3 METODOLOGI PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
REDUKSI EMISI KARBON MELALUI PENGELOLAAN HUTAN ALAM PRODUKSI LESTARI Carbon Emission Reduction of Sustainable Natural Production Forest Management

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada Oktober November 2014 di Desa Buana Sakti, Kecamatan Batanghari, Kabupaten Lampung Timur.

III. METODE PENELITIAN. Waktu penelitian dilaksanakan dari bulan Mei sampai dengan Juni 2013.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2015 bertempat di kawasan sistem

IV. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELlTlAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PE ELITIA

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Biomassa dan Karbon Hutan

PENDAHULUAN. mengkonversi hutan alam menjadi penggunaan lainnya, seperti hutan tanaman

INSENTIF FINANSIAL PENGELOLAAN HUTAN ALAM PRODUKSI LESTARI DARI PERDAGANGAN KARBON SKEMA REDD+ RINA MUHAYAH NOOR PITRI

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. hayati yang tinggi dan termasuk ke dalam delapan negara mega biodiversitas di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. menyebabkan perubahan yang signifikan dalam iklim global. GRK adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA Biomassa

BAB III METODE PENELITIAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan tempat 3.2 Alat dan bahan 3.3 Pengumpulan Data

BAB I. PENDAHULUAN. Indonesia tetapi juga di seluruh dunia. Perubahan iklim global (global climate

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Hutan di Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk dapat dimanfaatkan,

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ESTIMASI CADANGAN KARBON PADA TUMBUHAN TEGAKAN ATAS DI KAWASAN HUTAN KOTA PEKANBARU. Ermina Sari 1) Siska Pratiwi 2) erminasari.unilak.ac.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. . Gambar 4 Kondisi tegakan akasia : (a) umur 12 bulan, dan (b) umur 6 bulan

BAB I. PENDAHULUAN. menyebabkan pemanasan global dan perubahan iklim. Pemanasan tersebut

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan ekosistem dan keanekaragaman hayati. Dengan kata lain manfaat

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Kalimantan Tengah

III. METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV METODE PENELITIAN

ANALISIS POTENSI SERAPAN KARBON PADA AREA KONSERVASI MANGROVE PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA, Tbk KALIMANTAN SELATAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

Perubahan Stok Karbon dan Nilai Ekonominya pada Konversi Hutan Rawa Gambut Menjadi Hutan Tanaman Industri Pulp

Informasi hasil aplikasi perhitungan emisi grk

BAB III METODE PENELITIAN

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Jawa Timur

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Indonesia

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Jawa Barat

ESTIMASI STOK KARBON PADA TEGAKAN POHON Rhizophora stylosa DI PANTAI CAMPLONG, SAMPANG- MADURA

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Bali

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Maluku

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di DKI Jakarta

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Aceh

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Papua

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Gorontalo

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Nusa Tenggara Timur

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Sulawesi Tenggara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Sulawesi Utara

BAB IV METODOLOGI 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2 Bahan dan Alat 4.3 Metode Pengambilan Data Analisis Vegetasi

1 BAB I. PENDAHULUAN. tingginya tingkat deforestasi dan sistem pengelolan hutan masih perlu untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Hutan alam yang ada di Indonesia banyak diandalkan sebagai hutan produksi

III. METODE PENELITIAN

Kegiatan konversi hutan menjadi lahan pertambangan melepaskan cadangan

PUP (Petak Ukur Permanen) sebagai Perangkat Pengelolaan Hutan Produksi di Indonesia

Pengenalan perubahan penggunaan lahan oleh masyarakat pinggiran hutan. (Foto: Kurniatun Hairiah)

BAB I PENDAHULUAN. Hutan memiliki banyak fungsi ditinjau dari aspek sosial, ekonomi, ekologi

DAFTAR ISI. Halaman ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... ii. DAFTAR ISI... v. DAFTAR GAMBAR... vii. DAFTAR TABEL... ix. DAFTAR LAMPIRAN...

