NASABAH DALAM MENGAMBIL KREDIT PADA PT BANK PERKREDITAN RAKYAT ( BPR ) ARTA SWASEMBADA DI MOJOKERTO

KATA PENGANTAR. skripsi ini, serta sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada. Penyusunan skripsi dengan judul STRATEGI KEPALA INSTALASI

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan derap laju pembangunan. Berbagai permasalahan tersebut antara lain

BAB I PENDAHULUAN. padat. Pemukiman kumuh terjadi disetiap sudut kota. Banyaknya pengamen,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. sadar, terencana dan berkelanjutan dengan sasaran utamanya adalah untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. berpuluh-puluh tahun mengaku tidak tahu lagi harus tinggal dimana sehingga

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi penduduk merosot hingga minus 20% mengakibatkan turunnya berbagai

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI KELURAHAN WONOREJO KECAMATAN RUNGKUT KOTA SURABAYA

PEMBERDAYAAN PENGRAJIN TAS DI DESA TRAYANG KECAMATAN NGRONGGOT KABUPATEN NGANJUK

KUALITAS PELAYANAN PAJAK BERDASARKAN INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT DI KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) SAWAHAN SURABAYA S K R I P S I

BAB I PENDAHULUAN. tidak asing lagi melihat anak-anak mengerumuni mobil-mobil dipersimpangan lampu

WALIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI

Transkripsi:

PEMBERDAYAAN GELANDANGAN DAN PENGEMIS DI KABUPATEN SIDOARJO (Studi Kasus di UPTD Liponsos Sidokare) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Administrasi Negara pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur Oleh : ANDRE PANE SIXWANDA NPM. 0941010053 YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK PROGAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA 2013 i

KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat, berkat, dan anugerah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Pemberdayaan Gelandangan dan Pengemis di Kabupaten Sidoarjo (Studi kasus di UPTD Liponsos Sidokare) Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih pada Bapak Tukiman. S.sos, Msi sebagai dosen pembimbing utama yang telah memberikan bimbingan, nasehat serta motivasi kepada penulis. Tak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan penyusunan skripsi ini diantaranya : 1. Ibu Dra. Ec. Hj. Suparwati, M.Si, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur. 2. DR. Lukman Arif, M.Si, Ketua Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur. 3. Ibu Anastasia, selaku Kepala Lingkungan Pondok Sosial Sidokare 4. Bapak Mulyadi, selaku Kepala Seksi Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial 5. Seluruh pegawai Lingkungan Pondok Sosial Sidokare 6. Kedua Orang Tuaku yang banyak memberi dukungan selama menyelesaikan laporan skripsi. v

7. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat diharapkan demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. Akhirnya, dengan segala keterbatasan yang penulis miliki semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak umumnya dan penulis pada khususnya. Surabaya, April 2013 Penulis vi

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PERSETUJUAN... LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR REVISI... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... ABSTRAKSI... i ii iii iv v vii ix x xi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Perumusan Masalah... 9 1.3 Tujuan Penelitian... 9 1.4 Manfaat Penelitian... 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu... 11 2.2 Landasan Teori... 19 2.2.1 Kesejahteraan Sosial... 19 2.2.1.1 Kesejahteraan Sosial... 19 2.2.2 Kebijakan Sosial... 22 2.2.2.1 Pengertian Kebijakan Sosial... 22 2.2.3 Pemberdayaan... 24 2.2.3.1 Pengertian Pemberdayaan... 24 2.2.3.2 Proses Pemberdayaan Masyarakat... 28 2.2.3.3 Upaya-upaya Pemberdayaan... 32 2.2.3.4 Indikator-indikator Pemberdayaan... 34 2.2.3.5 Pendekatan-pendekatan Pemberdayaan Masyarakat... 34 2.2.4 Partisipasi Masyarakat... 37 2.2.4.1 Pengertian dan Prinsip Partisipasi Masyarakat... 37 2.2.4.2 Pengelompokan Partisipasi Masyarakat... 43 2.2.4.3 Tingkatan Partisipasi Masyarakat... 44 2.2.4.4 Bentuk dan Tipe Partisipasi... 46 2.2.4.5 Motif Partisipasi Masyarakat... 49 2.2.4.6 Keberhasilan Partisipasi Masyarakat... 50 2.2.5 Gepeng (Gelandangan dan Pengemis)... 52 2.2.5.1 Pengertian Gelandangan dan Pengemis... 52 2.2.5.2 Faktor-faktor Munculnya Gelandangan dan Pengemis... 56 2.3 Kerangka Berpikir... 57 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian... 58 3.2 Lokasi Penelitian... 59 3.3 Fokus Penelitian... 59 3.4 Informan dan Teknik Penarikan Informan... 61 vii

3.5 Pengumpulan Data... 63 3.6 Analisis Data... 65 3.7 Keabsahan Data... 67 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian... 71 4.1.1 Profil kantor UPTD Liponsos Sidokare... 71 4.1.2 Visi dan Misi... 74 4.1.3 Struktur Organisasi... 75 4.1.4 Tugas, Pokok dan Fungsi... 75 4.1.5 Tujuan Pendirian... 76 4.1.6 Pemulangan/Rujukan... 76 4.1.7 Pelayanan yang di berikan... 76 4.1.8 Komposisi Pegawai Liponsos... 77 4.1.9 Data Gelandangan dan Pengemis... 79 4.1.10 Sarana dan Prasarana... 82 4.2 Hasil Penelitian... 84 4.2.1 Bimbingan Ketrampilan... 84 4.2.2 Bimbingan Mental... 86 4.2.3 Bimbingan Sosial... 88 4.2.4 Bimbingan Fisik... 91 4.3 Pembahasan... 94 4.3.1 Bimbingan Ketrampilan... 94 4.3.2 Bimbingan Mental... 96 4.3.3 Bimbingan Sosial... 99 4.3.4 Bimbingan Fisik... 102 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan... 104 5.2 Saran... 105 Daftar Pustaka Lampiran viii

DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Tipe Partisipasi... 48 Tabel 4.2 Komposisi Pegawai Berdasarkan Jenis Kelamin... 77 Tabel 4.3 Komposisi Pegawai Berdasarkan Jenis Pendidikan... 77 Tabel 4.4 Komposisi Pegawai Berdasarkan Jenis Usia... 78 Tabel 4.5 Komposisi Pegawai Berdasarkan Jenis Status... 78 Tabel 4.6 Data Gelandangan dan Pengemis yang Masuk dan Keluar... 79 Tabel 4.7 Data Gelandangan dan Pengemis yang Mengikuti Bimbingan Ketrampilan... 80 Tabel 4.8 Data Gelandangan dan Pengemis yang Mengikuti Bimbingan Agama... 80 Tabel 4.9 Data Gelandangan dan Pengemis yang Mengikuti Bimbingan Sosial... 81 Tabel 4.10 Data Gelandangan dan Pengemis yang Mengikuti Bimbingan Fisik... 81 ix

DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Kerangka Berpikir... 57 Gambar 3.2 Analisis Interaktif menurut Miles dan Huberman... 67 Gambar 4.3 Kantor UPTD Liponsos Sidokare... 73 Gambar 4.4 Struktur Organisasi Liponsos... 75 Gambar 4.5 Pelatihan Penjahitan di Liponsos... 85 Gambar 4.6 Pendekatan Konseling di Liponsos... 89 Gambar 4.7 Pelaksanaan Senam di Liponsos... 91 x