BAB I PENDAHULUAN. saling berkolerasi secara timbal balik. Di dalam suatu ekosistem pesisir terjadi

9/21/2012 PENDAHULUAN STATE OF THE ART GAMBUT DI INDONESIA EKOSISTEM HUTAN GAMBUT KEANEKARAGAMAN HAYATI TINGGI SUMBER PLASMA NUTFAH TINGGI

PERAN BENIH UNGGUL DALAM MITIGASI PERUBAHAN IKLIM

IV. METODE PENELITIAN

VALUASI EKONOMI RUANG TERBUKA HIJAU SEBAGAI PENYERAP KARBON DAN PENGHASIL OKSIGEN

BAB I. PENDAHULUAN. Aktivitas manusia telah meningkatkan emisi gas rumah kaca serta

LAPORAN PENELITIAN HUTAN BER-STOK KARBON TINGGI

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

POTENSI SIMPANAN KARBON PADA HUTAN TANAMAN MANGIUM (Acacia mangium WILLD.) DI KPH CIANJUR PERUM PERHUTANI UNIT III JAWA BARAT DAN BANTEN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 7 Matrik korelasi antara peubah pada lokasi BKPH Dungus

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Sulawesi Barat

APAKAH KEANEKARAGAMAN SPESIES POHON DALAM AGROFORESTRI KARET DAPAT MEMPERTAHANKAN CADANGAN KARBON?

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif karena penelitian ini hanya

PENGELOLAAN NATIONAL FOREST INVENTORY (NFI) PADA BPKH WILAYAH XIV KUPANG

PENILAIAN NILAI KONSERVASI TINGGI RINGKASAN EKSEKUTIF

III. METODE PENELITIAN

pernyataan singkat tentang hasil penelitian sedangkan saran berisikan hal-hal yang perlu dilakukan berkaitan dengan hasil penelitian. 8.1.

KOMPOSISI TEGAKAN SEBELUM DAN SESUDAH PEMANENAN KAYU DI HUTAN ALAM

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. oleh pemerintah untuk di pertahankan keberadaan nya sebagai hutan tetap.

BAB III METODE PENELITIAN. angka-angka data analisis mengunakan statistik. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 Januari 2016 dan pada

TINJAUAN PUSTAKA. membentuk bagian-bagian tubuhnya. Dengan demikian perubahan akumulasi biomassa

POTENSI SERAPAN KARBON PADA BEBERAPA TIPE HUTAN DI INDONESIA. Ary Widiyanto

Aah Ahmad Almulqu *, Elias **, Prijanto Pamoengkas ** *


BRIEF Volume 11 No. 01 Tahun 2017

KERAGAMAN JENIS ANAKAN TINGKAT SEMAI DAN PANCANG DI HUTAN ALAM

MODEL ALOMETRIK BIOMASSA PUSPA (Schima wallichii Korth.) BERDIAMETER KECIL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI RENDY EKA SAPUTRA

Transkripsi:

40 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di hutan alam produksi lestari dan hutan alam produksi tidak lestari di wilayah Kalimantan. Pendekatan yang digunakan untuk hutan alam produksi lestari dalam penelitian ini adalah hutan alam produksi bersertifikat hutan lestari. Pada hutan alam produksi lestari diambil data sebelum memiliki sertifikat (A1) dan sesudah memiliki sertifikat (A2). Hutan alam produksi yang tidak bersertifikat mewakili hutan alam produksi yang pengelolaan hutannya tidak lestari (B). Hasil perhitungan perbedaan simpanan, karbon dan CO 2 antara IUPHHK A2 dan IUPHHK A1 diberi simbol A2-1 dan hasil perbedaan simpanan, karbon dan CO 2 antara IUPHHK A2 dan IUPHHK B diberi simbol A2-B. Penelitian dilaksanakan selama enam (6) bulan, mulai dari bulan Mei sampai dengan Oktober 2011. 3.2. Alur Pikir Penelitian Pengelolaan hutan lestari mampu mempertahankan kontinuitas produksi dan keseimbangan fungsi ekologis serta mampu membina hubungan sosial yang baik (Imai et al. 2009). Keutamaan hutan lestari dalam memperhatikan keseimbangan produksi, ekologis dan sosial (Bahruni 2011) memperoleh apresiasi pada COP XIII dengan memasukkan pengelolaan hutan lestari sebagai salah satu mekanisme reduksi emisi karbon dan memiliki peluang untuk memperoleh insentif finansial dari perdagangan karbon skema REDD+. Menindak lanjuti peluang insentif yang ditawarkan dalam REDD+, perlu dipersiapkan data dan informasi yang menjadi unsur pokok dalam perdagangan karbon tersebut. Data karbon tersimpan dari pengelolaan hutan lestari merupakan informasi penting untuk dapat mengikuti REDD+. Selain data tentang simpanan karbon, kuantifikasi kehilangan keuntungan karena melakukan pengelolaan hutan alam produksi secara lestari juga perlu diketahui agar mempunyai gambaran besarnya biaya oportunitas. Sehubungan dengan insentif dari mekanisme REDD+ bagi pengelolaan hutan lestari, maka tambahan biaya transaksi untuk mengikuti REDD+ juga harus dipertimbangkan sehingga manfaat finansial dari mekanisme tersebut dapat diprediksi. Secara skematis, kerangka pikir penelitian tentang insentif finansial terhadap hutan alam produksi lestari dari perdagangan karbon skema REDD+ diringkas pada Gambar 2.

IUPHHK 41 IUPHHK A IUPHHK B Sebelum Sertifikasi (A1) Setelah Sertifikasi (A2) Belum Sertifikasi (B) Identifikasi Kegiatan Pengelolaan Hutan Komparasi Produksi Perlindungan Hutan Penanaman Biaya produksi Pendapatan A2 > A1, B A2 < A1, B A2 > A1, B A2 > A1, B A2 > A1, B Simpanan Karbon Simpanan Karbon Simpanan Karbon Analisis Ekonomi Total Simpanan Karbon Analisis Nilai Ekonomi Karbon Upaya Perbaikan Kelayakan mengikuti REDD+ Gambar 2 Diagram alir kerangka pikir penelitian

42 3.3. Metode Penelitian Data yang dikumpulkan meliputi data (1) Potensi tegakan (2) Pohon tersedia (3) Realisasi produksi (4) Penutupan lahan (5) Penanaman (6) Keuangan (7) Hasil penelitian yang relevan. Pengolahan data meliputi dua tahapan (1) Perhitungan simpanan, karbon dan karbondioksida (2) Perhitungan nilai ekonomi karbon. 3.3.1. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang dibuat terdiri dari perhitungan, karbon, karbondioksida dan analisis ekonomi karbon. Fokus perhitungan simpanan, karbon dan karbondioksida berasal dari tiga kegiatan yaitu kegiatan produksi, kegiatan perlindungan hutan dan kegiatan penanaman. Analisis ekonomi karbon diperoleh dari perbedaan keuntungan hutan bersertifikat dan hutan tidak bersertifikat (sebagai biaya oportunitas) dan biaya transaksi. Tabel 4 memperlihatkan rancangan penelitian kegiatan produksi yang meliputi (1) kegiatan pemanenan (2) pengurangan kerusakan tegakan tinggal. Tabel 5 Rancangan penelitian kegiatan produksi No. Variabel Sumber Metode analisis Keluaran 1. Kegiatan pemanenan: Pohon tersedia dan pohon dipanen - Jumlah dan LHC dan LHP Pengolahan data: volume pohon tersedia - Jumlah dan volume pohon dipanen 2. Kerusakan Tegakan Tinggal - Jumlah, diameter - Pengukuran dan tinggi tingkat lapangan pohon, tiang, - LHC pancang - Jumlah dan berat basah semai - Persentase kerusakan tegakan tiap tingkat vegetasi - Hasil penelitian Elias 2002 - Perhitungan (ton dan %) pohon tersedia dan pohon dipanen - Perhitungan beda (ton dan %) antara pohon tersedia dan pohon dipanen - Perbedaan tegakan tinggal (A2 A1, A2 B) Pengolahan data: - Perhitungan kerusakan pohon, tiang, pancang dan semai. - Perhitungan yang hilang (tingkat pohon, tiang, pancang dan semai) akibat kerusakan - Perbedaan yang hilang akibat kerusakan (A1 A2, B A2) 3. Karbon dan karbondioksida pada kegiatan produksi Simpanan Pengolahan data: - Karbon = B x 0,5 kegiatan - CO 2 = C x 3,67 produksi - Simpanan A2-1 dan A2-B - Simpanan kerusakan tegakan tinggal Simpanan karbon pada A2-1 dan A2-B