ABSTRAKSI ANDRE PANE SIXWANDA. PEMBERDAYAAN GELANDANGAN DAN PENGEMIS DI KABUPATEN SIDOARJO ( Studi kasus di UPTD Liponsos Sidokare). Gelandangan dan Pengemis merupakan dua istilah yang digunakan untuk menunjuk seseorang yang hidupnya menggelandang, meminta minta tanpa memiliki tempat tinggal secara tetap. Gelandangan dan Pengemis boleh dikatakan bagaikan dua keping mata uang yang tidak terlalu jauh dalam hal perbedaan, karena keduanya secara fungsional bisa terjadi dalam saat yang bersamaan. Gelandangan bisa sekaligus menjadi pengemis, demikian pula pengemis bisa menjadi gelandangan. Gelandangan dan pengemis hidupnya dengan mengharap belas kasihan dari orang lain dengan cara mengemis atau mengamen. Gelandangan dan pengemis hidup dan mempunyai tempat tinggal di kolong jembatan, stasiun kereta api dan membangun gubuk liar di tepi sungai yang menyebabkan pencemaran lingkungan sehingga menimbulkan masalah kesehatan dan keamanan lingkungan masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan, menganalisis dan menginterpretasikan tentang Pemberdayaan gelandangan dan pengemis di Kabupaten Sidoarjo (Studi kasus di UPTD Liponsos Sidokare) Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Fokus penelitian adalah Bimbingan keterampilan, bimbingan agama, bimbingan sosial, dan bimbingan fisik. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara observasi dan wawancara. Analisa data dalam Penelitian ini dengan menggunakan model interaktif. Dari hasil penelitian dan pembahasan menghasilkan kesimpulan yaitu pemberdayaan gelandangan dan pengemis di kabupaten sidoarjo (studi kasus di UPTD Liponsos Sidokare) melalui bimbingan keterampilan, bimbingan agama, bimbingan sosial dan bimbingan fisik yang mampu meningkatkan kesejahteraan gelandangan dan pengemis beserta keluarganya setelah keluar. Kata Kunci : kesejahteraan sosial, pemberdayaan dan gelandangan dan pengemis. xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional adalah upaya untuk meningkatkan seluruh aspek kehidupan masyarakat, bangsa dan negara yang sekaligus merupakan proses pengembangan keseluruhan sistem penyelenggaraan negara untuk mewujudkan Tujuan Nasional. Dalam pengertian lain, pembangunan nasional dapat diartikan merupakan rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan dan meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara untuk melaksanakan tugas mewujudkan Tujuan Nasional. Pembangunan nasional dilaksanakan untuk mewujudkan Tujuan Nasional seperti termaktub dalam Pembukaan UUD 1945 alinea IV, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial serta mewujudkan cita-cita bangsa sebagaimana termaktub dalam alinea II Pembukaan UUD 1945. Seperti kita ketahui bahwa pada UUD 1945 Pasal 34 ayat 1 berisi mengenai Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh Negara. Hal ini berarti fakir miskin,dan anak terlantar tersebut menjadi tanggung jawab negara yang dilaksanakan oleh pemerintah. untuk masa depan mereka. Fakir adalah orang yang tidak mempunyai kemampuan untuk mendapatkan penghasilan dan tidak 1

2 mempunyai sanak saudara. Miskin adalah orang yang mempunyai penghasilan, namun tidak dapat mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Jadi, fakir miskin ini perlu perhatian khusus, terutama bagi pemerintah dalam menjalankan tugasnya yang sesuai Pasal 34 ayat 1. Berbicara tentang kemiskinan, saat ini jumlah penduduk miskin di Indonesia pada Maret 2012 mencapai 29,13 juta orang (11,96 persen), berkurang 0,89 juta orang (0,53 persen) dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret 2011 yang sebesar 30,02 juta orang (12,49 persen). Selama periode Maret 2011-Maret 2012, penduduk miskin di daerah perkotaan berkurang sekitar 399,5 ribu orang (dari 11,05 juta orang pada Maret 2011 menjadi 10,65 juta orang pada Maret 2012), sementara di daerah perdesaan berkurang 487 ribu orang (dari 18,97 juta orang pada Maret 2011 menjadi 18,48 juta orang pada Maret 2012). Sedangkan persentase penduduk miskin di daerah perkotaan pada Maret 2011 sebesar 9,23 persen, menurun menjadi 8,78 persen pada Maret 2012. Begitu juga dengan penduduk miskin di daerah perdesaan, yaitu dari 15,72 persen pada Maret 2011 menjadi 15,12 persen pada Maret 2012. (http://www.bps.go.id) Angka kemiskinan di Jawa Timur masih relatif tinggi di indonesia. Sampai periode semester akhir tahun 2011 angka kemiskinan di Jawa Timur mencapai 14,23 persen atau sebesar 5.356.210 dari jumlah penduduk Jawa Timur yang mencapai 20 juta jiwa lebih. Meski demikian, pada tahun 2012 angka kemiskinan tersebut mengalami penurunan dibanding tahun lalu yang mencapai 5.070.980 atau 16,68 persen (http://www.koranmadura.com/2013/02/15).

3 Penyebab masih tingginya angka kemiskinan di Jawa Timur, di antaranya kurangnya sinergi program pengentasan kemiskinan antar level pemerintahan (pusat, provinsi, kab/kota), kultur masyarakat, rendahnya aksesibilitas masyarakat terhadap kebutuhan dasar seperti pendidikan, kesehatan, dan pekerjaan serta kendala geografis, serta masih terbatasnya infrastruktur ekonomi dan sosial di pedesaan. Oleh karena itu, permasalahan kemiskinan harus menjadi prioritas yang utama dalam kebijakan pembangunan dan juga merupakan tantangan utama pembangunan Jatim dalam upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat. (http://www.koranmadura.com/2013/02/15). Kabupaten sidoarjo merupakan salah satu kabupaten di Jawa Timur yang memiliki angka kemiskinan besar. Upaya Pemerintah Kabupaten Sidoarjo untuk menurunkan angka kemiskinan di wilayahnya semakin berat saja. Pasalnya, jumlah penduduk miskin di kabupaten Delta kini bertambah menjadi 121 ribu kepala keluarga per Nopember 2012, atau naik sekitar 20 persen dari jumlah penduduk miskin pada tahun 2010-2011 sebanyak 99 ribu kepala keluarga. naiknya jumlah penduduk miskin itu, lebih disebabkan karena banyaknya masyarakat urban dari luar daerah yang masuk dan menetap di Sidoarjo. Pada tahun 2008, jumlah penduduk Sidoarjo masih sekitar 1,7 juta, namun empat tahun kemudian atau pada tahun 2012 ini, jumlah penduduk Sidoarjo naik sekitar 600 ribu atau sejumlah 2,3 juta jiwa sehingga menimbulkan berbagai permasalahan sosial yang penting, di berbagai sudut kota pun setiap hari banyak ditemui gelandangan dan pengemis. (http://kabarsidoarjo.com)

4 Gelandangan adalah orang-orang yang hidup dalam keadaan tidak sesuai dengan norma kehidupan yang layak dalam masyarakat setempat, serta tidak mempunyai tempat tinggal dan pekerjaan yang tetap di wilayah tertentu dan hidup mengembara di tempat umum. Sedangkan Pengemis adalah orang-orang yang mendapatkan penghasilan dengan meminta-minta di muka umum dengan berbagai cara dan alasan untuk mengharapkan belas kasihan dari orang lain (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1980). Gelandangan dan Pengemis merupakan dua istilah yang digunakan untuk menunjuk seseorang yang hidupnya menggelandang, meminta minta tanpa memiliki tempat tinggal secara tetap. Gelandangan dan Pengemis boleh dikatakan bagaikan dua keping mata uang yang tidak terlalu jauh dalam hal perbedaan, karena keduanya secara fungsional bisa terjadi dalam saat yang bersamaan. Gelandangan bisa sekaligus menjadi pengemis, demikian pula pengemis bisa menjadi gelandangan. Gelandangan dan pengemis hidupnya dengan mengharap belas kasihan dari orang lain dengan cara mengemis atau mengamen. Gelandangan dan pengemis hidup dan mempunyai tempat tinggal di kolong jembatan, stasiun kereta api dan membangun gubuk liar di tepi sungai yang menyebabkan pencemaran lingkungan sehingga menimbulkan masalah kesehatan dan keamanan lingkungan masyarakat. Keberadaan gelandangan dan pengemis (gepeng) di kabupaten Sidoarjo saat ini semakin banyak dan sulit diatur, berdasarkan rekapitulasi data gelandangan dan pengemis di Lingkungan Pondok Sosial (Liponsos) Sidokare pada bulan january sampai april tahun 2013 berjumlah 119 dari 70 laki-laki dan 49