43 Kegiatan perlindungan hutan atau kegiatan yang berhubungan dengan upaya penurunan degradasi dilihat berdasarkan indikator penutupan hutan. Rancangan penelitian kegiatan perlindungan hutan ditunjukkan pada Tabel 5. Tabel 6 Rancangan penelitian kegiatan perlindungan hutan No. Variabel Sumber Metode analisis Keluaran 1. - Luas tutupan hutan - Potensi tegakan - Laporan tahunan perusahaan - Hasil pengukuran lapangan 2. Simpanan perlindungan hutan Pengolahan data: - Menghitung potensi untuk setiap tutupan hutan - Menghitung beda dari data perubahan tutupan hutan - Perbedaan (A1 A2 dan B - A2). Pengolahan data - Karbon= B x 0,5 - CO 2 = C x 3,67 - Simpanan kegiatan perlindungan hutan. Simpanan karbon kegiatan perlindungan hutan Simpanan atau karbon hutan alam produksi lestari pada kegiatan penanaman dilihat dari perbedaan jumlah penanaman yang dilakukan. Rancangan penelitian kegiatan penanaman di ringkas pada Tabel 6. Tabel 7 Rancangan penelitian kegiatan penanaman No. Variabel data Sumber Data Metode analisis Keluaran 1. - Jumlah individu - Luas penanaman - Jenis tanaman - Laporan perusahaan - Hasil Pengolahan Data: - Perhitungan penanaman pada A1, A2 - Simpanan kegiatan - Lokasi penanaman pengukuran dan B penanaman. lapangan - Perbedaan penanaman (A1 A2 dan B - A2) 2. Simpanan penanaman Pengolahan data - Karbon= B x 0,5 - CO 2 = C x 3,67 Simpanan karbon kegiatan penanaman Total simpanan dan karbon diperoleh dari penjumlahan simpanan atau karbon pada kegiatan produksi, perlindungan hutan dan penanaman. Rancangan penelitian analisis ekonomi karbon untuk mengikuti perdagangan karbon skema REDD+ ditampilkan pada Tabel 7.

44 Tabel 8 Rancangan penelitian untuk analisis ekonomi karbon No. Variabel Sumber Metode analisis Keluaran 1. - Biaya - Pendapatan - Keuntungan - Biaya transaksi - Harga karbon Pengolahan data: - Perbedaan keuntungan (A1, - A2, dan B - A2, ) - Perhitungan biaya transaksi - Laporan Keuangan - Hasil studi Antinori dan Sathaye 2007) - Hasil penelitian Pirard (2005). - Total Biaya= Biaya oportunitas + Biaya transaksi - Perbedaan biaya REDD+ dan kompensasi harga karbon - Biaya REDD+ < harga karbon - Biaya REDD+ harga karbon: simulasi harga kayu bersertifikat dan harga karbon - Beda keuntungan = Biaya oportunitas - Biaya transaksi - Total biaya REDD+ - Manfaat Finansial mengikuti REDD+ - Harga kayu bersertifikat yang layak dan kompensasi karbon 3.3.2. Perhitungan Biomassa, Karbon dan Karbondioksida 3.3.2.1. Perhitungan a. Perhitungan kegiatan produksi. Simpanan kegiatan produksi diperoleh dari kegiatan pemanenan dan pengurangan kerusakan tegakan tinggal. - Simpanan kegiatan pemanenan Simpanan kegiatan pemanenan dilihat dari indikator pohon tersedia dan pohon dipanen. Perhitungan menggunakan persamaan Brown dan Lugo (1992): B = V x WD x BEF Keterangan: V : Volume kayu (m 3 ) WD : Kerapatan kayu (kg/cm ) menurut jenis kayu 3 BEF : Biomass Expansion Factor (1,74) Tahapan perhitungan simpanan kegiatan pemanenan adalah (1) Menghitung pohon dipanen dan pohon tersedia pada A1, A2 dan B (2) Menghitung persentase pohon dipanen terhadap pohon tersedia (3) Perhitungan beda (ton dan %) pohon tersedia dan pohon dipanen (4) perbedaan (A1 - A2, B A2). Simpanan hutan lestari diperoleh