5 perempuan. Mereka dapat ditemui diberbagai pertigaan, perempatan, lampu merah dan tempat umum, bahkan di kawasan pemukiman, sebagian besar dari mereka menjadikan mengemis sebagai profesi. Hal ini tentu sangat mengganggu pemandangan dan meresahkan masyarakat. Penyebab dari semua itu antara lain adalah jumlah pertumbuhan penduduk yang tidak diimbangi dengan lapangan pekerjaan yang memadai dan kesempatan kerja yang tidak selalu sama. Disamping itu menyempitnya lahan pertanian di desa karena banyak digunakan untuk pembangunan pemukiman dan perusahaan atau pabrik. Keadaan ini mendorong penduduk desa untuk berurbanisasi dengan maksud untuk merubah nasib, tapi sayangnya, mereka tidak membekali diri dengan pendidikan dan keterampilan yang memadai. Sehingga keadaan ini akan menambah tenaga yang tidak produktif dikota. Akibatnya, untuk memenuhi kebutuhan hidup, mereka bekerja apa saja asalkan mendapatkan uang termasuk meminta-minta (mengemis). Demi untuk menekan biaya pengeluaran, mereka memanfaatkan kolong jembatan, stasiun kereta api, emperan toko, pemukiman kumuh dan lain sebagainya untuk beristirahat, mereka tinggal tanpa memperdulikan norma sosial. Hidup bergelandangan tidak memungkinkan orang hidup berkeluarga, tidak memiliki kebebasan pribadi, tidak memberi perlindungan terhadap hawa panas ataupun hujan dan hawa dingin, hidup bergelandangan akan dianggap hidup yang paling hina diperkotaan. Keberadaan gelandangan dan pengemis (gepeng) di perkotaan sangat meresahkan masyarakat, selain mengganggu aktifitas masyarakat di jalan raya, mereka juga merusak keindahan kota. Dan tidak sedikit kasus kriminal yang dilakukan oleh mereka, seperti mencopet bahkan mencuri dan lain-lain. Oleh

6 sebab itulah, apabila masalah gelandangan dan pengemis tidak segera mendapatkan penanganan, maka dampaknya akan merugikan diri sendiri, keluarga, masyarakat serta lingkungan sekitarnya. (http://kabarsidoarjo.com) Dengan beberapa uraian-uraian dan fenomena-fenomena yang terjadi akan membuat permasalahan yang tersendiri dan permasalahan tersebut adalah dengan banyaknya gelandangan dan pengemis terutama di perempatan jalan dapat menimbulkan kemacetan bahkan dapat menimbulkan kecelakaan apabila gelandangan dan pengemis itu tidak berhati-hati. Dan untuk lingkungan yang seharusnya bersih dari gelandangan dan pengemis seperti kawasan pusat-pusat kota justru pada tempat-tempat tersebut menjadi ladang pencaharian bagi mereka karena tempat-tempat tersebut cukup strategis karena banyak orang dan kendaraan berlalu lalang. Permasalahan gelandangan dan pengemis ini pun juga membuat masalah dalam penataan kota maupun kabupaten, ini terlihat dengan adanya gubuk-gubuk liar pada lahan kosong yang seharusnya tempat tersebut dijadikan sebagai tempat sarana umum atau dijadikan tempat yang bermanfaat apabila mereka mau dipindahkan atau direlokasi ke tempat lain dan terkadang mereka tidak mau pindah dan terkadang mereka lebih memilih tempat tersebut karena tempat tersebut lebih strategis walaupun tanah tersebut merupakan tanah milik pemerintah. Untuk mengatasi masalah gelandangan dan pengemis (gepeng) di sidoarjo, pemerintah kabupaten sidoarjo mengirimkan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) untuk merazia semua gelandangan dan pengemis (gepeng) yang ada diseluruh sudut kota Sidoarjo, untuk kemudian dijaring dan diberikan pengarahan. Hal ini

7 bertujuan untuk membersihkan kota dari gelandangan dan pengemis, serta berupaya untuk memberikan penyadaran kepada mereka. Dan salah satu usaha yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Sidoarjo adalah dengan memberikan pemberdayaan bagi gelandangan dan pengemis. Tugas pemberdayaan ini menjadi wewenang dari Lingkungan Pondok Sosial (Liponsos) Sidokare, dalam Peraturan Bupati Sidoarjo Nomor 38 Tahun 2011 telah ditegaskan bahwa Lingkungan Pondok Sosial (Liponsos) Sidokare mempunyai tugas yaitu : a. Menyusun program kegiatan Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) b. Pelaksanaan regristrasi, akomodasi, dan identifikasi pelayanan c. Pelaksanaan penentuan diagnosa kecacatan mental dan sosial serta perawatan kesehatan d. Pelaksanaan pengembangan kecerdasan mental dan sosial e. Pelaksanaan latihan keterampilan kerja dasar kejuruan dan bina usaha f. Pelaksanaan usaha-usaha penyaluran dan penempatan kembali ke keluarga g. Pelaksanaan pembinaan lanjutan dan perlindungan sosial h. Pelaksanaan tata usaha Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) i. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas j. Pelaksanaan tugas tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Lingkungan Pondok Sosial (Liponsos) Sidokare juga memberikan pelatihan dan pembinaan kepada para gelandangan dan pengemis. Hal ini dapat diwujudkan melalui program kegiatan sosial kemasyarakatan salah satunya adalah program pembinaan gelandangan dan

8 pengemis. Program pembinaan gelandangan dan pengemis merupakan salah satu program yang dilakukan oleh Lingkungan Pondok Sosial (Liponsos) Sidokare. Untuk pembinaan yang pertama, gelandangan dan pengemis tersebut mendapat bimbingan sosial melalui bimbingan mental berupa ceramah agama dan ceramah sosial. Bimbingan Sosial ini dilakukan untuk memberikan suatu bimbingan dan pengarahan kepada para gelandangan dan pengemis tentang ajaran nilai-nilai dan norma-norma yang terkandung dalam agama dan masyarakat agar mereka dapat menjalankan kehidupannya dengan baik. Setelah para gelandangan dan pengemis mendapatkan bimbingan sosial melalui ceramah agama dan ceramah sosial, mereka mendapatkan pembinaan ketrampilan kerja, yang sesuai dengan bakat dan kemampuan mereka. Hal ini dilakukan agar para gelandangan dan pengemis mempunyai bekal ketrampilan yang nantinya dapat digunakan untuk mencari kerja atau usaha baru sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki. Dalam pemberian ketrampilan tersebut Lingkungan Pondok Sosial (Liponsos) Sidokare bertindak sebagai mediator dengan maksud agar para gelandangan dan pengemis mendapatkan tenaga ahli yang sesuai dengan bidangnya masing-masing. Setelah para gelandangan dan pengemis diberikan pembinaan sosial dan pembinaan ketrampilan maka Lingkungan Pondok Sosial (Liponsos) Sidokare memberikan bantuan langsung berupa Bantuan ekonomi produktif dimana bantuan tersebut sesuai dengan pelatihan ketrampilan yang mereka miliki, misalnya ketrampilan menjahit mereka dibantu dengan disediakannya alat penjahitan, keterampilan salon diberikan alat-alat salon dan lain sebagainya. Selanjutnya untuk

9 mengevaluasi terhadap pelatihan dan pembinaan dari berbagai kegiatan yang diikuti oleh gelandangan dan pengemis, dilakukan program pengawasan dan evaluasi sehingga mereka mengatahui sejauh mana kegiatan tersebut dapat diserap sehingga nantinya mereka dapat berpartisipasi dalam pembangunan kesejahteraan sosial dan juga pemberian keterampilan dan pembinaan ini bertujuan agar gelandangan dan pengemis dapat mewujudkan kesejahteraan sosial bagi gelandangan dan pengemis itu sendiri maupun bagi keluarganya serta terpenuhinya kebutuhan sandang, pangan dan papan serta menciptakan kemandirian bagi gelandangan dan pengemis. Berdasarkan latar belakang masalah diatas, peneliti ingin membahas mengenai pemberdayaan gelandangan dan pengemis melalui pelatihan dan pembinaan yang dilakukan oleh Liponsos Sidokare Kabupaten Sidoarjo. Sehingga dapat ditentukan judul penelitian yaitu Pemberdayaan Gelandangan dan Pengemis di Kabupaten Sidoarjo (Studi kasus di UPTD Liponsos Sidokare). 1.2 Perumusan masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan perumusan masalah penelitian ini sebagai berikut : Bagaimana Pemberdayaan bagi Gelandangan dan pengemis di Kabupaten Sidoarjo (Studi kasus di UPTD Liponsos Sidokare)?

10 1.3 Tujuan Untuk mendeskripsikan Pemberdayaan bagi Gelandangan dan Pengemis di Kabupaten Sidoarjo (Studi kasus di UPTD Liponsos Sidokare) 1.4 Manfaat a. Bagi mahasiswa Dapat menambah pengetahuan dalam menganalisa suatu masalah dengan menerapkan teori yang telah diperoleh dengan literatur serta membandingkan keadaan nyata di lapangan b. Bagi Instansi Hasil ini dapat digunakan sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam mengatasi masalah yang terjadi dan juga untuk membantu memberikan pemahaman lebih kepada Lingkungan Pondok Sosial (Liponsos) Sidokare dalam memberikan pemberdayaan gelandangan dan pengemis di Kabupaten Sidoarjo. c. Bagi Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur Untuk menambah referensi yang dapat berguna bagi penelitian serta menambah wawasan baru bagi mahasiswa FISIP di masa yang akan datang.