45 dari perbedaan antara hutan yang dikelola tidak atau belum lestari dengan hutan yang dikelola secara lestari. - Kerusakan tegakan tinggal Perhitungan kerusakan tegakan tinggal menggunakan data potensi tegakan hasil pengukuran lapangan dan persentase kerusakan tegakan tinggal hasil studi Elias (2002). Metode yang digunakan dalam membuat plot pengukuran adalah metode nested sampling. Plot pengukuran dibuat 6 petak ukur yang didalam petak ukur tersebut dibuat sub petak ukur. Vegetasi yang diamati meliputi tingkat pohon, tiang, pancang dan semai. Plot ukur 20 m x 20 m digunakan untuk pengukuran diameter, tinggi dan jenis pohon. Selanjutnya dalam plot ukur 20 x 20 m tersebut, dibuat sub petak ukur ukuran 10 m x 10 m untuk pengukuran diameter, tinggi dan jenis tiang, 5 x 5 m untuk pengukuran diameter, tinggi dan jenis pancang dan 2 x 2 m untuk pengukuran jumlah dan jenis semai. Perhitungan semai menggunakan metode secara langsung (destruktif). Bobot kering semai dihitung berdasarkan rumus: Wk = Fk x Wb Fk = BK contoh x 100% BB contoh Keterangan: Wk = bobot kering (kg) Wb = bobot basah (kg) Fk = faktor konversi bobot basah ke bobot kering (gr) BK contoh BB contoh = Berat kering contoh (gr) = Berat basah contoh (gr) Perhitungan yang hilang akibat kerusakan tegakan tinggal menggunakan persentase kerusakan tegakan tinggal pada pemanenan dengan metode konvensional dan RIL. IUPHHK yang tidak bersertifikat lestari (IUPHHK A1 dan IUPHHK B) merupakan IUPHHK yang melakukan pemanenan dengan metode konvensional dan IUPHHK bersertifikat lestari merupakan IUPHHK yang melakukan pemanenan dengan metode RIL.

46 Tabel 9 Persentase kerusakan tegakan tinggal Tingkat perkembangan vegetasi Metode Pemanenan Kayu (%) Konvensional RIL - Anakan 33,47 17,65 - Pancang 34,93 19,59 - Tiang dan pohon 40,42 19,08 Sumber: Elias, 2002 Biomassa yang hilang akibat kerusakan tegakan tinggal diperoleh dari perkalian persentase kerusakan tegakan tinggal dengan potensi pada IUPHHK A1, A2 dan B. Hasil perbedaan yang hilang setiap tingkatan vegetasi (A1 A2 dan B A2) merupakan simpanan dari pengurangan kerusakan tegakan tinggal. - Total simpanan dari kegiatan produksi diperoleh dari simpanan kegiatan pemanenan dan simpanan dari pengurangan kerusakan tegakan tinggal. b. Kegiatan perlindungan hutan Data yang digunakan untuk perhitungan simpanan kegiatan perlindungan hutan adalah luas tutupan lahan IUPHHK A1, IUPHHK A2 dan IUPHHK B pada beberapa tahun yang berbeda. Berdasarkan data penutupan lahan dan potensi tiap tutupan lahan dihitung (1) tiap tutupan lahan pada tahun yang berbeda (2) penurunan tiap tahun (3) perbedaan penurunan (A1 A2 dan B A2). Perbedaan penurunan hutan alam produksi lestari dan hutan alam produksi tidak lestari merupakan simpanan kegiatan perlindungan hutan. c. Simpanan pada kegiatan penanaman diperoleh dari perhitungan beda penanaman A2-1 dan A2-B. Perhitungan pada kegiatan penanaman menggunakan pendekatan rata-rata dari hasil pengukuran di lapangan. 3.3.2.2. Perhitungan simpanan karbon dan karbondioksida Estimasi jumlah C tersimpan pda kegiatan produksi, perlindungan hutan dan penanaman dapat dihitung dengan mengalikan total berat massanya dengan konsentrasi C (Brown 1997). C = Biomassa x 0,5 CO 2 = C x 3,67

47 3.3.3. Perhitungan Nilai Ekonomi Karbon Biaya yang harus ditanggung untuk mengikuti REDD+ adalah biaya oportunitas dan biaya transaksi. Tahapan perhitungan nilai ekonomi karbon yang dilakukan sebagai berikut: 3.3.3.1. Perhitungan Keuntungan Pengelolaan Hutan Keuntungan yang diperoleh pengelola hutan alam produksi A1, A2 dan B merupakan selisih antara pendapatan dan biaya pengelolaan hutan. Secara matematis perhitungan yang dilakukan untuk mengetahui besarnya keuntungan yang diperoleh dari hutan A1, A2 dan B sebagai berikut: 3.3.3.2. Biaya Oportunitas dan Biaya Transaksi dalam Perdagangan Karbon Skema REDD+ Biaya yang dikorbankan untuk mengikuti REDD+ terdiri atas biaya oportunitas dan biaya transaksi. Biaya oportunitas dihitung berdasarkan kehilangan kesempatan memperoleh keuntungan karena melakukan pengelolaan hutan lestari. Biaya Oportunitas = Keuntungan A2 Keuntungan A1 atau B Pendekatan yang digunakan untuk perhitungan besarnya biaya transaksi adalah berdasarkan besarnya transaksi CO2 yang dilakukan yaitu $0,03 dan $1,23 serta rata-ratanya sebesar $ 0,63 per ton CO 2 (Antinori dan Sathaye 2007). Total biaya mengikuti REDD+ adalah penjumlahan dari biaya oportunitas dan biaya transaksi. Total Biaya REDD+ = Biaya oportunitas + Biaya transaksi 3.3.3.3. Manfaat finansial pengelolaan hutan alam produksi lestari dari REDD+ Manfaat finansial mengikuti REDD+ diperoleh dengan membandingkan total biaya dalam mekanisme REDD+ dengan kompensasi harga CO 2. Dalam penelitian ini, pendekatan harga karbon berdasarkan harga hipotetik menurut Pirard (2005) yaitu US$ 6, US$ 9 dan US$ 12/tCO 2. Kemungkinan hasil yang diperoleh: Biaya total < harga karbon maka diperoleh insentif berupa manfaat finansial pengelolaan hutan lestari yang mengikuti REDD+.

48 Biaya total harga karbon maka manfaat finansial dari skema REDD+ belum dapat diperoleh pengelola hutan alam produksi lestari. 3.3.4. Perhitungan harga kayu bersertifikat dan kompensasi harga karbon Jika biaya yang dikorbankan untuk mengikuti REDD+ lebih besar atau sama dengan harga karbon berarti hutan alam produksi lestari belum memperoleh tambahan insentif dari skema REDD+. Berdasarkan hal tersebut, strategi yang dapat dilakukan agar pengelola hutan lestari dapat memperoleh tambahan insentif antara lain (1) meningkatkan harga jual kayu bersertifikat (2) meningkatkan standar harga CO 2. Penentuan harga yang layak untuk kayu bersertifikat dan kompensasi karbon menggunakan teknik simulasi.